KATARAK SEKUNDER
Oleh:
Ricky Saputra Salim (112021051)
Ervin Widyantoro Pramono (112021140)
Pembimbing:
Dr. Bambang Herwindu, Sp.M
dr. Werlinson Tobing, Sp.M (K)
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/ Tanggal Ujian/ Presentasi: 6 OKTOBER 2021
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN, JAKARTA
Nama :
NIM :
A. IDENTITAS PASIEN
Umur : 71 Tahun
B. ANAMNESIS
Autoanamnesis/Alloanamnesis
Keluhan utama : Pandangan mata kiri kabur sejak 1 tahun yang lalu.
Keluhan tambahan : Mata merah (-), gatal (-), fotofobia (-) mata kering (-) nyeri (-)
yang lalu pada mata kirinya. Pasien merasakan penglihatan makin kabur saat melihat
tulisan. Pasien merasa seperti ada kabut yang menghalangi penglihatannya di mata
sebelah kiri. Keluhan pasien tidak disertai dengan mata merah, gatal, silau, mata
kering, dan mata yang nyeri. Pasien memiliki penyakit kronik seperti Diabetes
Mellitus, Hipertensi, dan Gout. Pasien masih rutin mengonsumsi obat diabetes
Riwayat penyakit dahulu : Operasi katarak pada mata kiri 2 tahun yang lalu.
C. STATUS GENERALIS
OD OS
OD PEMERIKSAAN OS
Koreksi
Fundus Okuli
E. RESUME
F. DIAGNOSIS KERJA
Katarak Sekunder / Posterior Capsular Opacity Sinistra
Dasar diagnosis OS:
1. Penglihatan kabur
2. Melihat kabut yang menghalangi penglihatanannya
3. Lensa keruh
4. Shadow test (+)
G. DIAGNOSIS BANDING
-
H. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan slitlamp
I. PENATALAKSANAAN
Nd:YAG laser
J. PROGNOSIS
OD OS
Definisi Katarak
Katarak merupakan salah satu penyebab utama kebutaan diseluruh dunia yang
sebenarnya dapat dicegah. Penyakit ketarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan
kekeruhan lensa mata sehingga mengganggu proses masuknya cahaya ke mata. Katarak dapat
disebabkan karena terganggunya mekanisme kontrol keseimbangan air dan elektrolit, karena
denaturasi protein lensa atau gabungan keduanya. Posterior Capsular Opacity (PCO) adalah
komplikasi yang paling umum dari operasi katarak yang terjadi pada pasien setelah operasi
katarak ekstrasi katarak ekstrakapsular / fakoemulsifikasi dengan implantasi lensa intraokular
(IOL). PCO disebut sebagai katarak sekunder atau after cataract yang disebabkan oleh lensa
sel epitel (LEC) yang kemudian berproliferasi di dalam capsular bag setelah operasi,
bermigrasi mengubah myofibroblast dan menunjukan kekeruhan kapsul posterior.1
Sumber : https://www.medicinae.org
Etiologi
Epitel lensa subscapular yang tersisa dari operasi katarak ekstrasi katarak
ekstrakapsular / fakoemulsifikasi menginduksi regenerasi serat-serat lensa dengan migrasi
dan proliferasi sel epitel lensa residual (LEC) setelah operasi katarak dan mengalami
diferensiasinya menjadi sel miofibroblastik dan seperti serat lensa (mutiara Elschnig). Setelah
post-operasi fakoemulsifikasi dengan mengekstrak semua serat lensa tetapi meninggalkan
kapsul posterior yang utuh dan kapsul anterior perifer dari kantong kapsuler untuk implantasi
IOL. Seiring dengan sisa kapsul, LEC yang berpotensi untuk meletakkan produk seluler juga
tertinggal. Ini lagi menyebabkan kekeruhan, yang disebut sebagai kekeruhan kapsuler. Ini
terjadi lebih sering dan lebih parah pada pasien muda daripada pada orang tua, karena mereka
menunjukkan peningkatan jumlah LEC dan aktivitas mitosis yang lebih besar.2,3,4
Epidemiologi
PCO terjadi pada 20-50% pasien dalam waktu 2 sampai 5 tahun setelah operasi
katarak. Meskipun insiden PCO dilaporkan telah menurun dalam beberapa tahun terakhir,
tidak ada data yang pasti, dan penurunan yang dilaporkan mungkin hanya mewakili onset
PCO yang lebih baru. 4 Insiden PCO diketahui berkisar dari 50% hingga <5% pada mata yang
menjalani operasi katarak untuk katarak senilis tanpa komplikasi ketajaman visual ketika area
pusat terlibat.3
Faktor Risiko
Faktor risiko penyebab paling sering adalah dari post-operasi katarak yang terjadi
pada pasien. Selain itu terdapat faktor risiko potensial lainnya termasuk adanya kondisi
seperti diabetes mellitus, uveitis, distrofi miotonik, retinitis pigmentosa, dan katarak
traumatis.4
Maturitas Katarak
1. Iminens/insipiens
Ini merupakan stadium satu (awal), dimana kekeruhan lensa mata masih sangat
minim, bahkan terkadang sulit terlihat tanpa menggunakan alat bantu periksa. Pada tahap ini
seringkali pasien tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga
cenderung diabaikan. Pada stadium ini, lensa bengkak karena termasuki air, kekeruhan lensa
masih ringan, visus biasanya >6/60. Pada pemeriksaan dapat ditemukan iris normal, bilik
mata depan normal, sudut bilik mata normal, serta shadow test negatif.
