Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keganasan atau kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang
tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah
tubuh dan menyebar ke organ lain.(1) Kanker sering dikenal oleh masyarakat sebagai
tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan yang
tidak normal atau abnormal. Tumor terbagi dalam 2 golongan, yaitu tumor jinak dan
tumor ganas. Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas.
Kanker dapat menimpa semua orang, pada semua golongan umur, dan pada
semua organ tubuh termasuk sistem urologi. Namun biasanya kanker lebih sering
menimpa orang yang berusia diatas 40 tahun. Umumnya sebelum kanker meluas dan
merusak jaringan disekitarnya, kita tidak dapat merasakan adanya keluhan ataupun
gejala, bila sudah bergejala biasanya penyakitnya sudah dalam tahap lanjut.
Di dunia, kematian akibat kanker menempati urutan ke dua setelah kematian
akibat kecelakaan atau acccident. Sedangkan di Indonesia, penyakit kanker juga
menempati urutan ke dua, tapi sebagai jenis penyakit yang terbanyak kedua
menyebabkan kematian setelah penyakit kardiovaskuler. Menurut Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 (RISKESDAS 2013), prevalensi penyakit kanker di Indonesia secara
keseluruhan atau prevalensi penyakit kanker nasional Indonesia persentasenya berada
pada 1,4‰, hasil tersebut didapat berdasarkan hasil wawancara semua umur. Pada
karakteristik berdasarkan kelompok umur, prevalensi penyakit kankerdi Indonesia
megalami peningkata seiring umur seseorang, hal ini bukan rahasia lagi, memang
penyakit kanker termasuk ke dalam penyakit degeneratif. Pada kelompok umur di bawah
satu tahun, prevalensi penyakit kanker hanya berada di angka 0,3‰, sempat
berfluktualisasi pada umur 1-14 tahun, namun kemudian persentase terus meningkat, dan
mencapai pucaknya pada kelompok umur lebih dari 75 tahun dengan persentase 5,0%.(2)
Menurut RISKESDAS 2013, kanker pada sistem urologi sendiri, kanker prostat
menduduki peringkat pertama dan merupakan jenis kanker urutan ketiga yang paling
sering dialami oleh penduduk Indonesia.(12)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anatomi Sistem Urogenital


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat
yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).(3)
Sistem urogenital merupakan sistem yang terdiri dari sistem urinarius dan sistem
genitalia. Dimana sistem urinarius dibagi menjadi traktus urinarius bagian atas dan bagian
bawah.(3)
Susunan sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua
ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika
urinaria tempat urin dikumpulkan, dan satu uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria. (4)
Untuk sistem genitalia eksterna pada pria dan wanita berbeda, pada pria terdiri dari penis,
testis dan skrotum; sedangkan wanita berupa vagina, uterus dan ovarium.(3)

Gambar 1. Anatomi Sistem Urogenital Pria

1.1.1 Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum pada kedua
sisi vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti
biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus
hepatis dextra yang besar.(4)
Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-
zat toksis atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.(4)
Fascia renalis terdiri dari fascia (fascia renalis), jaringan lemak perirenal,
dan kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat
pada permukaan luar ginjal.(4)
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan korteks.
Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut piramides renalis, puncak kerucut
tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil yang disebut papilla
renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi
dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi
dua atau tiga calices renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak
nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron
dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari glomerulus, tubulus proximal, ansa henle,
tubulus distal dan tubulus urinarius(4)
Ginjal mendapatkan vaskularisasi dari arteri renalis yang merupakan
percabangan dari aorta abdominalis yang mensuplai masing-masing ginjal dan
masuk ke hilus melalui cabang anterior dan posterior. Kedua arteri tersebut
menyebar sampai ke medulla ginjal, yang terletak diantara piramid disebut arteri
interlobaris. Dari arteri interlobaris, pada bagian medula ada arteri yang melewati
basis piramid disebut arteri arquata. Arteri arquata bercabang menjadi arteri
interlobularis yang berjalan tegak ke dalam korteks. Arteriol aferen berasal dari
arteri interlobularis. Satu arteriol aferen membentuk 50 kapiler yang membentuk
glomerulus. Arteriol eferen meninggalkan setiap glomerulus dan membentuk
jaringan kapiler peritubular yang mengelilingi tubulus proksimal dan distal untuk
memberi nutrien serta mengeluarkan zat-zat yang direabsorpsi. Kapiler
peritubular mengalir kedalam vena korteks yang kemudian menyatu membentuk
vena interlobularis. Vena arquata menerima darah dari vena interlobaris yang
bergabung dan bermuara ke dalam vena renalis yang kemudian akan mengalirkan
darah ke vena kava inferiot(4)
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.(5)

1.1.2 Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesika urinaria. Panjangnya ±25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga
pelvis. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.(5)
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
1.1.3 Kandung kemih (vesika urinaria)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet.(5)

1.1.4 Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira
13,7-16,2 cm, terdiri dari uretra pars prostatika, uretra pars membranosa, uretra
pars spongiosa. Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter
uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini
hanya sebagai saluran ekskresi.(4)

1.1.5 Prostat
Prostat adalah organ genital yang hanya ditemukan pada pria karena
merupakan penghasil cairan semen yang hanya dihasilkan oleh pria. Prostat
berbentuk piramid, tersusun atas jaringan fibromuskular yang mengandung
kelenjar. Prostat pada umumnya memiliki ukuran dengan panjeng 1,25 inci atau
kira-kira 3 cm, mengelilingi uretra pria. Dalam hubungannya dengan organ lain,
batas atas prostat bersambung dengan leher bladder atau kandung kemih. Di
dalam prostat didapati uretra. Sedangkan batas bawah prostat yakni ujung prostat
bermuara ke eksternal spinkter bladder yang terbentang diantara lapisan
peritoneal. Pada bagian depannya terdapat simfisis pubis yang dipisahkan oleh
lapisan ekstraperitoneal. Lapisan tersebut dinamakan cave of Retzius atau ruangan
retropubik. Bagian belakangnya dekat dengan rectum, dipisahkan oleh fascia
Denonvilliers.(6)
Prostat memiliki lapisan pembungkus yang disebut dengan kapsul. Kapsul
ini terdiri dari 2 lapisan yaitu true capsule yang merupakan lapisan fibrosa tipis
pada bagian luar prostat dan false capsule yang merupakan lapisan
ekstraperitoneal yang saling bersambung, menyelimuti bladder atau kandung
kemih. Sedangkan Fascia Denowilliers berada pada bagian belakang.(6)

1.1.6 Testis
Testis terdiri dari dua organ kelenjar berbentuk oval yang mensekresikan
semen. Testis digantung oleh funikulus spermatikus dan terbungkus di dalam
skrotum. Ukuran volume normal dari testis orang dewasa kurang lebih 25 ml. Saat
awal perkembang kehidupan janin, testis terdapat di dalam rongga perut, di
belakang peritoneum. Sebelum kelahiran testis turun melewati kanalis inguinalis,
bersamaan dengan funikulus spermatikus melewati annulus inguinalis dan
menempati rongga skrotum dan dilapisi oleh lapisan serosa, muskularis, dan
fibrosa dari skrotum itu sendiri. Pembungkus testis sendiri di antaranya adalah
kulit, muskulus kremaster, tunika dartos, fascia infundibuliform, fascia intercrural,
dan tunika vaginalis.(7)

1.1.7 Penis
Penis terdiri dari tiga komponen utama : bagian distal (glans atau kepala),
bagian tengah (corpus atau shaft) dan bagian proksimal (root). Pada bagian kepala
terdapat glans dan sulkus koronaria, yang ditutup oleh foreskin (virtual sac),
permukaan bagian dalam dilapisi oleh membran halus. Glans bersifat kenyal, dan
berbentuk konus, serta terdiri dari meatus, corona dan frenulum. Meatus urethralis
vertikal dan berlokasi pada apeks, dimana muncul frenulum, . glans corona
merupakan lipatan lingkaran pada dasar glans. Pada permukaan glans terdapat
empat lapisan anatomi: lapisan membran mukosa, termasuk epitelium dan lamina
propria, korpus spongiosum dan korpora kavernosa. Tunika albuginea
memisahkan kedua struktur ini, penile atau pendulous urethra terletak ventral
didalam korpus dan glans; sementara korpus spongiosum yang erektil
mengelilinginya.Pemotongan transversal dari shaft akan menampilkan kulit,
dartos dan fascia ganda yang disebut dengan penile fascia, albuginea dan korpus
kavernosum.(7)

