Anda di halaman 1dari 18

CLINICAL SCIENCE SESSION

LUKA

Oleh:

Aditya Nugraha N 130112150532


Annissa Fadila 130112150
Dita Maulida 130112150694

Preseptor:

Naomi Yosiati, dr., Sp.F

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN
BANDUNG
2017
Kompetensi lulusan dokter Indonesia diatur dalam Standar Kompetensi
Dokter Indonesia. Salah satu kompetensi yang diharapkan adalah membuat surat
keterangan medis termasuk visum et repertum dan ringkasan medis. 1 Dalam
pembuatan surat keterangan tersebut, penting sekali kemampuan mendeskripsikan
luka. Proses identifikasi yang baik dapat membantu untuk menentukan identitas
pelaku, menentukan alat yang digunakan, serta menentukan derajat luka. Dalam
melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat kekerasan, pada
hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan
jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka.

Definisi

Luka adalah diskontinuituas jaringan akibat kekerasan. 2

Mekanisme Luka

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia secara terus menerus mendapatkan dorongan


mekanik. Namun secara normal tubuh manusia dapat menyerap dorongan tersebut
sehingga tidak terjadi suatu jejas atau luka. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
luka dijelaskan sebagai berikut:

1. Kecepatan dan Berat

Menurut rumus fisika, energi dapat dirumukan Ek= ½ mv2 . Sehingga apabila
dianalogikan dengan sebuah batu bata 1kg yang diletakan di kepala akan berbeda
dengan batu bata yang sama namun dihempaskan dengan kecepatan 10m/s mungkin
dapat menghacurkan kepala.3

2. Luas permukaan

P=F/A

Gaya yang dihasilkan dari massa yang sama dan kecapatan yang sama namun
mengenai area yang lebih kecil, akan menghasilkan kerusakan yang lebih serius. Hal
ini relevan dengan luka tusuk, kecepatan dan massa yang diberikan akan
menghasilkan energy yang terkonsentrasi pada satu area kecil.3Luas permukaan yang
lebih luas juga akan menghasilkan waktu yang lebih lama untuk menyalurkan hasil
transfer energi dan berhubungan pada luka yang didapat.

Klasifikasi

Klasifikasi luka dapat dibagi menjadi


Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas 2:

1. Mekanik:

a. Kekerasan oleh benda tajam


b. Kekerasan oleh benda tumpul
c. Tembakan senjata api

2. Fisika:

a. Suhu
b. Listrik dan petir
c. Perubahan tekanan udara
d. Akustik & Radiasi

3. Kimia:

a. Asam atau basa kuat

Berdasarkan beratnya luka, menurut KUHP pasal 90 adalah luka berat berarti Luka
berat berarti: 4
• jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
• tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian;
• kehilangan salah satu pancaindera;
• mendapat cacat berat;
• menderita sakit lumpuh;
• terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
• gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

LUKA MEKANIK

1. Luka Akibat Kekerasan Benda Tumpul

Luka akibat kekerasan benda tumpul merupakan luka yang terjadi yang diakibatkan
oleh benda yang memilki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa: memar
(kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi), dan luka robek (vulnus
laseratum)2

 Memar
Memar adalah pendarahan dalam jarngan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler
dan vena yang disebabkan kekerasan benda tumpul.2

Dua hal yang harus terjadi sebelum memar dapat terbentuk: kerusakan pada
pembuluh darah (biasa pada vena atau arteriol) dimana terdapat kebocoran darah,
kemudian darah tersebut bocor ke jaringan sekitarnya. Memar biasanya terlihat di
kulit namun dapat juga terlihat di organ yang lebh dalam termasuk otot dan organ
dalam.6

Beberapa hal yang dapat memengaruhi letak, bentuk, dan luas luka memar adalah
besarnya kekerasan , jenis benda penyebab, kondisi dan jenis jaringan, usia, jenis
kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, dan penyakit yang
dimliki korban seperti hipertensi, penyakit kardiovaskular, diathesis hemoragik.2 Serta
dapat juga dipengaruhi oleh gravitasi dan permukaan jaringan.6