2. Imatur
Pada stadium kedua, dimana kekeruhan lensa mata yang lebih tebal tetapi belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa dan
visus mulai menurun menjadi 5/60 sampai 1/60. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang
mengakibatkan cairan lensa menjadi bertambah akibatnya iris terdorong dan bilik mata depan
menjadi dangkal, sudut bilik mata sempit, dan sering terjadi glaukoma. Pada pemeriksaan
didapatkan shadow test positif.
3. Matur
Merupakan stadium tiga (tahap lanjut), dimana kekeruhan telah mengenai seluruh
massa lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat deposit ion Ca yang menyeluruh. Jika katarak
dibiarkan, lensa akan menjadi keruh seluruhnya dan visus menurun drastis 1/300 atau hanya
dapat melihat lambain tangan dalam jarak 1 meter. Pada pemeriksaan didapatkan shadow test
negatif.
4. Hipermatur
Pada tahap akhir, korteks mencair sehingga nukleus jatuh dan lensa jadi turun dari
kapsulnya (Morgagni). Lensa terlihat keruh seluruhnya, visus sudah sangat menurun hingga
bias mencapai 0, dan dapat terjadi komplikasi berupa uveitis dan glaukoma. Pada
pemeriksaan didapatkan iris tremulans, bilik mata depan dalam, sudut bilik mata terbuka,
serta shadow test positif palsu.
Gejala Klinis
Pasien biasanya datang dengan penurunan ketajaman visual bagian sentral dan
bertambah berat saat lihat cahaya, penglihatan kabur, silau, sensitivitas cahaya, gangguan
sensitivitas kontras, lingkaran cahaya di sekitar lampu, atau kesulitan membaca, dan
penglihatan pada warna menjadi tidak jelas. Pemeriksaan slit lamp menunjukkan membran
semi-opaq dengan berbagai tingkat fibrosis yang terbentuk pada kapsul posterior. Tanda-
tanda penting lainnya termasuk mutiara Elschnig, cincin soemmering, dan kerutan pada
kapsul.6
Diagnosis
Katarak dapat didiagnosis pada saat pemeriksaan rutin mata. Ini karena sebagian besar
katarak tidak dapat dilihat pada pengamatan awal. Katarak akan mulai tampak pada stadium
imatur atau hipermatur, yang berpotensi menimbulkan kebutaan. Namun, Katarak pada setiap
perkembangannya yang paling awal, dapat diketahui melalui dilatasi maksimum pupil dengan
alat oftalmoskop, kaca pembesar, atau slit lamp. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien
katarak antara lain pemeriksaan sinar celah (slit lamp), funduskopi pada kedua mata bila
mungkin, tonometer.7
Patofisiologi
Perkembangan PCO adalah proses yang sangat dinamis dan melibatkan tiga fenomena
dasar: proliferasi, migrasi, dan diferensiasi sisa LEC.
Proliferasi sisa LEC tertinggi dalam 3 sampai 4 hari setelah operasi. Penyebab pasti
untuk respons LEC, yang mengarah pada proliferasinya dan perkembangan PCO belum
diketahui. Penghapusan massa serat lensa selama operasi katarak tampaknya mengubah
lingkungan sekitar, menginduksi proliferasi LEC. Korteks residual juga dapat meningkatkan
proliferasi PCO. Respon inflamasi ini dapat diperburuk oleh adanya bahan asing, yaitu IOL
ang meliputi leukosit multinuklear, sel raksasa, dan fibroblas, di bilik mata depan segera
setelah operasi. Penghilangan inti serat lensa juga menginduksi pembentukan sel fibrotik
tanpa adanya penyisipan IOL. Sel-sel ini memproduksi sitokin, termasuk transforming
growth factor beta (TGF-β), interleukin-1, interleukin-6, basic fibroblast growth factor
(bFGF), dan tumor necrosis factor alpha (TNF-α), yang mengaktifkan transformasi LEC,
proliferasi , metaplasia di sekitar ekuator kapsul anterior, dan migrasi menuju kapsul
posterior, menyebabkan penebalan dan hipertrofi.3,8
Migrasi LEC menuju kapsul posterior dan perlekatan selanjutnya ke kapsul posterior
difasilitasi oleh berbagai molekul perlekatan sel yang ada pada LEC. Matrix
metalloproteinases (MMPs), yang merupakan sekelompok enzim proteolitik, penting untuk
migrasi sel dan kontraksi yang dimediasi sel setelah penyembuhan luka.3
LEC memiliki kemampuan untuk menjalani diferensiasi normal dan abnormal. Jenis
pertama PCO melibatkan sel epitel anterior yang terletak di zona tengah kapsul anterior, yang
terdiri dari LEC yang relatif tidak aktif secara mitosis. Ketika dirangsang, sel- sel ini diubah
menjadi miofibroblas, menyebabkan metaplasia fibrosa. Sel juga dapat bermigrasi menuju
kapsul posterior, di mana mereka berproliferasi dan mengalami hipertrofi dan hiperplasia
pada permukaan kapsul, menyebabkan kekeruhan. Jenis PCO kedua terjadi ketika sel-sel
pluripoten berkumpul di sekitar ekuator kapsul. Ketika diaktifkan oleh interleukin, sel-sel ini
bermigrasi ke posterior. Sel-sel ini tidak mengalami fibrosis melainkan membentuk sel Wedl.