2.2 Karsinoma Ginjal


Karsinoma sel ginjal (renal cell carcinoma) adalah tumor maligna renal tersering, dua
kali lebih sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Kebanyakan sel
ginjal ditemukan di parenkim renal dan menimbulkan gejala yang baru.(8)
Kanker ginjal juga dikenal dengan nefrokarsinoma, karsinoma sel renal, hipernefroma,
dan tumor Grawitz. Penyakit ini biasanya muncul pada orang dewasa yang lebih tua, dengan
sekitar 85% berasal dari ginjal dan sisanya akibat metastasis dari tempat primer lain.(8)
Tumor ginjal biasanya bersifat solid, tetapi ada juga yang kistik. Bentuk simple cystic
biasanya bersifat jinak, sedangkan benuk complex cysts dapat bersifat ganas.
Tumor ginjal (yang biasanya besar keras, nodular, terenkapsulasi, unilateral, dan soliter)
bisa dipisagkan secara histologis menjadi tipe sel bersih (clear cell), granular, dan sel
spindel. Sekitar 50% penderita kanker ginjal dapat bertahan sampai 5 tahun. Insiden kanker
ginjal menyerang pria lebih banyak dibandingkan dengan wanita dan biasanya menyerang
pada seseorang dengan usia lebih dari 50 tahun.(8)
Adenokarsinoma sel ginjal atau clear cell adenocarcinoma (hipernefroma) merupakan
jenis kanker ginjal yang paling sering terjadi. Karsinoma sel transisional , suatu jenis kamker
pelvis renalis yang paling sering terjadi, juga terjadi pada ginjal. Jenis kanker ginjal
memiliki batas yang tegas, dikelilingi oleh jaringan lemak perinefrik dan tidak bersifat
infiltratif.(8)

2.2.1 Etiologi

Beberapa faktor seperti merokok dan terpapar secara langsung dengan bahan industri atau
bahan pelarut dapat meningkatkan faktor risiko terjadinya karsinoma sel transisional pada
ginjal. Selain itu, tumor ini juga mengalami peningkatan faktor risiko pada pasien dengan
riwayat pemberian analgetik berlebih, pasien dengan penyakit ginjal kronis, terpapar dengan
thorotrast (sebuah bentuk thorium dioksida yang digunakan sebagai media kontras
radiologis).(8)
Selain itu ada faktor predisposisi yang menyebabkan kanker ginjal yaitu :
1. Diet: konsumsi tinggi lemak, minyak, dan susu
2. Agen toksik: timah, kadmium, asbestos, produk-produk petroleum.
3. Merokok
4. Faktor genetik: onkogen pada lengan pendek kromosom 3. Antien HLA BW 44 dan DR-
8.
5. Penyekit lainnya: sindrom von HippelLindau (VHL)
6. Penyakit polikistik dewasa
7. Pasien dialisis ginjal.

2.2.2 Epidemiologi
Karsinoma sel ginjal merupakan jenis keganasan urutan kedelapan yang paling sering terjadi
pada orang dewasa. Di Amerika Serikat, terdapat sekitar 3%-4% pasien dengan keganasan
ginjal ini. Tingkat kejadian di dunia sekitar 1/100.000 kejadian sampai 15/100.000 kejadian
di tahun 2007. Kebanyakan tumor ini muncul pada usia dekade kelima sampai ketujuh. Dan
insidensi pada pria dibandingkan wanita adalah 3:1.(9)

2.2.3 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis kanker ginjal yaitu: (9)
1. Tumor tanpa disertai gejala dan ditemukan pada pemeriksaan fisik secara teratur. Saat me
lakukan palpasi ditemukan massa di daerah abdomen.
2. Lemah, anemia, berat badan menurun dan demam akibat efek sistemik kanker ginjal.
3. Classical triad :
a. Hematuria: dapat bersifat intermiten atau terus menerus pada pemeriksaan
mikroskopis maupun makroskopis.
b. Nyeri pinggul: terjadi akibat adanya distensi kapsul ginjal dan invasi tumor ke
sekitar struktur ginjal.
c. Teraba adanya massa di pinggul.

Tanda gejala lain yang dapat muncul:


a) Nyeri atau fraktur tulang akibat lesi yang bermetastasis.
b) Edema di kaki bagian kanan atas.
c) Demam kemungkinan karena hemoragi atau nekrosis
d) Hiperkalemia (berkembang dengan cepat, kemungkinan akibat produksi hormonpar
atiroid ektopik oleh tumor)
e) Hipertensi (akibat kompresi arteri renal yang disertai iskemia pada parenkim ginjal)
f) Mual dan Muntah
g) Retensi urin
h) Berat badan turun

2.2.3 Pemeriksaan Diagnostik


Ketika diduga kanker ginjal dapat dilakukan pemeriksaan: (9)
1. Pemeriksaan Radiologi
a. USG
b. CT-Scan
c. MRI
d. Nefrogram
2. Pemeriksaan sitopatologi
3. Pemeriksaan histopatologi (gold standard)

2.2.4 Stadium
Menurut American Joint Committee on Cancer, stadium dari karsinoma sel ginjal terdiri
dari: (9)

Tabel 1. Stadium Karsinoma Sel Ginjal berdasarkan TNM

P
e
n
g
g
o
l
o
n
g
a
n

s
t
a
d
i
u
m

:
S
t
adium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0
Stadium III : T1 atau T2 N1 M0
T3 N apapun M0
Stadum IV : T4 N apapun M0
T apapun N apapun M1

2.2.5 Penatalaksanaan
Ada beberapa tatalaksana yang dapat dilakukakn untuk kanker ginjal sesuai dengan letak
dan ada tidaknya metastase sel kanker, antara lain: (9)
1. Pengangkatan ginjal (nephrectomy)
a. Nefrektomi radikal
Nefrektomi radikal adalah pengangkatan ginjal, kelenjar adrenal ipsilateral,
jaringan sekitar, dan kelenjar limfe sekitarnya. Akibat adanya risiko
kekmabuhan pada ureter, urektomi juga dapat dilakukan.
b. Nefrektomi parsial
Nefrektomi parsial adalah pengangkatan bagian ginjal yang mengandung sel
kanker atau tumor. Hal ini dilakukan apabila seseorang hanya mempunyai satu
ginjal ketika kanker sudah mempengaruhi kedua ginjal maupun penderita yang
ukuran tumornya <4 cm.
c. Nefrektomi simple
Nefektomi simple adalah pengangkatan ginjal pada penderita kanker stadium I.

2. Arterial Embolization
Arterial embolization adalah tipe terapi lokal yang menyusutkan tumor dan
dilakukan sebelum tindakan pembedahan atau operasi. Dengan cara memasukan
tabung sempit kedalam pembuluh darah kaki, tabung dialirkan keatas sehingga
sampai pembuluh darah arteri utama ginjal, kemudian dokter menyuntikkan senyawa
pada pembuluh darah untuk menghalangi aliran darah ke ginjal.

3. Metastase kanker ke organ lain dapat dilakukan nephrectomy yang diikuti:


a. Terapi Biologi
Terapi sistemik atau terapi yang menggunakan senyawa-senyawa pada aliran
darah mencapai dan mempengaruhi seluruh sel tubuh. Terapi biologi
menggunakan kemampuan alamiah tubuh atau sistem imun untuk melawan
kanker.
b. Kemoterapi
Terapi dengan menggunakan obat-obatan anti kanker yang akan memasuki
aliran darah dan memasuki seluruh tubuh.

