Anda di halaman 1dari 23

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tindak kejahatan saat ini cenderung meningkat seiring dengan adanya perkembangan zaman khususnya di era globalisasi saat ini, sering dapat kita temui adanya kasus kriminalitas yang berhubungan dengan tidak kekerasan. Seorang dokter dalam kesehariannya tidak lepas dari adanya kasus yang berhubungan dengan tindak kekerasan, sehingga dokter sebagai orang yang melakukan pemeriksaan, khususnya atas diri korban, perlu secara hati-hati, cermat dan teliti dalam menafsirkan hasil yang didapatnya. Selain melakukan pengobatan terhadap korban dokter juga perlu untuk membantu penyidik untuk mengungkap pelaku tindak kekerasan tersebut. Adapun makalah ini membahas mengenai traumatologi didalam bidang forensik sehingga diharapkan dapar membantu pembaca mengenai traumatologi di dalam bidang forensik.

1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan pembaca mengenai traumatologi di bidang forensik selain itu juga guna melengkapi tugas dalam menjalani Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah gangguan kontinuitas dari jaringan tubuh seperti kulit, membran mukosa, kornea, dan sebagainya. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya akibat efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan kecederaan. 1,2,3 Di dalam ilmu kedokteran forensik traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan pengertian luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. 1,2 2.2 Klasifikasi 1,2,3,4 2.2.1 Berdasarkan sifat dan penyebab kecederaan (trauma) dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat : 1. Mekanik a. Benda tumpul
b. Benda tajam

c. Tembakan senjata api

2. Fisika a. Suhu b. Listrik dan petir c. Perubahan tekanan udara d. Akustik e. Radiasi 3. Kimia a. Asam kuat b. Basa kuat

2.2.2 Berdasarkan etiologi luka dapat dikelompokkan: 1. Luka mekanik. 2. Luka termis. 3. Luka kimiawi. 4. Luka listrik. 2.2.3 Berdasarkan derajat kualifikasi luka dapat dikelompokkan: 1. Luka ringan. 2. Luka sedang. 3. Luka berat. 2.2.4 Berdasarkan bentuknya luka dapat dikelompokkan: 1. Teratur 1.a Luka bulat 1.b Luka lonjong 1.c Luka segitiga, dan lain-lain 2. Tidak teratur 2.a Luka robek 2.b Luka lecet 2.c Luka memar, dan lain-lain 2.2.5 Luka mekanik juga dapat dikelompokkan:

1. Luka memar (kontusio). 2. Luka lecet (abrasio). 3. Luka sayat (vulnus scissum). 4. Luka robek (vulnus laceratum). 5. Luka tusuk (vulnus punctum). 6. Luka tembak (vulnus sclopetorum). 7. Luka-luka yang mengenai struktur organ dalam tanpa kerusakan pada permukaan kulit/ tubuh. 8. Luka bakar (combustio) dan luka akibat air mendididhataupun uap panas (scalds). 9. Luka-luka yang disebabkan oleh aliran listrik (kilat). 2.2.6 Berdasarkan waktu kematian terjadinya luka dapat dikelompokkan: 1. Ante-mortem 2. Post- mortem 2.2.7 Berdasarkan aspek medikolegal luka dapat dikelompokkan: 1. Perbuatan sendiri (bunuh diri). 2. Perbuatan orang lain (pembunuhan). 3. Kecelakaan. 4. Luka tangkis. 5.Dibuat (fabricated) 2.4 Penjabaran klasifikasi1,2,3,4,5 2.3.1 Trauma Benda Tumpul Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai bentuk, baik secara alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia seperti kampak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Bila ditelusuri, benda-benda ini telah ada sejak zaman pra sejarah dalam usaha manusia mempertahankan hidup sampai dengan pembuatan senjata-senjata masa kini seperti senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat pada tubuh dapat dibedakan dari penyebabnya.

Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Adapun definisi dari benda tumpul itu sendiri adalah :

Tidak bermata tajam Konsistensi keras / kenyal Permukaan halus / kasar

Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab yaitu alat atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak. Luka karena kererasan tumpul dapat berbentuk salah satu atau kombinasi dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.