Misalnya pada bayi dan orangtua lebih mudah terjadi hematom karena sifat kulit yang
longgar dan jaringan lemak subkutan masih tipis. Gravitasi juga dapat menentukan
lokasi hematom dimana misalnya kekeasan benda tumpul pada dahi menimbulkan
hematom palpebra atau kekerasan benda tumpul pada paha dengan patah
menimbulkan hematom pada sisi luar tungkai bawah.2

Luka dari trauma tumpul intradermal seringnya berhubungan dengan sebuah


kompresi dari benda, yang dapat meninggalkan jejas sesuai dengan benda yang
mengenainya, misalnya kompresi dari ban mobil atau sepatu.6

Umur luka memar dapat ditentukan dari perubahan warnanya.2


 Pertama kali timbul: memar berwarna merah kemudian berubah menjadi
warna ungu atau hitam.
 Setelah 4-5 hari: memar menjadi warna hijau
 Setelah 7-10 hari: memar menjadi warna kuunng
 Setelah 14-15 hari: memar menghilang.

 Luka lecet
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang
memliki permukaan kasar atau runcing. Sesuai mekanisme terjadnya, luka lecet dapat
diklasifikasikan sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet
tekan (impression, impact abrason), dan luka lecet geser (friction abrasion).2
Luka lecet gores diakibatkan oleh benda runcing yang menggeser lapisan epidermis
di depannya dan menyebabkan lapsan tersebut terangkat sehingga menunjukan arah
kekerasan yang terjadi.

Luka lecet serut adalah variasi dari luka lecet gores yang dapat persentuhan dengan
permukaan kult lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat tumpukan
epitel.2

Luka lecet tekan disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit. Bentuk luka
kult belum tentu sama dengan bentuk pemukaan benda tumpul tersebut tapi masih
memungkinkan untuk mengidentifikasi benda penyebab yang memili bentuk yang
khas (kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan, dsb. Gambaran luka lecet tekan pada
mayat adalah daerah kulit yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya akibat
menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan yang
berlangsung pasca mati.1

Luka lecet geser disebabkan oleh tekanan linier yang terjadi pada kulit disertai
gerakan bergeser.2

 Luka Robek
Luka robek merupakan luka terbuka pada akibat trauma benda tumpul yang
menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila melampaui elastisitas kulit maka
akan terjadi robekan pada kulit. Luka robek memiliki cirri bentuk luka yang
umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan
antar tepi luka, bentuk dasar yang tidak beratiran, dan sering tampak luka lecet atau
leka memar d sisi luka.2
Trauma benda tumpul lainnya: cedera kepala, cedera leher, trauma pada kecelakaan
lalu lintas.

 Cedera kepala. Apabila kepala tidak memakai pelindung, tulang tengkorak


hanya dapat menahan beban hingga 40 pound/inch6, jika menggunakan
pelindung maka dapat menahan beban hingga 425.900 pund/inch6. Selain
kelainan pada kulit kepala dan patah tulang tengkorak, cedera kepala juga
dapat mengakibatkan pendarahan dalam rongga tengkorak.2
o Pendarahan epidural: sering dijumpa pada usia sampai usa
pertengahan. Dijumpai pada kekerasan benda tumpul di daerah pelipis
(kurang lebih 50%) dan belakang kepala (10-15%) akibat garispatah
yang melewati sulcus arteria meningea. Tidak selalu diikuti patah
tulang.2
o Pendarahan subdural: terjadi karena robeknya sinus, bridging vein,
arteri basilaris atau berasal dari pendarahan subarachnoid.2
o Pendarahan subarachnoid biasanya berawal dari focus
kontusio/laserasi jaringan otak. Pendarahan subarachnoid dapat terjadi
spontan pada heat stroke, leukemia, tumor, keracunan CO dan
penyakit infeksi tertentu. 2
Lesi otak tidak selalu terjadi hanya pada daerah benturan (coup) tetapi juga dapat
terjadi di seberang titik benturan (contre coup) atau datara keduanya (intermediate
lesion). Lesi coup contre terjadi karena adanya liquor yang mengakibatkan terjadinya
pegerakan orak saat terjadi benturan, sehingga pada sisi kontralateral terjadi gaya
positif akibat akselerasi, dorongan liquor dan tekanan oleh tulang yang mengalami
deformitas, dapat juga terjadi karena adanya deformitas tulang tengkorak yang dapat
menimbulkan tekanan negatif pada sisi kontraleteral.2

