Anda di halaman 1dari 21

TUGAS REMIDI

MAKALAH

KUALIFIKASI LUKA

Oleh :

Elina Qonita (201620401011086)

Pembimbing:

dr. Akhmad Yudianto, Sp.F

Departemen / Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik

RS Pusdik Gasum Bhayangkara Porong

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Malang

2017/2018
Tinjauan Pustaka
1. Definisi Luka
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagianjaringan tubuh. Penyebab luka dapat berasal
dari tusukan/goresan benda tajam, benturan benda tumpul, kecelakaan, terkena tembakan, gigitan
hewan, bahan kimia, air panas, uap air, terkena api atau terbakar, listrik dan petir (Murtutik dan
Marjiyanto, 2013).
Menurut Dorland (2006), luka dibagi 2 jenis, yaitu:
a. Luka tertutup
Luka tertutup merupakan luka dimana kulit korban tetap utuh dan tidak ada kontak antara
jaringan yang ada di bawah dengan dunia luar, kerusakannya diakibatkan oleh trauma benda
tumpul. Luka tertutup umumnya dikenal sebagai luka memar yang dapat digolongkan menjadi 2
jenis yaitu:
1) Kontusio, kerusakan jaringan di bawah kulit yang mana dari luar
hanya tampak sebagai benjolan.
2) Hematoma, kerusakan jaringan di bawah kulit disertai pendarahan
sehingga dari luar tampak kebiruan.
b. Luka terbuka
Luka terbuka adalah luka dimana kulit atau jaringan di bawahnya mengalami kerusakan.
Penyebab luka ini adalah benda tajam, tembakan, benturan benda keras dan lain-lain.
Macam- macam luka terbuka antara lain yaitu luka lecet (ekskoriasi), luka gigitan (vulnus
marsum), luka iris/sayat (vulnus scisum), luka bacok (Vulnus caesum), luka robek (vulnus
traumaticum), luka tembak (vulnus sclopetinum), luka hancur (vulnus lacerum) dan luka bakar.
Luka iris/sayat (vulnus scisum) biasanya ditimbulkan oleh irisan benda yang bertepi tajam
seperti pisau, silet, parang dan sejenisnya. Luka yang timbul biasanya berbentuk memanjang,
tepi luka berbentuk lurus, tetapi jaringan kulit di sekitar luka tidak mengalami kerusakan
(Dorland, 2006)

Memar adalah sebuah kondisi pecahnya pembuluh darah kapiler di daerah sekitar luka yang
menyebabkan daerah luka tersebut menjadi berwarna kebiruan. Hematoma adalah terjadinya
penumpukan darah pada suatu daerah karena pecahnya pembuluh darah. Memar dan hematoma
sebenarnya mirip, yakni sama-sama terjadi pembuluh darah pecah, namun pada hematoma
terjadi pengumpulan darah, sedangkan memar tidak. Sedangkan kategori terakhir, yakni luka
terlindas, tidak hanya pembuluh darah saja yang mungkin teruka, namun juga tulang, otot, serta
bagian dalam tubuh lainnya. Dalam kondisi yang sangat parah, kehancuran seluruh komponen di
daerah yang terkena tabrakan bisa terjadi