2.2.5 Prognosis
Kondisi pasien lebih lanjut dengan karsinoma ginjal ini tergantung pada tahap penyakit dan l
aju penyakit waktu diketahui. Faktor lain yang mempengaruhi adalah keadaan umum dan sta
tus nutrisi pasien.(9)
2.3 Nefroblastoma (Wilm’s tumor)
Tumor Wilms atau dikenal pula dengan istilah nefroblastoma merupakan tumor ginjal
primer tersering yang terjadi pada masa kanak-kanak, dan termasuk tumor ganas
retroperitoneal. Tumor Wilms merupakan neoplasma embrional yang tersusun atas tiga
elemen: blastema, epitel, dan stroma. Ginjal yang terkena biasanya unilateral tapi bisa
bilateral (5%). Insiden tertinggi terjadi pada usia 2-3 tahun dan 70% didiagnosis sebelum
usia 5 tahun. Hanya 10%-20% dari seluruh kasus tumor Wilms yang didiagnosis selama
tahun pertama kehidupan. Tumor Wilms dapat mengenai anak laki-laki maupun perempuan
dengan perbandingan yang sama, dan insidensnya lebih tinggi pada ras AfrikaAmerika
daripada ras Asia atau Kaukasia. Tumor ini berkaitan dengan kelainan kongenital tertentu
dan sindrom malformasi.(10)
Adanya massa besar di abdomen, terutama pada anak-anak usia 1-5 tahun harus
menimbulkan kecurigaan adanya Wilms tumor. Neoplasma ini bersifat agresif dan
bermetastase ke beberapa organ, namun responsif terhadap terapi kombinasi. Wilms tumor
bila terdiagnosis dan mendapatkan terapi yang tepat mempunyai angka kesembuhan yang
cukup tinggi yaitu mencapai 90%.(10)
2.3.1 Etiologi
Kebanyakan kasus bersifat sporadis, sekitar 1% bersifat familial yang diturunkan secara
autosomal dominan. Delesi pada kromosom 11p13 (10% kasus), 11p15, dan 16q telah
dilaporkan pada beberapa pasien tumor Wilms dan dikaitkan dengan meningkatnya risiko
menderita tumor tersebut. Gen 11p13 dinamai gen Wilms’ tumor 1 (WT1); gen 11p15
dinamai gen Wilms’ Tumor 2 (WT2); dan gen 16q dinamai gen Wilms’ tumor 3 (WT3).
Produk gen WT 1 adalah protein yang mengikat DNA yang ditemukan pada ginjal janin dan
jaringan genitourinari. Produk gen WT 2 dan WT 3 tidak diketahui.(11)
2.3.2 Manifestasi klinis
Gejala klinik yang dapat ditemukan antara lain: (12)
1. Perut membuncit (tumor abdomen): 75%-90%
2. Hematuria (makroskopis) terdapat kira-kira 20% kasus, mungkin akibat infiltrasi tumor
ke dalam kaliks.
3. Hipertensi diduga oleh karena penekanan tumor pada arteri renalis sehingga terjadi
iskemia jaringan ginjal atau akibat hipersekresi renin.
4. Anemia dan penurunan berat badan
5. Demam, malaise, muntah-muntah, dan anoreksia
6. Nyeri perut yang bersifat kolik akibat perdarahan sehingga terjadi penggumpalan darah
dalam saluran kencing
7. Tanda-tanda infeksi saluran kencing.

2.3.3. Stadium Tumor


Penentuan stadium pada tumor Wilms berdasarkan penemuan histopatologi, dan
metastase tumor, dikenal lima tingkatan menurut The National Wilms’ Tumor Study
Committee: (12)
Stadium I : Terbatas dalam ginjal, eksisi sempurna
Stadium II : Keluar ginjal, eksisi sempurna
Stadium III : Sisa tumor dalam abdomen
Stadium IV : Metastase jauh
Stadium V : Bilateral
2.3.4 Penegakan Diagosis
Diagnosis Wilms’ tumor dapat ditegakkan dengan pemeriksaan menyeluruh, seperti:
(11)

1. Anamnesis
Ada tidaknya keluhan berupa massa di abdomen, hematuria makroskopis, hipertensi,
anemia, penurunan berat badan, demam, muntah-muntah, anoreksia, nyeri perut
(kolik), tanda-tanda ISK
Riwayat penyakit keluarga seperti, adanya kanker, kelainan kongenital, dan tumor
jinak.
2. Pemeriksaan fisik
Berupa pemeriksaan tekanan darah, suhu tubuh, berat badan, tanda-tanda anemia,
hepatomegali, kelainan kongenital seperi aniridia, hemihipertrofi, kelainan traktur
genitourinarius, dll.
3. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan urinalisis
b. Pemeriksaan kimia darah: BUN, kreatinin, SGOT, SGPT, alkalin fosfatase
- Pemeriksaan radiologis
a. Intravena pielogram (IVP): tampak distorsi sistem pielokalises (perubahan bentuk)
b. USG abdomen: tampak tumor padat di daerah ginjal
c. CT-scan abdomen: dapat mengkonfirmasi adanya massa yang berasal dari intrarenal
dan mempertegas anatomi tumor

2.3.5 Tatalaksana
Terapi utama dari Wilms’ tumor adalah nefrektomi, kemudian diikuti dengan
kemoterapi. Nefrektomi juga sangat bergantung dari stage patologi. Semua tumor stage I,
apapun hasil histologinya dan tumor stage II dengan histologis tanpa gambaran anaplasia
di terapi dengan nefrektomi total dan lanjutan kemoterapi 2 agen (actinomycin D dan
vincristine) selama 6 bulan tanpa radiasi. Agen kemoterapi lainnya dan juga radiasi dapat
digunakan untuk tumor yang stage nya lebih tinggi. Wilms’ tumor bilateral hanya
dibiopasi dan dilanjutkan dengan kemoterapi.

2.3.6 Prognosis
Berikut ini adalah faktor prognostik dari parameter klinis dan morfologi tumor:
a. Usia penderita
Pasien berusia dibawah 2 tahun mempunyai risiko metastasis yang lebih kecil dan 5-
year survival rate yang lebih baik dibandingkan dengan pasien berusia diatas 2 tahun.
b. Stage
Stage klinikopatologi merupakan penentu yang paling penting. Invasi kapsuler, ruptur
saat operasi, invasi vena ekstrarenal, dan metastase tumor ke tempat lain dan juga bila
mengenai kedua belah ginjal, prognosisnya akan bertambah buruk
c. Ukuran tumor
d. Anaplasia

2.4 Karsinoma Vesika Urinaria (buli-buli)


2.4.1 Definisi dan Epidemiologi
Karsinoma buli/kandung kemih merupakan suatu penyakit keganasan yang mana
sel-sel yang melapisi kandung kemih kehilangan kemampuan dalam mengontrol
pertumbuhan dan pembelahan sel-selnya. Suatu pertumbuhan yang abnormal ini akan
menghasilkan suatu kelompok sel-sel yang kemudian membentuk tumor. Karsinoma buli
merupakan suatu keganasan di bidang urologi yang banyak ditemui.
Berdasarkan American Cancer Society (ACS) terdapat sekitar 63.210 kasus karsinoma buli
di Amerika serikat pada tahun 2005 dan 12.700 diantaranya meninggal akibat penyakit ini.
2.4.2 Etiologi dan Faktor Risiko
Keganasan buli terjadi karena induksi bahan karsinogen yang banyak terdapat di sekitar
kita.
Beberapa faktor resiko yang mempermudah seseorang menderita karsinoma buli adalah :
• Merokok
Merokok merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya karsinoma buli. Merokok
mengakibatkan setengah dari kematian pada pria dengan karsinoma buli dan lebih dari
sepertiga pada wanita dengan karsinoma buli.
• Pekerjaan
Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik karet, tekstil,
percetakan, dan pekerja pada salon sering terpapar bahan karsinogen berupa senyawa amin
aromatik.
• Infeksi kandung kemih kronis dan batu buli
• Umur (> 40 tahun)
• Jenis kelamin (laki-laki 3-4x lebih banyak dibanding wanita)
• Ras
• Riwayat karsinoma buli
• Riwayat keluarga
• Infeksi parasit

2.4.3 Jenis histopatologi


Ada beberapa jenis karsinoma buli, antara lain:
• Karsinoma sel transisional (urothelial)
• Karsinoma sel skuamosa
• Adenokarsinoma
Sebagian besar (± 90%) karsinoma buli adalah karsinoma sel transisional. Jenis ini bersifat
multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional
yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior. Sedangkan jenis karsinoma sel skuamosa
terjadi pada 10% kasus dan adenokarsinoma sekitar 2% kasus.

