Anda di halaman 1dari 28

PAPER

TRAUMATOLOGI

Pembimbing :
dr. Surjit Singh, MBBS, Sp.F, DFM

Disusun Oleh :
Dayang Permatasari (NPM. 102118130)
Erwin Suyanto (NPM. 102118088)
Fibri Famelia (NPM. 102118133)
Khusnul Eka Pratiwi (NPM. 102118094)
Khower (NPM. 17360020)
Suci Ramadhani (NPM. 102117144)

SMF ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM DAN MALAHAYATI
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
KOTA MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan paper ini dengan judul

“Traumatologi”. Penyelesaian Paper ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada dr.

Surjit Singh, MBBS, Sp. F, DFM selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan ilmu,

petunjuk, nasehat dan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan Paper ini.

Penulis menyadari bahwa Paper ini tentu tidak terlepas dari kekurangan karena

keterbatasan waktu, tenaga dan pengetahuan penulis. Maka sangat diperlukan masukkan dan

saran yang membangun. Semoga paper ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................3
A. Definisi.................................................................................................................................3
B. Klasifikasi Trauma.............................................................................................................3
C. Jenis – Jenis Traumatologi Kekerasan.............................................................................3
BAB III.........................................................................................................................................23
KESIMPULAN............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................24

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Traumatologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubunganya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa). Luka merupakan suatu keadaan
ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta
penyebabnya, kekerasan dibedakan atas kekerasan yang bersifat mekanik yaitu kekerasan
oleh benda tajam, kekerasan oleh benda tumpul dan tembakan senjata api. Kekerasan
yang bersifat fisik yaitu suhu, listrik dan petir, perubahan tekanan udara, akustik dan
radiasi sedangkan yang bersifat kimia yaitu asam atau basa kuat. Luka yang dapat
dikategorikan sebagai luka tumpul yaitu memar (kontusia, hematom), luka lecet (abrasi,
ekskoriasi), luka terbuka/robek (laserasi).
Data menunjukkan bahwa cedera sudah menjadi masalah utama kesehatan
masyarakat di seluruh Negara dan lebih dari dua per tiga dialami oleh Negara berkembar.
Di Indonesia, sebagian besar penyebab cedera diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas dan
kekerasan dalam rumah tangga. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian
dan Pengenbangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI menunjukkan bahwa memar
merupakan salah satu proporsi terbesar dari luka yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu
lintas yaitu sebesar 49%. Sedangkan dalam kekerasan rumah tangga, menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Universitas Riau di RS. Bhayangkara, menyebutkan
bahwa jenis luka memar merupakan jenis luka yang paling banyak ditemukan dalam
kekerasan rumah tangga yaitu sebesar 79,3%.
Menurut data dari Rumah Sakit Bhayangkara, Makassar, dari tahun 2009-2010 :
55% dan tahun 2010-2011 : 60% dari seluruh kasus forensic dan insiden perlukaan, jenis
memar menempati urutan tertingi dari jenis perlukaan
Pemeriksaan luka yang dilakukan dokter berkaitan dengan walaupun pada
undang-undang tidak dijelaskan tentang umur luka, namun secara tidak langsung bahwa
pengungkapan kebenaran termasuk di dalamnya umur luka sangat penting pada
pemeriksaan, sehingga penyidik sering meminta bantuan dokter untuk menentukan kapan
luka memar terjadi. Hal ini menjadi tantangan bagi dokter untuk dapat memperkirakan

1
dan menentukan kapan memar terjadi mengingat korban yang datang ke dokter, datang
dengan keadaan kondisi yang berbeda-beda.
Maka dari itu banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui dan
memastikan umur luka memar. Ada berbagai macam disiplin ilmu yang sangat membantu
dalam pengungkapan kebenaran dan penegakkan hukun dalam dunia forensic. Salah satu
proses yang paling sering dilakukan adala proses dokumentasi, yang dikenal dengan
istilah fotografi forensic. Dalanm pemeriksaan umur luka memar sendiri secara kasar
dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Hal ini dapat diteliti dan dilihat dengan
teknik fotografi forensic.
Perubahan warna memar sendiri dipengaruhi oleh berbagai hal faktor seperti
umur, jenis kelamin, besar tekanan dan tipe jaringan yang terkena tekanan. Dari faktor-
faktor tersebut, salah satu faktor yang penting adalah jenis jaringan yaitu jaringan dan
kadar lemak yang disimpan dalam tubuh.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas
jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue) sedangkan logos berarti ilmu. Jadi
pengertian traumatology adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang
trauma atau perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan
(rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan
akibat kekerasan yang menimbulkan jejak.
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau benda tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan atau gangguan pada ketahanan jaringan
tubuh yang disebabkan oleh kekuatan mekanik eksternal berupa potongan atau kerusakan
jaringan,yang dapat disebabkan oleh cedera atau operasi