1. Luka Akibat Trauma Tumpul1,5,6 Variasi mekanisme terjadinya trauma tumpul adalah: 1. Benda tumpul yang bergerak pada korban yang diam. 2. Korban yang bergerak pada benda tumpul yang diam. Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan berbagai tipe luka yakni: a. Abrasi b. Laserasi c. Kontusio d. Fraktur e. Kompresi a. Abrasi (Luka Lecet) Abrasi per definisi adalah pengelupasan kulit. Dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis saja yang terkena, lebih dalam ke lapisan bawah kulit (dermis)atau lebih dalam lagi sampai ke jaringan lunak bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat

ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi. Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas. b. Kontusio Superfisial (Luka Memear). Kata lazim yang digunakan adalah memar, terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang singkat. Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Pada orang dengan kulit berwarna memar sulit dilihat sehingga lebih mudah terlihat dari nyeri tekan yang ditimbulkannya. Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standart pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik. Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat memproduksi gas gangren. c. Kontusio pada organ dan jaringan dalam. Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan kematian. d. Laserasi (Luka Robek). Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu, ujung dari pipa, permukaan benda tersebut

cukup lancip untuk menyebabkan sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi.

Gambar 2.3.1.1. Luka Robek Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port de entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna. Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa. Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat. e. Kombinasi dari luka lecet, memar dan laserasi. Luka leceet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama dapat menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan selanjutnya dan lecet pada

pukulan selanjutnya. Tetapi ketiga jenis luka tersebut dapat terjadi bersamaan pada satu pukulan. f. Fraktur Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada bedah hanya memiliki sedikit makna pada ilmu forensik. Pada bedah, fraktur dibagi menjadi fraktur sederhana dan komplit atau terbuka.Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi beberapa faktor seperti komposisi tulang tersebut. Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila perdarahan sub periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan disfungsi organ tersebut. Apabila terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat menyebabkan darah terbendung disekitar jaringan lunak yang menyebabkan pembengkakan dan aliran darah balik dapat berkurang. Apabila terjadi robekan pada arteri yang besar terjadi kehilangan darah yang banyak dan dapat menyebabkan pasien shok sampai meninggal. Shok yang terjadi pada pasien fraktur tidaklah selalu sebanding dengan fraktur yang dialaminya. Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan lain. Gejala pada emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah terjadinya fraktur dan dapat menyebabkan kematian. Gejala pada emboli lemak di paru berupa distres pernafasan dapat terjadi 14-16 jam setelah terjadinya fraktur yang juga dapat menyebabkan kematian. Emboli sumsum tulan atau lemak merupakan tanda antemortem dari sebuah fraktur. Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya fraktur depresi tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah yang dapat membuat hematom ekstra dural, sehingga diperlukan depresi tulang secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak dapat merusak otak tersebut, sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma hingga kematian. g. Kompresi Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan efek lokal maupun sistemik yaitu asfiksia traumatik sehingga dapat terjadi kematiaan akibat tidak terjadi pertukaran udara.

