Anda di halaman 1dari 38

CLINICAL SCIENCE SESSION

LUKA

Oleh :
Erny Jesica Leavina Nusawakan
Muhammad Sabiq

Preseptor:
Naomi Yosiati, dr., Sp.F.

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG
2017
DEFINISI

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta

hubungannya dengan berbagai kekerasan. Sedangkan luka adalah suatu keadaan

ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. 1

Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan

bersifat:1

a. Mekanik

- Kekerasan oleh benda tajam

- Kekerasan oleh benda tumpul

- Tembakan senjata api

b. Fisika

- Suhu

- Listrik dan petir

- Perubahan tekanan udara

- Akustik

- Radiasi

c. Kimia

- Asam atau basa kuat1

Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka

akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk memberikan kejelasan

dari permasalahan sebagai berikut:

- Jenis luka apakah yang terjadi?

- Jenis kekerasan atau senjata apakah yang menyebabkan luka?

- Bagaimanakah kualifikasi luka itu?2


JENIS-JENIS LUKA

I. LUKA AKIBAT BENDA TUMPUL

Trauma tumpul adalah trauma yang tidak disebabkan oleh instrumen, benda

atau alat dengan tepi yang dapat memotong.3 Benda tumpul bila mengenai tubuh

dapat menyebabkan luka lecet, memar, dan luka robek atau luka terbuka. Bila

kekerasan benda tumpul tersebut sedemikian hebatnya dapat pula menyebabkan

patah tulang.2

a. Luka Lecet (abrasions)

Luka lecet adalah cedera yang melibatkan jaringan permukaan kulit

(epidermis atau membran mukosa).2 Berdasarkan mekanismenya, luka lecet

diklasifikasikan menjadi:

a. Luka lecet gores

Dihasilkan oleh gesekan benda runcing seperti duri, kuku, jarum, atau

ujung senjata apapun dengan kulit. Gesekan benda dapat bersifat

horizontal atau tangensial.4 Goresan menggeser lapisan permukaan kulit

sehingga menyebabkan lapisan tersebut terangkat. 2

b. Luka lecet serut

Merupakan variasi dari luka lecet gores yang memiliki daerah

persentuhan dengan permukaan kulit yang lebih lebar. 4

c. Luka lecet tekan

Terdapat penjejakan secara vertikal pada lapisan luar kulit, yang

menyebabkan epidermis tertekan dan menghasilkan jejak obyek yang

menekannya.4 Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat


adalah daerah kulit yang kaku,dengan warna lebih gelap dari sekitarnya

akibat pengeringan.1

d. Luka lecet geser

Disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser

misalnya pada kasus gantung diri atau jerat serta pada korban pecut. 1

Luka lecet biasanya sembuh secara cepat tanpa jaringan parut, kecuali

melibatkan dermis. Umur luka dapat diketahui melalui perubahan-perubahan


4
berikut ini:

Tabel 1.1 Perkiraan Umur Luka Lecet4


Luka segar Area luka terlihat kemerahan dikarenakan mengalirnya
serum dan sedikit darah. Lapisan dermis akan menjadi nyeri
12–24 jam Eksudasi mengering untuk membentuk keropeng
kemerahan,
terdiri dari darah kering, getah bening dan sel epitel yang
terluka
2–3 hari Keropeng berwarna coklat kemerahan, kurang nyeri dan
melekat
di atas area abrasi
4–5 hari Keropeng berwarna cokelat kehitaman
5–7 hari Keropeng berwarna coklat kehitaman dan mulai
lepas dari batas luka.
7–10 hari Keropeng menyusut dan lepas, meninggalkan area pucat
di bawahnya. Area pucat berubah menjadi area berpigmen
secara bertahap.
Gambar 1a. Lecet linear pada Gambar 2a. Abrasi akibat kontak dengan
korban KLL; 1b. Lecet gores dasar konkrit; 2b. Abrasi Linear3
pada sisi kanan wajah korban
KLL; 1c. Lecet tekan kalung
korban strangulasi.4

b. Memar (contusions)

Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah

dalam jaringan sewaktu orang masih hidup; hal ini dikarenakan pecahnya

pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul. 2 Letak, bentuk dan luas

luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti besarnya kekerasan, jenis

benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi den jenis jaringan (jaringan ikat

longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan

pembuluh darah, penyakit (hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diathesis

hemoragik).1
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan

warnanya. Pada saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah

menjadi ungu atau hitam, setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau yang

kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari, dan akhirnya

menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Perubahan warna tersebut berlangsung

mulai dari tepid an waktunya dapat bervariasi tergantung derajat dan berbagai

factor yang mempengaruhinya.1

Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian

biasanya akan menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan

sehingga dapat dibedakan dari lebam mayat dengan cara melakukan

penyayatan kulit. Pada lebam mayat (hipostasis pascamati) darah akan mengalir

keluar dari pembuluh darah yang tersayat sehingga bila dialiri air, penampang

sayatan akan tampak bersih, sedangkan pada hematom penampang sayatan

tetap berwarna merah kehitaman.1

Gambar 3. Luka memar (contusions)3


c. Luka terbuka ( vulnus laceratum)