Cedera pada kulit kepala dapat menimbulkan perdarahan parah yang dapat
menimbulkan syok dan kematian. Perdarahan pada kulit kepala dapat berterusan
hingga setelah kematian. Kulit kepala dapat terkena trauma tumpul dengan mudah.
Bruise pada kulit kepala sering dikaitkan dengan edema karena respon jaringan ini
tidak dapat menyebar pada jaringan lainnya.6

Cedera pada tulang tengkorak. Tulang tengkorak manusia terbagi menjadi 3 bagian;
mandibula, wajah, dan bagian tertutup yang mengandung otak dan calvaria. Saking
kompleksnya struktur tulang tengkorak manusia, mekanisme dari fraktur tulang
tengkorak bisa menjadi sangat rumt sebagai hasil dari cedera langsung ataupun tidak
langsung. Terdapatnya fraktur pada tulang tengkorak mengindikasikan adanya trauma
tumpul, kemudian energi tersebut ditransmisikan kepada isi dari intracranial,
termasuk otak, yang memiliki potensi kematian. 6

 Cedera leher (whiplash injury) dapat terjadi pada penumpang kendaraan


yang ditabrak dari belakang. Penumpang akan mengalami percepatan
mendadak sehingga terjadi hiperkestensi kepala yang disusul dengan
hiperfleksi. Cedera terjadi terutama pada ruas tulang leher ke empat dan lima
yang berbahaya bagi medulla oblongata.2

 Trauma kecelakaan lalu lintas


o Luka pada pejalan kaki/pengendara sepeda: timbul sebagai benturan
pertama, benturan kedua, dan luka sekunder (akibat benturan dengan
obyek lain). Luka sekunder pada pengendara sepeda biasanya lebih
parah, dan letak benturannya biasanya rendah. Bila hanya ditemukan
luka sekunder, maka harus dipikirkan kemungkinan adanya penyakit
yang mengakibatkan kehilangan kontrol terutama pada golongan usia
tua.2
o Pengemudi kendaraan roda tiga atau lebih basanya mengalami luka
pada pergelangan tangan (menahan kemudi) tulang femur dan pelvis
patah (menginjak pedal dengan kuat), patahnya sternum dan tulang-
tulang iga (akibat dari pergeseran tempat duduk ke depan dan kemudi
ke belakang). Penumpang mendapat luka-lukapada kepala karena
terbentur jendela dan luka-luka pada tungkai seperti pada pengemudi.2
o Luka pada pengendara sepeda motor bila dapat dijumpai luka benturan
pertama, luka benturan kedua dan luka sekunder yang lebih parah
dibandingan dengan pengemudi sepeda.2

2. Luka Akibat Kekerasan Benda Setengah Tajam

Luka akibat kekerasan benda setengah tajam adalah cedera akibat kekerasan benda
tumpul yang memiliki tepi rata, misalnya tepi meja, lempeng besi, gigi, dan
sebagainya. Ciri-ciri luka yang terjadi adalah sama dengan ciri luka pada kekerasan
tumpul namun bentuknya beraturan.2 Contoh kekerasan akibat benda setengah tajam
adalah jejas gigit (bite mark). Bentuk dari jejas gigit adalah adanya luka lecet tekan
atau hematom berbentuk garis melengkung yang terputus-putus.

3. Luka akibat kekerasan benda tajam

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat seperti ini adalah benda
yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari
alat-alat seperti pisau, golok, keeping kaca, gelas, logam, sembilu, bahkan tepi kertas
atau rumput. Luka akibat benda tajam. Luka akibat kekerasan benda tajam dapat
berupa luka iris, luka sayat, luka tusuk, dan luka bacok. 2

Kemudian dilihat sudut, kedalaman, dan panjang luka. Pada luka iris, sayat, dan
bacok mempunyai kedua sudut lancip dan dalam luka tidak melebihi panjang luka.
Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukan perkiraan benda penyebabnya bila satu
sudut luka lancip dan yang lain tumpul, berarti penyebabnya adalah benda tajam
bermata satu. Bila kedua sudut lancip dan yang lain tumpul, berarti benda
penyebabnya adalah benda taajam bermata satu. Bila kedua sudut lancip, luka
tersebut dapat diakibatkan benda tajam bermata dua.2