2.4.4 Gejala klinis


Gejala klinis yang dapat ditimbulkan dari suatu karsinoma buli antara lain:7
• Darah pada urin (hematuria makroskopis atau hematuria mikroskopis)
• Nyeri saat proses mengeluarkan urin (disuria)
• Urgensi
• Frenkuensi
• Nyeri pada daerah pelvis atau pinggang
• Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien datang
dengan meminta pertolongan karena tidak dapat miksi

2.4.5 Pemeriksaan
• Pemeriksaan per-rektal atau vaginal.
Hal ini berguna untuk memeriksa keberadaan tumor dengan ukuran yang cukup
besar. Pemeriksaan palpasi bimanual sangat berguna untuk menentukan infiltrasi.
Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli relaks) pada
saat sebelum dan sesudah reseksi tumor TUR Buli.
• Sistoskopi (atau disebut juga sistouretroskopi)
Suatu pemeriksaan yang mana alat ini dimasukkan sepanjang uratra untuk memeriksa
kandung kemih dan traktus urinarius untuk melihat adanya suatu
abnormalitas struktural atau obstruksi , seperti tumor atau batu. Contoh jaringan kandung
kemih (biopsi) dapat diambil melalui sistoskop untuk kemudian diperiksa dengan
menggunakan mikroskop.
• Intavenous pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini berguna untuk memeriksa ginjal, ureter, dan kandung kemih, mendeteksi
adanya tumor, abnormalitas, batu, dan mengetahui obstruksi jenis lainnya. Pemeriksaan
IVP dapat mendeteksi adanya tumor buli berupa filling deffect. Didapatkannya
hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda tanda adanya infiltrasi tumor
ke ureter atau muara ureter.
Gambar 1. Gambaran IVP pada karsinoma buli8
• Laboratorium
Laboratorium yang dapat digunakan anatara lain darah rutin, kimia darah, urin
mikroskopis dan deteksi bakteri di dalam urin. Selain itu dapat pula dilakukan
pemeriksaan sitologi urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urin.

2.4.6 Derajat invasi (stadium)


Penentuan derajat invasi tumor berdasarkan sistem TNM atau berdasarkan
penentuan stadium dari Marshal adalah sebagai berikut :

Tabel 2. stadium karsinoma buli sesuai system TNM dan stadium menurut Marshal
TNM Marshal Uraian
Tis 0 Karsinoma in situ
Ta 0 Tumor papilari non invasif
T1 A Invasi submukosa
T2 B1 Invasi otot superfisial
T3a B2 Invasi otot profunda
T3b C Invasi jaringan lemak prevesika
T4 D1 Invasi ke organ sekitar
N1-3 D1 Metastasis ke limfonoduli regional
M1 D2 Matastasis homogen

Berdasarkan American Joint Committee on Cancer (AJCC) stadium untuk karsinoma buli
terdiri dari Stage 0 – Stage IV, antara lain :
• Stage 0 : kanker superfisial atau karsinoma in situ
• Stage I : sel kanker sudah masuk di bawah jaringan mukosa kandung kemih, namun
belum menginvasi otot kandung kemih
• Stage II : sel kanker sudah menginvasi jaringan otot kandung kemih
• Stage III : sel kanker sudah menyebar melewati lapisan otot menuju jaringan di sekitar
kandung kemih, seperti prostat (pada pria) atau uterus (pada wanita)
• Stage IV : sel kanker telah meluas hingga ke rongga abdomen, dan dapat menyebar ke
jaringan limph organ lainnya di dalam tubuh

2.4.7 Terapi dan Prognosis


Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli adalah reseksi buli
transuretra atau TUR Buli. Pada tindakan ini dapat sekaligus ditentukan luas infiltrasi
tumor.

Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya antara lain :


Tabel 3. tata laksana dan prognosis karsinoma buli
Tingkat TNM Tatalaksana 5 years survival rate
Tis TUR buli 90%
Ta
T1 TUR buli, kemoterapi intravesika 60-80%
T2 Sistektomi total dan limfadenektomi 50%
T3a Sistektomi total dan limfadenektomi 40%
T4 Sistektomi total dan limfadenektomi 30%
N+ Sistektomi radikal, terapi paliatif, 10%
kemoterapi sistemik
M+ Kemoterapi sistemik 0-2%

2.5 Karsinoma Prostat

2.5.1 Definisi dan epidemiologi


Bentuk keganasan prostat yang tersering adalah Adenokarsinoma prostat, bentuk lain
yang jarang adalah: sarkoma (0,1-0,2%), karsinoma urotelial (1-4%), limfoma dan
leukemia. Oleh karena itu, terminologi Kanker prostat mengacu pada Adenokarsinoma
prostat.(12)
2.5.2 Faktor risiko
(13)
Beberapa faktor yang meningkatkan resiko terkena karsinoma prostat, termasuk:
1. Usia
Jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, namun insidensi meningkat dengan cepat
pada usia di atasnya. 

2. Ras
Kanker jenis ini lebih sering mempengaruhi orang-orang di Afrika Amerika di Amerika
dan laki-laki Karibia . Di Amerika Serikat, ras Afrika memiliki risiko 
lebih tinggi dari
jenis kanker, dibandingkan orang Asia maupun Hispanik.
3. Diet dan gaya hidup
Diet tinggi lemak jenuh, daging merah, sedikit buah dan sedikit sayuran, rendah tomat,
rendah ikan dan atau rendah kedelai meningkatkan resiko terkena kanker prostat. Diet
tinggi kalsium juga berhubungan dengan peningkatan resiko kanker prostat. Hubungan
kanker prostat dengan obesitas masih kontroversial, namun obesitas berhubungan
dengan tingginya grading kanker prostat.
4. Riwayat keluarga
Memiliki anggota keluarga dengan karsinoma prostat meningkatkan risiko penyakit.
Seorang laki-laki yang memiliki ayah atau saudara laki laki yang terdiagnosa kanker
pada usia 50 tahun memiliki resiko 2 kali lipat lebih tinggi terkena karsinoma prostat.
Resiko meningkat menjadi tujuh samapi delapan kali lipat lebih tinggi pada laki laki
yang memiliki dua atau lebih keluarga yang menderita kanker prostat.
5. Mutasi Genetik Berhubungan dengan mutasi BRCA1 atau BRCA2 dan sindrom Lynch.
2.5.3 Penegakan diagnosis
Kanker prostat stadium awal hampir selalu tanpa gejala. Kecurigaan akan
meningkat dengan adanya gejala lain seperti: nyeri tulang, fraktur patologis ataupun
penekanan sumsum tulang. Untuk itu dianjurkan pemeriksaan PSA usia 50 tahun,
sedangkan yang mempunyai riwayat keluarga dianjurkan untuk pemeriksaan PSA lebih
awal yaitu 40 tahun. (14)
Pemeriksaan utama dalam menegakkan Kanker prostat adalah anamnesis
perjalanan penyakit, pemeriksaan colok dubur, PSA serum serta ultrasonografi
transrektal/ transabdominal. (14)
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil biopsi prostat atau spesimen operasi berupa
adenokarsinoma. Selain itu pemeriksaan histopatologis akan menentukan derajat dan
penyebaran tumor. (14)
- Pemeriksaan colok dubur
Kebanyakan Kanker prostat terletak di zona perifer prostat dan dapat dideteksi dengan
colok dubur jika volumenya sudah > 0.2 ml. Jika terdapat kecurigaan dari colok dubur
berupa: nodul keras, asimetrik, berbenjol-benjol, maka kecurigaan tersebut dapat
menjadi indikasi biopsi prostat. Delapan belas persen dari seluruh penderita Kanker
prostat terdeteksi hanya dari colok dubur saja, dibandingkan dengan kadar PSA.
Penderita dengan kecurigaan pada colok dubur dengan disertai kadar PSA > 2ng/ml
mempunyai nilai prediksi 5-30%.(14)
- Prostate-specific antigen (PSA) Pemeriksaan kadar PSA telah mengubah kriteria
diagnosis dari Kanker prostat. PSA adalah serine-kalikrein protease yang hampir
seluruhnya diproduksi oleh sel epitel prostat. Pada prakteknya PSA adalah organ
spesifik namun bukan kanker spesifik. Maka itu peningkatan kadar PSA juga dijumpai
pada BPH, prostatitis, dan keadaan non-maligna lainnya. Kadar PSA secara tunggal
adalah variabel yang paling bermakna dibandingkan colok dubur atau TRUS.(14)
Sampai saat ini belum ada persetujuan mengenai nilai standar secara internasional.
Kadar PSA adalah parameter berkelanjutan semakin tinggi kadarnya, semakin tinggi
pula kecurigaan adanya Kanker prostat. Nilai baku PSA di Indonesia saat ini yang
dipakai adalah 4ng/ml.
- Transrectal ultrasonography (TRUS) dan biopi prostat Gambaran klasik hipoekhoik
adanya zona peripheral prostat tidak akan selalu terlihat. Gray-scale dari TRUS tidak
dapat mendeteksi area Kanker prostat secara adekuat. Maka itu biopsi sistematis tidak
perlu digantikan dengan biopsi area yang dicurigai. Namun biopsi daerah yang
dicurigai sebagai tambahan dapat menjadi informasi yang berguna. (14)

