Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

TRAUMA TUMPUL

DISUSUN OLEH

Boyke Andreas (203307020062)

Fransiska Ferdinanda (203307020080)

Rosita Anggita Putri Sipahutar (203307020053)

DOKTER PEMBIMBING
dr. H. Mistar Ritonga, Sp.FM(K), M.H(Kes).

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN


DEPARTEMEN ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
RUMAH SAKIT UMUM ROYAL PRIMA MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya serta
kesempatan yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan tugas Laporan Kasus ini dengan judul
Trauma Tumpul dengan sebaik-baiknya.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dr. H. Mistar Ritonga, Sp.FM(K), M.H(Kes)
selaku pembimbing, karena telah membimbing dan mengarahkan kami sehingga mampu menyusun
laporan kasus ini dengan baik. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi syarat tugas di Stase
Forensik dan Medikolegal pada kepanitraan klinik ilmu Forensik dan Medikolegal di Rumah Sakit
Umum Royal Prima Medan, oleh sebab itu kami selaku penyusun laporan kasus ini mengharapkan
adanya masukan yang berupa kritikan ataupun saran demi kebaikan untuk laporan kasus berikutnya.
Kami berupaya semaksimal mungkin menyelesaikan laporan kasus ini menjadi singkat dan mudah
dipahami. Namun sebagai manusia, kami tidak luput dari kesalahan.

Demikianlah penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut
berpartisipasi dalam penyusunan laporan kasus ini, semoga refarat ini bermanfaat bagi para pembaca
dan khususnya bagi penyusun sendiri yang masih dalam tahap belajar. Akhir kata, kami mohon maaf
atas segala kekurangan.

Medan, 6 Juni 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan atas
jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue) sedangkan logos bearti ilmu. Jadi pengerti
yang sebenarnya dari traumatology adalah ilmu yang mempelajari semua aspek yang
berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh manusia yang masih hidup, juga
mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan
sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan
tubuh akibat kekerasan. Kegunaannya selain untuk kepentingan pengobatan juga dalam
kepentingan forensik sebab dapat diaplikasikan guna membantu penegak hukum dalam
rangka membuat terang tindak pidana kekerasan yang menimpa tubuh seseorang.(1)

Trauma merupakan salah satu penyebab kematian, baik kematian yang mendadak atau
tidak. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang teliti apakah perlukaan pada seseorang dapat
berakibat fatal atau tidak, dan ini merupakan poin penting untuk membantu proses peradilan.
Trauma dikelompokkan berdasarkan sifatnya menjadi trauma mekanik, fisika dan kimia.(1)

Trauma mekanik atau luka mekanik disebabkan oleh kekerasan benda tajam, benda
tumpul dan senjata api. Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam
berbagai bentuk, alami atau di buat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia seperti
kampak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Bila ditelusuri, benda-benda ini telah ada sejak
zaman pra sejarah dalam usaha manusia mempertahankan hidup sampai dengan pembuataan
senjata-senjata masa kini seperti senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat
pada tubuh dapat dibedakan dari penyebabnya. Benda tumpul sering mengakibatkan luka
antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain.(2)

Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab, yaitu alat atau senjata yang mengenai
atau melukai orangyang relatif tidak bergerak dan yang lain orang bergerak kea rah objek
atua alat yang tidak bergerak. Dalam bidang medicolegal kadang-kadang hal ini perlu
dijelaskan walaupun terkadang sulit dipastikan.(2)

Cedera kepala merupakan permasalahn kesehatan global sebagai penyebab mortalitas


dan morbiditas baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Pada tahun
2013, terjadi kurang lebih 2,8 juta kasus cedera kepala di Amerika Serikat dan sekitar 56.000
kematian berhubungan dengan cedera kepala. Laporan penelitian dari 29 negara
menunjukkan bahwa angka kematian akibat cedera kepala berkisar antara 5,2 di Perancis
sampai 80,73 di Afrika Selatan per 100.000 penduduk/tahun. Di Indonesia, Proporsi angka
rata-rata nasional kejadian cedera kepala adalah 0,4% dan meningkat sesuai kelompok umur.
(3)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definsi Trauma