h. Perdarahan Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur, dan kompresi. Kehilangan 1/10 volume darah tidak menyebabkan gangguan yang bermakna. Kehilangan volume darah dapat menyebabkan pingsan meskipun dalam kondisi berbaring. Kehilangan volume darah dan mendadak dapat menyebabkan syok yang berakhir pada kematian. Kecepatan perdarahan yang terjadi tergantung pada ukuran dari pembuluh darah yang terpotong dan jenis perlukaan yang mengakibatkan terjadinya perdarahan. Pada arteri besar yang terpotong, akan terjadi perdarahan banyak yang sulit dikontrol oleh tubuh sendiri.Apabila luka pada arteri besar berupa sayatan, seperti luka yang disebabkan oleh pisau, perdarahan akan berlangsung lambat dan mungkin intermiten. Luka pada arteri besar yang disebabkan oleh tembakan akan mengakibatkan luka yang sulit untuk dihentikan oleh mekanisme penghentian darah dari dinding pembuluh darah sendiri. Hal ini sesuai dengan prinsip yang telah diketahui, yaitu perdarahan yang berasal dari arteri lebih berisiko dibandingkan perdarahan yang berasal dari vena. Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat apabila terjadi perlukaan pada arteri. Adanya gangguan pembekuan darah juga dapat menyebabkan perdarahan yang lama. Kondisi ini terdapat pada orang-orang dengan penyakit hemofili dan gangguan pembekuan darah, serta orang-orang yang mendapat terapi antikoagulan. Pecandu alcohol biasanya tidak memiliki mekanisme pembekuan darah yang normal, sehingga cenderung memiliki perdarahan yang berisiko. Investigasi terhadap kematian yang diakibatkan oleh perdarahan memerlukan pemeriksaan lengkap seluruh tubuh untuk mencari penyakit atau kondisi lain yang turut berperan dalam menciptakan atau memperberat situasi perdarahan. Klasifikasi luka akibat benda tumpul menurut jaringan atau organ yang terkena adalah sebagai berikut : 1. Kulit 1. Luka Lecet 2. Luka Memar 3. Luka Robek

Gambar 2.3.1.2. Luka Memar 2. Kepala 1. Tengkorak 2. Jaringan Otak 3. Leher dan Tulang Belakang 4. Dada 1. Tulang 2. Organ dalam dada 5. Perut 1. Organ Parenchym 2. Organ berongga 6. Anggota Gerak 2. Kekerasan benda tumpul pada kulit dan jaringan bawah kulit a. Luka Lecet (Abrasion) Adalah luka akibat kekerasan benda yang memiliki permukaan yang kasar sehingga sebagian atau seluruh lapisan epidermis hilang.. Contohnya :

Benda kasar : terseret di jalan aspal Tali tampar : gantung diri 10

Benda runcing : duri, kuku Meninggalkan bekas : ban mobil

Ciri luka lecet : 1. Sebagian/seluruh epitel hilang 2. Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta) 3. Timbul reaksi radang (Sel PMN) 4. Biasanya pada penyembuhan tidak meninggalkan jaringan parut Memperkirakan umur luka lecet:

Hari ke 1 3 : warna coklat kemerahan Hari ke 4 6 : warna pelan-pelan menjadi gelap dan lebih suram Hari ke 7 14 : pembentukan epidermis baru Beberapa minggu : terjadi penyembuhan lengkap

Perbedaan luka lecet ante motem dan post mortem ANTE MORTEM 1. Coklat kemerahan 2. Terdapat sisa sisa-sisa epitel 1. Tanda intravital (+) 2. Sembarang tempat POST MORTEM 1. Kekuningan 2. Epidermis terpisah sempurna dari dermis 3. Tanda intravital (-) 4. Pada daerah yang ada penonjolan tulang b. Luka Memar (Contusion) Adalah kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak perlu rusak, menjadi bengkak, berwarna merah kebiruan. Memperkirakan umur luka memar :

Hari ke 1 : terjadi pembengkakan warna merah kebiruan Hari ke 2 3 : warna biru kehitaman Hari ke 4 6 : biru kehijauancoklat > 1 minggu-4 minggu : menghilang / sembuh

Perbedaan Luka Memar dan Lebam mayat

11

Luka Memar 1. Di sembarang tempat 2. Pembengkakan (+) 3. Tanda Intravital (+) 4. Ditekan tidak menghilang 5. Diiris : tidak menghilang

Lebam mayat 1. Bagian tubuh yang terendah 2. Pembengkakan (-) 3. Tanda Intravital (-) 4. Ditekan Menghilang 5. Diiris : dibersihkan dengan kapas menjadi bersih

c. Luka Robek, Retak, Koyak (Laceration) Adalah kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit yang mudah terjadi pada kulit yang ada tulang di bawahnya dan biasanya pada penyembuhan meninggalkan jaringan parut Kekerasan Benda Tumpul Pada Kepala 1. Kulit

L. Lecet L. Memar L. Robek Fraktur Basis Cranii Fraktur Calvaria Contusio Cerebri Laceratio Cerebri Oedema Cerebri Commotio Cerebri Epidural Haemorrhage Sub dural Haemorrhage

