PENDAHULUAN
Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma tumpul dan trauma tajam. Luka
merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antar jaringan (discontinous
tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan pembuluh
darah, jaringan saraf dan tulang.
Trauma tumpul ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada
permukaan tubuh oleh benda-benda tumpul. Hal ini disebabkan oleh benda-benda
yang mempunyai permukaan tumpul, seperti batu, kayu martil, terkena bola,
ditinju, jatuh dari tempat tinggi, kecelakaan lalu lintas, dll.
Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan
kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan
berbagai tipe luka. Trauma tumpul dapat menyebabkan tiga macam luka, yaitu
luka memar (contusion), luka lecet (abrasion), dan luka robek (vulnus laceratum).
Dan bila kekerasan benda tumpul tersebut sedemikian hebatnya dapat pula
menyebabkan patah tulang.
Manfaat interpretasi luka ditinjau dri aspek medikolegal seringkali
diremehkan, padahal pemeriksaan luka lecet yang teliti disertai pemeriksaan di
TKP dapat mengungkapkan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Misalnya suatu
luka lecet yang diperkirakan sebagai akibat jatuh ke aspal jalanan atau tanah,
seharusnya dijumpai pula aspal atau debu yang menempel di luka tersebut. bila
telah dilakukan pemeriksaan yang teliti ternyata tidak dijumpai benda asing
tersebut, maka harus timbul pemikiran bahwa luka tersebut bukan terjadi akibat
jatuh ke aspal/tanah, tapi mungkin akibat tindak kekerasan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi
Bagian paling atas adalah lapisan sel keratinisasi stratum korneum yang
ketebalannya bermacam-macam pada bagian-bagian tubuh tertentu. Pada tumit
dan telapak tangan adalah yang paling tebal sementara pada daerah yang
terlindungi seperti skrotum dan kelopak mata hanya pecahan dari milimeter.
Berkaitan dengan forensik pada perkiraan perlukaan penetrasi pada kulit.
Kemudian epidermis yang tidak terdapat pembuluh darah. Lapisan
epidemris umumnya berkerut, permukaan bawahnya terdiri dari papilla yang
masuk ke dalam dermis. Dermis (korium) terdiri dari jaringan ikat dengan
adneksa kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Terdapat banyak pembuluh darah, saraf, pembuluh limfe serta ujung saraf taktil,
tekan, panas. Bagian bawah dari dermis terdapat jaringan lemak dan (tergantung
dari bagian tubuh) fascia, jaringan adiposa dan otot yang berurutan di bawahnya.
2.2 Luka
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan.
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit Didalam
melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat kekerasan,
pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari
permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka,
dan kualifikasi luka.
2.3 Etiologi Luka
Perlukaan dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain :
1.
2.
3.
Luka karena kekerasan mekanik (benda tajam, tumpul, dan senjata api)
Luka karena kekerasan fisik (arus listrik, petir, suhu)
Luka karena kekerasan kimiawi (asam, basa, logam berat)
Abrasi yang lebih superfisial yang hampir tidak merusak kulit dengan
eksudasi sedikit atau tidak ada serum (dan dengan demikian sedikit atau tidak ada
pembentukan keropeng) dapat disebut luka lecet gores. Diakibatkan oleh benda
runcing yang menggeser lapisa permukaan kulit. Dari gambaran kedalaman luka
pada kedua ujungnya dapat ditentukan arah kekerasan yang terjadi. Salah satu
jenis luka lecet gores yang paling umum adalah abrasi linier atau yang dikenal
sebagai goresan. Luka lecet yang sama seperti luka lecet gores dapat dihasilkan
ketika tubuh korban diseret di atas permukaan yang kasar. Penjeratan juga dapat
menghasilkan luka lecet gores. Hal ini sangat umum ditemukan dalam buku
tentang penumpukan epidermis pada ujung distal dari luka lecet gores,
memungkinkan seseorang unutk menentukan arah gerakan dari benda tumpul atau
tubuh pada permukaan kasar. Hal tersebut merupakan fenomena yang lebih
teoritis daripada nyata dan biasanya tidak terjadi pada derajat yang signifikan.
Gambar 3. Luka Lecet Gores. Di sekitar luka tampak darah yang mengering
Gambar 5. Luka lecet serut/gesek akibat kecelakaan lalu lintas. Kulit tergesek ke badan aspal.
2.5.4
Hari ke 4-6
Pada tubuh manusia yang masih hidup, adanya trauma akan menyebabkan
timbulnya reaksi tubuh terhadap trauma tersebut. Dengan menemukan reaksi
tubuh terhadap trauma, maka dapat dipastikan bahwa saat terjadi trauma, yang
bersangkutan masih hidup, atau dengan perkataan lain, luka terjadi intravital.