B. Klasifikasi Trauma
1. Trauma Mekanik
a. Luka akibat kekerasan oleh benda tumpul
b. Luka akibat kekerasan oleh benda tajam
c. Luka akibat kekerasan oleh tembakan senjata api
2. Trauma Fisik
a. Luka akibat kekerasan oleh suhu tinggi atau rendah
b. Luka akibat kekerasan auditorik
c. Luka akibat kekerasan oleh arus listrik dan petir
d. Luka akibat kekerasan radiasi
3. Trauma Kombinasi Benda Mekanik dan Fisik
4. Trauma Kimia
a. Luka akibat kekerasan oleh asam kuat
b. Luka akibat kekerasan oleh basa kuat
c. Intoksikasi
C. Jenis – Jenis Traumatologi Kekerasan

3
1) Trauma Mekanik
i. Trauma Tumpul
Benda tumpul : benda yang permukaannya tidak mampu untuk mengiris,
terdapat 2 variasi utama dalam trauma tumpul yaitu :
- Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam
- Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam

Sifat luka akibat persentuhan dengan permukaan tumpul :

- Memar (Kontusio, hematom)


Memar merupakan salah satu bentuk luka yang di tandai
oleh kerusakan jaringan tanpa disertai diskontinuitas pembuluh
darah dan jaringan di bawah kulit tanpa rusaknya jaringan kulit.
Kerusakan diakibatkan pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan
meresap ke jaringan sekitarnya.

Gambar 1. Luka Memar

- Luka Lecet (abrasion) : luka lecet tekan atau geser

4
Luka lecet merupakan diskontinuitas / putusnya jaringan
kulit bersifat dangkal (mengenai jaringan epidermis) yang dapat
menunjukkan arah kekerasan dan bentuk benda.

Gambar 2. Luka Lecet Tekan

Gambar 3. Luka Lecet Geser

5
- Luka Robek (laceration)
Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat
menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran
balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup
lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan
laserasi.
Mekanisme terjadinya luka robek sama pada luka lecet,
hanya daya tekan dan gesek lebih kuat serta benda lebih besar
sehingga jaringan yang terputus adalah kulit dan otot. Banyak
terjadi pada luka lalu lintas.

Gambar 4. Luka Robek

- Fraktur
Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Terjadinya
fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi beberapa
faktor seperti komposisi tulang tersebut. Pada pemeriksaan
forensik, bentuk dari fraktur dapat menggambarkan benda
penyebabnya (khususnya faktor tulang tengkorak) dan arah
kekerasan. Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang
mengalami penyembuhan berbeda dengan fraktur biasa. Jangka
waktu penyembuhan tulang berbeda-beda setiap orang.

6
ii. Trauma Tajam
Benda – benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini adalah
benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang
bervariasi dari alat-alat seperti golok, pisau dan sebagainya hingga keping
kaca, gelas, logam, sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.
Putusnya atau rusaknya kontinuitas jaringan karena trauma akibat
alat/senjata yang bermata tajam dan berujung runcing. Luka akibat benda
tajam pada umumnya mudah dibedakan dari luka yang disebabkan oleh
benda tumpul dan dari luka tembakan senjata api.
Terdapat 3 jenis luka akibat kekerasan benda tajam yaitu :
- Luka iris / sayat (incised wound)
Adalah luka yang disebabkan oleh objek yang tajam,
biasanya mencakup seluruh luka akibat benda – benda seperti
pisau, pedang, silet, kaca, kampak tajam dll.
Pada luka iris biasanya didapatkan bahwa dalam luka tidak
lebih besar dari panjang irisan luka, arah trauma sejajar permukaan
kulit, sudut luka lancip dan tidak ada jembatan jaringan.