4. Luka Akibat Tembakan Senjata Api

Definisi senjata api: Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil
peledakan mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan
tinggi melalui larasnya.2

 Proyektil (anak peluru): Proyektil yang dilepaskan dari suatu tembakan


dapat tunggal, tunggal berurutan secara otomatis maupun dalam jumlah
tertentu bersama-sama.2
 Laras: Laras Beralur (rifled bore): Agar anak peluru dapat berjalan dengan
stabil dalam lintasnya, permukaan dalam laras dibuat beralur spiral dengan
diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter anak peluru, sehingga anak
peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui laras, dipaksa
untuk bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan
memperoleh gaya centripetal, sehingga anak peluru tetap dalam posisi
ujung depannya di depan dalam lintasannya setelah lepas laras menuju
sasaran.2
Alur dalam laras dibuat dalam jumlah 4 sampai 6 alur dengan arah berputaran ke kiri
(pada Colt) atau ke kanan (pada Smith and Wesson).2

Laras Licin (smooth bore): Seperti pada senjata api jenis shot gun, yang pada satu kali
tembakan dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak sekaligus.2
- Peluru untuk jenis senjata api berlaras beralur berbeda dari peluru untuk
senjata api berlaras licin seperti diatas. Anak peluru untuk senjata api berlaras
pendek jenis revolver umumnya terbuat dari timah hitam yang kadang-kadang
berselaput plastik. Anak peluru untuk senjata berlaras pendek jenis pitol dan
senjata api berlaras panjang umumnya terbuat dari timah hitam sebagai inti
yang dibalut dengan tembaga, kuningan atau nikel sebagai mantel.2
- Garis tengah anak peluru senapan biasanya berukuran 7-9 mm dengan
panjang 25-39mm dan berat 9-14 gram. Anak peluru yang digunakan pada
senapan mesin umumnya lebih kecil dan lebih ringan, 5,56mm dan 3,5 gram.2

Akibat yang ditimbulkan oleh anak peluru pada sasaran tergantung pada pelbagai
faktor2:

a) besar dan bentuk anak peluru

b) balistik (kecepatan,energi kinetik, stabilitas anak peluru)

c) “kerapuhan” anak peluru

d) kepadatan jaringan sasaaran

e) vulnerabilitas jaringan sasaran

Jenis luka tembak berdasarkan jaraknya terbagi menjadi 42:

 Luka tembak masuk (LTM) luka tembak masuk jarak jauh: hanya
dibentuk oleh komponen anak peluru.
 Luka tembak masuk jarak dekat: dibentuk oleh anak peluru dan butir-butir
mesiu yang tidak habis terbakar.
 Luka tembak masuk jarak sangat dekat: dibentuk oleh komponen anak
peluru, butir mesiu, jelaga dan panas/api.
 Luka tembak tempel/ kontak: dibentuk oleh seluruh komponen tersebut
diatas yang akan masuk kedalam saluran luka dan jejas laras. Saluran luka
akan berwarna hitam dan jejas laras akan tampak mengelilingi luka
tembak masuk sebagai luka lecet jenis tekan, yang terjadi akibat tekanan
berbalik dari udara hasil ledakan mesiu.

Luka tembak keluar (LTK): apabila setelah mengenai sasaran, anak peluru masih
memiliki tenaga untuk meneruskan lintasannya dan menebus ke luar tubuh, maka
akan terjadi luka tembak keluar. Anak peluru yang menembus kulit akan
menyebabkan terjadinya lubang yang dikelilingi bagian yang kehilangan kulit berupa
kelim lecet.2

Deskripsi LTM2:

- luka tembak masuk jarak jauh: hanya dibentuk oleh komponen anak peluru.
- luka tembak masuk jarak dekat: dibentuk oleh anak peluru dan butir-butir
mesiu yang tidak habis terbakar.
- luka tembak masuk jarak sangat dekat: dibentuk oleh komponen anak peluru,
butir mesiu, jelaga dan panas/api.
- luka tembak tempel/ kontak: dibentuk oleh seluruh komponen tersebut diatas
yang akan masuk kedalam saluran luka dan jejas laras. Saluran luka akan
berwarna hitam dan jejas laras akan tampak mengelilingi luka tembak masuk
sebagai luka lecet jenis tekan, yang terjadi akibat tekanan berbalik dari udara
hasil ledakan mesiu.
- Gambaran LTM jarak jauh dapat ditemukakn pada korban yang tertembak
pada jarak dekat/sangat dekat , apabila diatas permuakaan kulit terdapat
penghalang misalnya pakaian yang tebal, ikat pinggang, helm dan sebagainya.

Jarak Penembakkan Tepat2:

- Jarak penembakkan tepat hanya dapat diperkirakan dengan membandingkan


luka tembak masuk yang ditemukan dengan luka tembak masuk yang
diperoleh dari uji coba tembakan yang menggunakan senjata dan peluru
sejenis.
- Pada umumnya, mesiu mengandung unsur Sb, Ba dan Nitrat. Penentuan
kuantitatif terhadap Sb pada luka tembak masuk mungkkin dapat memberikan
perkiraan kasar terhadap jarak tembak.
- Uji difenhidramin terhadap adanya nitrat dan pemeriksaan spektrofotometri
terhadap Sb pada tangan tersangka pelepas tembakann, terutama pada senjata
jenis revolver merupakan salah satu cara pembuktian terhadap pelaku
penembakan.

LUKA FISIKA

Luka akibat suhu. Paparan tubuh terhadap suhu yang tinggi dapat menyebabkan
kerusakan pada sel-sel. Faktor-faktor yang berpengarung terhadap beratnya kerusakan
yang timbul adalah lamanya paparan dan suhu itu sendiri. Paparan suhu 44°C dapat
menyebabkan kerusakan kulit dalam hitungan jam, sedangkan pada suhu 50°C proses
kerusakan dapat berlangsung lebih cepat, bahakn pada suhu 60°C kerusakan dapat
terjadi hanya dalam 3 detik. Terdapat dua istilah luka akibat suhu panas berdasarkan
sumbernya. Pada sumber panas yang padat luka disebut dengan istilah “burning”
sedangkan pada sumber panas yang cair luka disebut “scalding”.6

Suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion primer.


Temperatur kulit yang tinggi dan rendahnya pelepasan panas dapat menimbulkan
kolaps pada seseorang karena ketidakseimbangan antara darah sirkulasi dengan
lumen pembuluh darah. Hal ini sering terjadi pada pemaparam terhadap panas, kerja
tubuh yang berlebihan dan pakaian yang terlalu tebal. Dapat pula terjadi heat
exhausion sekunder akibat kehilangan cairan tubuh yang berlebihan (dehidrasi). Heat
stroke adalah kegagalan kerja pusat pengatur suhu akibat terlalu tingginya temperatur
pusat tubuh. Pelepasan panas tubuh secara konduksi dan radiasi sudah mulai
berlangsung saat suhu lingkungan mencapai 30°C, sedangkan di atas 35°C panas
tubuh harus dilepas melalui pengeluaran keringat. Sun stroke dapat terjadi akibat
paparan panas sinar matahari yang menyebabkan hipertermia. Heat cramps terjadi
akibat kehilangan NaCl darah secara cepat akibat suhu tinggi.2
 Luka Bakar (Burning) Luka bakar terjadi akibat kontak kulit dengan benda
bersuhu tinggi. Luka bakar sudah dapat terjadi pada suhu 43-44°C bila kontak cukup
lama. Pelebaran kapiler bawah kulit mulai
terjadi pada saat suhu mencapai 35°C selama 2
menit, vesikel dapat terjadi pada suhu 53-57°C
selama kontak 30-120 detik.1 Luka bakar dapat
diklasifikasikan menjadi 4 derajat luka bakar,
yaitu:
Derajat I Eritema
Derajat II Vesikel dan bula, luka bakar
mengenai seluruh lapisan epidermis hingga
terpaparnya lapisan dermis kulit
Derajat III Nekrosis koagulatif, kerusakan
mencapai lapisan subdermis
Derajat IV Karbonisasi
Luas area luka dapat menentukan tingkat keparahan luka tersebut. Untuk menilai luas
permukaan tubuh yang terkena luka bakar digunakan cara perhitungan Rule of Nine.
Luka dengan area >50% memiliki prognosis yang buruk walapun lukanya derajat
satu. Selain itu, faktor usia juga dapat berpengaruh terhadap keparahan luka bakar,
dimana orang–orang dengan usia lanjut dapat mati hanya dengan luka bakar seluas
20%.6
Kematian pada luka bakar dapat terjadi melalui berbagai mekanisme, diantaranya
adalah:
1. Syok
2. Gangguan respirasi dapat menyebabkan asfiksia
3. Keracunan udara akibat paparan berbagai gas toksik misalnya karbon
monoksida, sianida, dan nitrogen oksida
4. Dehidrasi
5. Gangguan elektrolit akibat kehilangan plasma darah
6. Penyebab jangka panjang seperti gagal ginjal, toksemia, dan infeksi pada area
luka bakar6