Luka luar adalah luka yang dapat dilihat dari luar karena kulit juga mengalami luka dan
terbuka, sehingga dapat menampakkan bagian lain yang mengalami
luka. Berdasarkan penyebabnya, luka dapat dibagi menjadi 5 jenis, yakni akibat
A. Mekanik
B. Kimia
C. Radiasi
D. Suhu
E. Khusus
Luka mekanik adalah jenis penyebab luka yang paling banyak ditemui. Luka jenis ini
disebabkan oleh benda-benda atau aktivitas yang menyebabkan benda tersebut melukai tubuh.
Luka mekanik dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi luka
a) Abrasi
b) Tancap
c) Iris
d) Tusuk
e) Lindas
f) Gigitan
g) Tembak
Luka abrasi adalah luka yang hanya menggores epidermis kulit dan tidak menyebabkan atau
menyebabkan sedikit pendarahan. Luka tancap memiliki contoh luka yang diakibatkan oleh
tertancap paku. Luka jenis ini mengenai bagian yang lebih dalam dan mengakibatkan pendarahan
lebih banyak daripada luka abrasi. Luka iris diakibatkan oleh benda-benda tajam seperti pisau,
cutter, dan gunting. Luka jenis ini memiliki dampak yang bervariasi, bisa berdampak ringan
apabila hanya tergores, namun bisa parah bila irisan tersebut sangat dalam. Luka lindas
diakibatkan oleh adanya tekanan besar yang terjadi tiba-tiba pada tubuh sehingga tidak mampu
menjaga dari tekanan tersebut. Biasanya mengakibatkan pendarahan dan efeknya bervariasi.
Luka akibat gigitan biasanya merusak jaringan epidermis kulit dan terjadi cukup dalam. Akibat
yang terjadi tidak hanya pendarahan, melainkan juga berpeluang terjadi infeksi akibat adanya
patogen yang masuk di daerah gigitan tersebut. Luka tembak memiliki efek yang berbahaya juga
karena dapat menembus tubuh sangat dalam dan menghancurkan organ atau jaringan yang
dilewati. Selain itu, adanya efek panas dari luka tembak menyebabkan gangguan serius pada
organ-organ yang terkena.
Luka akibat zat kimia yakni luka yang diakibatkan oleh asam dan basa. Bila konsentrasi
asam maupun basa cukup besar, asam atau basa tersebut dapat mengakibatkan nekrosis.
Luka yang diakibatkan oleh radiasi dapat berupa radiasi alami maupun buatan, seperti
matahari, sinar x, inframerah, dan gama. Tingkat keparahan luka radiasi ditentukan oleh tiga hal,
yakni, besar radiasi tersebut, durasi terpapar radiasi, dan bagian tubuh mana yang terkena
radiasi. Suhu yang terlalu ekstrim, seperti terlalu panas maupun terlalu dingin dapat
menyebabkan luka. Terdapat tingkatan derajat luka bakar atau dingin yang dimulai dari derajat
satu untuk yang hanya melukai epidermis hingga derajat empat yang mencapai tulang dan otot.
Bila dipandang dari kedalaman luka, luka dibagi menjadi empat kategori, yakni luka superfisial
yang hanya mengenai epidermis, luka sebagian yang cakupannya hingga dermis, luka cukup
dalam yang melukai hingga jaringan subkutan, dan luka dalam yang mengenai jaringan-
jaringan di bawah jaringan subkutan.
Luka yang diakibatkan oleh radiasi dapat berupa radiasi alami maupun buatan, seperti
matahari, sinar x, inframerah, dan gama. Tingkat keparahan luka radiasi ditentukan oleh tiga hal,
yakni, besar radiasi tersebut, durasi terpapar radiasi, dan bagian tubuh mana yang terkena
radiasi.
Suhu yang terlalu ekstrim, seperti terlalu panas maupun terlalu dingin dapat menyebabkan
luka. Terdapat tingkatan derajat luka bakar atau dingin yang dimulai dari derajat satu untuk yang
hanya melukai epidermis hingga derajat empat yang mencapai tulang dan otot
Bila dipandang dari kedalaman luka, luka dibagi menjadi empat kategori, yakni luka
superfisial yang hanya mengenai epidermis, luka sebagian yang cakupannya hingga dermis, luka
cukup dalam yang melukai hingga jaringan subkutan, dan luka dalam yang mengenai jaringan-
jaringan di bawah jaringan subkutan
Selanjutnya, luka yang didasarkan pada tingkat kontaminasi mikroba dibagi menjadi empat,
yakni luka bersih, luka bersih-terkontaminasi, luka terkontaminasi, dan luka terinfeksi atau kotor,
Luka bersih, seperti namanya, tidak ada tanda-tanda terkontaminasi oleh mikroba maupun zat
asing lainnya karena luka tersebut dibuat di tempat yang steril, seperti ruang operasi. Luka
bersih-terkontaminasi adalah luka yang sebenarnya bersih namun ada potensi untuk
terkontaminasi di saat kemudian. Luka terkontaminasi adalah luka yang pada awalnya terbuka
