Ilmu forensik semakin berkembang sejajar dengan kebutuhan manusia. Ilmu forensik
digunakan dalam urusan penegakan hukum dan keadilann, membantu penyelesaian klaim
asuransi yang adil, membantu pemecahan masalah paternitas, membantu upaya keselamtan kerja
dalam bidang industri dan otomotif dengan pengumpulan data korban kecelakaan industri
maupun kecelakaan lalu lintas dan sebagainya.1 Di masyarakat, kerap terjadi peristiwa
pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Berdasarkan kasus yang
ditemukan, diduga telah terjadi kasus pembunuhan. Belum ada dugaan terhadap siapa
pembunuhnya. Dugaan tersebut dibuat berdasarkan penemuan di TKP dan berdasarkan
penampakan luar dari tubuh korban. Oleh karena itu dilakukanlah pemeriksaan medik untuk
membantu penegakan hukum, yaitu pembuatan Visum et Repertum terhadap seseorang yang
dikirim oleh polisi (penyidik) karena diduga sebagai korban tindak pidana. Untuk pengusutan
dan penyidikan serta penyelesaian masalah hukum ini di tingkat lebih lanjut sampai akhirnya
pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan berbagai ahli di bidang terkait untuk
membuat jelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antara tindakan yang satu dengan yang lain
dalam rangkaian peristiwa tersebut. Dalam hal terdapat korban, baik yang masih hidup maupun
yang meninggal akibat peristiwa tersebut, diperlukan seorang ahli dalam bidang kedokteran
untuk memberikan penjelasan bagi para pihak yang menangani kasus tersebut. Dokter yang
diharapkan membantu dalam proses peradilan ini akan berbekal pengetahuan kedokteran yang
dimilikinya.2
Dalam suatu perkara pidana yang menimbulkan korban, dokter diharapkan dapat
menemukan kelainan yang terjadi pada tubuh korban, bilamana kelainan tersebut timbul, apa
penyebabnya serta apa akibat yang timbu terhadap kesehatan korban. Dalam hal korban
meninggal, dokter diharapkan dapat menjelaskan penyebab kematian yang bersangkutan,
bagaimana mekanisme terjadinya kematian tersebut, serta membantu dalam perkiraan saat
kematian dan perkiraan cara kematian.2 Untuk semua itu, dalam bidang lmu kedokteran forensik
dipelajari tata laksana mediko-legal, tanatologi, traumatologi, dan segala sesuatu yang terkait,
agar dokter dapat memenuhi kewajibannya membantu penyidik, dan dapat benar-benar
memanfaatkan segala pengetahuan kedokteran-nya untuk kepentingan peradilan serta
kepentingan lain yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.2
Pembahasan
Aspek Hukum
Prosedur Medikolegal
Prosedur medikolegal yaitu tata cara prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek yang
berkaitan dengan pelayanan kedokteran untuk kepentingan umum. Secara garis besar prosedur
medikolegal mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia dan pada
beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.3 Lingkup prosedur
medikolegal antara lain yakni pengadaan Visum et Repertum (VeR), pemeriksaan kedokteran
terhadap tersangka, pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian
keterangan ahli di dalam persidangan, penerbitan surat keterangan kematian dan surat keterangan
medikserta kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik.
- dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa, para saksi dan para ahli, disini dokter
dapat dihadirkan di persidangan pengadilan untuk bertindak selaku saksi ahli atau
selaku dokter pemeriksa.
7. Putusan pengadilan
vonis ditentukan oleh hakim dengan ketentuan :
- keyakinan pada diri hakim bahwa memang telah terjadi suatu tindak pidana dan
bahwa terdakwa telah bersalah melakukan tindak pidana tersebut
- keyakinan hakim harus ditunjang oleh sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
sah.
-
Aspek hukum
Sesuai dengan skenrio dapat kita temukan berbagai aspek hukum yang terkait mengenai
kejadian perkara. Berikut beberapa aspek hukum mengenai perkara pembunuhan atau
penganiayaan yang termasuk pula didalamnya disertakan pasal-pasal hukum terkait:2
Traumatologi Forensik
Trauma adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya
dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan uang dimaksudkan dengan luka adalah suatu
keadaan ke-tidak-sinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.
Berdasarkan sifat penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat:
1. Mekanik
Kekerasan oleh benda tajam
Kekerasan oleg benda tumpul
Tembakan senjata api
2. Fisik
Suhu
Listrik
Perubahan tekanan udara
Akustik
Radiasi
3. Kimia
Asam atau basa kuat
Benda – benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah benda
yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa memar (kontusio, hematom),
luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum.
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler
dan vena , yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar kadangkala memberi
petunjuk tentang bentuk penyebabnya, misalnya jejas ban yang sebenarnya adalah suatu
perdarahan tepi (marginal haemorrhage). Letak, bentuk, dan luas luka memar dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti besarnya kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi dan
jenis jaringa (jaringan ikat longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit,
kerapuhan pembuluh darah, dan penyakit (hipertensi, penyakit kardiovaskular, diathesis
hemorragik) Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya.
Pada saat timbul memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi warna ungu atau hitam,
setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam
7 sampai 10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Perubahan warna tersebut
berlangsung mulai dari tepid an waktunya dapat bervariasi tergantung derajat dan berbagai faktor
yang mempengaruhi. Dari sudut pandang medikolegal, intrepretasi luka memar dapat merupakan
hal yang penting, apalagi luka memar tersebut disertai luka lecet atau laserasi. Dengan perjalanan
waktu, baik pada orang hidup maupun mati, luka memar akan memberi gambaran yang makin
jelas.
Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian biasanyaa akan
menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan sehingga dapat dibedakan dari
lebam mayat dengan cara melakukan penyayatan kulit. Padaa lebam mayat (hyipostasis
pascamati) darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat sehingga bila dialiri
air, penampang sayatan akan tampak bersih, sedangkan pada hematom penampang sayatan tetap
berwarna merah kehitaman. Tetapi harus diingat bahwa pada pembusukan juga terjadi
ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan ini.
Luka lecet
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki
permukaan kasar atau runcing. Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat
diklasifikasikan sebagai :
1. Luka lecet gores, diakibatkan oleh benda runcing yang menggesar lapisan permukaan
kulit (epidermis) di depannya dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat
menunjukkan arah kekerasan yang terjadi
2. Luka lecet serut, adalah variasi dai luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan
permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak tumpukan
epitel
3. Luka lecet tekan, disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit
4. Luka lecet geser, disebabkan oleh tekanan linear pada kulit disertai gerakan bergeser,
misalnya pada kasus gantung diri atau jerat serta korban pecut.
5. Luka robek, merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan
kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastis kulit terlampaui, maka akan terjadi
robekan pada kulit. Luka ini memiliki ciri bentuk luka yang umumnya tidka beraturan,
tepi atau dinding luka tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka, bentuk
dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka memar atau luka lecet di sisi luka.