Hariadi Apuranto
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
PENDAHULUAN
Kekerasan karena benda tumpul (Blunt Force Injures) merupakan kasus yang
paling banyak terjadi dan selalu menduduki urutan pertama yang masuk dibagian ilmu
kedokteran forensik.
Cara kejadian yang terutama adalah kecelakaan lalu lintas. Jika ditambah
dengan kasus-kasus yang tidak fatal, jumlahnya tentu akan berlipat ganda. Benda
“tumpul” dimaksud sebagai benda yang tidak bermata tajam (tidak dapat untuk
mengiris, membacok, atau menusuk). Mempunyai konsistensi yang keras atau kenyal,
permukaannya dapat halus ataupun kasar. Kadang-kadang dalam satu benda didapat
bagian yang tajam dan tumpul, misalnya clurit dengan ujung tajam dan tangkainya
tumpul.
Benda-benda tumpul banyak terdapat disekitar kita, di mana pun kita berada.
Jika benda tersebut dibenturkan, membentur atau terbentur tubuh dengan keras akan
menimbulkan rasa sakit dan kelainan atau kerusakan pada tubuh. Cara kematian pada
kasus kekerasan karena benda tumpul adalah tidak wajar. Yang tersering adalah
kecelakaan, misalnya kecelakan lalu lintas, terjatuh dari tempat tinggi. Berikutnya
pembunuhan, kasusnya juga cukup banyak misalnya dipukul besi kepalanya, diinjak-
injak dadanya dan sebagainya. Sedang yang jarang adalah bunuh diri dari gedung tinggi,
menubrukkan diri pada kereta api dan sebagainya.
Karena merupakan kasus yang akan banyak kita jumpai baik di rumah sakit, di
tempat praktek, atau di mana saja kita berada sudah selayaknya kita pelajari dengan
sebaik-baiknya.
Sebab kematian korban kekerasan karena benda tumpul adalah kerusakan organ-
organ vital, perdarahan, shock, infeksi, thrombosis dan embolisme.
B. Luka Memar
Yang mengalami kerusakan adalah jaringan subkutan sehingga pembuluh-pembuluh
darah (kapiler) rusak dan pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya. Di
sini permukaan kulit tidak selalu mengalami kerusakan. Bagian tubuh yang mudah
mengalami luka memar adalah bagian yang mempunyai jaringan lemak di
bawahnya dan berkulit tipis. Luka memar tidak bisa dengan pasti menunjukkan
berat ringannnya kekerasan, juga tidak bisa meunjukkan jenis benda penyebabnya.
Orang yang mempunyai kelainan dalam proses pembekuan darah lebih mudah
mengalami luka memar yang cukup luas, walaupun penyebabnya hanya kekerasan
yang ringan, misalnya pada penderita haemophilia.
Luka memar harus dibedakan denga lebam mayat, adalah sebagai berikut:
a. Lokasi luka memar di sembarang tempat, sedang lebam mayat pada bagian
tubuh yang terendah.
b. Luka memar disertai dengan pembengkaan dan tanda-tanda intravital.
c. Bila ditekan atau diiris warna luka memar tidak menghilang, pada lebam
mayat warna menghilang dan jika diiris keluar darah.
Umur luka memar:
a. Mula-mula hanya timbul pembengkakan.
b. Kemudian berwarna merah kebiruan
c. Pada hari ke 1 sampai dengan 3 warna menjadi biru kehitaman.
d. Kemudian warna menjadi biru kehijauan, berikutnya coklat dan akhirnya
menghilang dalam 1 sampai dengan 4 minggu.
Walaupun demikian umur yang pasti dari luka memar sulit ditentukan.
C. Luka Robek
Seluruh tebal kulit mengalami kerusakan dan juga jaringan bawah kulit. Sehingga
epidermis terkoyak, folikel rambut, kelenjar keringat dan sebacea juga mengalami
kerusakan. Pada umumnya kalau sembuh akan menimbulkan jaringan parut
(sikatrik). Luka robek mudah terjadi pada kulit dengan adanya tulang dibawahnya.
Luka Retak
Yaitu luka pada kulit daerah tubuh yang ada tulang tepat di bawah kulit tersebut,
misalnya: kepala dan tulang kering. Luka ini akibat dari kekerasan benda tumpul yang
mempunyai pinggiran, misal: tepi meja, tepi kikir, terpi pintu dll.