2. Tengkorak

3. Otak

4. Selaput Otak

12

Sub arachnoid Haemorrhage

Kekerasan Benda Tumpul Pada Leher Berakibat :


Patah tulang leher Robek P. darah, otot, oesophagus, trachea/larynx Kerusakan syaraf

Kekerasan Benda Tumpul Pada Dada Berakibat :


Patah os costae, sternum, scapula, clavicula Robek organ jantung, paru, pericardium

Kekerasan Benda Tumpul Pada Perut Berakibat :


Patah os pubis, os sacrum, symphysiolysis, Luxatio sendi sacro iliaca Robek organ hepar, lien, ginjal. Pankreas, adrenal, lambung, usus, kandung seni

Kekerasan Benda Tumpul Pada Vertebra Dapat berakibat :

Fraktura, dislokasi os vertebrae

Dapat karena : 1. Trauma langsung 2. Tidak langsung karena tarikan / tekukan Kekerasan benda Tumpul Pada Anggota Gerak Berakibat :

Patah tulang, dislokasi sendi Robek otot, P.darah, kerusakan saraf Trauma Benda Tajam

2.3.2

Disebabkan oleh benda-benda tajam : - Bisa untuk mengiris - Berujung runcing

13

- Bisa untuk menusuk Luka akibat persentuhan dengan benda tajam , yaitu: Putusnya atau rusaknya continuitas jaringan karena trauma akibat alat/senjata yang bermata tajam dan atau berujung runcing. Ciri Luka Akibat Benda Tajam: o Tepi luka rata o Sudut luka tajam o Rambut ikut terpotong o Jembatan jaringan ( - ) o Memar/lecet di sekitarnya ( - )

Cara melukis luka hendaknya ditentukan :


1. Lokalisasi : a. ordinat b. aksis

2. Ukuran 3. Jumlah luka 4. Bentuk luka 5. Benda asing 6. Terjadinya intravital/post mortal 7. Luka tersebut menyebabkan kematian/tidak 8. Cara kejadian luka:kecelakaan/bunuh diri/pembunuhan Sebab Kematian Luka Akibat Benda Tajam : 1. Sebab langsung: - Perdarahan - Kerusakan organ vital - Emboli udara - Aspirasi darah 2. Sepsis / infeksi 3 Macam Luka Akibat Benda Tajam: o Luka Iris (Incisied Wound) 14

o Luka Tusuk (Stab Wound) o Luka Bacok (Chop Wound) 1. Luka Iris Luka karena alat yang tepinya tajam dan timbulnya luka oleh karena alat ditekan pada kulit dengan kekuatan relativ ringan kemudian digeserkan sepanjang kulit.

Gambar 2.3.2.1. Luka Iris pada Leher Ciri luka iris : o Pinggir luka rata o Sudut luka tajam o Rambut ikut terpotong o Jembatan jaringan ( - )

o Biasanya mengenai kulit, otot, pembuluh darah, tidak sampai tulang Cara Kematian : o Bunuh diri ( tersering ) o Pembunuhan o Kecelakaan Luka Iris harus dibedakan dengan luka retak Luka retak , yaitu : Luka yang terjadi pada daerah tubuh yang ada tulang di bawah kulitnya (misalnya : kepala/dahi) dan luka ini terjadi akibat kekerasan dengan benda tumpul yang mempunyai pinggiran (misalnya: tepi meja) Luka Iris pada bunuh diri: 15

- Lokalisasi luka pada daerah tubuh yang dapat dicapai korban sendiri. o leher o pergelangan tangan o lekuk siku, lekuk lutut o pelipatan paha

- Ditemukan Luka Iris Percobaan - Tidak ditemukan Luka Tangkisan - Pakaian disingkirkan dahulu/tidak ikut robek Luka Iris pada pembunuhan : Sebenarnya sukar membunuh seseorang dengan irisan, kecuali kalau fisik korban jauh lebih lemah dari pelaku atau korban dalam keadaan/dibuat tidak berdaya Luka di sembarang tempat, juga pada daerah tubuh yang tidak mungkin dicapai tangan korban sendiri Ditemukan luka tangkisan/tanda perlawanan Pakaian ikut koyak akibat senjata tajam tsb