Laserasi terbuka mucul sebagai potongan atau robekan pada kulit yang

merupakan hasil dari penekanan tumpul atau peregangan kulit; dapat

mempenetrasi seluruh lapisan kulit dan dapat menyebabkan perdarahan. 3

Luka terbuka mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya tidak

beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua

tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, sering tampak luka lecet atau luka

memar pada sisi luka.1

Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat

dibedakan dengan luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari

sifatnya serta hubungan dengan jaringan di sekitar luka. Luka robek mempunyai

tepi yang tidak teratur, terdapat jembatan jaringan yang menghubungkan kedua

tepi luka, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah

yang berambut, di sekitar luka robek sering tampak adanya luka lecet atau luka

memar.2

Gambar 4. Luka terbuka5

II. LUKA AKIBAT BENDA SETENGAH TAJAM


Yang dimaksud dengan kekerasan benda setengah tajam adalah cedera

akibat kekerasan benda tumpul yang mempunyai tepi rata, misalnya tepi meja,

lempengan besi, gigi, dan sebagainya. Luka yang terjadi adalah luka dengan ciri-ciri

luka akibat kekerasan tumpul namun bentuknya beraturan. 1

Jejas gigit (bite mark) merupakan luka lecet tekan/ hematoma berbentuk

garis lengkung terputus-putus. Pada luka tersebut dilakukan pengukuran,

pemotretan berskala dan swab air liur. Cetakan gigi tersangka perlu dibuat untuk

perbandingan. Pada korban hidup, luka gigitan umumnya masih ‘baik’ bentuk dan

ukuran, sampai 3 jam pasca trauma. Setelah itu, dapat berubah bentuk, akibat

elastisitas kulit.1

Gambar 5. Luka dan Jejas gigit5

III. LUKA AKIBAT KEKERASAN BENDA TAJAM

Gambaran umum luka yang diakibatkan oleh kekerasan tajam adalah tepi

dan dinding luka yang rata, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan

dasar luka berbentuk garis atau titik.1

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini adalah benda yang

memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi dari alat-alat
seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu,

bahkan tepi kertas atau rumput.1

Bentuk luka yang disebabkan oleh pisau yang mengenai tubuh korban

dipengaruhi oleh faktor sebagi berikut:

1. Sifat dari pisau: bentuk, ketajaman, ujung dan ketajaman kedua tepinya,

bermata satu atau bermata dua

2. Bagaimana pisau itu mengenai dan masuk ke dalam tubuh

3. Tempat terdapat luka. Kulit memiliki elastisitas yang besar dan besarnya

ketegangan kulit tidak sama pada seluruh tubuh. Pada daerah dimana

serat elastiknya sejajar, yaitu pada lipatan kulit, tusukuan yang sejajar

dengan lipatan tersebut akan mengakibatkan luka yang tertutup, sempit,

dan berbentuk celah. Akan tetapi, bila tusukan pisau itu melintasi serta

memotong lipatan kulit, luka yang terjadi akibat tusukan pisau tersebut

akan terbuka lebar.2

Luka akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris/sayat (incised

wound, cut, slash, slice), luka tusuk (penetrating wound, stab, puncture,

perforation), dan luka bacok.1 Luka iris adalah luka yang disebabkan oleh obyek-

obyek dengan tepi yang tajam, umumnya pisau . Contoh lain meliputi kapak,

pecahan kaca, pecahan gelas botol, pecahan tembikar, dan sepotong logam. Luka

iris memiliki diameter yang lebih besar pada permukaan, sedangkan luka tusuk

lebih dalam.3

Kata ‘tusuk’ berarti melukai

dengan benda, senjata, atau instrument

dengan ujung yang runcing.


Kategorisasi luka tusuk bergantung kepada sifat senjata. Karena luka dihasilkan

dari daya tusuk/tikam, kedalaman luka lebih besar daripada dimensi permukaan

luka.3

Gambar 6. Luka Tusuk5 Gambar 7. Luka iris/sayat5

IV. LUKA AKIBAT SUHU/ TEMPERATUR

Luka bakar terjadi akibat kontak kulit dengan benda bersuhu tinggi. 1 Luka

bakar yang dimaksudkan disini dibatasi pada efek lokal yang ditimbulkan oleh

panas yang kering (dry heat), misalnya akibat api, elemen logam yang panas yang

beraliran listrik, dan kontak dengan metal atau gelas yang panas. 2

Menurut DiMaio dan Dana, luka bakar dibagi menurut kedalaman luka

(kerusakan jaringan), sebagai berikut:

I. Derajat 1 (First-degree burns)

- Terbatas pada permukaan epidermis


- Terdapat eritema dan edema. Belum ada bulla/vesikel tetapi kulit

dapat mengelupas

- Biasanya nyeri

- Tidak meninggalkan jaringan parut dalam proses penyembuhannya

- Contoh: terbakar sinar matahari

II. Derajat 2 (Second-degree burns, partial-thickness burns)

- Meliputi seluruh epidermis dan sebagian dermis.