Trauma atau luka dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian
medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya
diskontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah
pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
seseorang. Traumatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera
serta hubungannya dengan berbagai kekerasan.
Trauma diklasifikasikan berdasarkan etiologinya terdiri dari trauma mekanik
terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai bentuk, alami atau dibuat manusia,
trauma tumpul sendiri diakibatkan oleh benda yang memiliki permukaan tumpul.
2.2 Klasifikasi Trauma
Trauma diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya menjadi :
a. Trauma mekanik
- Luka benda tumpul
- Luka benda tajam
- Luka tembak
b. Trauma kimiawi
- Luka karena zat korosif
- Luka karena zat iritasi
c. Trauma thermis
- Luka karena temperatur panas
- Luka karena temperatur dingin
d. Trauma lainnya
- Luka listrik
- Luka radiasi
- Luka ledakan
- Luka petir
2.3 Luka Akibat Trauma Tumpul
Kekerasan oleh benda tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam jenis luka, antara
lain :
a. Luka Memar (Kontusio)
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya
pembuluh darah kapiler dan vena, serta merupakan salah satu bentuk luka yang
ditandai oleh kerusakan jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit.
Pada saat timbul memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi biru
kehitaman atau ungu setelah 4-5 akan berwarna hijau kemudian berwarna
kekuningan dalam beberapa hari dan akhirnya menghilang dalam 10-14 hari.
Perubahan warna tersebut berlangsung dari tepi ke tengah.
Letak, bentuk dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai factor seperti
besarnya kekerasan, jenis benda penyebab, kondisi dan jenis jaringan, usia, jenis
kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, penyakit yang
diderita.
Lokasi hematom dipengaruhi oleh gravitasi, seperti kekerasan benda tumpul
pada dahi menimbulkan hematoma pada palpebral.
Perbedaan luka memar dan lebam mayat

Memar Lebam Mayat

Lokasi Bisa dimana saja Pada bagian terendah

Pembengakakan Positif Negatif

Bila ditekan Warna tetap Memucat/hilang

Mikroskopik Reaksi jaringan (+) Reaksi jaringan (-)

Penyayatan kulit Tampak hematom pada Darah akan mengalir keluar dari
penampang sayatan dan tetap pembuluh darah jika dialiri air,
berwarna merah kehitaman penampang sayatan tampak
bersih

b. Luka Lecet (abrasi)


