Anda di halaman 1dari 16

Laporan Kasus

KATARAK SEKUNDER

Oleh:
Ricky Saputra Salim (112021051)
Ervin Widyantoro Pramono (112021140)

Pembimbing:
Dr. Bambang Herwindu, Sp.M
dr. Werlinson Tobing, Sp.M (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA
PERIODE 19 SEPTEMBER 2021 – 16 OKTOBER 2021
RUMAH SAKIT UMUM TARAKAN JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No 6, Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/ Tanggal Ujian/ Presentasi: 6 OKTOBER 2021
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN, JAKARTA

Nama :

NIM :

Dokter : Tanda Tangan:

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Tjia Hong Thie

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 71 Tahun

Alamat : Muara Karang Blok M.2.T / 6 RT / 3/2

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

B. ANAMNESIS

Autoanamnesis/Alloanamnesis

Diambil pada : 24 September 2021 pada pukul 09:46 WIB

Keluhan utama : Pandangan mata kiri kabur sejak 1 tahun yang lalu.

Keluhan tambahan : Mata merah (-), gatal (-), fotofobia (-) mata kering (-) nyeri (-)

mata berair (-)

Riwayat perjalanan penyakit :


Pasien datang ke poliklinik mata dengan keluhan penglihatan kabur sejak 1 tahun

yang lalu pada mata kirinya. Pasien merasakan penglihatan makin kabur saat melihat

tulisan. Pasien merasa seperti ada kabut yang menghalangi penglihatannya di mata

sebelah kiri. Keluhan pasien tidak disertai dengan mata merah, gatal, silau, mata

kering, dan mata yang nyeri. Pasien memiliki penyakit kronik seperti Diabetes

Mellitus, Hipertensi, dan Gout. Pasien masih rutin mengonsumsi obat diabetes

mellitus dan hipertensi.

Riwayat penyakit dahulu : Operasi katarak pada mata kiri 2 tahun yang lalu.

Riwayat penyakit keluarga:

Ayah : Diabetes (-), hipertensi (+), penyakit jantung (-)

Ibu : Diabetes (-), hipertensi (+), penyakit jantung (-)

C. STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda vital : HR 92x/menit, RR 20x/menit, Suhu 36.5ºC

Kepala : Tidak dilakukan

Leher : Tidak dilakukan

Paru-paru : Tidak dilakukan

Jantung : Tidak dilakukan

Abdomen : Tidak dilakukan

Ekstremitas : Tidak dilakukan


D. STATUS OPHTALMOLOGIS

OD OS

OD PEMERIKSAAN OS

20/50 F Visus 20/100 F

Koreksi

Tidak dilakukan Addisi Tidak dilakukan

Gerak bola mata : Gerak bola mata :


Bulbus Oculi

Enopthalmus (-) Enopthalmus (-)


Exopthalmus (-) Exopthalmus (-)
Strabismus (-) Strabismus (-)

Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)


Edema (-) Edema (-)
Skuama (-) Skuama (-)
Palpebra
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Blefarospasme (-) Blefarospasme (-)
Lagopthalmus (-) Lagopthalmus (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Pseudoptosis (-) Pseudoptosis (-)

Edem (-) Edem (-)


Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Conjunctiva
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Bangunan patologis (-) Bangunan patologis (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Sekret (-) Sekret (-)

Hiperemis (-) Sclera Hiperemis (-)


Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

Bulat (+) Bulat (+)


Edem (-) Kornea Edem (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Arcus senilis (-) Arcus senilis (-)

Kedalaman : dalam Kedalaman : dalam


Hipopion (-) Camera Oculi Hipopion (-)
Anterior
Hifema (-) Hifema (-)

Kripta (-) Kripta (-)


Warna : coklat Iris Warna: coklat
Edema (-) Edema (-)
Sinekia (-) Sinekia (-)
Atrofi (-) Atrofi (-)

Reguler, bulat Reguler, bulat


Letak: ditengah Pupil Letak : ditengah
Diameter: 3 mm Diameter: 3 mm
Refleks pupil L/TL : (+) Refleks pupil L/TL : (+)