2.5.4 Diagnosis banding


Terdapat beberapa diagnosis banding dari karsinoma prostat, seperti:
- Benign Prostat Hiperplasia

- Acute Bacterial Prostatitis dan Abses prostat
- Bacterial Prostatitis

- Non bacterial Prostatitis

- TB sistem genitourinaria

2.5.5 Klasifikasi histologik dan stadium


Derajat keganasan Derajat Adenokarsinoma prostat dengan sistem skor Gleason
(modifikasi). Pengelompokan skor Gleason terdiri dari Diferensiasi baik ≤ 6,
sedang/moderat 7 dan buruk (8-10).
Stadium Sistem staging yang digunakan untuk Kanker prostat adalah menurut
AJCC(American Joint Committee on Cancer) 2010:
Tabel 4. Stadium Kanker prostat menurut AJCC 2010(15)
Tumor primer (T)
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tumor primer tidak dapat ditemukan
T1 Tumor yang tidak dapat dipalpasi atau dilihat pada
pemeriksaan pencitraan (tidak terdeteksi secara klinis)
T1a Tumor ditemukan secara kebetulan (PA),<5% dari jaringan
yang direseksi
T1b Tumor ditemukan secara kebetulan (PA) >5% dari jaringan
yang direseksi
T1c Tumor diidentifikasi dengan pemeriksaan biopsi jarum
T2 Tumor terbatas di prostat
T2a Tumor mengenai setengah atau kurang dari satu lobus
T2b Tumor mengenai lebih setengah dari satu lobus, tetapi tidak
mengenai kedua lobus
T2c Tumor mengenai kedua lobus
T3 Tumor menembus kapsul
T3a Ekstensi ekstrakapsular (unilateral atau bilateral)
T3b Tumor mengenai vesicula seminalis
T4 Tumor terfiksasi atau mengenai struktur yang berdekatan,
selain vesicula seminalis, seperti: kandung kemih, mm.levator
dan/atau dinding pelvis
Kelenjar getah bening (N)
Klinis
Nx KGB regional tidak dapat dinilai
N0 Tak ada penyebaran KGB regional
N1 Terdapat penyebaran KGB regional
Metastasis jauh (M)
Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tak ada metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
M1a Metastasis KGB non regional
M1b Metastasis ke tulang
M1c Metastasis ke organ lain dengan atau tanpa keterbatasan
tulang

2.5.6 Tatalaksana
Pengobatan Kanker prostat ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu grading
tumor, staging, ko-morbiditas, preferensi penderita, usia harapan hidup saat diagnosis.
Mengingat data untuk menentukkan usia harapan hidup saat diagnosis belum ada di
Indonesia, maka digunakan batasan usia sebagai salah satu parameter untuk menentukan
pilihan terapi.
Tabel 5. Penatalaksanaan kanker yang terlokalisir (16)
Risiko Usia
>80 tahun 71-80 tahun ≤70 tahun
Rendah: 1. Monitoring 1. Monitoring 1. Postatektomi
T: 1a atau 1c dan aktif aktif radikal
Gleason 2-5 dan 2. EBRT atau 2. EBRT atau
PSA <10 dan brakhiterapi brakhiterapi
temuan biopsi: permanen permanen
unilateral <50% 3. Terapi 3. Montioring
investigasional aktif
4. Terapi
investigasional
Sedang: 1. Monitoring 1. EBRT, 1. Postatektomi
T: 1b atau 2a atau aktif brakhiterapi radikal
Gleason: 6 atau 2. EBRT, permanen atau 2. EBRT,
3+4 atau PSA <10 brakhiterapi kombinasi brakhiterapi
atau temuan biopsi permanen atau 2. Postatektomi permanen atau
kombinasi radikal kombinasi
bilateral <50% 3. Terapi 3. Terapi 3. Terapi
investigasional investigasional investigasional
Tinggi: 1. Terapi 1. EBRT+terapi 1. EBRT+terapi
T: 2b, 3a, 3b atau hormonal hormonal (2-3 hormonal (2-3
Gleason ≥4+3 atau 2. EBRT+terapi tahun) tahun)
PSA: 10-20 atau hormonal 2. Terapi 2. Prostatektomi
Temuan 3. Terapi hormonal radikal +diseksi
biopsi >50% investigasonal 3. Prostatektomi KGB pelvis
radikal + 3. Terapi
perineural duktal
diseksi KGB investigasional
pelvis 4. Terapi
4. Terapi hormonal
investigasional
Sangat tinggi: 1. Terapi 1. Terapi 1. EBRT+terapi
T: 4 atau Gleason hormonal hormonal hormonal
≥8 atau PSA: >20 2. EBRT+terapi 2. EBRT+terapi 2. Terapi
atau temuan hormonal hormonal hormonal
biopsi: 3. Terapi 3. Prostatektomi 3. Postatektomi
limfovaskuler, investigasional radikal + radikal+ diseksi
diseksi KGB KGB pelvis
neuroendokrin
pelvis 4. Terapi
4. Sistemik terapi sistemik+terapi
non hormonal hormonal
(kemoterapi) 5. Terapi
multimodal
investigasional

Penatalaksanaan menurut NCCN 2015: (17)


Kelompok resiko tinggi adalah T3a atau Score Gleason 8 s/d 10, atau PSA > 20 mg/mL.
Diberikan terapi inisial dengan:
1. External Beam Radiotherapy (EBRT) + Androgen Deprivated Therapy ( ADT) selama 2-
3 tahun (Kategori 1) atau 