lalu dilakukan tindakan untuk merawat luka tersebut. Dengan demikian, sudah ada kemungkinan
luka itu terkontaminasi mikroba karena kondisinya yang sudah terbuka. Luka jenis terakhir yakni
luka terinfeksi atau kotor adalah luka yang sebenarnya sudah lama namun pada akhirnya terkena
infeksi atau mengalami kematian jaringan yang menyebabkan patogen dapat masuk
2. Klasifikasi Luka
Secara umumnya, luka atau cedera dibagi kepada beberapa klasifikasi menurut penyebabnya
yaitu, trauma tumpul, trauma tajam dan luka tembak.
a. LUKA TRAUMA TUMPUL
Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai bentuk, alami
atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia seperti kampak, pisau, panah, martil
dan lain-lain. Bila ditelusuri, benda-benda ini telah ada sejak zaman pra sejarah dalam usaha
manusia mempertahankan hidup sampai dengan pembuatan senjata-senjata masa kini seperti
senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat pada tubuh dapat dibedakan dari
penyebabnya.
Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju,
lantai, jalan dan lain-lain. Adapun definisi dari benda tumpul itu sendiri adalah :
 Tidak bermata tajam
 Konsistensi keras / kenyal
 Permukaan halus / kasar
Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab yaitu alat atau senjata yang mengenai atau
melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang bergerak ke arah objek atau alat
yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan,
walaupun terkadang sulit dipastikan.
Luka karena kererasan tumpul dapat berebentuk salah satu atau kombinasi dari luka memar,
luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan
b. Luka Akibat Trauma Tumpul
Variasi mekanisme terjadinya trauma tumpul adalah:
1. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam.
2. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam.
Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut
terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Derajat luka, perluasan luka serta
penampakan dari luka yang disebabkan oleh benda tumpul bergantung kepada:
1. Kekuatan dari benda yang mengenai tubuh
2. Waktu dari benda yang mengenai tubuh
3. Bagian tubuh yang terkena
4. Perluasan terhadap bagian tubuh yang terkena
5. Jenis benda yang mengenai tubuh
Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang
disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka. Luka Akibat
trauma tumpul dibagikan menurut beberapa kategori:
1. Abrasi
2. Laserasi
3. Kontusio
Klasifikasi Trauma Tumpul Berdasarkan Jaringan atau Organ yang Terkena
Klasifikasi luka akibat benda tumpul meurut jaringan atau organ yang terkena adalah
sebagai berikut :
1. Kulit
a. Luka Lecet
b. Luka Memar
c. Luka Robek
2. Kepala
a. Tengkorak
b. Jaringan Otak
3. Leher dan Tulang Belakang
4. Dada
a) Tulang
b) Organ dalam dada
5. Perut
a. Organ Parenchym
b. Organ berongga
6. Anggota Gerak
a. Abrasi (Luka Lecet)
Luka lecet adalah luka yang superficial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada lapisan kulit
epidermis. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena
sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka.
Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis bergulung,
tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda
yang mengenainya.
Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya. Waktu
terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat
ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat
ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa hari), beberapa
hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi
pada abrasi yang luas.
Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka lecet
gores (Scratch), luka lecet serut (Scrape), luka lecet tekan (impact abrasion) dan luka lecet
berbekas (patterned abrasion).
- Luka lecet gores ( Scratch)
Diakibatkan oleh benda runcing ( misalnya kuku jari yang menggores kulit) yang
menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan mengakibatkan lapisan tersebut
terangkat, sehingga dapat menunjukan arah kekerasan yang terjadi.
Gambar . Luka lecet pada tangan yang disebabkan oleh benda dengan permukaan runcing.

