Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

TRAUMA TUMPUL

Oleh:
Sonya Shaumi
(17360262)

Laporan kasus ini dibuat untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di
SMF Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam

Pembimbing:
dr. H. Abdul Gafar Parinduri, M.Ked (For), Sp.F

SMF Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal


RSUD DELI SERDANG LUBUK AKAM
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya, Laporan kasus ini

dapat diselesaikan tepat waktu.

Ucapan terima kasih dan penghargaan penyusun ucapkan kepada dr. Abdul Gafar

Parinduri, M.Ked(For) Sp.F sebagai pembimbing di Departemen ilmu Forensik dan

Medikolegal di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam yang telah memberikan waktunya dalam

membimbing dan membantu selama pelaksanaan refarat ini.

Penyusun menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab

itu, segala kritik dan saran yang membangun atas Laporan Kasus ini dengan senang hati

penyusun terima. Penyusun memohon maaf atas segala kekurangan yang diperbuat

dan semoga penyusun dapat membuat Laporan Kasus lain yang lebih baik di kemudian hari.

Akhir kata, penyusun berharap semoga refarat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Lubuk Pakam, Mei 2018


BAB I
PENDAHULUAN

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan
atas jaringan tubuh yang masih hidup ( living tissue ) sedangkan logos berarti ilmu.
Jadi, pengertian yang sebenarnya dari traumatologi adalah ilmu yang mempelajari semua
aspek yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan tubuh manusia yang masih hidup,
juga mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan,
sedangkan yang dimaksud dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan
tubuh akibat kekerasan.1
Trauma dikelompokkan berdasarkan sifatnya menjadi trauma mekanik, fisika dan
kimia.1 Pada penelitian, jumlah data secara keseluruhan yang berasal dan 33 provinsi di
Indonesia adalah 972.317 responden. Adapun untuk responden yang pernah mengalami
cedera selama kurun waktu 12 bulan terakhir sebanyak 77.248 orang. Dan jumlah tersebut
tiga proporsi penyebab cedera terbesar yaitu jatuh sebanyak 45.987 orang (59,6%),
kecelakaan lalu lintas sekitar 20.829 orang (27%), dan terluka benda tajam/tumpul Sebesar
144.127 orang (18,3 %). Dari 74 kasus yang masuk di Instalansi Forensik RS. Bhayangkara
Semarang periode tahun 1 Januari 2007 sampai 31 Agustus 2010 didapatkan kasus tersering
adalah trauma benda tumpul 40 kasus (54,05%) dan lokasi perdarahan kepala merupakan
lokasi perdarahan yang menyebabkan kematian tersering adalah 46 kasus (62,16%).3
Trauma mekanik atau luka mekanik disebabkan oleh kekerasan benda tajam, benda
tumpul dan senjata api. Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata
dalam berbagai bentuk, alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia
seperti kampak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Benda tumpul yang sering mengakibatkan
luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain.
Adapun definisi dari benda tumpul itu sendiri adalah 2:
1. Tidak bermata tajam
2. Konsistensi keras / kenyal
3. Permukaan halus / kasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Trauma
Trauma atau luka dari aspek medikolegal sering berbeda dengan pengertian medis.
Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya diskontinuitas dari
jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma adalah pengetahuan tentang alat atau benda
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seseorang. Trauma mekanik terjadi karena alat
atau senjata dalam berbagai bentuk, alami atau dibuat manusia, trauma tumpul sendiri
diakibatkan oleh benda yang memiliki permukaan tumpul.4