Gambar 5. Luka Iris / Sayat

7
- Luka Tusuk (stab wound)
Luka dengan kedalaman luka yang melebihi panjang luka
akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau bermata
tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong
pada permukaan tubuh. Contoh alat : belati, bayonet, clurit, keris,
pedang, pecahan kaca, kikir, tanduk dll
Luka tusuk (dalam > panjang > lebar) ada beberapa faktor
yang mempengaruhi bentuk luka tusuk seperti reaksi korban atau
saat pisau keluar sehingga lukanya menjadi tidak khas adapun pola
yang sering ditemukan yaitu :
1. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian,
dan kemudian ditusukkan kembali melalui saluran yang
berbeda.
2. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan
mengarahkan ke salah satu sudut, sehingga luka yang
terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada
permukaan kulit seperti ekor.
3. Tusukan masuk kemudian saat masih di dalam
ditusukkan kearah lain, sehingga saluran luka menjadi
lebih luas.
4. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan
menggunakan titik terdalam sebagai landasan, sehingga
saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar
pada bagian superfisial.
5. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya.
Sudut luka berbentuk ireguler dan besar.
Terdapat 5 ciri-ciri luka tusuk yaitu :
1. Tepi luka tajam atau rata
2. Sudut luka tajam namun kurang tajam pada sisi tumpul
3. Rambut terpotong pada sisi tajam

8
4. Sekitar luka kadang terdapat luka memar, ekimosis
karena tusukan sampai mengenai tangkai pisau
5. Kedalaman luka melebihi panjang luka

Gambar 6. Luka Tusuk

- Luka Bacok
Adalah luka akibat persentukan benda tajam di mana yang
menimbulkan dalam kurang lebih sama dengan panjang luka, arah
trauma ± 45o dari permukaan kulit dan tergantung beratnya benda
yang di pakai.
Luka bacok (panjang=dalam) luka ini tergantung 2 faktor
yaitu :
1. jenis senjata biasanya senjata yang digunakan sedikit
tajam/tajam dan relative berat seperti kapak atau parang.
2. Tenaga yang digunakan biasanya lebih besar dari luka tusuk
atau luka iris.

9
Ciri-ciri luka bacok :
1. Ukurannya biasanya besar
2. Tepi luka tergantung pada mata senjata : tajam atau
kurang tajam. Makin tajam mata senjata yang
digunakan, tepi luka yang ditimbulkan makin rata
3. Sudut luka tergantung mata senjata yang digunakan
4. Hamper selalu menimbulkan kerusakan pada tulang,
kadang-kadang bagian tubuh yang mengalami bacokan
ikut terputus
5. Dapat dijumpai memar atau lecet disekitar luka

Gambar 7. Luka Bacok

iii. Trauma Tembak


Pada luka tembak terjadi efek perlambatan yang disebabkan pada
trauma mekanik seperti pukulan, tusukan atau tendangan, hal ini terjadi
akibat adanya transfer energy dari luar menuju jaringan. Kerusakan yang
terjadi pada jaringan tergantung pada absorsi energy kinetiknya, yang juga

10
akan menghamburkan panas, suara serta gangguan mekanik yang lainnya.
Energy kinetic ini akan mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu
jaringan sehingga terjadi laserasi, kerusakan sekunder terjadi bila terdapat
rupture pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka sedikit lebih
besar dari diameter peluru.
Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang
menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi
jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan
mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka.
Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk
rongga disebabkan gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari
jaringan dan diameter rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan
rongga ini akan mengecil sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran
luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan
lebih tinggi daripada organ berongga. Efek luka berhubungan dengan gaya
gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder
seperti infark atau infeksi.
Klasifikasi luka tembak dapat di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Luka tembak masuk :
a. Luka tembak tempel
b. Luka tembal sangat dekat (dibawah 15 cm)
c. Luka tembak jarak dekat (> 15 cm dan < 70 cm)
d. Luka tembak jarak jauh (>70cm)