- Luka lecet serut (Scraping )


Adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit lebih
lebar. Arah kekerasan di tentukan dengan melihat letak tumpukan epitel.

Gambar . Luka lecet pada tangan


Terlihat pengelupasan kulit yang ireguler pada lapisan kulit epidermis. ( Dikutip dari
kepustakaan forensic pathology)
Gambar . Bentuk dari abrasi dapat menandakan jenis permukaan yang kontak dengan kulit.
Biasanya benda asing juga dapat tertanam pada permukaan kulit yang abrasi, seperti aspal dari
permukaan jalan. Abrasi yang terlihat pada gambar ini sedang dalam tahap penyembuhan.
( Dikutip dari kepustakaan forensic pathology).
- Luka lecet tekan ( Impact abrasion)
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah jaringan yang lentur
maka, bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut,
tetapi masih memungkinkan identifikasi benda penyebab yang mempunyai bentuk yang khas,
misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan dan sebagainya. Gambaran luka lecet tekan yang di
temukan pada mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan warna yang lebih gelap dari sekitarnya
akibat menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang
berlangsung pasca kematian.
Gambar . Impact abrasion
Pola ini menandakan permukaan dan arah dari geseran yang terjadi. Walaupun kerusakan
yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet mempunyai arti penting di dalam Ilmu Kedokteran
Kehakiman, oleh karena dari luka tersebut dapat memberikan banyak hal, misalnya:
1. Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam tubuh, seperti
hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa, yang dari pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka
lecet di daerah yang sesuai dengan alat-alat dalam tersebut.
2. Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul yang menyebabkan
a.) Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan tampak sebagai suatu luka
lecet yang berwarna merah-coklat, perabaan seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan
alat penjerat dan memberikan gambaran/cetakan yang sesuai dengan bentuk permukaan dari
alat penjerat, seperti jalianan tambang atau jalinan ikat pinggang. Luka lecet tekan dalam kasus
penjeratan sering juga dinamakan “jejas jerat”, khususnya bila alat penjerat masih tetap berada
pada leher korban.
b.) Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh ban kendaraan,
maka luka lecet tekan yang terdapat pada tubuh korban seringkali merupakan cetakan dari ban
kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih dalam keadaan yang cukup baik, dimana
“kembang” dari ban tersebut masih tampak jelas, misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar.
Dengan demikian di dalam kasus tabrak lari, informasi dari sifat-sifat luka yang terdapat pada
tubuh korban sangat bermanfaat di dalam penyidikan.
c.) Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel pada tubuh korban, akan
memberikan gambaran kelainan yang khas yaitu dengan adanya “jejas laras”, yang tidak lain
merupakan luka lecet tekan. Bentuk dari jejas laras tersebut dapat memberikan informasi
perkiraan dari bentuk moncong senjata yang dipakai untuk menewaskan korban.
d.) Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation), atau yang lebih dikenal
dengan istilah pencekikan, maka kuku jari pembunuh dapat menimbulkan luka lecet yang
berbentuk garis lengkung atau bulan sabit; dimana dari arah serta lokasi luka tersebut dapat
diperkirakan apakah pencekikan tersebut dilakukan dengan tangan kanan, tangan kiri atau
keduanya. Di dalam penafsiran perlu hati-hati khususnya bila pada leher korban selain
didapatkan luka lecet seperti tadi dijumpai pula alat penjerat; dalam kasus seperti ini
pemeriksaan arah lengkungan serta ada tidaknya kuku-kuku yang panjang pada jari-jari korban
dapat memberikan kejelasan apakah kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh.
e.) Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban bersentuhan dengan radiator, maka
dapat ditemukan luka lecet tekan yang merupakan cetakan dari bentuk radiator penabrak.
3. Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat dimana kulit ari yang terkelupas
banyak terkumpul pada tepi luka; bila pengumpulan tersebut terdapat di sebelah kanan maka arah
kekerasan yang mengenai tubuh korban adalah dari arah kiri ke kanan. Di dalam kasus-kasus
pembunuhan dimana tubuh korban diseret maka akan dijumpai pengumpulan kulit ari yang
terlepas yang mendekati ke arah tangan, bila tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke arah
kaki bila kaki korban yang dipegang sewaktu korban diseret.
Karakteristik luka lecet :
1) Sebagian/seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan epidermis
2) Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan permukaan kasar dan tumpul
3) Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)
4) Timbul reaksi radang (Sel PMN)
5) Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada penyembuhan tidak meninggalkan jaringan
parut. Memperkirakan umur luka lecet:
· Hari ke 1 – 3 : warna coklat kemerahan
· Hari ke 4 – 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram
· Hari ke 7 – 14 : pembentukan epidermis baru
· Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap
Perbedaan luka lecet ante motem dan post mortem
ANTE MORTEM POST MORTEM
1. Coklat kemerahan 1. Kekuningan
2. Terdapat sisa sisa-sisa epitel 2. Epidermis terpisah sempurna
1. Tanda intravital (+) dari dermis
2. Sembarang tempat 3. Tanda intravital (-)
4. Pada daerah yang ada
penonjolan tulang

b. Kontusio (Luka Memar)


- Kontusio Superfisial
Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan pada
jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Kontusio adalah suatu keadaan dimana terjadi
pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan
pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul.
Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah dimana
jaringan longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang yang lanjut usia, maka luka memar
yang tampak seringkali tidaka sebanding dengan kekerasan, dalam arti seringkali lebih luas; dan
adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya “memar” ke daerah yang lebih
rendah, berdasarkan gravitasi.

Gambar . Battle sign.


Tampak luka memar di belakang dan dibawah telinga yang terletak di prosesus mastoid
yang disebabkan oleh darah yang berakumulasi secara gravitasi disebabkan oleh fraktur basis
cranii.