Sel-sel ini mengalami mitosis, proliferasi, hipertrofi, dan hiperplasia, menciptakan kekeruhan.
Sel-sel ini juga dapat berpartisipasi dalam pembentukan bentuk fibrosa PCO melalui proses
metaplasia fibrosa, muncul sebagai membran fibrosa. Metaplasia dan sel-sel inflamasi iris
dan badan siliaris serta eksudat fibrin juga merangsang perkembangan PCO. Selanjutnya,
serat kortikal sisa dapat beregenerasi, menciptakan kekeruhan patologis yang dikenal sebagai
cincin Soemmering dan mutiara Elschnig dan jauh lebih umum daripada PCO fibrotik dan
merupakan penyebab utama penurunan fungsi visual setelah operasi katarak.3,8
Tatalaksana
PCO yang mengaburkan penglihatan dapat diobati dengan intervensi bedah seperti
pengikisan kapsul posterior atau dengan kapsulotomi laser neodymium:YAG (Nd:YAG) non-
bedah. Gambar 3 menunjukkan mata sebelum dan sesudah Nd: kapsulotomi posterior YAG.
Melakukan kapsulotomi Nd: YAG dengan ukuran yang sesuai dan di lokasi yang tepat
merupakan tantangan. Kapsulotomi yang lebih besar dari diameter pupil pada kondisi
skotopik dapat mencegah gangguan penglihatan seperti diplopia monokular. Komplikasi
klinis dari kapsulotomi laser Nd:YAG meliputi peningkatan tekanan intraokular, glaukoma,
edema makula cystoid, dan ablasi retina.3
Pencegahan
Meskipun kemampuan untuk mengobati PCO secara efektif dengan kapsulotomi laser
Nd:YAG laser, potensi komplikasi dan biaya pengobatan yang signifikan menjadikan
pencegahan PCO sebagai tujuan penting. Selain itu, seiring tersedianya IOL akomodatif baru
yang mengandalkan kapsul posterior yang fleksibel dan utuh, pencegahan pembentukan PCO
akan semakin penting. Banyak penelitian telah mencoba untuk mengidentifikasi intervensi
yang menunda atau menghambat pembentukan PCO. Intervensi ini termasuk teknik bedah,
desain dan bahan IOL, dan intervensi farmakologis.4
Kesimpulan
Pada kasus pasien memiliki riwayat operasi katarak pada mata kiri 2 tahun
sebelumnya dan memiiliki keluhan sulit penglihatan kabur sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
juga merasa seperti ada kabut yang menghalangi penglihatannya. Tatalaksana yang diberikan
pada pasien Nd:YAG laser dengan hasil visus OS menunjukan perbaikan dari 20/100 menjadi
20/25.
Daftar Pustaka
1. Cantor LB, Rapuano CJ. Lens and cataract. San Francisco: American Academy of
Ophthalmology; 2015.
2. Konopinska J, Mlynarczyk M, Dmuchowska DA, Obuchowska I. Posterior Capsule
Opacification: A Review of Experimental Studies. J Clin. Med. 2021;h.1-15.
3. Raj SM, Vasavada AR, Jihar SRK, Vasada VA, Vasavada VA. Post-Operative
Capsular Opacification: A Review. International Journal of Biomedical Science. 2007
4 Desember;3(4):h.237-45.
4. Vaughan, Asbury. General Opthalmology.Mc Graw Hill. United Kingdom;2018.
5. Suhardjo SU, Agni AN. Ilmu kesehatan mata. Edisi ke-2. Yogyakarta: Departemen
Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2012.
6. Awh C, Goshe JM. Posterior Capsule Opacification. Diakses pada : 2 Oktober 2021.
Pada : https://eyewiki.aao.org/Posterior_Capsule_Opacification#cite_note-:2-5
7. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.
8. Konopinska J, Młynarczyk M, Młynarczyk DA, Obuchowska I. Posterior Capsule
Opacification: A Review of Experimental Studies. J. Clin Med. 2021:h.1-13.