2. Luka Tusuk Batasan : Luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh. Contoh: Belati, bayonet, keris

16

Gambar 2.3.2.2a. Luka Tusuk Ciri Luka Tusuk (misalnya senjata pisau / bayonet) : Tepi luka rata Dalam luka lebih besar dari panjang luka Sudut luka tajam

Gambar 2.3.2.2b. Pisau yang digunakan

Sisi tumpul pisau menyebabkan sudut luka kurang tajam Sering ada memar / echymosis di sekitarnya

3.

Luka Bacok Luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak tumpul yang terjadi

dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar. Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal. Ciri-ciri luka bacok: Luka biasanya besar Pinggir luka rata Sudut luka tajam Hampir selalu menimbulkan kerusakan pada tulang, dapat memutuskan bagian tubuh yang terkena bacokan 17

Kadang-kadang pada tepi luka terdapat memar, abrasi

2.3 Pemeriksaan Forensik terhadap luka Dalam hal pemeriksaan terhadap luka-luka pada korban kita harus hati-hati sekali berhubungan karena keterangan yang jelas akan dapat membantu kalangan penyidik dan penegak hukum lainnya untuk mengungkapkan keadaan sebenarnya. Oleh karena itu di dalam pemeriksaan korban kita harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Jumlah luka 2. Lokalisasi luka 3. Arah luka 4. Ukuran luka (panjang, lebar, dalamnya). 5. Bersih dan kotornya luka 6. Luka baru atau luka lama 7. Luka antemortem atau post mortem 8. Sifat luka dan bentuknya 9. Letak dan posisi senjata 10. Adanya darah atau benda asing pada senjata 11. Letak dan sifat darah pada korban dan pada pakaian serta situasi tempat sekitar kejadian 12. Tanda perlawanan yang dapat dilihat dari pakaian ataupun tubuh dan situasi tempat kejadian Mengenai lokalisasi harus disebut sehubungan dengan daerah-daerah yang berdekatan misalnya terhadap garis tengah tubuh, pusat, papila mamae, dan lain-lain. Pemeriksaan lebih dalam harus dilakukan untuk mengetahui apakah organ-organ dalam ikut tertusuk atau tidak dan harus dicatat jumlah darah yang terdapat di dalam rongga-rongga tubuh. Ukuran yang tepat (dalam sentimeter) harus ditentukan dan tidak boleh ukuran kira-kira saja. 2.5 Ketentuan Hukum dan Aspek Medikolegal Luka dan Kekerasan

18

2.5.1 Ketentuan Hukum Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat membantu penyidik dalam hal mencari keterkaitan timbulnya luka dengan adanya tindakan penganiayaan. Dalam KUHP lebih banyak dipergunakan istilah penganiayaan. Berikut adalah beberapa ketentuan hukum di dalam KUHP yang berhubungan dengan aspek hukum traumatologi. KUHP pasal 351 1.) 2.) 3.) 4.) 1.) 2.) 3.) 4.) 5.) 6.) 7.) Penganiayaan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Jika perbuatan itu menjadikan luka berat, yang bersalah dapat diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. Jika mengakibatkan mati diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Dengan penganiayaan disamakan dengan merusak kesehatan. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatn atau pekerjaan pencaharian. Kehilangan salah satu panca indera. Mendapat cacat berat. Menderita sakit lumpuh. Terganggunya daya pikir selama empat minggu atau lebih. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

KUHP pasal 90 luka berat berarti:

KUHP pasal 352 1.) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda empat ribu lima ratus rupiah. KUHP pasal 353 1.) Penganiayaan yang dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu dihukum penjara selama-lamanya 4 tahun.