- Biasanya terdapat bulla/ vesikel

- Sensori kulit baik, dengan nyeri minim

- Biasanya tidak meninggalkan jaringan parut dalam proses

penyembuhan, kecuali luka bakar dalam.

III. Derajat 3 (Third-degree burns, full-thickness burns)

- Nekrosis seluruh lapisan kulit

- Daerah luka bakar terlihat putih

- Sensasi kulit tidak ada

- Jaringan parut hamper selalu ada

IV. Derajat 4 (Fourth-degree burns)

- Kerusakan tulang dan jaringan subkutan, juga kerusakan tulang

(sebagian atau seluruhnya).7

Kerusakan kulit yang terjadi bergantung pada tinggi suhu dan lamakontak.

Luka bakar yang terjadi dapat dikategorikan ke dalam 4 derajat luka bakar:

I. Eritema

II. Vesikel dan bullae

III. Nekrosis koagulatif


1
IV. Karbonisasi
Dalam semua jenis luka bakar, luas dan pola luka harus didokumentasikan

dengan menggunakan diagram tubuh. Area yang terbakar biasanya diekspresikan

sebagai presentasi Total Body Surface Area (TBSA). Untuk mengukur TBSA, dapat

digunakan diagram tubuh (Tabel 1.2).6

Tabel 1.2 Estimasi persentase Total Body Surface Area yang

terbakar pada anak-anak dan dewasa

Percentage
Area of Body Infant Child Adult
Head and Neck 20 15 9
Anterior Chest 20 20 18
Back 20 20 18
Upper extremity – right/left 10/10 10/10 9/9
Lower extremity – right/left 10/10 15/15 18/18
Genitalia & Perineum 0 0-1 1
Total 100 100 100

Gambar 8. TBSA ‘rule of nines’ Gambar 9. Luka bakar derajat 2 & 35


Suhu atau temperature lingkungan yang sangat rendah dapat menimbulkan

kelainan pada tubuh. Kelaian yang dimaksud diantaranya adalah frostbite dan

immersion foot, kelainan ini sangat dijumpai kecuali di daerah yang bersalju. 2

Pemaparan terhadap suhu rendah misalnya di puncak gunung yang tinggi,

dapat menyebabkan kematian mendadak. Mekanisme kematian dapat diakibatkan

oleh kegagalan pusat pengatur suhu maupun akibat rendahnya disosiasi Oxy-Hb.

Bayi dan orangtua secara fisiologis kurang tanggap terhadap dingin, demikian juga

pada kelelahan, alcoholism, hipopituitarism, myoedema dan steatorrhea. Pada kulit

dapat terjadi luka yang terbagi menjadi beberapa derajat kelainan:

I. Hiperemia

II. Edema dan vesikel

III. Nekrosis

IV. Pembekuan disertai kerusakan jaringan.1

V. LUKA AKIBAT TRAUMA LISTRIK

Faktor yang berperan pada cedera listrik ialah tegangan (volt), kuat arus

(ampere), tahanan kulit (ohm), luas dan lama kontak. Tegangan rendah (<65 V)

biasanya tidak berbahaya bagi manusia, tetapi tegangan sedang (65 – 1000 V)

dapat mematikan. Banyaknya arus listrik yang mengalir menuju tubuh manusia

menentukan juga fatalitas seseorang. Makin besar arus, makin berbahaya bagi

kelangsungan hidup.1

Selain faktor-faktor kuat arus, tahanan dan lama kontak, hal lain yang

penting diperhatikan adalah luas permukaan kontak. Suatu permukaan kontak

seluas 50 cm persegi (kurang lebih selebar telapak tangan) dapat mematikan tanpa

menimbulkan jejas listrik, karena pada kuat arus lethal (100 mA), kepadatan arus
pada daerah selebar telapak tangan tersebut hanya 2 mA/cm persegi, yang tidak

cukup besar untuk menimbulkan jejas listrik. 1

Kematian dapat terjadi karena fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot

pernapasan dan kelumpuhan pusat pernapasan. 1

VI. LUKA AKIBAT PETIR

Petir adalah loncatan arus listrik tegangan tinggi antar awan dengan tanah.

Tegangan dapat mencapai 10 mega Volt, dengan kuat arus mencapai 100.000 A.

Kematian dapat terjadi karena efek arus listrik (kelumpuhan susunan saraf pusat,

fibrilasi ventrikel), panas dan ledakan gas panas yang timbul. 1

Pada korban akan ditemukan aboresent mark (kemerahan kulit seperti

percabangan pohon), metalisasi (pemindahan partikel metal dari benda yang

dipakai ke dalam kulit), magnetisasi (benda metal yang dipakai berubah menjadi

magnet). Pakaian sering terbakar dan robek-robek akibat ledakan/panas. 1

VII. LUKA AKIBAT PERUBAHAN TEKANAN UDARA

Peningkatan tekanan udara yang diikuti oleh perubahan volume gas di dalam

tubuh dapat mengakibatkan trauma fisik, sebagai berikut:

a. Barotrauma aural

Rasa nyeri ringan dan berdengung pada telinga yng sering dijumpai pada

saat pesawat lepas landas atau pada saat akan mendarat, atau waktu

menyelam. Gejala yang lebih berat adalah retraksi gendang telinga,

hiperemi, kongesti telinga tengah dan pecahnya gendang telinga.

b. Barotraumas pulmoner
Barotraumas pulmoner dapat berkembang menjadi emfisema,

pneumotoraks, kerusakan jaringan paru dan emboli udara.

c. Penyakit dekompresi (disbarisme) & emboli udara

Penyakit dekompresi merupakan reaksi fisiologik terhadap tekanan tinggi.