Letak : ditengah Letak : ditengah


Warna : jernih Lensa Warna : Keruh
Shadow test (-) Shadow test (+)
Pseudofakia (-) Pseudofakia (+)

Fundus Okuli

(+) Refleks fundus (+)


2:3 Ratio arteri : vena 2:3
0,3-0,4 C/D ratio 0,3-0,4
Reflek (+) Makula lutea Reflek (+)
Normal Retina Normal
(-) Eksudat (-)
(-) Perdarahan (-)

10 mmHg Tekanan Intra Okuler 10 mmHg

Normal Tes konfrontasi Normal

E. RESUME

Perempuan berusia 71 tahun datang ke poliklinik mata dengan keluhan


penglihatan kabur sejak 1 tahun yang lalu pada mata kirinya. Pasien merasakan
penglihatan makin kabur saat melihat tulisan. Pasien merasa seperti ada kabut yang
menghalangi penglihatannya di mata sebelah kiri. Pasien memiliki penyakit kronik
seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi, dan Gout. Pasien masih rutin mengonsumsi
obat diabetes mellitus dan hipertensi. Riwayat operasi katarak pada mata kanan 2
tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik mata didapatkan visus OD 20/5 dan OS
20/100. Lensa keruh, shadow test (+), tekanan intraokuler bilateral 10 mmHg,
pseudofakia (+) OS.

F. DIAGNOSIS KERJA
Katarak Sekunder / Posterior Capsular Opacity Sinistra
Dasar diagnosis OS:
1. Penglihatan kabur
2. Melihat kabut yang menghalangi penglihatanannya
3. Lensa keruh
4. Shadow test (+)

G. DIAGNOSIS BANDING
-
H. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan slitlamp
I. PENATALAKSANAAN
 Nd:YAG laser
J. PROGNOSIS
OD OS

Ad vitam : ad bonam ad bonam


Ad fungsionam : ad bonam ad bonam
Ad sanationam : ad bonam ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Katarak

Katarak merupakan salah satu penyebab utama kebutaan diseluruh dunia yang
sebenarnya dapat dicegah. Penyakit ketarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan
kekeruhan lensa mata sehingga mengganggu proses masuknya cahaya ke mata. Katarak dapat
disebabkan karena terganggunya mekanisme kontrol keseimbangan air dan elektrolit, karena
denaturasi protein lensa atau gabungan keduanya. Posterior Capsular Opacity (PCO) adalah
komplikasi yang paling umum dari operasi katarak yang terjadi pada pasien setelah operasi
katarak ekstrasi katarak ekstrakapsular / fakoemulsifikasi dengan implantasi lensa intraokular
(IOL). PCO disebut sebagai katarak sekunder atau after cataract yang disebabkan oleh lensa
sel epitel (LEC) yang kemudian berproliferasi di dalam capsular bag setelah operasi,
bermigrasi mengubah myofibroblast dan menunjukan kekeruhan kapsul posterior.1

Gambar 1. Tipe katarak

Sumber : https://www.medicinae.org

Etiologi

Epitel lensa subscapular yang tersisa dari operasi katarak ekstrasi katarak
ekstrakapsular / fakoemulsifikasi menginduksi regenerasi serat-serat lensa dengan migrasi
dan proliferasi sel epitel lensa residual (LEC) setelah operasi katarak dan mengalami
diferensiasinya menjadi sel miofibroblastik dan seperti serat lensa (mutiara Elschnig). Setelah
post-operasi fakoemulsifikasi dengan mengekstrak semua serat lensa tetapi meninggalkan
kapsul posterior yang utuh dan kapsul anterior perifer dari kantong kapsuler untuk implantasi
IOL. Seiring dengan sisa kapsul, LEC yang berpotensi untuk meletakkan produk seluler juga
tertinggal. Ini lagi menyebabkan kekeruhan, yang disebut sebagai kekeruhan kapsuler. Ini
terjadi lebih sering dan lebih parah pada pasien muda daripada pada orang tua, karena mereka
menunjukkan peningkatan jumlah LEC dan aktivitas mitosis yang lebih besar.2,3,4