11
Gambar 8. Luka Tembak Jarak Dekat dan Jarak Sangat Dekat

Gambar 9. Luka Tembak Jarah Jauh

2. Luka tembak keluar (luka tembus)

Gambar 10. Luka Tembak Keluar

12
Tabel 2.1. Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Keluar

Luka tembak masuk Luka tembak keluar


Ukurannya kecil (berupa satu Ukurannya lebih besar dan lebih tidak
titik/stelata/bintang), karena peluru teratur dibandingkan luka tembak masuk,
menembus kulit seperti bor dengan karena kecepatan peluru berkurang
kecepatan tinggi hingga menyebabkan robekan jaringan.
Pinggiran luka melekuk kearah dalam Pinggiran luka melekuk keluar karena
karena peluru menembus kulit dari luar peluru menuju keluar.
Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami abrasi.
Bisa tampak kelim lemak. Tidak terdapat kelim lemak
Pakaian masuk kedalam luka, dibawa Tidak ada
oleh peluru yang masuk.
Pada luka bisa tampak hitam, Tidak ada
terbakar, kelim tato atau jelaga.
Pada tulang tengkorak, pinggiran luka Tampak seperti gambaran mirip
bagus bentuknya. Kerucut
Bisa tampak berwarna merah terang Tidak ada
akibat adanya zat karbon monoksida.
Disekitar luka tampak kelim ekimosis Tidak ada
Luka tembak masuk Luka tembak keluar
Perdarahan hanya sedikit. Perdarahan lebih banyak
Pemeriksaan radiologi atau analisis Tidak ada
aktivitas netron mengungkapkan adanya
lingkaran timah / zat besi di sekitar luka.

2) Trauma Fisik
Kekerasan fisik adalah kekerasan yang disebabkan oleh benda-benda fisik
antara lain :
a) Benda bersuhu tinggi / Dry Heat (Burn Heat / Luka Bakar)
Kekerasan oleh bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka bakar yang
cirinya amat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian suhunya serta lamanya
kontak dengan kulit. Luka bakar yang ditimbulkan disini dibatasi pada efek
local yang ditimbulkan oleh panas yang kering, yang dimaksud dry heat disini
misalkan akibat api, elemen logam yang panas yang beraliran listrik dan
kontak dengan metal atau gas yang panas.
Terdapat 2 reaksi dari tubuh korban :
- Reaksi local
- Reaksi umum

13
Secara garis besar perubahan-perubahan yang terjadi pada korban yang
mengalami luka bakar adalah sebagai berikut :

- Eritem dengan ciri-ciri : epidermis intak, kemerahan, sembuh tanpa


meninggalkan sikatriks
- Vesikel, bulla dan bleps dengan albumin atau NaCl tinggi
- Necrosis coagulativa dengan ciri-ciri : warna coklat gelap hitam
dan sembuh dengan meninggalkan sikatriks (litteken)
- Karbonisasi (sudah menjadi arang)

Luka bakar dapat di klasifikasikan (klasifikasi Boyer) menjadi 3 tingkatan


yaitu :

- Tingkat I : epidermis
- Tingkat IIa (superficial burn) : mengenai epidermis dan lapisan
atas corium
- Tingkat IIb (dalam) : mengenai epidermis dan lapisan dalam
corium
- Tingkat III : mengenai seluruh tebal kulit, subkutan, otot dan
tulang

14
Gambar 11. Luka Bakar

Ada 3 reaksi umum dari tubuh korban :

- Heat exhaustion
- Heat stroke / sun stroke / pingsan panas
- Heat cramp

Ada 3 hal yang dapat ditemukan pada autopsy sebagai tanda adanya
reaksi heat exhaustion :

- Arteriosclerosis arteri coronaria


- Darah berwarna gelap di jantung
- Organ dalam mengalami kongesti

Ada 5 gejala umum dry heat yaitu :

- Nyeri yang sangat hebat mengakibatkan syok dan kematian


- Pugilistic attitude / coitus attitude berupa ekstremitas fleksi, kulit
menjadi arang dan mengelupas. Ekstremitas fleksi akibat koagulasi
protein, ekstremitas fleksi tidak sampai menimbulkan rigor mortis

15
- Otot merah gelap, kering, berkontraksi dan jari-jari
mencengkeram.
- Bukan tanda intravital
- Fraktur tengkorak akibat psuedoepidural hematom

Penyebab kematian pada kasus dry heat ada 3 kategori, yaitu :