Pada saat tekanan tinggi, kelarutan gas-gas tubuh terutama nitrogen akan

meningkat. Apabila kemudian terjadi penurunan tekanan secara tiba-tiba,

maka kelarutan gas juga akan turun sehingga terjadi pembebasan gas-

gas tersebut dalam bentuk gelembung-gelembung mikro dalam pembuluh

darah (emboli udara) dan jaringan. Gejala utama adalah nyeri, pusing,

paralisis, napas pendek, kelelahan ekstremitas dan kolaps. 1

VIII. LUKA AKIBAT RADIASI DAN TRAUMA AKUSTIK

Luka akibat radiasi dan trauma akustik sangat jarang terjadi dan umumnya

tidak berkaitan dengan Ilmu kedokteran forensik. 1

IX. LUKA AKIBAT TRAUMA BAHAN KIMIA

Bahan kimia yang bersifat korosif dapat menyebabkan luka bakar, dimana

gambaran luka bakar tersebut mempunyai ciri yang khusus, sesuai dengan bahan

kimia yang mengenai tubuh dalam hal ini kulit atau pada mukosa (selaput lendir).

Bahan kimia yang bersifat korosif dapat dibagi dalam empat golongan sebagai

berikut:2
1. Asam organik yang bersifat korosif , seperti asam oksalat, asam

asetat, asam sitrat, dan asam karbol (carbolic acid, phenol)

2. Asam anorganik yang bersifat korosif, seperti asam fluorida, asam

klorida, asam nitrat, dan asam sulfat.

3. Kaustik alkali, seperti kalium hidroksida, kalsium hidroksida, natrium

hidroksida, dan amoniak

4. Garam dari logam berat, seperti merkuri klorida, zinc klorida dan

stibium klorida.2

Asam karbol akan menyebabkan luka bakar dimana kulit yang terkena akan

berwarna kelabu-keputihan. Asam oksalat akan menyebabkan kulit berwarna

kelabu-kehitaman. Asam sulfat dan asam klorida akan menyebabkan kulit mula-

mula berwarna kelabu, kemudian menjadi hitam. Asam nitrat menyebabkan kulit

berwarna cokelat, sedangkan asam fluorida akan menyebabkan kulit berwarna

merah-kecoklatan yang disertai dengan perdarahan. Kaustik alkali umumnya akan

menyebabkan kulit berwarna kelabu-keputihan. Zink klorida akan menyebabkan

kulit berwarna keputih-putihan, sedangkan merkuri klorida akan menyebabkan kulit

yang terkena berwarna biru-keputihan disertai dengan perdarahan. 2

X. LUKA AKIBAT TEMBAKAN SENJATA API

Definisi

Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan

mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui

larasnya.Proyektil yang dilepaskan dari suatu tembakan dapat tunggal, dapat pula

tunggal berurutan secara otomatis maupun dalam jumlah tertentu bersama-sama. 1,2
Senjata genggam yang banyak dipergunakan untuk maksud kriminal dapat

dibagi dalam 2 kelompok, dimana dasar pembagian berikut adalah arah

perputaran`alur yang terdapat dalam laras senjata, yaitu:

 Senjata api dengan alur ke kiri:

 Dikenal dengan senjataapi tipe Colt.

 Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0,36, 0,38, atau 0,45.

 Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban,

yaitu adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat

dari bagian basis anak peluru.

 Senjata api dengan alur ke kanan:

Dikenal sebagai senjata api tipe Smith & Wesson

 Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0,22, 0,36, 0,38, 0,45,

atau 0,46.

 Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban,

yaitu adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila

dilihat dari bagian basis anak peluru.6

Gambar 10: Senjata api tipe Smith & Wesson, dan tipe Colt.
Gambar 11: Anakpeluru mengandung bagian proyektil, mesiu, penggalak dank elongsong.

Gambar 12: Caliber laras beralur

Gambar 13: komponen yang pada senjata api

Di samping senjata api dengan laras beralur (rifled bore), terdapat pula jenis

dengan laras licin (smooth bore) seperti pada senjata api jenis shot gun, yang pada

satu kali tembakan dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah yang banyak
sekaligus. Peluru untuk jenis senjata api berlaras beralur berbeda dari peluru untuk

senjata api berlaras licin.

Anak peluru untuk senjata api berlaras pendek jenis revolver umumnya

terbuat dari timah hitam yang kadang-kadang berselaput plastik, sedangkan anak

peluru untuk senjata berlaras pendek jenis pistol dan senjata api berlaras panjang

umumnya terbuat dari timah hitam sebagai inti yang dibalut dengan tembaga,

kuningan atau nikel sebagai mantel.Garis tengah anak peluru senapan biasanya

berukuran 7-9 mm dengan panjang 25-39 mm dan berat 9-14 gram. Anak peluru

yang digunakan pada senapan mesin umumnya lebih kecil dan lebih ringan, 5,56

mm dan 3,5 gram.1,2

Akibat yang ditimbulkan oleh anak peluru pada sasaran tergantung pada

berbagai faktor:

 Besar dan bentuk anak peluru.