Reaksi vital yang umum adalah: perdarahan berupa ekimosis, peteki dan
terjadinya emboli. Pada penilaian terhadap perdarahan, harus dilakukan dengan
teliti terutama bila luka terletak didaerah hipostasis. Luka-luka pada korban harus
diperhatikan dengan seksama termasuk saluran luka/kerusakan jaringan bawah
kulit.
Emboli lemak dapat terjadi pada kasus patah tulang dan trauma tumpul
jaringan lemak sedangkan emboli udara terjadi bila ada vena superfisial yang
terbuka dan emboli jaringan dapat terjadi bila alat dalam, misalnya hati
mengalami kerusakan.
histologi
luka
lecet
untuk
menentukan
usia
luka
10
Setelah 8 jam dasar dari keropeng ditandai oleh zona infiltrasi sel
polimononuklear yang mendasari daerah epitel yang cedera. Setelah 12 jam, telah
terbentuk tiga lapisan: zona permukaan terdiri dari fibrin dan sel darah merah
(atau epitel hancur dalam kasus lecet tubrukan), zona yang lebih dalam trdiri dari
infiltrasi sel polimononuklear, dan lapisan abnormal kolagen yang rusak. Setelah
12 jam sampai 8 jam berikutnya, zona terakhir ini semakin disusupi oleh sel-sel
polimononuklear.
2.7.1.2
Regenerasi Epitel
Regenerasi sel epitel muncul di folikel rambut dan di tepi abrasi.
Pertumbuhan epitel dapat muncul pada 30 jam pertama pada luka lecet superfisial
dan terlihat jelas setelah 72 jam pada kebanyakan luka lecet.
2.7.1.3 Granulasi subepitel dan hiperplasia epitel
Hal ini menjadi lebih jelas selama 5 sampai 8 hari. Hal ini terjadi hanya
setelah penutupan epitel dari sebuah abrasi. Infiltrasi perivaskular dan sel
inflamasi kronis sekarang mulai muncul. Epitel atasnya menjadi semakin
hiperplastik, dengan pembentukan keratin. Tahap ini yang paling menonjol selama
9 hari sampai 12 hari setelah cedera.
2.7.1.4 Regresi dari epitel dan granulasi jaringan
Tahap in dimulai sekitar 12 hari. Selama fasa ini, epitel diremodelling
menjadi lebih tipis dan bahkan atrofik. Serat kolagen, yang mulai muncul di ase
granulasi subepidermal terlambat, sekarang mulai muncul. Mula-mula bekuan
darah mengisi luka dan anyaman fibrin terbentuk. Granulosit dan monosit
fagositik mulai proses pembersihan. Tunas kapiler dan fibroblast dengan cepat
berproliferasi ke bekuan darah. Tunas kapiler mengeluarkan enzim litik untuk
memecah fibrin dan memungkinkan pembentukan anyaman. Tunas itu kemudian
mengalami kanalisasi, membentuk lengkung vaskuler yang menghasilkan
penyediaan darah yang kaya zat gizi, oksigen, granulosit, dan monosit yang
dibutuhkan untuk menghilangkan jaring mati dan bekuan darah. Sel
polimononuklear
yang
banyak
dalam
jaringan
intertisial
menghasilkan
perlawanan primer terhadap infeksi dan juga ikut mengeluarkan nanah dari
11
jaringan granulasi pada saat sel mati dibersihkan. Fibrolast yang berproliferasi
menyertai pembuluh ini dan mulai menimbun kolagen.
Dalam waktu 4-6 hari, jaringan granulasi sehat berwarna merah muda
membentuk dasar untuk menyokong dan memberi makan epitelium yan meluas
(atau cangkokan kulit). Sejalan dengan waktu, fibroplasia akan terus berlangsung
dan terjadi ikatan. Banyak pembuluh darah yang atropi. Dengan adanya
penyembuhan akhir, akan terbentuk jaringan parut putih yang tertutup selapis tipis
epitelium.
2.8
disertai pembengkakan pada area luka tetapi tidak didapatkan pada luka lecet post
mortem.
ANTE MORTEM
1. Terjadi saat masih hidup
2. Tanda-tanda intravital (+)
- Tampak perdarahan
-
superfisial
Ada pembentukan krusta
Adanya proses
penyembuhan
Permukaan yang lembab
akibat eksudasi dan
perdarahan
3. Coklat kemerahan
4. Terdapat sisa-sisa epitel
5. Sembarang tempat
POST MORTEM
1. Terjadi setelah kematian
2. Tanda-tanda intravital (-)
- Tidak tampak perdarahan
-
superfisial
Tidak ada pembentukan
krusta
Tidak ada proses
penyembuhan
3. Kekuningan
4. Epidermis terpisah sempurna
dari dermis
5. Pada daerah yang ada
penonjolan tulang.