Epidemiologi

PCO terjadi pada 20-50% pasien dalam waktu 2 sampai 5 tahun setelah operasi
katarak. Meskipun insiden PCO dilaporkan telah menurun dalam beberapa tahun terakhir,
tidak ada data yang pasti, dan penurunan yang dilaporkan mungkin hanya mewakili onset
PCO yang lebih baru. 4 Insiden PCO diketahui berkisar dari 50% hingga <5% pada mata yang
menjalani operasi katarak untuk katarak senilis tanpa komplikasi ketajaman visual ketika area
pusat terlibat.3

Faktor Risiko

Faktor risiko penyebab paling sering adalah dari post-operasi katarak yang terjadi
pada pasien. Selain itu terdapat faktor risiko potensial lainnya termasuk adanya kondisi
seperti diabetes mellitus, uveitis, distrofi miotonik, retinitis pigmentosa, dan katarak
traumatis.4

Klasifikasi Kapsul Katarak

Kekeruhan kapsul pascaoperasi dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasinya menjadi


kekeruhan kapsul anterior dan posterior :

1. Anterior Capsule Opacity (ACO)


Kekeruhan kapsul anterior perifer residual dikenal sebagai kekeruhan kapsul anterior
(Gambar 1.A). Pembukaan kapsuler lengkung terus menerus tumpang tindih dengan
perifer IOL dan permukaan IOL anterior perifer. Kekeruhan ini terjadi pada bulan
pertama pasca operasi dan berlanjut sampai 6 bulan. Beberapa penelitian telah
mengutip materi IOL dan desain IOL sebagai faktor yang mempengaruhi ACO.
Pemeriksaan histopatologi dari kapsul anterior yang buram menunjukkan sel seperti
fibroblas, yang diubah dari LEC. Peningkatan kontraksi capsulorhexis telah dicatat
setelah implantasi silikon IOL dengan tepi optik yang tajam. Peningkatan kontraksi
capsulorhexis dapat menjadi hambatan, terutama selama pemeriksaan fundus perifer.
Mengurangi ACO sangat penting karena itu dapat menyebabkan desentralisasi IOL.
Dengan IOL multifokal yang digunakan, sangat penting untuk mempertahankan
konsentrasi yang baik untuk mencapai hasil visual yang baik. Aspirasi LEC dari
kapsul anterior selama operasi katarak telah terbukti mengurangi kontraksi aperture
capsulorhexis 3 bulan setelah operasi katarak.3
2. Posterior Capsular Opacity (PCO)
Kekeruhan kapsul posterior, disebut sebagai 'katarak sekunder' atau 'after cataract',
berkembang di atas kapsul posterior yang jernih beberapa bulan hingga beberapa
tahun setelah operasi katarak yang lancar (Gambar 1A, 1B, 1C). PCO dihasilkan dari
pertumbuhan dan proliferasi abnormal LEC pada kapsul pada saat operasi katarak.
Sel-sel ini bermigrasi ke kapsul posterior di mana mereka mendekati sumbu visual
pusat dan menyebabkan pengaburan sumbu visual, yang mengakibatkan peredupan
penglihatan. PCO memiliki dua bentuk, berserat dan mutiara. Terkadang kombinasi
keduanya juga ditemukan. LEC yang melapisi kapsul anterior diyakini bertanggung
jawab atas fibrous PCO. Secara klinis terlihat sebagai kerutan pada kapsul posterior di
tempat peleburan kapsul anterior dan posterior. Pemeriksaan histologis dari PCO
berserat menunjukkan akumulasi matriks ekstraseluler (ECM) dan adanya sel
fibroblas memanjang yang positif terhadap vimentin dan aktin otot polos alfa. LEC
yang melapisi zona pra- khatulistiwa bertanggung jawab atas mutiara atau PCO
proliferatif (Gambar 1D). Pada pemeriksaan itu menunjukkan kelompok LEC
berdiferensiasi yang membengkak dan buram yang disebut sel kandung kemih atau
sel Wedl.3
3. Bentuk lain
Kekeruhan interlenticular berkembang setelah operasi katarak antara 2 lensa
intraokular (IOLs) ditempatkan di kantong kapsuler. Kekeruhan kapsul posterior linier
sepanjang striae persisten juga telah dicatat (Gambar 1E). Striae tampaknya membuat
saluran yang memungkinkan sel epitel melewati penghalang yang dibuat oleh desain
tepi persegi IOL dan bermigrasi ke posterior dalam pola linier. Ini dapat
menyebabkan kesulitan visual pada beberapa pasien.3
Gambar 2. A, Kekeruhan kapsul anterior yang luas; B, PCO tipe campuran dengan area berserat dan mutiara; C,
Bentuk fibrosa dari kekeruhan kapsul posterior; D, Proliferatif atau bentuk mutiara dari kekeruhan kapsul
posterior; E, Kekeruhan kapsul posterior linier.3