 Balistik (kecepatan, energi kinetik, stabilitas anak peluru).

 Kerapuhan anak peluru.

 Kepadatan jaringan sasaran.

 Vulnerabilitas jaringan sasaran.1

Tembakan yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka tembak, yang

gambarannya tidak hanya terjadi sebagai akibat terjangan anak peluru pada

sasaran, tetapi juga oleh produk ikutan yang terjadi saat tembakan dilepaskan,

yaitu partikel logam akibat geseran anak peluru dengan laras, butir mesiu yang

tidak sempurna terbakar, asap serta panas akibat ledakan mesiu dan pada luka

tembak yang terjadi akibat tembak tempel, kerusakan jaringan akibat moncong
laras yang juga menekan sasaran. Tergantung pada komponen produk ikutan mana

yang masih dapat mencapai sasaran. 1

Anak peluru yang menembus kulit akan menyebabkan terjadinya lubang

yang dikelilingi bagian yang kehilangan kulit ari berupa kelim lecet, selain itu zat

yang melekat pada anak peluru seperti minyak pelumas, jelaga dan elemen mesiu

(Pb, Sb, Ba) akan terusap pada tepi lubang sehingga terbentuk kelim kesat yang

terdapat tepat di tepi lubang (pada luka tembak masuk jarak jauh). Butir-butir

mesiu yang tidak habis terbakar akan tertanam pada kuli disekitar kelim lecet,

membentuk kelim tatoo (pada luka tembak masuk jarak dekat), dan jelaga/ asap

yang ke luar dari ujung laras senjata akan membentuk kelim jelaga, sedangkan api

yang ikut keluar akan membentuk kelim api (berupa hiperemi atau jaringan yang

terbakar, pada luka tembak masuk jarak sangat dekat). 1

Pembagian

Yang diperlukan sebenarnya penentuan jarak tembak atau jarak antara

moncong senjata dengan targetnya yaitu tubuh korban. Berdasarkan ciri-ciri yang

khas pada setiap tembakan yang dilepaskan dari berbagai jarak, maka luka tembak

masuk dibedakan menjadi luka tembak masuk jarak jauh (long range wound), luka

tembak masuk jarak dekat (close range wounds), luka tembak masuk jarak sangat

dekat (very close range wounds) dan luka tembak tempel (contact wounds). Apabila

setelah mengenai sasaran, anak peluru masih memiliki tenaga untuk meneruskan

lintasannya dan menembus ke luar tubuh, maka akan terjadi luka tembak keluar. 1,2

1. Luka Tembak Masuk Jarak Jauh


 Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban di luar

jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau

terbakar sebagian.

 Luka berbentuk bundar atau oval dengan disertai adanya kelim lecet.

 Bila senjata sering dirawat (diberi minyak) maka pada kelim lecet dapat

dilihat pengotoran bewarna hitam berminyak, jadi ada kelim kesat atau

kelim lemak (Gambar 14).

Gambar 14: Luka tembak masuk jarak jauh.

2. Luka Tembak Masuk Jarak Dekat dan Sangat Dekat

 Terjadi bila jarak antara moncong senjata dengan tubuh korban masih

dalam jangkauan butir-butir mesiu (luka tembak jarak dekat), atau

jangkauan jelaga dan api (luka tembak jarak sangat dekat).

 Luka berbentuk bundar atau oval tergantung sudut masuknya peluru,

dengan di sekitarnya terdapat bintik-bintik hitam (kelim tato) dan atau

jelaga (kelim jelaga).

 Di sekitar luka dapat ditemukan daerah yang bewarna merah atau

hangus terbakar.

 Bila terdapat kelim tato, berarti jarak antara moncong senjata dengan

korban sekitar 60 cm (50 – 60 cm), yaitu untuk senjata genggam.

 Bila terdapat pula kelim jelaga, jaraknya sekitar 30 cm (25–30 cm).


 Bila terdapat juga kelim api, maka jarak antara moncong senjata

dengan korban sekitar 15 cm (Gambar 15).

Gambar 15: Luka tembak jarak dekat.

3. Luka Tembak Tempel

 Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan ditembakkan.

Bila tekanan pada tubuh erat disebut hard contact, sedangkan yang tidak

erat disebut soft contact.

 Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang sama

lebarnya pada setiap bagian.

 Di sekeliling luka tampak daerah yang bewarna merah atau merah coklat,

yang menggambarkan bentuk dari moncong senjata, ini disebut jejas laras.

 Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar.

 Saluran luka akan bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir mesiu,

jelaga dan minyak pelumas.

 Tepi luka dapat bewarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.

 Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan / densitas

jaringan yang berada di bawahnya, dengan demikian dapat dibedakan:

 Luka tembak tempel di daerah dahi.