2. Klasifikasi Trauma
Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik
ataupun psikisnya. Dalam ilmu kedokteran Forensik efek fisik berupa luka-luka yang
ditemukan dalam tubuh/ fisik korban lebih diperiksa dengan teliti. Sehingga ditinjau dari
berbagai sudut dan kepentingan, luka itu sendiri dapat diklasifikasikan berdasarkan:5
A. Etiologi
Trauma Mekanik
1. Kekerasan Tumpul.
a) Luka memar (bruise, contusion)
b) Luka lecet (abration)
c) Luka robek (laceration)
d) Patah tulang pergeseran sendi (fraktur, dislocation)
2. Kekerasan tajam
a) Luka sayat (incised wound)
b) Luka tusuk, tikam (punctured wound)
c) Luka bacok (chopped wound)
3. Luka tembak (fire arm wound)
Luka Thermis (suhu)
a) Temperatur panas
- Terpapar suhu panas (heat stroke, heat exhaustion, heat cramp)
- Benda panas (luka bakar dan scald)
b) Temperatur dingin
- Terpapar dingin (hipothermia)
- Efek local (frost bite)
Luka Kimiawi
- Zat korosif
- Zat iritatif
Luka listrik, radiasi, ledakan, dan petir
B. Derajat Kualifikasi Luka6
1. Luka ringan
2. Luka sedang
3. Luka berat
C. Medikolegal5
1. Perbuatan sendiri (suicide) terkadang dijumpai luka percobaan (tentative wound).
2. Perbuatan orang lain (homicide) terkadang dijumpai luka tangkis (denfence
wound).
3. Kecelakaan (accidental).
D. Waktu Kematian
1. Ante mortem.
2. Post mortem.

3. Trauma Tumpul
Kekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai macam jenis
luka, antara lain7 :
a. Memar (Kontusio)
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler
dan vena. Merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan jaringan
tanpa disertai discontinuitas permukaan kulit.1
Pada saat timbul memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam
setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan menjadi kuning dalam 7-10
hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15 hari. Perubahan warna tersebut
berlangsung mulai dari tepi.5 Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau
menderita kelainan darah, kerusakan yang terjadi akan lebih besar dibanding orang
normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat dijadikan ukuran untuk
menentukan besar kecilnya benda penyebabnya atau keras tidaknya pukulanya5.
b. Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet atau abrasi adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya lapisan
luar dari kulit, yang ciri-cirinya adalah7 :
1. Bentuk luka tidak teratur
2. Batas luka tidak teratur
3. Tepi luka tidak rata
4. Kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan
5. Permukaan tertutup oleh krusta
6. Warna coklat kemerahan
7. Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian yang masih tertutup
epitel dan reaksi jaringan.

Sesuai dengan mekanisme terjadinya luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai7:


1. Luka lecet gores diakibatkan oleh benda runcing, misal kuku jari, yang menggeser
lapisan permukaan kulit (epidermis) dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat
sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.
2. Luka lecet serut Variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya
dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat letak
tumpukan epitel.
3. Luka lecet tekan disebabkan oleh penjejakan benda tumpul terhadap kulit. Karena kulit
adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka belum tentu sama dengan permukaan
benda, tetapi masih mungkin untuk mengidentifikasi benda penyebab yang mempunyai
bentuk khas, misal kisi-kisi radiator mobil, jejas gigitan, dsb. Gambaran yang
ditemukan adalah daerah kulit yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya.
4. Luka lecet geser disebabkan oleh tekanan linier kulit disertai gerakan bergeser,
misalnya pada kasus gantung atau jerat. Luka lecet geser yang terjadi semasa hidup
sulit dibedakan dari luka lecet geser yang terjadi segera pasca mati.
c. Luka Robek (Lacerasi)
Luka robek merupakan keadaan luka dimana tubuh dikenai oleh benda pada kulit
sehingga tertarik dan tegang hingga melampaui batas elastisitasnya dan tekanan benda
hingga ke dasar kulit (bahkan ke otot) dan akan merobek bagian yang terpenting.
1. Gambaran dan Tanda-Tanda Luka Robek
Bentuk robekan pada kulit mengenai lapisan jaringan dermis dan
epidermis bahkan sampai ke jaringan di bawah kulit (otot). Lukanya terbuka
dengan pinggir / tepi luka tidak rata, sudut luka tidak tajam dan tidak teratur
(sebaiknya menggunakan kaca pembesar/lup/suryakanta) atau ditemukan adanya
jembatan jaringan diantara kedua tepi luka atau dinding luka, akar rambut masih
utuh pada tepi luka mudah terjadi pada bagian kulit yang menutupi tulang.
Biasanya mengalami perdarahan yang banyak. Panjang dan lebar luka lebih luas
dari pada dalamnya luka. Dasar luka juga tidak teratur. Proses penyembuhan dari
luka robek juga lebih lama dikarenakan kehancuran jaringan lebih besar serta
infeksi terbuka akibat luka lebih besar. Pada luka robek juga akan meninggalkan
parut yang permanen karena kehancuran jaringan yang lebih luas dan dalam. Luka
memar dapat disertai luka lecet dan luka memar.7
2. Tipe-Tipe Dari Pada Luka Robek5
2.1 Luka robek terbelah
Ini akibat hancurnya jaringan karena benturan dengan benda keras, dengan
dasar biasanya tulang dan bentuk luka pada kulit biasanya berbentuk pecah.
2.2 Luka Robek Tercabik
Tipe ini diakibatkan gesekan dengan benda yang kasar dan menyebabkan
tercabiknya jaringan dari kulit.
2.3 Luka Robek Meluas Dan Meregang
Luka robek ini akibat tekanan yang sangat keras pada kulit. Contohnya pada
kasus leher tergantung atau tangan tergantung / terikat kuat dengan tali.
2.4 Luka Robek Lepas
Ini merupakan luka robek yang lebih dalam lagi yang menyebabkan jaringan
di bawah kulit (otot dan lemak) dapat ikut terlepas.
2.5 Luka Robek Potong
Jenis robekan seperti ini dikarenakan benda yang tidak terlalu tajam dengan
tepi sedikit bergerigi yang memotong jaringan. Luka sering kelihatan seperti
luka sayatan namun sebenarnya tepi luka tidak rata (sebaiknya gunakan kaca
pembesar/ lup /suryakanta) dan ada ditemukan luka lecet dari luka robek
tersebut.
4. Trauma Tumpul Berdasarkan Regio3,7
4.1 Pada Kepala
Jaringan otak dilindungi oleh 3 lapisan jaringan. Lapisan paling luar disebut
duramater, atau sering dikenal sebagai dura. Lapisan ini tebal dan lebih dekat
berhubungan dengan tengkorak kepala dibandingkan otak. Antara tengkorak dan dura
terdapat ruang yang disebut ruang epidural atau ekstradural. Ruang ini penting dalam
bidang forensik. Lapisan yang melekat langsung ke otak disebut piamater. Lapisan ini
sangat rapuh, melekat pada otak dan meluas masuk ke dalam sulkus-sulkus otak.
Lapisan ini tidak terlalu penting dalam bidang forensik. Lapisan berikutnya yang
terletak antara duramater dan piamater disebut arakhnoid. Ruang yang dibentuk antara
lapisan duramater dan arakhnoid ini disebut ruang subdural. Kedalaman ruang ini
bervariasi di beberapa tempat. Perlu diingat, cairan otak terdapat pada ruang
subarakhnoid, bukan di ruang subdural. Perdarahan kepala dapat terjadi pada ketiga
ruang yaitu ruang epidural, subdural atau ruang subarakhnoid, atau pada otak itu
sendiri. Robeknya selaput otak dapat menyebabkan perdarahan epidural, perdarahan
subdural, dan perdarahan subaraknoid.7
a) Perdarahan Epidural
Biasanya terjadi pada usia dewasa pertengahan, sering terjadi pada kekerasan
daerah pelipis (± 50 %) dan belakang kepala (10-15 %), biasanya tidak selalu
diiringi dengan patah tulang. Perdarahan epidural atau ekstradural adalah
perdarahan yang letaknya antara tengkorak dan selaput otak tebal, akibatnya
robek arteri yang tersering arteri meningeal media dan dapat terjadi dengan atau
tanpa patah tulang tengkorak. Darah menembus antara tengkorak dan selaput otak
tebal dan bila darah yang terkumpul sudah banyak, baru ada tekanan pada otak,