Bentuk-bentuk fraktur:
a) Fraktur linier (fissure): berupa garis tunggal yang dimulai pada tempat
trauma dan menjalar.
b) Fraktur compositum: garis frakturnya lebih complicated dari fraktur linier.
Dapat dilakukan rekontruksi pukulan mana yang pertama dan mana yang
kedua dan seterusnya. Pada prinsipnya garis patah tulang yang kedua
berhenti pada garis patah tulang pukulan pertama.
c) Depressed fraktur: merupakan impressi bentuk penampang senjata, misalnya
dipukul dengan martil maka patahannya berbentuk bagian martil yang
mengenai kepala.
d) Dapat pula terjadi pada tulang disekitar foramen magnum (ring fracture),
yaitu bila jatuh dari atas pada kepala atau jatuh dari atas pada tumit.
parietal dan occipital. Kelainan counter coup biasanya lebih besar daripada
coupnya.
Contoh: Seseorang terjatuh kebelakang dengan keras, pada saat gerakan
jatuh ini otak menempel pada dinding tengkorak daerah frontal.
Sehingga pada waktu occipital membentur lantai, maka otak
bergetar dan membentur dinding tengkorak daerah frontal.
Akibatnya terjadi coup laceration didaerah occipital dan counter
coup laceration di daerah frontal.
c) Edema cerebri
Tanda-tandanya:
- Permukaan gyrus menjadi lebih rata, sulcus menjadi dangkal.
- Otak bertambah berat
- Ventrikel-ventrikel mengecil
- Foramen magnum membekas pada cerebellum bagian bawah
- Mikroskopis terdapat timbunan cairan intracellular, pericellular dan
perivascular.
akibat aneurysma yang pecah, secara kharakteristik ditemukan pada bagain dasar
otak.
Pelvis
Trauma dapat menyebabkan patah tulang (Becken Fracture)
Misalnya :
Jatuh dari tempat tinggi.
Tergilas roda kendaraan dapat timbul luxatio sendi sacroiliaca, symphysiolisis
atau fracture ramus os pubis/sacrum. Dapat disertai robekan perineum,
scrotum, urethra, vagian dan anus.
RINGKASAN
1. Kekerasan karena benda tumpul amat sering terjadi dan merupakan kasus terbanyak
yang masuk dibagian Ilmu kedokteran Forensik.
2. Cara kejadiannya yang sering adalaha kecelakaan (terutama kecelakaan lalu lintas)
pembunuhan dengan kekerasan benda tumpul juga sering terjadi, sedang bunuh diri
jarang terjadi.
3. Akibat dari kekerasan karena benda tumpul dapat ringan sampai fatal. Sebab
kematian pada kasus fatal pada umumnya karena kerusakan organ-organ vital,
shock, perdarahan, infeksi atau thrombosis dan embolisme.
4. Kekerasan pada kulit dapat menyebabkan luka lecet, memar dan luka robek.
5. Akibat kekerasan pada tulang dapat menyebabkan fraktur.
6. Kekerasan benda tumpul dapat pula menyebabkan kelainan intra cranial berupa
epidural haemorrhage, subdural haemorrhage, subarrachnoid haemorrhage, contusio
cerebri, laceratio cerebri atau edema cerebri.
7. Disamping itu kekerasan benda tumpul pada kepala, yang sedang bergerak atau
kepala diam tetapi bebas untuk bergerak dapat mengakibatkan countre coup
laceration. Counter coup laceration terjadi di otak pada sisi yang berlawanan dengan
tempat kekerasan. Pada umumnya counter coup laceration, kerusakannya lebih
parah dari pada coupnya.
8. Kerusakan pada organ-organ dalam, umunya berupa terlepas dari fixasinya,
contusio, robek, pecah/rupture, atau lacerasi akibat ‘tertusuk’ tulang yang patah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Camps, Francis E.’Gradwolls legal medicine’ 2nd ed., John Wright & Sons Ltd.,
Bristol 1968.
2. Fatteh, Abdullah,’Hand Book of Forensic Pathology’, JB.Lippincot Companny,
Philadelphia-Toronto, 1973.
3. Gleister,John, ’Medical Jurispendence and Toxicology’, 10th ed., The Williams
and Walkins Companny Baltimore, 1975.
4. Gonzales et al, ’Legal Medicine Pathology and Toxicology,’ 2nd ed., Appleton –
Centuri-Croffts Inc, New York, 1954.