Maturitas Katarak

Berdasarkan tingkat maturitas, dibagi atas:4,5

1. Iminens/insipiens

Ini merupakan stadium satu (awal), dimana kekeruhan lensa mata masih sangat
minim, bahkan terkadang sulit terlihat tanpa menggunakan alat bantu periksa. Pada tahap ini
seringkali pasien tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga
cenderung diabaikan. Pada stadium ini, lensa bengkak karena termasuki air, kekeruhan lensa
masih ringan, visus biasanya >6/60. Pada pemeriksaan dapat ditemukan iris normal, bilik
mata depan normal, sudut bilik mata normal, serta shadow test negatif.

2. Imatur

Pada stadium kedua, dimana kekeruhan lensa mata yang lebih tebal tetapi belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa dan
visus mulai menurun menjadi 5/60 sampai 1/60. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang
mengakibatkan cairan lensa menjadi bertambah akibatnya iris terdorong dan bilik mata depan
menjadi dangkal, sudut bilik mata sempit, dan sering terjadi glaukoma. Pada pemeriksaan
didapatkan shadow test positif.

3. Matur

Merupakan stadium tiga (tahap lanjut), dimana kekeruhan telah mengenai seluruh
massa lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat deposit ion Ca yang menyeluruh. Jika katarak
dibiarkan, lensa akan menjadi keruh seluruhnya dan visus menurun drastis 1/300 atau hanya
dapat melihat lambain tangan dalam jarak 1 meter. Pada pemeriksaan didapatkan shadow test
negatif.

4. Hipermatur

Pada tahap akhir, korteks mencair sehingga nukleus jatuh dan lensa jadi turun dari
kapsulnya (Morgagni). Lensa terlihat keruh seluruhnya, visus sudah sangat menurun hingga
bias mencapai 0, dan dapat terjadi komplikasi berupa uveitis dan glaukoma. Pada
pemeriksaan didapatkan iris tremulans, bilik mata depan dalam, sudut bilik mata terbuka,
serta shadow test positif palsu.

Gejala Klinis

Pasien biasanya datang dengan penurunan ketajaman visual bagian sentral dan
bertambah berat saat lihat cahaya, penglihatan kabur, silau, sensitivitas cahaya, gangguan
sensitivitas kontras, lingkaran cahaya di sekitar lampu, atau kesulitan membaca, dan
penglihatan pada warna menjadi tidak jelas. Pemeriksaan slit lamp menunjukkan membran
semi-opaq dengan berbagai tingkat fibrosis yang terbentuk pada kapsul posterior. Tanda-
tanda penting lainnya termasuk mutiara Elschnig, cincin soemmering, dan kerutan pada
kapsul.6