- Cepat : shock primer (neurogenis) dan asfiksia


- Sedang : shock dehidrasi
- Lambat : shock dehidrasi, acute renal failure, infeksi dan sepsis,
ulcus curling, autointoksikasi dan pneumonia hipostatik
b) Benda Bersuhu Rendah (Cold Trauma)
Insiden trauma dingin (cold trauma/ frost bite / immertion foot) jarang
terjadi dan biasanya terdapat di Negara yang bermusim dingin. Kelainan yang
dimaksud diantaranya frost bite dan immertion foot, lokasinya biasanya terjadi
pada bagian tubuh yang terbuka seperti tangan, kaki, hidung, telinga dan pipi
Mula-mula pada daerah tersebut akan terjadi vasokontriksi pembuluh
darah superfisial sehingga terlihat pucat. Selanjutnya akan terjadi paralise dari
vasomotor control yang mengakibatkan daerah tersebut menjadi kemerahan.
Pada keadaan yang berat dapat terjadi gangrene.
Ada 2 reaksi dari tubuh korban trauma dingin :
- Reaksi local
a. Kulit korban pucat akibat vasokontriksi menyebabkan
kemerahan akibat vasodilatasi karena paralisis vasomotor
center
b. Kulit korban lalu berubah menjadi merah kehitaman,
membengkak (skin blister), gatal dan nyeri. Kemudian
timbul gangrene superfisial yang irreversible
- Reaksi umum
a. Kulit korban pucat dan menggigil, dan ditemukannya cutis
anserine

16
b. Kepucatan yang bercampur warna sianosis. Hal ini karena
darah “dipaksa” masuk kembali ke dalam pembuluh darah
perifer akibat organ dalam mengalami kongesti
c. Lethargy, koma dan akhirnya mati bila tubuh korbam lama
terpapar dingin
d. Pada pemeriksaan autopsy, jantung korban berisi darah
berwarna merah cerah
e. Organ dalam mengalami kongesti hebat
f. Tengkoran korban dapat retak pada bagian sutura
g. Lebam mayat berwarna merah cerah yang bercampur
bercak berwarna merah gelap
h. Cairan tubuh korban berubah menjadi es jika tubuh korban
lama baru kita temukan

Gambar 12. Frostbite

c) Sengatan listrik (Electrical injury)


Listrik merupakan bentuk energy yang pada keadaan tertentu dapat
melukai tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian. Ada 2 jenis tenaga
yaitu :
- Tenaga listrik alam seperti petir dan kilat

17
- Tenaga listrik buatan meliputi arus listrik searah (DC) seperti
telpon (30-50 volt) dan tran listrik (600-1000 volt) dan arus listrik
bolak balik (AC) seperti listrik rumah, pabrik dll
i. Arus Listrik (AC/DC)

Arus listrik bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ke potensial


rendah. Arahnya sama dengan arah gerak muatan-muatan positif (berlawanan
arah dengan elektron-elektron)

Faktor-faktor yang memengaruhi efek listrik pada tubuh adalah :

- Jenis / macam aliran listrik. Arus searah (DC) dan arus bolak balik
(AC). Banyak kematian akibat sengatan arus listrik AC dengan
tegangan 220 volt. Satu arus AC dengan intensitas 70-80 mA
menyebabkan kematian sedangkan arus DC dengan intensitas 250
mA masih dapat ditolerir tanpa menimbulkan kerusakan
- Tegangan / voltage. Voltage yang paling rendah yang sudah dapat
menimbulkan kematian manusia ialah 50 volt. Makin tinggi
voltage akan menghasilkan efek yang lebih berat pada manusia
baik efek local maupun general. ± 60% kematian akibat listrik arus
listrik dengan tegangan 115 volut
- Tahanan / resistance¸ tahanan tubuh bervariasi pada masing-
masing jaringan, ditentukan perbedaan kandungan air pada
jaringan tersebut. Tahanan yang terbesar terdapat pada kulit tubuh,
akan menurun besarnya pada tulang, lemak, urat saraf, otot, darah
dan cairan tubuh. Tahanan kulit rata-rata 500-10.000 ohm
- Kuat arus / intensitas / amperage. Adalah kekuatan arus yang dapat
mendeposit berat tertentu perak dari larutan perak nitrat per detik
satuannya Ampere. Arus yang di atas 60 mA dan berlangsung
lebih dari 1 detik dapat menimbulkan vibrilasi ventrikel, dikatakan
bahwa kuat arus sebesar 30 mA adalah batas ketahanan seseorang,
pada 40 mA dapat menimbulkan hilangnya kesadaran dan
kematian akan terjadi pada kuat arus 100 mA atau lebih