 Luka tembak tempel di daerah pelipis.

 Luka tembaktempel di daerahperut.

 Luka tembak tempel di daerah dahi mempunyai ciri:

 Luka berbentukbintang,

 Terdapatjejaklaras.

 Luka tembaktempel di daerahpelipismempunyaiciri:

 Luka berbentukbundar.

 Terdapatjejaslaras

 Luka tembak tempel di daerah perut mempunyai ciri:

 Luka berbentukbundar.

 Kemungkinan besar tidak terdapat jejas laras (16).6

Gambar 16: Luka tembak tempel

Gambar 17: Luka tembak tempel.

 Bila seluruh lingkaran laras senjata menempel tegak lurus pada kulit,

maka butir mesiu, jelaga, api, semuanya langsung masuk kedalam

saluran luka. Tekanan balik gas panas yang ikut masuk kedalam saluran

dapat mengakibatkan peregangan kulit yang sangat besar dan


memberikan gambaran luka seperti bintang. Bila tidak seluruh lingkaran

laras senjata menempel pada permukaan kulit, maka akan terbentuk

gambaran luka tembak masuk yang merupakan kombinasi dari luka

tembak masuk tempel dan luka tembak masuk jarak sangat dekat. 6

Gambaran luka tembak masuk jarak jauh dapat juga ditemukan pada korban

yang tertembak pada jarak yang dekat/sangat dekat, apabila diataspermukaan kulit

terdapat penghalang misalnya pakaian yang tebal, ikat pinggang, helm dan

sebagainya sehingga komponen-komponen butir mesiu yang tidak habis terbakar,

jelaga dan api tertahan oleh penghalang tersebut. 1

Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya

cukup tebal, maka dapat terjadi:

 Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian.

 Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian.

 Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam lubang

luka tembak (Gambar 18).6

Gambar 18: komponen yang menempel pada pakaian akibat tembakan dengan senjata api
Adapun komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap penembakan

adalah:

 Anak peluru.

 Butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar.

 Asap atau jelaga.

 Api.

 Partikel logam.6

Bila senjata yang dipergunakan sering diberi minyak pelumas, maka minyak

yang melekat pada anak peluru dapat terbawa dan melekat pada luka. Bila

penembakan dilakukan dengan posisi moncong senjata menempel dengan erat

pada tubuh korban, maka akan terdapat jejas laras. Selain itu bila senjata yang

dipakai termasuk senjata yang tidak beralur (smooth bore), maka komponen yang

keluar adalah anak peluru dalam satu kesatuan atau tersebar dalam bentuk pellet,

tutup dari peluru itu sendiri juga dapat menimbulkan kelainan dalam bentuk luka. 6

4. Luka Tembak Keluar

Jika peluru yang ditembakan dari senjata api mengenai tubuh korban dan

kekuatannya masih cukup untuk menembus dan keluar pada bagian tubuh lainnya,

maka luka tembak dimana peluru meninggalkan tubuh itu disebut luka tembak

keluar. Bilamana peluru yang masuk ke dalam tubuh korban tidak terbentur pada

tulang, maka saluran luka yang terbentuk yang menghubungkan luka tembak

masuk dan luka tembak keluar dapat menunjukkan arah datangnya peluru yang

dapat disesuaikan dengan arah tembakan. Luka tembak keluar umumnya lebih

besar dari luka tembak masuk akibat terjadinya deformitas anak peluru,
bergoyangnya anak peluru dan terikutnya jaringan tulang yang pecah keluar dari

luka tembak keluar. Pada anak peluru yang menembus tulang pipih, seperti

tulangatap tengkorak, akan terbentuk corong yang membuka searahnya gerak anak

peluru.

Luka tembak keluar mempunyai ciri khusus yang sekaligus sebagai

perbedaan pokok dengan luka tembak masuk. Ciri tersebut adalah tidak adanya

kelim lecet pada luka tembak keluar, dengan tidak adanya kelim lecet, kelim

lainnya juga tentu tidak ditemukan (Gambar 19).6

Ciri lain dari luka tembak keluar yang dapat dikatakan agak khas, oleh karena

hampir semua luka tembak keluar memiliki ciri ini, adalah luka tembak keluar pada

umumnya lebih besar dari luka tembak masuk.

Disekitar luka tembak keluar mungkin pula dijumpai daerah lecet bila pada

tempat keluar tersebut terdapat benda yang keras, misalnya ikat pinggang, atau

korban sedang bersandar pada dinding.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan luka tembak keluar lebih besar dari

luka tembak masuk adalah:

 Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru berada

dalam tubuh dan membentur tulang.

 Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak, misalnya

karena terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak berputar dari

ujung ke ujung (end to end), keadaan ini disebut tumbling.

Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan, disebut yawing.


 Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini menyebabkan

luka tembak keluar menjadi lebih besar.

 Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa

keluar, maka fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan

sehingga akan memperbesar luka tembak keluarnya.

Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih kecil dari luka tembak

masuk, hal ini disebabkan:

 Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar berkurang,

sehingga kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan lebih kecil, perlu

diketahui bahwa kemampuan peluru untuk dapat menimbulkan kerusakan

berhubungan langsung dengan ukuran peluru dan velocity.

 Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru

akan keluar yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka tembak keluar

akan lebih kecil bila dibandingkan dengan luka tembak masuk. 6

Gambar 19: Luka tembak keluar.

Akibat
Komponen atau unsur yang keluar pada setiap peristiwa penembakan akan

menimbulkan beberapa kelainan pada tubuh korban.1

1. Akibat Anak Peluru (Bullet Effect)

 Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:

 Kecepatan.

 Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh.

 Bentuk dan ukuran peluru.

 Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk.

 Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan

luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang

kecepatannya lebih rendah (low velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan

lebih berat bila peluru mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar. 5

2. Akibat Butir Mesiu (Gunpowder Effect)

 Butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan masuk ke

dalam kulit.

o Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak

berbintik-bintik hitam dan bercampur dengan perdarahan

 Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik hitam

tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar.

 Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm.

 Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit,

tiosianat, tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida, sedangkan

smoke less powder terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang dicampur

dengan karbon dan gravid.5

3. Akibat Asap (Smoke Effect)


 Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka terbentuk

asap atau jelaga.

 Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya karbon dioksida (50%),

nitrogen (35%), karbon monoksida (10%), hidrogen sulfida (3%), dan

hidrogen (2 %) serta sedikit oksigen dan metana.

 Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit.

 Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm.

 Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan kulit,

sehingga bila dihapus akan menghilang. 5

4. Akibat Api (Flame Effect)

 Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas yang

akan mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching,

charring).

 Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan

terbakar.

 Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 cm,

sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7,5

cm.5

5. Akibat Partikel Logam (Metal Effect)

 Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka sewaktu

peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan partikel logam

sebagai akibat pergesekan tersebut.

 Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka

terbuka dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban.


 Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian

korban.5

6. Akibat Moncong Senjata (Muzzle Effect)

 Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak tempel

yang erat (hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel (soft

contact).

 Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian

tubuh, dimana di bawahnya ada bagian yang keras (tulang).

 Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan

mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dan

moncong senjata.

 Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong

senjatanya dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang

terjadi.

 Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka,

sedangkan pada soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan

mtersebut akan tampak sebagian sebagai garis lengkung.

 Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato, oleh

karena tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga dan

butir mesiu ada yang keluar melalui celah antara moncong senjata dan kulit,

sehingga terdapat adanya kelim jelaga dan kelim tatoo. 5

PEMERIKSAAN KHUSUS PADA LUKA TEMBAK MASUK


Pada beberapa keadaan, pemeriksaan terhadap luka tembak masuk, sering

dipersulit oleh adanya pengotoran oleh darah, sehingga pemeriksaan tidak dapat

dilakukan dengan baik.

Untuk menghadapi penyulit pada pemeriksaan tersebut dapat dilakukan

prosedur sebagai berikut:

 Luka tembak dibersihkan dengan hydrogen-peroxide (3%)

 Setelah 2-3 menit luka tersebut dicuci dengan air, untuk membersihkan busa

yang terjadi dan membersihkan darah.

 Dengan pemberian hydrogen-peroxide tadi, luka tembak akan bersih dan

tampak jelas, sehingga deskripsi luka dapat dilakukan dengan akurat.

Selain secara makroskopik, yaitu dengan perangai karakteristik pada luka

tembak masuk, tidak jarang diperlukan pemeriksaan khusus untuk menentukan

secara pasti bahwa luka tersebut luka tembak masuk, ini disebabkan oleh karena

tidak selamanya luka tembak masuk memperlihatkan ciri-ciri yang jelas.

Adapun pemeriksaan khusus yang dimaksud adalah: pemeriksaan

mikroskopik,

pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologik. 1,2

Pemeriksaan Mikroskopik

 Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: trauma mekanik dan

termis

 Luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat:


1. Kompresi epitel, disekitar luka tampak epitel yang normal dan yang

mengalami kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal

serta elongasi dari inti sel

2. Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan

butir-butir mesiu

3. Epitel mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel-sel

basal

4. Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan

lebih banyak mengambil warna biru (basophilic staining).

5. Tampak perdarahan yang masih barudalam epidermis (kelainanini paling

dominan, dan adanya butir-butirmesiu)

6. Sel-sel pada dermis intinya mengerut, vakuolisasi dan piknotik

7. Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam

atau hitam kecoklatan

8. Pada luka tembak tempel “hard contact”, permukaan kulit sekitar luka

tidak terdapat butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali; butir-butir

mesiu akan tampak banyak pada lapisan bawahnya, khususnyq di

sepanjang tepi saluran luka

9. Pada luka tembak tempel “soft contact”, butir-butir mesiu terdapat pada

kulit dan jaringan di bawah kulit

10.Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada

permukaan kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisankulit. 1,2

Pemeriksaan Kimiawi

 Pada “black gun powder” dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfas,

sulfat, karbonat, tiosianat dan tiosulfat


 Pada “smokeless gun powder” dapat ditemukan nitrit, dan selulosa-nitrat

 Pada senjata api yang modern, ditemukan timah, barium, antimony, dan merkuri

 Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat

ditemukan timah, antimon, nikel, tembaga, bismuth, perak, dan thalium

Pemeriksaan atas unsur-aunsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian,

di dalam atau di sekitar luk

 Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan

yang menggenggam senjata

Pemeriksaan dengan Sinar Tembus (Sinar-X)

Pemeriksaan radiologik ini umumnya untuk memudahkan dalam mengetahui

letak peluru dalam tubuh korban.