Luka lecet atau abrasi adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya
lapisan luar kulit yang ciri-cirinya:
- Bentuk luka tidak teratur
- Batas luka tidak teratur
- Tepi luka tidak rata
- Kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan
- Warna coklat kemerahan
- Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian yang masih
tertutup epitel dan reaksi jaringan.
Luka lecet pada kulit yang superfisial dimana epidermis bersentuhan dengan
benda yang kasar permukaannya, arah luka dapat ditentukan dari penumpukan
epidermis yang terseret ke satu posisi. Bentuk luka lecet kadang-kadang bisa
menunjukkan bentuk alat yang dipakai.
Luka lecet berdasarkan mekanisme terjadinya terbagi menjadi :
a. Luka lecet gores : luka karena benda runcing yang menggeser lapisan
permukaan kulit dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat
menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.
b. Luka lecet serut : variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya
lebih lebar.
c. Luka lecet tekan : disebabkan oleh perjejakan benda tumpul pada kulit.
d. Luka lecet geser : luka yang disebabkan oleh tekanan linear pada kulit disertai
gerakan bergeser, seperti pada kasus gantung atau jerat.
c. Luka Robek (laserasi)
Luka robek adalah luka terbuka akibat trauma tumpul yang kuat. Mudah
terjadi robekan bila dekat dengan daerah yang bertulang. Luka ini umumnya tidak
menggambarkan bentuk dan ukuran alat yang digunakan.
Ciri-ciri luka robek, yaitu : bentuk dan batas luka tidak teratur, pinggir tidak
rata, sering kotor, perdarahan sedikit, rambut tidak terpotong atau terbenam dalam
luka, terdapat jembatan jaringan antara kedua tepi luka, dan sering disertai memar
atau luka lecet.
d. Patah tulang (fraktur)
Pada trauma tumpul yang kuat dapat terjadi patah tulang. Pada anak-anak
karena memiliki tulang masih lentur sehingga ketika terjadi trauma dapat merusak
organ dibawahnya tanpa mengalami fraktur tulang. Pecahan tulang dapat
menunjukkan arah trauma. Patah tulang dapat menimbulkan perdarahan luar dan
perdarahan dalam.
Yang paling berbahaya adalah trauma tumpul pada tualng kepala karena dapat
terjadi perdarahan epidural, subdural, subarachnoid dan intra serebral.
Patah tulang dapat menimbulkan rasa nyeri dan gangguan fungsi. Rongga
dalam tulang Panjang banyak mengandung sel-sel lemak, yang bila patah dapat
memasuki sirkulasi darah dan menyebabkan emboli pulmonal dan atau emboli otak.
Gejala emboli otak dapat muncul sesudah 2-4 hari kemudian. Emboli paru-paru
terlihat dari gejala gangguan pernafasan (respiratory distress) sesudah 14-16 jam.
e. Tekanan (kompresi)
Tekanan yang lama pada jaringan dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah sehingga menimbulkan matinya jaringan yang dapat berakibat lokal maupun
sistemik karena asfiksia traumatik. Bila terjadi pada tangan dan kaki dapat
menyebabkan tindakan amputasi. Bila tekanan di dada dapat menyebabkan asfiksia
(traumatic asphyxia).
2.4 Akibat Trauma
1. Aspek Medik
a. Kelainan fisik/organik : hilangnya jarigan atau bagian dari tubuh, hilangnya
sebagaian atau selubuh organ tertentu
b. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu, seperti lumpuh, buta, tuli dan
sebagainya
c. Infeksi, akibat trauma menyebabkan kulit sebagai barrier rusak sehingga kuman
dengan mudah masuk, seperti staphylococcus, streptococcus dan sebagainya
d. Kelainan psikis
2. Aspek Yuridis
Luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak pidana,
baik yang bersifat intensional (sengaja), reckless, negligence. Kebijakan hukum
pidana didalam penetuan berat ringannya luak tersebut didasarkan atas
pengaruhnya terhadap
a. Kesehatan jasmani
b. Kesehatan rohani
c. Kelangsungan hidup janin
d. Estetika jasmani
e. Pekerjaan jabatan
f. Fungsi alat indera
2.5 Derajat Luka
1. Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atua pekerjaan mata pencariannya.
2. Luka sedang adalah luka yang dapat menimbulkan penyakit atau halangna dalam
menjalankan pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencarian untuk sementara
waktu
3. Luka berat berarti :
- Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
- Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencariannya.
- Kehilangan salah satu panca indera
- Mendapat cacat berat
- Menderita sakit lumpuh
- Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih
- Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan
2.6 Ketentuan Hukum Berdasarkan Derajat Luka
a. KUHP pasal 351
1. Penganiayaan dihukum dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun
3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun
4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan

Penganiayaan sedang diatur dalam pasal 351 ayat 1. Sedangkan pasal 351 ayat 2
mengatur penganiayaan berat.

b. KUHP pasal 352 ayat 1, mengatur penganiayaan ringan, yaitu:


Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian, diancam sebagai penganiayaan ringan dengan pidana penjara paling
lama tiga bulan atau pidana denda empat ribu lima ratus rupiah
c. KUHP pasal 353 ayat 1
Penganiayaan yang dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu dihukum
penjara selama-lamanya empat tahun
d. KUHP 353 ayat 2
Jika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun
e. KUHP 354 ayat 1 (penganiayaan berat)
Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan
penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun
f. KUHP 355 ayat 1 (penganiayan berat)
Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam
dengan pidana paling lama dua belas tahun
BAB III
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Amar Jhony

No. RM : 117586

Umur : 35 Tahun

Jenis Kelamin : Laki- Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Iskandar Muda No.56C

Pekerjaan : Guru

Tanggal Masuk : 22 Febuari 2022

Kasus

Seorang pria dibawa oleh warga ke RS Royal Prima dengan kondisi tidak sadarkan diri.
Menurut keterangan warga, korban sempat meringis kesakitan ememgang kepalanya dan
sempat muntah sebelum tidak sadarkan diri. Sebelumnya korban dipukul dibagian kepala
dengan kayu saat terjadi tawuran.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien tampak mengerang dan setelah diberi ransangan
nyeri baru membuka mata dan dapat melokalisir nyeri. Pada vital sign ditemukan TD
110/70mmHg, HR 10 /mnt, RR 18 /mnt, T 36,5˚C. Ditemukan kemerahan pada pipi kiri dan
kepala bagian kanan, reflex pupil (+/+).
BAB IV
KESIMPULAN
PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM

No. 186/RSRP/VER/I/2022

Yang bertanda tangan di bawah ini dr. Anesty Claresta Bandaso, Sp.F, dokter Forensik
Rumah Sakit Royal Prima Ayahanda Kota Medan, atas permintaan dari Kepala Kepolisian
Sektor Medan dengan nomor polisi B/18/VI/2014/Reskrim tertanggal dua puluh dua bulan
Febuari tahun dua ribu dua puluh dua, yang mana dalam surat tersebut meminta dibuatkan
visum et repertum berdasarkan pemeriksaan tanggal dua puluh dua bulan Febuari tahun dua
ribu dua puluh dua, maka dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal dua puluh tiga Mei
tahun dua ribu dua puluh dua pukul sepuluh Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di
Rumah Sakit Royal Prima Ayahanda Kota Medan telah melakukan pemeriksaan korban
dengan nomor registrasi 123456 yang menurut surat tersebut adalah: -----------------------------

Nama : Amar Jhony------------------------------------------------------------

Usia : 35 tahun----------------------------------------------------------------

Jenis Kelamin : Laki-laki---------------------------------------------------------------

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Februari 1987--------------------------------------------

Agama : Hindu-------------------------------------------------------------------

Pekerjaan : Guru---------------------------------------------------------------------

Warga Negara : Indonesia---------------------------------------------------------------

Alamat : Jl. Iskandar Muda No. 56C------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN -------------------------------------------------------------------------------

1. Korban datang dalam keadaan tidak sadar. ----------------------------------------------------


2. Pada korban ditemukan :
a. Tanda vital : tekanan darah seratus sepuluh per tujuh puluh millimeter air raksa,
frekuensi nadi seratus dua puluh kali per menit, frekuensi nafas delapan belas kali
per menit, suhu tiga puluh enam koma lima derajat celcius.----------------------------
b. Pada bagian kepala kanan, empat centimeter ke kanan garis tengah belakang, satu
centimeter diatas telinga kanan terdapat luka memar dengan ukuran dua
centimeter kali tiga centimeter.-------------------------------------------------------------
c. Pada pipi kiri, enam centimeter dari garis tengah depan kiri, satu centimeter
kebawah dari sudut luar mata, terdapat luka memar berwarna merah keunguan,
dengan bentuk tidak teratur, berukuran dua centimeter kali dua centimeter dan
disekitar memar tidak ditemukan kelainan.------------------------------------------------
d. Pada dahi sebelah kanan, dua centimeter dari garis tengah depan ke kanan, nol
koma lima centimeter diatas alis terdapat luka tekan dengan bentuk sepatu dengan
ukuran dua koma lima centimeter kali tiga koma lima centimeter.--------------------
e. Pada pemeriksaan CT-Scan ditemukan adanya perdarahan pada otak kanan yang
menekan bagian otak kanan.-----------------------------------------------------------------
3. Terhadap korban diberikan cairan dan oksigen kemudian dilakukan tindakan operasi
segera.----------------------------------------------------------------------------------------------

KESIMPULAN: -------------------------------------------------------------------------------------------

Pada korban laki-laki berusia tiga puluh lima tahun ditemukan perdarahan otak kanan, luka
memar pada kepala bagian kanan dan luka memar pada pipi kiri, luka tekan pada dahi kanan
akibat trauma tumpul. Cedera tersebut menyebabkan korban tidak dapat menjalankan
pekerjaan jabatan/ pencaharian sementara waktu.-----------------------------------------------------
Demikian Visum et Repertum ini di buat dengan sejujur-jujurnya dengan menggunakan
keilmuan yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah jabatan dan sesuai Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana.-------------------------------- -----------------------------------------------------

Dokter Pemeriksa,

dr. Anesty Claresta Bandaso, Sp.F


DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan pertama semarang: Badan penerbit
Universitas Diponegoro, 2000

2. Amir, Amri. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Kedua. Jakarta: Ramadhan. 2019

3. Afandi D, Herkutanto H. Investigasi Forensik pada Kasus Kematian Dugaan Akibat


Cedera Kepala. J Kedokt Brawijaya. 2018;30(1):68.

Anda mungkin juga menyukai