19

KUHP pasal 354 1.) Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam karena penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun. KUHP pasal 355 1.) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun. 2.4.2 Aspek Medikolegal Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka karena kelalaian atau disengaja.Luka yang terjadi ini disebut kejahatan terhadap tubuh atau Misdrijven Tegen Het Lijf. Kejahatan terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu kejahatn doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose kejahatan yang dilakukan karena kelalaian). Jenis kejahatan yang disengaja diatur dalam pasal 351-358, sedangkan jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaian diatur dalam pasal 359, 360, dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata mati, menjadi sakit sementara, atau tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara yang tidak disebabkan secara langsung oleh terdakwa, akan tetapi karena salahnya diartikan sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa dan amt kurang perhatian. Pasal 361 menambah hukumannya sepetiga lagi jika kejahatan ini dilakukan suatu jabatan atau pekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan pada dokter, bidan, apoteker, supir, dsb. Dalam pasalpasal tersebut tercantum istilah penganiayaan dan dengan sengaja merampas jiwa orang lain, suatu istilah hukum semata-mata dan tidak dikenal dalam istilah medis. Disinilah dokter berperan besar sekali sebagai saksi di depan pengadilan. Hakim akan mendengarkan keterangan spesialis dokter forensik maupun ahli lainnya (setiap dokter) dalam tiap kejadian secara kasus demi kasus.

20

BAB 3 KESIMPULAN Traumatologi forensik adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan pengertian luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Trauma dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat dan penyebab kecederaan (trauma), etiologi luka, derajat kualifikasi luka, bentuk luka, waktu kematian terjadinya luka, dan aspek medikolegal luka. Dalam hal pemeriksaan terhadap luka-luka pada korban kita harus hati-hati sekali berhubungan karena keterangan yang jelas akan dapat membantu kalangan penyidik dan penegak hukum lainnya untuk mengungkapkan keadaan sebenarnya.

21

Dalam hal pemeriksaan terhadap luka-luka pada korban kita harus hati-hati sekali berhubungan karena keterangan yang jelas akan dapat membantu kalangan penyidik dan penegak hukum lainnya untuk mengungkapkan keadaan sebenarnya. Oleh karena itu di dalam pemeriksaan korban kita harus memperhatikan hal-hal seperti jumlah luka, lokalisasi luka, arah luka, ukuran luka (panjang, lebar, dalamnya), bersih dan kotornya luka, luka baru atau luka lama, luka antemortem atau post mortem, sifat luka dan bentuknya, letak dan posisi senjata, adanya darah atau benda asing pada senjata, letak dan sifat darah pada korban dan pada pakaian serta situasi tempat sekitar kejadian, Tanda perlawanan yang dapat dilihat dari pakaian ataupun tubuh dan situasi tempat kejadian. Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat membantu penyidik dalam hal mencari keterkaitan timbulnya luka dengan adanya tindakan penganiayaan. Dalam KUHP lebih banyak dipergunakan istilah penganiayaan. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal luka karena kelalaian atau disengaja.Luka yang terjadi ini disebut kejahatan trhadap tubuh atau Misdrijven Tegen Het Lijf. Kejahatn terhadap jiwa ini diperinci menjadi dua yaitu kejahatn doleuse (yang dilakukan dengan sengaja) dan kejahatan culpose kejahatan yang dilakukan karena kelalaian).

DAFTAR PUSTAKA

1. Aksara. 2. 3. 4. 5.

Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Amir, Amri. 2010. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Medan: Budiyanto, A. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua. Jakarta:Bagian James, Jason Payne at all.2005. Encylopedia of Forensic and Legal Medicine. First Satyo, Alfed C. 2004. Traumatologi, edisi II (revisi) cetakan III. Medan: UPT

Ramadhan. Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edition. London: Elsevier. Penerbitan dan percetkan Universitas Sumatera Utara. 22

6. Pdf . 7. 8. 9. 2011.

Anonim. 2002. Romans Forensic. Edisi 20. Diterjemahkan oleh Syaulia Andirezeki. Satyo, Alfed C. 2006. Aspek Medikolgal Luka. Jakarta: Majalah Kedokteran Chadha, P. Vijay.1995. Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi kelima. Jakarta: Widya Wully, W. Traumatologi Forensik diunduh dari: www.google.com. diakses 10 Juni

Nusantara. Medika.

23

Anda mungkin juga menyukai