18
KOEPPEN menggolongkan akibat kecelakaan listrik dalam 4
kelompok yaitu :
a. Kelompok I : kuat arus < 25 mA AC (DC di antara 25-80
mA) dengan transitional R yang tinggi menyebabkan efek
yang berbahaya
b. Kelompok II : kuat arus 25-80 mA AC (DC 80-300 mA)
dengan transitional R < kel. I menyebabkan hilangnya
kesadaran, aritmia dan spasme pernafasan
c. Kelompok III : kuat arus 80-100 mA AC (DC 300mA-3A),
transitional R < dari kel. II. Jk t = 0,1 – 0,3s, efek
biologisnya sama dengan kel. II. Jika > 0,3s dapat
menyebabkan vibrilasi ventrikel irreversible
d. Kelompok IV : kuat arus > 3 A menyebabkan cardiac
arrest
- Adanya hubungan dengan bumi/earthing. Sehubungan dengan
faktor tahanan, maka orang yang berdiri pada tanah yang basah
tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang berdiri
dengan menggunakan alas sepatu yang kering, karena pada
keadaan pertama tahanannya rendah
- Lamanya waktu kontak dengan konduktor. Makin lama korban
kontak dengan konduktor dapat menyebabkan makin banyak
jumlah arus yang melalui tubuh yang dapat menyebabkan
kerusakan tubuh akan bertambah besar dan luas. Dengan tegangan
yang rendah terjadi spasme otot-otot yang menyebabkan korban
menggenggam konduktor sehingga arus listrik akan mengalir lebih
lama dan menyebabkan korban jatuh dalam keadaan syok yang
mematikan. Sedangkan pada tegangan tinggi, korban segera
terlempar atau melepaskan konduktor atau sumber listrik yang
tersentuh, karena akibat arus listrik dengan tegangan tinggi

19
tersebut dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot, termasuk
otot tersentuk aliran listrik tersebut.
- Aliran arus listrik (path of current) adalah tempat-tempat pada
tubuh yang dilalui oleh arus listrik sejak masuk sampai
meninggalkan tubuh. Letak titik masuk arus listrik (point of entry)
dam letak titik keluar bervariasi sehingga efek dari arus listrik
tersebut bervariasi dari ringan sampai berat. Arus listrik masuk dari
sebelah kiri bagian tubuh lebih berbahaya daripada jika jantung
atau otak berada dalam posisi aliran listrik tersebut. Bumi dianggap
sebagai kutup negatif, orang yang tanpa alas kaki lebih berbahaya
kalau terkena aliran listrik, sepatu dapat berfungsi sebagai isolator
terutama sepatu karet

- Faktor-faktor lainnya
a. Adanya penyakit-penyakit tertentu yang sudah ada pada
korban sebelumnya, seperti penyakit jantung, kondisi
mental yang menurun dan sebagainya yang daoat
memperberat efek listrik pada tubuh manusia sampai
timbulnya kematian
b. Antisipasi terhadap syok
c. Kelengahan atau kekurang hati-hatian
d. Luas kontak dengan arus listrik
e. Kesadaran adanya arus listrik
f. Kebiasaan dan pekerjaan
g. Konstitusi tubuh yang tubuh kurus dan gemuk
ii. Petir dan Kilat
Lightning / eliksem adalah kecelakaan akibat sambaran petir. Petir
termasuk arus searah (DC) dengan tegangan 10 mega volt dan kuat arus 100
ribu Ampere ke tanah
Ada 3 kelainan akibat sambaran petir merupakan gabungan dari luka-luka
:

20
- Efek listrik
- Efek panas
- Efek ledakan (blast effect)

Ada 3 efek listrik akibat sambaran petir :