Gambar . Racoon eyes. Dan Battle’s sign


Tampak luka memar di sekitar jaringan ikat longgar daerah mata disebabkan oleh fraktur
basis cranii.
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari
benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah “perdarahan tepi” (marginal haemorrhages),
misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat yang terdapat tekanan
justru tidak menunjukkan kelainan, kendaraan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi
yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang berdekatan.
Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu tersebut
bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standar pasti untuk
menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.
Luka memar dapat diklasifikasikan sebagai luka memar superficial (Superficial), Luka
memar dalam (Deep), dan luka memar berbekas ( Patterned/ imprint).
a. Luka memar superfisial
Luka memar superficial dapat terjadi secara segera, disebabkan oleh akumulasi darah
secara subkutan.
Gambar . Luka memar pada lengan.
Awalnya, luka memar memberikan warna merah kebiruan namun seiring berjalannya
waktu sel darah merah akan rusak, melepaskan billirubin dan heme yang memberikan gambaran
kuning-kecoklatan yang dapat terlihat satu minggu kemudian. (Dikutip dari kepustakaan
forensic pathology)
b. Luka memar dalam
Luka memar dalam menandakan adanya akumulasi pendarahan lebih dalam dari
lapisan kulit subkutan. Biasanya jenis luka ini memerlukan 1 sampai 2 hari untuk dapat
terlihat di permukaan kulit.

Gambar diatas merupakan luka memar dengan beberapa warna, dimana terdapat
warna kekuningan yang difus pada pinggirnya menandakan bahwa luka memar sudah
terjadi sebelum foto ini diambil.
b. Luka memar berbekas
Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan pada tubuh, biasanya objek yang
menekan tubuh meninggalkan bekas pada permukaan kulit.
Gambar . Luka memar pada paha.

Gambar . Terdapat luka memar yang berbekas pada jejas gigitan atau bite mark.
Pada mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan menentukan
juga karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan pemeriksaan
luka akan semakin membuat luka memar menjadi gelap. Pemeriksaan mikroskopik adalah sarana
yang dapat digunakan untuk menentukan waktu terjadinya luka sebelum kematian. Namun sulit
menentukan secara pasti karena hal tersebut pun bergantung pada keahlian pemeriksa.
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah dalam
sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan syok,
penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah
kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat
menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat media
berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah
sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup,
kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangren.
Memperkirakan umur luka memar :
· Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan
· Hari ke 2 – 3 : warna biru kehitaman
· Hari ke 4 – 6 : biru kehijauan–coklat
· > 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh
Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka memar. Livor
mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada area mengikuti posisi tubuh
disebabkan oleh akumulasi darah oleh pembuluh darah kecil secara gravitasi.
Perbedaan Luka Memar dan Lebam mayat.
Luka Memar Lebam mayat
1. Di sembarang tempat 1. Bagian tubuh yang terendah
2. Pembengkakan (+) 2. Pembengkakan (-)
3. Tanda Intravital (+) 3. Tanda Intravital (-)
4. Ditekan tidak menghilang 4. Ditekan Menghilang
5. Diiris : tidak menghilang 5. Diiris : dibersihkan dengan
kapas menjadi bersih

- Kontusio pada organ dan jaringan dalam.


Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang
berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan
kelainan fungsi dan bahkan kematian.
Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi peradangan
dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi peradangan bertambah
hebat. Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio
dan perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi organ lain yang luas dan
kematian jika terkena pada bagian vital yang mengontrol pernapasan dan peredaran darah.
Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan sempit pada daeran
yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls dapat menyebabkan gannguan pada
irama jantung atau henti jantung. Kontusio luas yang mengenai kerja otot jantung dapat
menghambat pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada organ lain
dapat menyebabkan ruptur organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh.
- Kontusio Cerebri
Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu. Beberapa dapat
lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian superfisial atau daerah abu-abu
sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darah dengan terhambatnya aliran darah
menuju otak menyebabkan adanya pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk cukup besar, edema otak
dapat menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma, dan kematian total.
Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan kontusio tersebut yang dapat
menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan adanya fokus epilepsi.
Perlu dipertimbangkan lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan dengan arah
kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan
komponen yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala, kranium, dan otak. Ketika bagian
kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang
lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau tidak. Jika
jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini terjadi saat kepala relatif tidak bergerak.
Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana kepala yang bergerak mengenai benda
yang padat dan diam. Pada keadaan ini kerusakan pada kulit kepala dan pada kranium dapat serupa
dengan apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala yang diam. Namun, kontusio yang
terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada sisi yang berlawanan. Hal ini disebut kontusio
contra-coup.
Pada pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena foto dari semua
komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai dengan demontrasi yang ada,
diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang terjadi.
Kadang-kadang dapat terjadi hal yang membingungkan, dapat saja kepala yang diam dan
terkena benda yang bergerak pada akhirnya akan jatuh atau mengenai benda keras lainnya,
sehingga gambaran yang ada akan tercampur, membingungkan, yang tidak memerlukan
penjelasan mendetail.
Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah putih atau
abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil atau besar. Perdarahan kecil
dinamakan “ball haemorrhages” sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat serupa
dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi. Perdarahan yang lebih besar dan dalam
biasanya berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke.
Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma kepala,
serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus lain yang menyebabkan
perdarahan.
Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma biasanya
melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam. Tempat predileksinya adalah ganglia basal,
pons, dan serebelum. Perdahan tersebut berhubungan dengan malformasi arteri vena. Biasanya
mengenai orang yang lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi.
Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi eksternal yang
dapat ditemui adalah “ foam cone” busa berwarna putih atau merah muda pada mulut dan hidung.
Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang
didahului dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya trauma
kepala.
c. Laserasi (Luka robek)
Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio dari
jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup
lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan
oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan
jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi
ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata
dari benda tersebut yang mengalami indentasi.
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan dibawahnya tidak
sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar dan
luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi dari laserasi
dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi laserasi yang landai
menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar juga menunjukkan arah
awal kekerasan.
Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan tersebut.
Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya
jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu
atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya
berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan “swallow tails”. Beberapa benda dapat
menghasilkan pola laserasi yang mirip.
Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan tersebut
tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang berada pada
dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah yang
bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau krusta. Jaringan
parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi saluran luka.
Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan selesai. Skar
tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka atau memar.
Pembagiannya adalah sangat segera segera, beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari. Laserasi
yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak
adanya perdarahan.

Gambar. Luka robek


Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya robekan
arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang
multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat
sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran
mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit
yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya
penyembuhan luka yang sempurna.
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi
tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi
tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat
menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada
organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan
limpa.Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi
dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.
Karakteristik dari luka robek:
Laceratio Cerebri (Robek Otak)
Merupakan kerusakan jaringan otak (white and grey mater) disertai robeknya Arachnoid.
Ada 2 macam :
1. Direct Laceration (Coup)
2. Countre Coup Laceration
Bagian yang mengalami kekerasan langsung dengan benda tumpul adalah Coup sedangkan
yang berlawanan adalah Counter-Coup. Counter-Coup terjadi bila ada Oscilasi (getaran) otak yang
membentur duramater dan ini terjadi bila kepala dalam keadaan bergerak atau bebas bergerak.
Mekanisme Terjadinya Countre-Coup, Pada trauma tumpul kepala terdapat Acelerasi dan
Decelerasi. Pada waktu Acelerasi terjadi gerakan tengkorak ke arah impact dan gerakan otak
berlawanan dengan arah impact.Pada waktu Decelerasi kepala bergerak tiba-tiba membentur
benda tumpul. sedang otak bergerak ke arah berlawanan dgn bagian kepala yang mengalami
kekerasan tadi, sehingga otak membentur bagian berlawanan dgn bagian kepala yang mengalami
kekerasan langsung.
d. Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi
Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama dapat
menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan selanjutnya dan lecet pada
pukulan selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu pukulan.
Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat dibedakan dengan luka terbuka
akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari sifat-sifatnya serta hubungan dengan jaringan sekitar luka.
Luka robek mempunyai tepi yang tidak teratur, terdapat jembatan-jembatan jaringan yang
menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di
daerah yang berambut, di sekitar luka robek sering tampak adanya luka lecet atau luka memar.
Oleh karena luka pada umumnya mendatangkan rasa nyeri yang hebat dan lambat mendatangkan
kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh diri dengan membuat luka terbuka dengan benda
tumpul.mengenai tubuh korban
TINJAUAN PUSTAKA

Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.


Semarang : 2003.
Dahlan, Sofwan. Traumatologi. 2004 Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik.. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.Semarang.2004. Hal 67-91.
Dorland, W., 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Luka, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2004
Szabo G. Classification and management of wound, principle of wound healing, haemorrhage
and bleeding control. 2012 Available from: http://mutettan.sote.hu/wp-
content/uploads/2013/03/Gyorgyi-Szabo-Classification-and-management-of-wound.pdf

Anda mungkin juga menyukai