SUHU RENDAH

Pemaparan terhadap suhu rendah misalnya di puncak gunung yang tinggi, dapat
menyebabkan kematian mendadak, mekanisme kematian dapat daikibatkan oleh
kegagalan pusat pengatur suhu maupun akibat rendahnya disosiasi ikatan oksi-
hemoglobin. Bayi dan orang tua secara fisiologis kurang tanggap terhdap dingin,
demikian juga pada kelelahan, alkoholism, hipopituitarism, myoedema, dan
steatorhoea.1 Pada kulit dapat terjadi luka yang terbagi menjadi beberapa derajat
kelainan:

I Hiperemia

II Edema dan vesikel

III Nekrosis

IV Pembekuan disertai kerusakan jaringan

Luka akibat perubahan tekanan udara. Peningkatan tekanan udara yang diikuti
oleh perubahan volume gas di tubuh dapat mengakibatkan trauma fisik2:

– Barotrauma aural
– Barotrauma pulmoner
– Penyakit dekompresi (disbarisme) dan emboli udara
Barotrauma Aural2:
• Rasa nyeri ringan dan berdengung pada telinga
• Sering dijumpai pada saat pesawat lepas landas / akan mendarat / waktu
menyelam
• Gejala yang lebih berat: retraksi gendang telinga, hiperemi, kongesti telinga
tengah, pecahnya gendang telinga
• Dapat berkembang menjadi emfisema, pneumotoraks, kerusakan jaringan paru
dan emboli udara.

Penyakit dekompresi2:
• Reaksi fisiologik terhadap tekanan tinggi
• Pada saat tekanan tinggi, kelarutan gas-gas tubuh terutama nitrogen akan
meningkat. Apabila terjadi tekanan secara tiba-tiba, maka kelarutan gas juga akan
turun sehingga terjadi pembebasan gas-gas tersebut dalam bentuk gelembung
gelembung mikro dalam pembuluh darah (emboli udara) dan jaringan.
• Gejala: nyeri, pusing, paralisis, nafas pendek, kelelahan ekstremitas dan
kolaps.

Luka akibat trauma bahan kimia.

Bahan bahan kimia korosif dapat menyebabkan iritasi, nekrosis, dan menghancurkan
permukaan apapun yang kontak dengannya. Kerusakan yang ditimbulkan bergantung
pada waktu dan konsentrasi zat, sehingga pengenceran dan segera mencucinya dapat
mengurangi kemungkinan kerusakan.6 Bahan-bahan tersebut antara lain:

1. Asam kuat (sulfat, nitrat, dan hidroklorida) dan asam organik seperti asetat, format,
dan oksalat

2. Basa seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida, kalsium hidroksida, dan


ammonium hidroksida

3. Bahan lain seperti lisol, garam logam berat, pemutih pakaian, deterjen kuat juga
merupakan bahan korosif.

Asam kuat (seperti sulfat, hidroklorida) sifatnya mengkoagulasikan protein sehingga


menimbulkan luka korosi yang kering, keras seperti kertas perkamen. Basa kuat
(seperti, natrium hidroksida) bersifat menbentuk reaksi penyabunan intra sel sehingga
menimbulkan luka yang basah, licin dan kerusakan akan terus berlanjut sampai
dalam.2