Contoh Kasus :
12
Gambar 9. Wanita 40 tahun dikeluarkan dari kendaraan bermotor ketika dia menabrak mobil yang
sedang diparkir dengan kecepatan tinggi. Dia bertahan selama 4 jam di rumah sakit sebelum
meninggal karena cedera kepala tertutup. Luka lecet berwarna merah-coklat gelap didagu kiri dan
pipi. Penampilan kemerahan dari cedera ini menunjukkan adanya luka antemortem dengan reaksi
vital yang terjadi pada trauma jaringan.
Gambar 10. Seorang pria 25 tahun kolaps dan meninggal karena kelainan jantung yang tidak
didiagnosis sebelumnya. Pada gambar tampak sebuah abrasi besar berbentuk bundar penonjolan
malar. Seperti biasanya pada lecet peri-postmortem, tampak warna kuning-coklat dan tekstur agak
seperti perkamen. Tidak ada bukti adanya reaksi vital. Pada otopsi, abrasi sama telah kering,
berwarna merah-coklat.
13
alat penjerat; dalam kasus seperti ini pemerikaan arah lengkungan serta
ada tidaknya kuku-kuk yang panjang pada jari-jari korban dapat
meberikan kejelasan apakah kasus yang dihadapi itu merupakan kasus
bunuh diri atau kasus pembunuhan, setelah dicekik kemudian digantung.
e. Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban bersentuhan
dengan radiator, maka dapat ditemukan luka lecet tekan yang merupakan
cetakan dari bentuk radiator penabrak.
3. Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat dimana kult
ari yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi uka; bila pengumpulan
tersebut terdapat di sebelah kanan maka arah kekerasan yang mengenai tubuh
korban adalah dari arah kiri ke kanan. Di dalam kasus-kasus pembunuhan
dimana tubuh korban diseret maka akan dijumpai pengumpulan kulit ari yang
terlepas yang mendekati ke arah tangan, bila tangan korban dipegang; dan
akan mendekati ke arah kaki bila kaki korban yang dipegang sewaktu korban
diseret.
2.9 Aspek Medikolegal
Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka
akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan
kejelasan dari permasalahan sebagai berikut:
1. Jenis luka apakah yang terjadi?
2. Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka?
3. Bagaimanakah kualifikasi luka itu?
Pengertian kualifikasi luka disini semat-mata pengertian Ilmu Kedokteran
Forensik, yang hanya baru dipahami setelah mempelajari pasal-pasal dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang bersangkuan dengan Bab XX
(Tentang Penganiayaan), terutama pasal 351 dan pasal 352; dan Bab IX (Tentang
Arti Beberapa Istilah Yang Dipakai Dalam Kitab Undang-Undang), yaitu pasal 90.
Dari pasal-pasal tersebut dapat dibedakan empat jenis tindak pidana, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Penganiayaan ringan
Penganiayaan
Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat
Penganiayaan yang mengakibatkan kematian
15
16
BAB III
KESIMPULAN
Luka merupakan gangguan dari kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh
suatu energi mekanik eksterna. Terminologi cedera di gunapakai secara sinonim
dengan kata luka, malah dapat memberikan maksud yang lebih luas dan tidak
hanya membahas kerusakan yang diakibatkan oleh energy fisik tapi juga
kerusakan lain yang diakibatkan oleh panas, dingin, bahan kimiawi, listrik dan
radiasi.
Trauma atau perlukaan secara medis adalah hilangnya kontinuitas jaringan
yang disebabkan karena adanya kekuatan dari luar/kekerasan (WHO,2007).
Trauma tumpul ialah trauma yang disebabkan oleh benda yang memiliki
permukaan yang tumpul atau tidak tajam. Luka yang terjadi dapat berupa :
1. Memar, terdiri dari :
a. Kontusio
b. Hematom
2. Luka Lecet
a. Luka lecet gores (stratch)
b. Luka lecet serut atau geser (graze,friction abrasion)
c. Luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
d. Luka lecet berpola (crushing)
3. Luka Terbuka/Robek (Vulnus Laseratum)
17
Luka lecet adalah luka akibat kekerasan benda yang memiliki permukaan
yang kasar atau runcung sehingga sebagian atau seluruh lapisan epidermis hilang.
Lecet sering dihasilkan dari pergerakan permukaan kulit ke permukaan yang lebih
kasar atau sebaliknya. Dengan demikian luka tersebut dapat memiliki penampilan
yang linier, dan pemeriksaan dekat mungkin menunjukkan epidermis superfisial
yang mengerut pada salah satu ujung luka, menunjukkan arah perjalanan dari
permukaan lawan.
DAFTAR PUSTAKA
February,
18,
2015.
Available
on :http://www.forensicpathologyonline.com/E-Book/injuries
5. Sandhu S.S., Gorea RK, Gargi J, Garg A., Age Estimation of Injury From
Abrasion; JPAFMAT, 2009.
6. Stark M.M., Clinical Forensic Medicine, A Physicians Guide Second
Edition; Humana Press, 2005. P138-139.
18