2. EBRT + Brakhiterapi ± ADT (2-3 tahun) dengan monitoring PSA setiap 6-12 bulan
selama 5 tahun, atau 

3. Radical Prostatectomy (RP) + Pelvic Lymph Node Dissection (PLND) 

a. Jika ditemukan margin positif, invasi ke vesikula seminalis, extensi extra
kapsular, atau PSA terdeteksi maka ditambahkan EBRT atau dilakukan observasi.
Dengan monitoring PSA setiap 6-12 bulan selama 5 tahun
b. Jika didapatkan metastasis ke nodus limpatik, ditambahkan ADT dengan atau
tanpa EBRT atau observasi. Dengan monitoring PSA setiap 6-12 bulan selama 5
tahun
Kelompok resiko sangat tinggi adalah T3b sampai T4, score Gleason primer 5 atau Score
Gleason 8 s/d 10, dengan inti lebih dari 4 diberikan terapi inisial dengan:
1. EBRT + ADT 2-3 tahun (kategori 1) Dengan monitoring PSA setiap 6-12 bulan selama 5
tahun atau 

2. EBRT + Brachytherapi ± ADT (2-3 tahun) Dengan monitoring PSA setiap 6-12 bulan
selama 5 tahun atau 

3. RP + PLND
a. Jika ditemukan margin positif, invasi ke vesikula seminalis, extensi extra
kapsular, atau PSA terdeteksi maka ditambahkan EBRT atau dilakukan
observasi. Monitoring PSA setiap 6-12 bulan selama 5 tahun 

b. Jika didapatkan metastasis ke nodus limpatik, ditambahkan ADT dengan atau
tanpa EBRT atau observasi. Dengan monitoring PSA setiap 6-12 bulan selama 5
tahun
(14)
Penatalaksanaan Kanker yang Telah Metastasis
- Androgen Deprivation Therapy(ADT) merupakan baku emas terapi Terapi ini dapat
berupa kastrasi dengan obat atau pembedahan (orkhidektomi).54 Tingkat kastrasi yang
diinginkan adalah kadar testosteron < 20ng/dL.
- Pemberian Lutenising Hormone Releasing-Hormone(LHRH) agonis seharusnya
disertai pemberian anti-androgen untuk mencegah flareup sedikitnya 14 hari.

2.5.7 Prognosis
Kanker prostat memiliki survival rate yang baik. Survival rate keseluruhan 5-tahun , 10
tahun, dan 15 tahun secara berturut adalah 100%, 98%, dan 95%.(14)

2.6 Karsinoma Testis

2.6.1 Definisi dan epidemiologi

Tumor testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Lebih dari 90%
berasal dari sel germinal. Tumor ini mempunyai derajat keganasan tinggi, tetapi dapat
sembuh bila diberi penanganan adekuat. Tumor ini mempunyai petanda tumor sejati yang
sangat berharga untuk diagnosis, rencana terapi dan kontrol.(18)

Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria berusia diantara 15-35
tahun dan merupakan 1-2% dari semua neoplasma pada pria. Akhir-akhir ini terdapat
perbaikan usia harapan hidup pasien yang mendapatkan terapi jika dibandingkan dengan
30 tahun yang lalu, karena sarana diagnosis lebih baik, diketemukan petanda tumor,
diketemukan regimen kemoterapi dan radiasi, serta teknik pembedahan yang lebih baik.
Angka mortalitas menurun dari 50% (1970) menjadi 5% (1977).(18)

Dari semua tumor maligna pada laki-laki 1-2% terlokalisasi di dalam testis. Kira-
kira 90% dari semua tumor testis primer terdiri atas tumor sel embrional, selanjutnya
dapat dijumpai tumor sel Sertoli-Leydig dan limfoma maligna. Insidensi tumor sel
embrional maligna di Belanda adalah kira-kira 4 per 100.000 laki-laki tiap tahun. Ini
berarti bahwa tiap tahun kira-kira 300 penderita baru didiagnosis dengan kelainan
maligna ini. Tumor-tumor sel embrional maligna testis merupakan tumor maligna yang
paling sering terdapat pada laki-laki usia 20-40 tahun meskipun pada penderita kurang
dari 5 tahun dan lebih dari 70 tahun juga dapat dijumpai tumor testis.(8)

2.6.2 Etiologi dan faktor risiko

Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat beberapa faktor
yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis, antara lain maldesensus
testis, trauma testis, atrofi atau infeksi testis dan pengaruh hormon.(18)
Penderita kriptorkismus atau bekas kriptorkismus mempunyai resiko lebih tinggi
terjadinya tumor testis ganas. Walaupun pembedahan kriptorkismus pada usia muda
mengurangi insidens tumor sedikit, resiko terjadinya tumor tetap tinggi. Kriptorkismus
merupakan suatu ekspresi disgenesia gonad yang berhubungan dengan transformasi ganas.
Penggunaan hormon dietilstilbestrol yang terkenal sebagai DES oleh ibu pada kehamilan
dini meningkatkan resiko tumor maligna pada alat kelamin bayi pada usia dewasa muda.(18)
Selain itu, pada laki-laki dengan adanya riwayat keluarga yang mengalami kanker testis
meningkatkan risiko terjadinya kanker testis.(18)
2.6.3 Klasifikasi
Berdasarkan rekomendasi dari WHO tahun 2004 mengenai klasifikasi kanker
testis berdasarkan gambarang histopatologis, maka kanker testis dibagi menjadi: (19)
a. Germ cell tumours
- Neoplasia sel germ intralobular
- Seminoma
- Seminoma spermatositik
- Karsinoma embrional
- Yolk sac tumour
- Koriokarsinoma
- Teratoma (mature, immature, dan diserai komponen yang ganas)
- Tumor dengan lebih dari satu jenis histologis
b. Sex cord / gonadal stomal tumours
- Tumor sel Leydig
- Tumor sel Sertoli
- Tumor sel Sertoli ganas
- Tumor sel granulosa (adult type, juvenile type)
- Thecoma / fibroma group of tumours
- Gonadoblastoma

Seminoma merupakan tumor maligna testis yang tersering, diikuti dengan


Karsinoma embrional, teratoma dan khoriokarsinoma. Sekresi Gonadotropin
khorionik berhubungan dengan hiperplasia sel Leydig. Tumor testis sel benigna jarang
terjadi.(18)
Seminoma dapat dianggap sebagai tumor pendahulu sel embrional (gonosit) yang
arah diferensiasinya berlanjut ke arah sel embrional (germ cell). Tumor-tumor non
seminoma dapat dianggap sebagai tumor sel embrional pluripoten. Tumor yang paling
tidak terdiferensiasi dalam golongan ini adalah karsinoma sel embrional yang didalamnya
tidak tampak arah diferensiasi spesifik. Koriokarsinoma berupa produk kehamilan,
Teratoma merupakan campuran jaringan-jaringan somatik, seperti berbagai tipe epitel,
tulang rawan, jaringan otot dan saraf dan berasal dari berbagai lapisan embrional
(ektoderm, mesoderm, endoderm). Jika jaringan-jaringan ini menunjukkan struktur
normal (hampir normal) maka ini disebut teratoma matur, jika arah diferensiasi jaringan
dapat dikenal dengan baik, dan jika diferensiasinya tidak seluruhnya dewasa/matang,
maka ini disebut teratoma imatur. Tipe non-seminoma merupakan manifestasi berbagai
arah diferensiasi sel-sel embrional pluripoten, maka tidak mengherankan bahwa suatu
non seminoma hampir selalu tersusun atas bermacam-macam komponen. (18)

2.6.4 Manifestasi klinis

Pasien biasanya mengeluh adanya pembesaran testis yang seringkali tidak nyeri,
namun 30% mengeluh nyeri dan terasa berat pada kantung skrotum, sedang 10%
mengeluh nyeri akut pada skrotum. Tidak jarang pasien mengeluh karena merasa ada
massa di perut sebelah atas (10%) karena pembesaran kelenjar para aorta, benjolan pada
kelenjar leher dan 5% pasien mengeluh adanya ginekomastia. Ginekomastia adalah
manifestasi dari beredarnya kadar ß HCG didalam sirkulasi sistemik yang banyak
terdapat pada koriokarsinoma.(18)

Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak nyeri pada
palpasi dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi. Diperhatikan adanya infiltrasi tumor
pada funikulus atau epididimis. Perlu dicari kemungkinan adanya massa di abdomen,
benjolan kelenjar supraklavikuler, ataupun ginekomasti.(18)

Simtomatologi dari tumor primer : (8)

 Permulaan akut ( gambaran seperti orkitis, epididimitis, torsio testis ).