- Current mark / electric mark / electric burn. Efek ini termasuk


salah satu tanda utama luka listrik (electrical burn)
- Aborescent markings. Tanda ini berupa gambaran seperti pohon
gundul tanpa daun atau gambaran bercabang-cabagn akibat
terjadinya vasodilatasi vena pada kulit korban sebagai reaksi dari
persentuhan antara kulit dengan petir. Tanda ini akan hilang sendiri
setelah beberapa jam korban segera mendapat pertolongan
- Magnetisasi. Logam yang terkena sambaran petir akan berubah
menjadi magnet, efek ini termasuk salah satu tanda luka listrik
(electrical burn)

Ada 2 efek panas akibat sambaran petir :

- Luka bakar sampai hangus. Rambut, pakaian, sepatu bahkan


seluruh tubuh korban dapat terbakar atau hangus
- Metalisasi. Logam yang dikenakan korban akan meleleh seperti
perhiasan dan komponen arloji. Arloji korban akan berhenti
dimana tanda ini dapat kita gunakan untuk menentukan saat
kematian korban. Efek ini juga termasuk salah satu tanda luka
listrik. Efek ledakan akibat sambaran petir terjadi akibat
perpindahan volume udara yang cepat dan ekstrim, setelah kilat
menyambar, udara setempat menjadi vakul lalu terisi oleh udara
lagi sehingga menimbulkan suara menggelegar/Guntur/ledakan.
Cara kematian korban akibat sambaran peter : kecelakaan
3) Trauma Kimia
ada 2 penyebab kimia sehingga terjadinya trauma (kecederaan) yaitu :
- Asam

21
Asam kuat mengkoagulasikan protein sehingga terjadinya
luka korosif yang kering, seperti kertas perkamen
Bahan kimia yang bersifat korosif dapat dibagi menjadi 3
golongan yaitu :
- Asam organic bersifat korosif, missal asam oksalat, asam asetat,
asam sitrat dan asam karbol
- Asam anorganik bersifat korosif, missal asam fluoride, asam
klorida, asam nitrat dan asam sulfat
- Garam logam berat, misa merkuri klorida, zinc klorida dan stibium
klorida

Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga mengakibatkan
luka ialah :

- Mengekstraksi air dari jaringan


- Mengkoagulasi protein menjadi albuminat
- Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin

Ciri-ciri luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif :

- Asam karbol : luka bakar di mana kulit yang terkena akan


berwarna kelabu keputihan
- Asam oksalat : kulit berwarna kelabu kehitaman
- Asam sulfat dan asam klorida : kulit mula-mula akan berwarna
kelabu kemudian jadi hitam
- Asam nitrat : kulit berwarna merah kecoklatan yang disertai
dengan perdarahan
- Zinc klorida : kulit berwarna keputih-putihan
- Merkuri klorida : kulit yang terkena berwarna biru keputihan +
perdarahan
- Kering, berwarna cokelat kemerahan dan pada perabaan teraba
padat dan keras

- Basa

22
Zat-zat kimia yang termasuk golongan basa antara lain :
- KOH (Kalium Hidroksida)
- NaOH (Natrium Hidroksida)
- NH4OH (Ammonium Hidroksida)

Cara kerja dari zat-zati tersebut sehingga menimbulkan luka ialah :

- Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk


alkaline albumin dan sabun
- Mengubah hemogloblin menjadi alkaline hematin

Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini :

- Terlihat basah dan edematous


- Berwarna merah kecoklatan
- Pada perabaan teraba lunak dan licin

BAB III

KESIMPULAN

Traumatologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubunganya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa). Luka merupakan suatu keadaan
ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta
penyebabnya, kekerasan dibedakan atas kekerasan yang bersifat mekanik yaitu kekerasan
oleh benda tajam, kekerasan oleh benda tumpul dan tembakan senjata api. Kekerasan

23
yang bersifat fisik yaitu suhu, listrik dan petir, perubahan tekanan udara, akustik dan
radiasi sedangkan yang bersifat kimia yaitu asam atau basa kuat. Luka yang dapat
dikategorikan sebagai luka tumpul yaitu memar (kontusia, hematom), luka lecet (abrasi,
ekskoriasi), luka terbuka/robek (laserasi).

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Ilmu Forensik dan Medikolegal. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Edisi ketiga. 2007

Dahlam S. Ilmu Kedokteran Forensik Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2008

24
Iwan Aflanie dkk. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada. 2017

25

Anda mungkin juga menyukai