Diagnosis

Katarak dapat didiagnosis pada saat pemeriksaan rutin mata. Ini karena sebagian besar
katarak tidak dapat dilihat pada pengamatan awal. Katarak akan mulai tampak pada stadium
imatur atau hipermatur, yang berpotensi menimbulkan kebutaan. Namun, Katarak pada setiap
perkembangannya yang paling awal, dapat diketahui melalui dilatasi maksimum pupil dengan
alat oftalmoskop, kaca pembesar, atau slit lamp. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien
katarak antara lain pemeriksaan sinar celah (slit lamp), funduskopi pada kedua mata bila
mungkin, tonometer.7
Patofisiologi

Perkembangan PCO adalah proses yang sangat dinamis dan melibatkan tiga fenomena
dasar: proliferasi, migrasi, dan diferensiasi sisa LEC.

Proliferasi sisa LEC tertinggi dalam 3 sampai 4 hari setelah operasi. Penyebab pasti
untuk respons LEC, yang mengarah pada proliferasinya dan perkembangan PCO belum
diketahui. Penghapusan massa serat lensa selama operasi katarak tampaknya mengubah
lingkungan sekitar, menginduksi proliferasi LEC. Korteks residual juga dapat meningkatkan
proliferasi PCO. Respon inflamasi ini dapat diperburuk oleh adanya bahan asing, yaitu IOL
ang meliputi leukosit multinuklear, sel raksasa, dan fibroblas, di bilik mata depan segera
setelah operasi. Penghilangan inti serat lensa juga menginduksi pembentukan sel fibrotik
tanpa adanya penyisipan IOL. Sel-sel ini memproduksi sitokin, termasuk transforming
growth factor beta (TGF-β), interleukin-1, interleukin-6, basic fibroblast growth factor
(bFGF), dan tumor necrosis factor alpha (TNF-α), yang mengaktifkan transformasi LEC,
proliferasi , metaplasia di sekitar ekuator kapsul anterior, dan migrasi menuju kapsul
posterior, menyebabkan penebalan dan hipertrofi.3,8

Migrasi LEC menuju kapsul posterior dan perlekatan selanjutnya ke kapsul posterior
difasilitasi oleh berbagai molekul perlekatan sel yang ada pada LEC. Matrix
metalloproteinases (MMPs), yang merupakan sekelompok enzim proteolitik, penting untuk
migrasi sel dan kontraksi yang dimediasi sel setelah penyembuhan luka.3

LEC memiliki kemampuan untuk menjalani diferensiasi normal dan abnormal. Jenis
pertama PCO melibatkan sel epitel anterior yang terletak di zona tengah kapsul anterior, yang
terdiri dari LEC yang relatif tidak aktif secara mitosis. Ketika dirangsang, sel- sel ini diubah
menjadi miofibroblas, menyebabkan metaplasia fibrosa. Sel juga dapat bermigrasi menuju
kapsul posterior, di mana mereka berproliferasi dan mengalami hipertrofi dan hiperplasia
pada permukaan kapsul, menyebabkan kekeruhan. Jenis PCO kedua terjadi ketika sel-sel
pluripoten berkumpul di sekitar ekuator kapsul. Ketika diaktifkan oleh interleukin, sel-sel ini
bermigrasi ke posterior. Sel-sel ini tidak mengalami fibrosis melainkan membentuk sel Wedl.
Sel-sel ini mengalami mitosis, proliferasi, hipertrofi, dan hiperplasia, menciptakan kekeruhan.
Sel-sel ini juga dapat berpartisipasi dalam pembentukan bentuk fibrosa PCO melalui proses
metaplasia fibrosa, muncul sebagai membran fibrosa. Metaplasia dan sel-sel inflamasi iris
dan badan siliaris serta eksudat fibrin juga merangsang perkembangan PCO. Selanjutnya,
serat kortikal sisa dapat beregenerasi, menciptakan kekeruhan patologis yang dikenal sebagai
cincin Soemmering dan mutiara Elschnig dan jauh lebih umum daripada PCO fibrotik dan
merupakan penyebab utama penurunan fungsi visual setelah operasi katarak.3,8