 Permulaan yang diskret seperti pembengkakan tanpa nyeri testikal atau pengerasan lokal
atau deformasi testikel.
 Hidrokel simtomatik ( sesudah pungsi palpasi testis ).
 Nyeri lokal, sering menyebar di sisi yang sama ke krista iliaka.
 Kadang-kadang sama sekali tanpa keluhan atau kelainan ; metastasis merupakan
manifestasi pertama penyakitnya.

Simtomatologi mengenai metastasis : (8)

 Nyeri punggung yang samar akibat metastasis kelenjar retroperitoneal.


 Kolik ginjal sebagai akibat bendungan atau penutupan ureter oleh metastasis kelenjar
retroperitoneal.
 Nyeri yang menyebar ke tungkai.
 Tumor yang palpabel di perut sebagai akibat metastasis kelenjar limfe.
 Pembengkakan subklavikular, terutama kiri.
 Dispnoe, hemoptoe, iritasi pleura oleh metastasis paru.
 Malaise umum dengan anemia dan laju enap darah yang tinggi.

Pada dasarnya, diagnosis karsinoma testis mudah karena merupakan benjolan di


dalam testis yang tidak nyeri dan yang tidak diafan pada uji transiluminasi. Biasanya
tumor terbatas di dalam testis sehingga mudah dibedakan dari epididimis pada palpasi
yang dilakukan dengan telunjuk dan ibu jari. Gejala dan tanda lain seperti nyeri
pinggang, kembung, dispnoe atau batuk dan ginekomasti menunjukkan pada metastasis
yang luas. Metastasis paraaorta sering luas dan besar sekali menyebabkan perut menjadi
kembung. Metastasis di paru kadang tertabur luas dan cepat menjadi besar, sehingga
sesak nafas. Gonadotropin yang mungkin disekresi oleh sel tumor dapat menyebabkan
ginekomasti. Kadang keadaan umum merosost cepat dengan penurunan berat badan.

2.6.5 Stadium
Table 6. Stadium kanker prostat menurut Boden/Gibb dan TNM (18)
Boden/Gibb TNM Keterangan
A(1) T Terbatas pada testis
Tis Intratubuller
T1 Testis dan rete testis
T2 Menembus tunika albuginea/epididimis
T3 Funikulus spermatikus
T4 Skrotum
B(II) N Penyebaran ke kelenjar limfe regional
(retroperitoneal)
B1 N1 Tunggal ≤2 cm
B2 N2 Tunggal ≥2 cm ≤5cm
B3 N3 >5 cm
C M Penyebaran di atas kelenjar retroperitoneal /
metastasis hematogen

2.6.6. Diagnosis

Untuk membantu penegakan diagnosis kanker testis dapat dilakukan beberapa


pemeriksaan penunjang, seperti: (20)
a. Pemeriksaan transluminasi
b. Pemeriksaan radiologis
- Pemeriksaan USG
- Pemeriksaan CT-scan thoraks dan abdomen
c. Pemeriksaan penanada karsinoma testis
- µFP (Alfa Feto Protein)
- HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
Diagnosis ditentukan dengan pemeriksaan histologik sediaan biopsi. Setiap
benjolan testis yang tidak menyurut dan hilang setelah pengobatan adekuat dalam waktu
dua minggu harus dicurigai dan dibiopsi. Biopsi harus dilakukan dari tetis yang didekati
melalui sayatan inguinal. Testis diinspeksi dan dibuat biopsi insisi setelah funikulus
ditutup dengan jepitan klem untuk mencegah penyebaran limfogen atau hematogen.
Tidak boleh diadakan biopsi langsung melalui kulit skrotum karena bahaya pencemaran
luka bedah dengan sel tumor dengan implantasi lokal atau penyebaran ke regio inguinal.
Bila ternyata ganas dilakukan orkidektomi, yang disusuli pemeriksaan luas untuk
menentukan jenis tumor, derajat keganasan dan luasnya penyebaran(20)

Penanda tumor pada karsinoma testis germinal bermanfaat untuk membantu


diagnosis, penentuan stadium tumor, monitoring respons pengobatan dan sebagai
indikator prognosis tumor testis. Penanda tumor yang paling sering diperiksa pada tumor
testis adalah (20)

o µFP (Alfa Feto Protein) adalah suatu glikoprotein yang diproduksi oleh karsinoma
embrional, teratokarsinoma atau tumor yolk sac, tetapi tidak diproduksi oleh
koriokarsinoma murni dan seminoma murni. Penanda tumor ini mempunyai masa paruh
5-7 hari.
o
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) adalah suatu glikoprotein yang pada keadaan
normal diproduksi oleh jaringan trofoblas. Penanda tumor ini meningkat pada semua
pasien koriokarsioma, pada 40%-60% pasien karsinoma embrional, dan 5%-10% pasien
seminoma murni. HCG mempunyai waktu paruh 24-36 jam.

Pemeriksan ultrasonografi yang berpengalaman dapat membedakan dengan jelas


lesi intra atau ekstratestikuler dan masa padat atau kistik, namun ultrasonografi tidak
dapat memperlihatkan tunika albuginea, sehingga tidak dapat dipakai untuk menentukan
penderajatan tumor testis. Berbeda halnya dengan ultrasonografi, MRI dapat mengenali
tunika albuginea secara terperinci sehingga dapat dipakai untuk menentukan luas ekstensi
tumor testis. Pemakaian CT scan berguna untuk menentukan ada tidaknya metastasis
pada retroperitoneum. Sayangnya pemeriksaan CT tidak mampu mendeteksi
mikrometastasis pada kelenjar limfe retroperitoneal.(20)

2.6.7 Diagnosis banding


Diagnosis diferensial meliputi setiap benjolan didalam skrotum yang berhubungan
dengan testis dan keluhan-keluhan pada daerah testis, seperti epididimitis dan orkitis
(nyeri dan gejala-gejala inflamasi), torsio testis, hidrokel (kemungkinan hidrokel
simtomatik terdapat sebagai akibat tumor testis, diperlukan pungsi dan kemudian
palpasi), varikokel, spermatokel, kista epididimis, hernia skrotalis.(18)
2.6.8 Tatalaksana
Terapi standar bagi kanker testis unilateral adalah orchidectomy.Terutama pada
penderita dengan stadium I. Pada penderita dengan metastase jauh, penatalaksanaannya
diawali dengan kemoterapi (neoajuvan). Pilihan terapi berupa kemoterapi, operasi atau
radioterapi pada penderita dengan massa yang terlihat persisten dalam pemeriksaan
radiografi hingga saat ini masih kontroversial. (18)
Pada dugaan tumor testis tidak diperbolehkan melakukan biopsi testis, karena itu
untuk penegakan diagnosis patologi anatomi, bahan jaringan harus diambil dari
orkidektomi. Orkidektomi dilakukan melalui pendekatan inguinal setelah mengangkat
testis dan funikulus spermatikus sampai anulus inguinalis internus. Biopsi atau
pendekatan trans-skrotal tidak diperbolehkan karena ditakutkan akan membuka peluang
sel-sel tumor mengadakan penyebaran. Pada eksplorasi melalui insisi inguinal dalam
instansi pertama funikulus spermatikus harus diklem dulu untuk menghindari penyebaran
sel melalui darah atau saluran limfe. Kemudian tetis diluksasi dari skrotum di dalam luka
insisi dan diperiksa.(18)
2.6.9 Prognosis
Prognosis umumnya memuaskan, kecuali pada penderita dengan metastasis banyak di paru
atau bila terdapat kekambuhan dengan kadar petanda tumor yang tinggi. Prognosis tumor
testis bukan hanya bergantung kepada sifat histologiknya, melainkan terutama pada stadium
tumor. Ketahanan hidup 5 tahun adalah sebagai berikut :
- Seminoma, stadium I dan II : 95%
- Seminoma, stadium III-IV : 70-90%
- Non-seminoma, stadium I : 99%
- Non-seminoma, tumor sedikit : 70-90%
- Non-seminoma, tumor banyak : 40-70%