baru timbul gejala klinik, seperti nyeri kepala, penurunan kesadaran bertahap mulai
dari letargi, stupor dan akhirnya koma. Kematian akan terjadi bila tidak dilakukan
terapi dekompresi segera. Waktu antara timbulnya cedera kepala sampai
munculnya gejala-gejala yang diakibatkan perdarahan epidural disebut sebagai
“lucid interval”. Jadi antara terjadinya kekerasan dan timbulnya gejala klinik ada
masa tanpa gejala. Interval bebas atau periode laten, lamanya biasanya beberapa
jam sampai 24 jam, jarang lebih dari 2 hari. Jumlah perdarahan yang sudah dapat
menyebabkan kematian adalah 60-80 gram.7
b) Perdarahan Subdural
Perdarahan ini timbul apabila terjadi “bridging vein” yang pecah dan darah
berkumpul di ruang subdural. Perdarahan ini juga dapat menyebabkan kompresi
pada otak yang terletak di bawahnya. Karena perdarahan yang timbul berlangsung
perlahan, maka “lucid interval” juga lebih lama dibandingkan perdarahan epidural,
berkisar dari beberapa jam sampai beberapa hari. Jumlah perdarahan pada ruang ini
berkisar dibawah 120 cc, sehingga tidak menyebabkan perdarahan subdural yang
fatal.7
c) Perdarahan Subarakhnoid
Penyebab perdarahan subarakhnoid yang tersering ada 5, dan terbagi menjadi
2 kelompok besar, yaitu yang disebabkan trauma dan yang tidak berhubungan
dengan trauma. Penyebabnya antara lain7:
1. Nontraumatik:
a. Ruptur aneurisma pada arteri yang memperdarahi otak
b. Perdarahan intraserebral akibat stroke yang memasuki subarakhnoid
2. Traumatik:
a. Trauma langsung pada daerah fokal otak yang akhirnya menyebabkan
perdarahan subarakhnoid
b. Trauma pada wajah atau leher dengan fraktur pada tulang servikal yang
menyebabkan robeknya arteri vertebralis
c. Robeknya salah satu arteri berdinding tipis pada dasar otak yang
diakibatkan gerakan hiperekstensi yang tiba-tiba dari kepala.
d) Fraktur Basis Cranii (Patah Dasar Tengkorak)7
Didapatkan perdarahan yang keluar dari hidung dan telinga dan bila atap bola
mata ikut patah maka perdarahan masuk jaringan bola mata dan juga kelopak mata,
sehingga kedua kelopak mata menjadi biru, berbentuk seperti kaca mata (brill
hematome). Patah tulang atap tengkorak dimana patahan yang sederhana berupa
garis ditemukan lebih dari satu garis (fraktur komposit). Atau terjadi karena memar
di dahi lalu perdarahan yang ada turun ke kelopak mata menjadi biru. Hal ini
dikarenakan jaringan di sekitar mata terdiri dari jaringan ikat longgar.
e) Gegar Otak / Commotio Cerebri / Cerebral Contussion)7
Gegar otak, cerebral concusión, commotio cerebro dan dalam bahasa Belanda
herzenschudding, merupakan pengertian klinik: trauma pada kepala yang memberi
gangguan fungsi otak tanpa dapat ditentukan kelainan anatomik pada otak.
Gejalanya adalah:
1. Gejala cardinal adalah pingsan sebentar sampai 15 menit, bila pingsan lebih dari
15 menit harus waspada, biasanya bukan gegar otak lagi.
2. Muntah.
3. Amnesia retrograd, kelupaan tentang hal-hal yang terjadi sebelum kecelakaan.
4. Pusing kepala, semua berputar dan bukan rasa pening kepala.
5. Tidak ada kelainan neurologik.
f) Memar Otak / Contusio Cerebri7
Yaitu keadaan memar pada bagian sisi permukaan dari pada otak, kulit otak
(cortex cerebri), di bawah piamater tanpa adanya kerusakan arakhnoidea, dimana
di tempat tersebut ditemukan perdarahan yang diakibatkan oleh benturan pada
kepala oleh benda tumpul, sebesar kepala jarum biasa. Hampir seluruh kontusio
otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu. Beberapa dapat lebih dalam,
mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian superfisial atau daerah abu-abu
sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darah dengan
terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan adanya pembengkakan dan
seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lingkaran kekerasan dapat terbentuk
apabila kontusio yang terbentuk cukup besar, edema otak dapat menghambat
sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma, dan kematian total. Poin
kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan kontusio tersebut
yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan adanya fokus
epilepsi. Yang harus dipertimbangan adalah lokasi kontusio tipe superfisial yang
berhubungan dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka
ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma
seperti pada kulit kepala, kranium, dan otak. Bentuk perdarahan yang terjadi dapat
berupa :
 Coup : merupakan perdarahan pada bagian otak yang mana perdarahan sesuai
dengan tempat persentuhan pada kepala atau di sekitar benturan juga cedera otak
pada daerah yang bersesuaian dengan benturan.
 Contra Coup : merupakan perdarahan pada otak yang terjadi pada daerah yang
berlawanan dengan tempat persentuhan / benturan. Hal tersebut terjadi karena
adanya liquor, sehingga otak dapat bergerak bebas. Bisa pula akibat deformitas
tulang tengkorak yang berlebihan sehingga menimbulkan tekanan negatif pada
sisi lawan benturan. Tekanan negatif minimal 1 atau lebih baru dapat terjadi
contra coup.