Tatalaksana

PCO yang mengaburkan penglihatan dapat diobati dengan intervensi bedah seperti
pengikisan kapsul posterior atau dengan kapsulotomi laser neodymium:YAG (Nd:YAG) non-
bedah. Gambar 3 menunjukkan mata sebelum dan sesudah Nd: kapsulotomi posterior YAG.
Melakukan kapsulotomi Nd: YAG dengan ukuran yang sesuai dan di lokasi yang tepat
merupakan tantangan. Kapsulotomi yang lebih besar dari diameter pupil pada kondisi
skotopik dapat mencegah gangguan penglihatan seperti diplopia monokular. Komplikasi
klinis dari kapsulotomi laser Nd:YAG meliputi peningkatan tekanan intraokular, glaukoma,
edema makula cystoid, dan ablasi retina.3

Pencegahan

Meskipun kemampuan untuk mengobati PCO secara efektif dengan kapsulotomi laser
Nd:YAG laser, potensi komplikasi dan biaya pengobatan yang signifikan menjadikan
pencegahan PCO sebagai tujuan penting. Selain itu, seiring tersedianya IOL akomodatif baru
yang mengandalkan kapsul posterior yang fleksibel dan utuh, pencegahan pembentukan PCO
akan semakin penting. Banyak penelitian telah mencoba untuk mengidentifikasi intervensi
yang menunda atau menghambat pembentukan PCO. Intervensi ini termasuk teknik bedah,
desain dan bahan IOL, dan intervensi farmakologis.4

Kesimpulan

Katarak dapat disebabkan karena terganggunya mekanisme kontrol keseimbangan air


dan elektrolit, karena denaturasi protein lensa atau gabungan keduanya. Posterior Capsular
Opacity (PCO) adalah komplikasi yang paling umum dari operasi katarak yang terjadi pada
pasien setelah operasi katarak ekstrasi katarak ekstrakapsular / fakoemulsifikasi dengan
implantasi lensa intraokular (IOL). PCO disebut sebagai katarak sekunder atau after cataract
yang disebabkan oleh lensa sel epitel (LEC) yang kemudian berproliferasi di dalam capsular
bag setelah operasi, bermigrasi mengubah myofibroblast dan menunjukan kekeruhan kapsul
posterior.

Pada kasus pasien memiliki riwayat operasi katarak pada mata kiri 2 tahun
sebelumnya dan memiiliki keluhan sulit penglihatan kabur sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
juga merasa seperti ada kabut yang menghalangi penglihatannya. Tatalaksana yang diberikan
pada pasien Nd:YAG laser dengan hasil visus OS menunjukan perbaikan dari 20/100 menjadi
20/25.
Daftar Pustaka
1. Cantor LB, Rapuano CJ. Lens and cataract. San Francisco: American Academy of
Ophthalmology; 2015.
2. Konopinska J, Mlynarczyk M, Dmuchowska DA, Obuchowska I. Posterior Capsule
Opacification: A Review of Experimental Studies. J Clin. Med. 2021;h.1-15.
3. Raj SM, Vasavada AR, Jihar SRK, Vasada VA, Vasavada VA. Post-Operative
Capsular Opacification: A Review. International Journal of Biomedical Science. 2007
4 Desember;3(4):h.237-45.
4. Vaughan, Asbury. General Opthalmology.Mc Graw Hill. United Kingdom;2018.
5. Suhardjo SU, Agni AN. Ilmu kesehatan mata. Edisi ke-2. Yogyakarta: Departemen
Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2012.
6. Awh C, Goshe JM. Posterior Capsule Opacification. Diakses pada : 2 Oktober 2021.
Pada : https://eyewiki.aao.org/Posterior_Capsule_Opacification#cite_note-:2-5
7. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
8. Konopinska J, Młynarczyk M, Młynarczyk DA, Obuchowska I. Posterior Capsule
Opacification: A Review of Experimental Studies. J. Clin Med. 2021:h.1-13.

Anda mungkin juga menyukai