 Bila pada tubuh korban tampak banyak pellet tersebar, maka dapat dipastikan

bahwa korban ditembak dengan senjata jenis “shotgun”, yang tidak beralur,

dimana dalam satu peluru terdiri dari berpuluh pellet.(Gambar 20)

Gambar 20: Terdapat banyak proyektil pada foto rongten

 Bila pada tubuh korban tampak satu peluru, maka korban ditembak oleh senjata

api jenis “rifled”(Gambar 21)

Gambar 21 : Terdapat satu proyektil pada foto rongten


LUKA TEMBAK MASUK OLEH SENJATA API YANG TIDAK BERALUR1,2,5

Luka tembakmasuk yang disebabkanolehsenjataapi yang

tidakberalurmempunyaiciri yang berbedabiladibandingkandenganlukatembak yang

berasaldarisenjata yang beralur. Komponen yang memberikancirilukatembakmasuk,

adalah:

 Mesiu

 Debris

 Api

 Asap

 karbonmonoksida

 Pellet, dan

 Sumbatanakpeluru (wad)

Caliber senjata, ukuran dan jumlah pellet serta derajat penyempitan laras

merupakan faktor-faktor yang menentukan sifat luka tembak, jarak tembak

tentunya turut berpengaruh pula.

Gambar 22 : akibat luka tembak senjata shotgun

CARA PENGUKURAN JARAK TEMBAK DALAM VISUM ET REPERTUM2,6


Bila pada korban terdapat luka tembak masuk dan tampak jelas adanya jejas

laras, kelim api, kelim jelaga atau kelim tato, maka perkiraan penentuan jarak

tembak tidak sulit. Kesulitan timbul bila tidak ada kelim-kelim tersebut selain kelim

lecet.

 Bila ada kelim jelaga, berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 30

cm.

 Bila ada kelim tato berarti korban ditembak dari jarak dekat, maksimal 60 cm

dan seterusnya.

 Bila hanya ada kelim lecet, cara pengukurannya adalah sebagai berikut :

“berdasarkan sifat lukanya, luka tembak tersebut merupakan luka tembak

jarak jauh”, ini mengandung arti :

1. Memang korban ditembak dari jarak jauh, yang berarti di luar

jangkauan atau jarak tempuh butir-butir mesiu yang tidak terbakar

atau terbakar sebagian.

2. Korban ditembak dari jarak dekat atau sangat dekat, akan tetapi

antara korban dan moncong senjata ada penghalang seperti bantal

dan lain sebagainya.

 Bila ada kelim api, berarti bahwa korban ditembak dari jarak yang sangat

dekat sekali, yaitu maksimal 15 cm.

ASPEK MEDIKOLEGAL

Aspek Medikolegal diambil dari pasal-pasal kitab Undang-undang Hukum

Pidana, yang bersangkutan dengan Bab XX (Tentang Penganiayaan), terutama


2
pasal 351 dan pasal 352; dan Bab IX yaitu Pasal 90.
a. Pasal 351

1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun

delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus

rupiah,

2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam

dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama

tujuh tahun.

4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. 2

b. Pasal 352

1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan

yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan

pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan

ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda

paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah

sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang

yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.

2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. 2

c. Pasal 20

Luka berat berarti:

• jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan

sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;


• tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau

pekerjaan pencarian;

• kehilangan salah satu pancaindera;

• mendapat cacat berat;

• menderita sakit lumpuh;

• terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;

2
• gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif B., Wibisana W., Siswandi S., T.Winardi A.M., Sidhi, Swasti H., Budi S.,

Agus P, Rizkiwijaya., Herkutanto., Djaja S.A., Yuli B., Slamet P. 1997 Ilmu

Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hlm. 37-54.

2. Idries AM. Luka dan kekerasan. Dalam: Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran

forensik. 1997 Jakarta: Binarupa Aksara. hlm. 85-129.

3. James, J. P., Jones, R., Karch, S. B., & Manlove, J. 2011. Simpson's Forensic

Medicine, 13th Edition. London: Hodder and Stoughton. Hlm 76-92

4. Vij, Krishan. Textbook of Forensic Medicine and Toxicology: Principles and

Practice, 5th Edition 2011. India: Elsevier. 2011. Hlm. 198-233.

5. Saukko P, Knight B. The pathology of wounds. Dalam: Saukko P, Knight B.

Knight’s forensic pathology. 3rd ed.2004. London: Hodder-Arnold; hlm. 136-

73.

6. Mun’im, A. Buku Pedoman Ilmu Forensik. Jakarta: hlm.

7. DiMaio, Vincent J.M.;Dana, Suzanna E. 2007. Handbook of Forensic Pathology

2nd Edition. New York: Taylor & Franas Group. hlm.121-153

Anda mungkin juga menyukai