2.7 Karsinoma Penis


2.7.1 Definisi dan epidemiologi
Karsinoma penis biasanya adalah karsinoma sel skuamosa, meskipun terdapat jenis
kanker penis lainnya. Karsinoma sel skuamosa penis biasanya berasal dari lapisan epitel pada
prepusium bagian dalam atau dari glans penis. Karsinoma sel skuamosa penis terdiri dari
beberapa subtipe berdasarkan gambaran histologisnya. (21)
Kanker penis merupakan keganasan yang jarang terjadi. Kanker penis lebih sering terjadi
pada beberapa bagian Asia, Afrika, dan Amerika Selatan, mencapai hingga 10% dari kanker
pada pria, dibandingkan di Amerika Serikat. Berdasarkan data statistik dari American cancer
society, diperkirakan 1.570 orang di Amerika Serikat akan didiagnosa kanker penis. Angka
kematian diperkirakan mencapai 310 orang akibat kanker ini. Kanker ini cenderung menjadi
penyakit pada orang tua dan insidennya meningkat secara tiba- tiba pada dekade keenam dan
memuncak pada usia 80 tahun.(21)
2.7.2 Faktor risiko
Terdapat beberapa faktor risiko seorang laki-laki menderita kanker penis, sebagai berikut:
(22)

a. Fimosis
b. Usia : terutama diatas 60 tahun
c. Inflamasi kronik pada penis
d. Trauma penis
e. Paparan radiasi UVA
f. Merokok
g. Infeksi HPV
h. Bergonta ganti pasangan seks
2.7.3 Jenis-jenis
Terdapat beberapa jenis kanker penis, sebagai berikut: (22)
- Kanker sel skuamosa
Jenis ini merupakan jenis yang paling umum dari kanker penis. Kanker sel
skuamosa dapat berkembang dibagian mana saja pada penis, yang paling umum
yaitu pada glans penis (kepala penis) dan kulup ( pada pria yang tidak sirkumsisi).
- Adenokarsinoma
Tipe ini bermula pada sel- sel kelenjar penghasil keringat di kulit penis. Tipe ini
lebih jarang dibandingkan kanker sel skuamosa.
- Melanoma
Melanoma ini berkembang dari sel- sel pada kulit yang memberikan warnanya.
Melanoma biasanya berkembang pada area tubuh yang terpapar sinar matahari,
namun beberapa berkembang pada tempat- tempat yang tidak langsung terpapar
sinar matahari.
- Kanker sel basal penis
Kanker ini berkembang dari sel-sel basal, ditemukan pada lapisan kulit terdalam.
Area yang terpapar sinar matahari merupakan tempat berkembangnya. Tipe ini
perkembangannya sangat lambat dan sangat jarang menyebar ke bagian tubuh
lain.
- Sarkoma
Bermula pada jaringan ikat tubuh yaitu seperti tulang, lemak, otot dan tulang
rawan. Jenis sarkoma sangat jarang ditemukan, berkembang dengan cepat.
2.7.4 Diagnosis
Dalam kebanyakan kasus, tanda pertama dari kanker penis adalah perubahan kulit penis.
Kulit bisa berubah warna menjadi lebih tebal. Adanya suatu ulkus (luka) atau benjolan di
penis juga dapat ditemukan pada penderita. Gejala lainnya adalah luka pada penis, luka
terbuka pada penis dan nyeri penis serta perdarahan pada penis (pada stadium lanjut).
Kanker ini paling sering pertama kali bermetastase ke kelenjar getah bening diselangkangan.
Hal ini menyebabkan kelenjar getah bening menjadi bengkak. Benjolan nya mudah
dirasakan di bawah kulit. Tanda- tanda dan gejala tersebut tidak selalu berarti kanker penis.
Bisa disebabkan juga oleh adanya infeksi. Diagnosa awal pada kanker penis dapat dilakukan
melalui anamnesa yang lengkap dengan pasien untuk mengetahui gejala klinis serta faktor-
faktor resiko yang mungkin dimiliki pasien. Pemeriksaan fisik pada alat genital juga dapat
dilakukan. Jika dari hasil anamnesa dan pemeriksaan klinis didapatkan tanda- tanda dari
kanker penis, dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti X-Ray, CT-Scan ataupun
Ultrasound, lalu aspirasi biopsi dan biopsi. Biopsi dilakukan untuk membantu diagnosa
dokter secara akurat.(21)
Diagnosis kanker penis dapat dilakukan dengan pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus.
Terdapat 2 cara untuk melakukan Biopsi Aspirasi Jarus Halus, seperti: (21)
- Biopsi Insisional
Untuk biopsi insisional hanya bagian dari jaringan abnormal yang diambil. Jenis biopsi ini
sering dilakukan untuk lesi yang lebih besar, yang ulserasi atau yang tumbuh dalam ke
jaringan. Biopsi ini biasanya dilakukan dengan anestesi lokal.
- Biopsi Eksisi
Dalam biopsi eksisi, lesi seluruhnya diambil. Jenis biopsi ini lebih sering digunakan jika
daerah abnormal kecil, seperti nodul (benjolan yang membengkak) atau plak yaitu satu cm
(sekitar 3/8 inci) atau kurang. Jika area yang abnormal hanya pada kulup, dapat
direkomendasikan sirkumsisi sebagai bentuk biopsi untuk menghilangkan lesi sepenuhnya.

2.7.5 Stadium
Tabel 7. Stadium Kanker Penis (21)
Stadium Keterangan
T- Tumor Primer
Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 Tumor primer tidak ditemukan
Tis Carsinoma in situ
Ta Karsinoma non-invasif
T1 Tumor sudah menginvasi jaringan ikat subepitel
T1a Tumor menginvasi jaringan ikat subepitel tanpa menginvasi
lymphovascular dan tidak berdiferensiasi buruk atau tidak terdeferensiasi
(T1G1-2)
T1b Tumor menginvasi jaringan ikat subepitel dengan invasi ke
lymphovascular atau berdiferensiasi buruk atau tidak terdeferensiasi
(T1G3-4)
T2 Tumor menginvasi korpus spongiosum dan/atau corpus cavernosa
T3 Tumor menginvasi uretra
T4 Tumor menginvasi struktur lainnya
N- Limfonodus regional
Nx KGB regional tidak bisa diperiksa
N0 Tak tampak dan tak teraba pembesaran KGB
N1 Teraba pembesaran KGB yang mobile
N2 Teraba pembesaran KGB yang mobile baik unilateral atau bilateral pada
KGB inguinal
N3 Terdapat masa nodular yang immobile atau limfadenopati pelvis, unilateral
atau bilateral
M- Metastasis
M0 Tidak metastasis
M1 Metastasis jauh
G- Histopathological Grading
Gx Derajat diferensiasi tidak dapat ditentukan
G1 Well differentiated
G2 Moderately differentiated
G3-4 Poorly differentiated / undifferentiated

2.7.6 Tatalaksana
Tatalaksana untuk lesi primer adalah dengan sirkumsisi, penektomi parsial atau total,
perineostomi dan terapi radiasi.(21)
Untuk lesi invasif yang kecil dan lokal, penting untuk tidak menghilangkan penisnya.
Selain itu, biosi penting untuk dilakukakn sebelum dilakukan tatalaksana konservatif. Semua
pasien harus disirkumsisi sebelum dipertimbangkan untuk terapi konservatif non operatif. Untuk
tumor pada prepusium, sirkumsisi radikal saja dapat menyembuhkan meskipun perlu dipastikan
lagi secara histologis. (21)
Bila kanker disertai pembesaran kelenjar getah bening dapat diberikan antibiotik selama 4-6
minggu, bila gagal maka kelenjar harus diseksi; sitostatika; dan terapi radiasi paliatif.(21)

Anda mungkin juga menyukai