Reaksi Intravital terhadap Luka


Reaksi intravital merupakan reaksi manusia saat hidup terhadap luka
(antemortem injury) yang dalam praktiknya dapat bermanfaat untuk menentukan
apakah luka terjadi pada saat seseorang masih hidup atau sudah mati. Bila luka terjadi
ante mortem, maka penting untuk mengetahui berapa lama luka terjadi sebelum
kematian.1 Reaksi Intravital merupakan topik yang masih banyak didalami oleh para
peneliti karena hasil penelitian menunjukan rentang waktu yang terlalu jaduh (tidak
definitif) dan berbagai experimen terhadap hewan tidak dapat diaplikasikan pada
manusia.3

Reaksi intravital yang umum terjadi


 Pendarahan; Echymosis, Petechiae, dan Emboli. Penilaian ini harus dilakukan
terliti terutama bila luka terletak di daerah hipostasis (harus dibedakan dengan lebam
mayat). Untuk tes yang dilakukan bernama Perl’s reaction for hemosiderin yang
menghasilkan hasil postif sampai 3 hari dengan gambaran hemolisis dari RBC yang
irregular.
 Emboli lemak dapat terjadi pada kasus patah tulang dan trauma tumpul
jaringan lemak
 Emboli udara terjadi bila ada vena superfisial yang terbuka
 Emboli jadingan dapat terjadi bila alat dalam, misalahnya hati mengalami
kerusakan
 Kadar laktat darah dapat digunakan sebagai cerminan reaksi adrenergik
sebagai parameter terjadinya situasi stres premortal misalnya pada kecelakaan
pesawat terbang.
 Reaksi radang, sepsis dan terjadinya ulcus duodeni/ventrikulus (curling ulcer)
dapat pula sebagai indikator intravital
 Luka bakar intravital dapat ditentukan dengan melihat adanya eritema di
sekeliling vesikel/bullae dan pemeriksaan mikroskopik menunjukan perebalan
kapiler, sebukan leukosit pmn, perdarahan dan edema
 Adanya jelaga pada saluran napas dan lambung serta CO-Hb pada darah
(10%), serta cyanida menunjukan bahwa orang tersebut masih hidup sewaktu terbakar
 Reaksi intravital terhadap trauma dapat pula tampak peningkatan kadar
histamin bebeas serta serotonin pada jaringan yang mengalami trauma2.32,7,8
Luka Bakar Antemortem Luka Bakar Post Mortem
Vesikula,  Warna sekitarnya hiperemis  Tidak hiperemis
Bula  Cairan banyak mengandung  Cairan tidak
albumin mengandung albumin
 Dasar vesikel mengalami  Dasar vesikel kering
inflamasi dan keras
 Tidak terdapat udara pada  Terdapat udara pada
dasar bula dasar bula
Paru  Ada jelaga -
 Reaksi radang pada sel epitel
saluran pernafasan
Gambaran Terdapat serbukan sel Sedikit atau tidak ada serbukan
mikroskopik polimononuklear PMN

DAFTAR PUSTAKA

1. Konsil Kedokteran Indonesia (Ed.). (2012). Perkonsil No.11 Tahun 2012 : Standar
Kompetensi Dokter Indonesia 2012. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia
2. Budiyanto Arif, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi Hertian S. Ilmu
kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 1997
3. Knight B. Forensic pathology. London: Edward Arnold, 1991; 1991;
4. Indonesia. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.7
5. Payne-James Payne, Jones Richard, Karch B Steven, Manlove John. Simpsons’s
forensic medicine 13th Edition: CRC Press; 2011
6. Shepherd Richard Shepherd, Simpson Keith. Simpson's forensic medicine 12th
edition: CRC Press; 2003.
7. Dewi S, Ratna Y. Burn Injury: General Concepts and Investigation Based on
Antemortem and Postmortem of Clinical Injury. E-Jurnal Medika Udayana.
2013;2(3):389–409.
8. Vij K. Textbook of Forensic Medicine & Toxicology: Principles & Practice.
Elsevier Health Sciences; 2014.

Anda mungkin juga menyukai