4.2 Pada Leher


1. Patah tulang leher
Biasanya terjadi pada kecelakaan lalu lintas, pada kasus yang ditabrak dari
belakang, penumpang yang ditabrak akan mengalami percepatan mendadak
sehingga terjadi “ hiper ekstensi “ kepala disusul “ hiper fleksi “. Cedera terutama
pada tulang leher ke IV dan V yang dapat membahayakan sumsum tulang belakang
(whip-lesh injury).7
2. Cedera batang otak7
Dapat terjadi jika ada benturan pada leher dengan akibat keluarnya cairan otak.
3. Patah tulang lidah (os hyoid)7
Ini biasanya karena kekerasan benda tumpul akibat gantung diri (hanging) atau
tercekik (strangulasi) yang dapat berakibat gangguan pernafasan dan mati.

4.3 Pada Dada


Fraktur tulang dada dan tulang iga sering terjadi akibat benturan dengan benda
keras. Robek jantung dan robek paru-paru dapat terjadi bila tekanan akibat beban berat
(tergilas ban mobil) dapat terjadi disertai patah tulang iga dan merobek jantung dan
paru-paru.7

4.4 Pada Perut dan Panggul


Robek hati, limpa dan ginjal dapat terjadi apabila perut tertekan benda tumpul yang
keras / berat (tergilas ban). Sekat rongga badan (diafragma) dapat robek sehingga
lambung dapat masuk ke rongga dada dan menekan rongga dada. Dalam keadaan ini
kulit perut dapat terlihat biasa atau tidak jelas adanya persentuhan dengan benda
keras.Pada penyakit malaria atau tifus, limpa dapat membesar dan tegang sehingga
persentuhan dengan benda tumpul yang ringan sudah dapat merobeknya7. Pada
pengemudi yang mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi dan kemudian
mendadak berhenti, dapat terjadi :
1. Tubuh pengemudi terdesak ke depan: dada menyentuh alat pengemudi,
menyebabkan patah tulang dada dan tulang iga. Kepala menyentuh desor dan kaca,
menyebabkan patah tengkorak, luka robek pada kulit kepala.

2. Dislokasio sendi pangkal paha.


3. Kemudian tubuh terdesak ke belakang, kepala terbentur pada sandaran punggung
yang menyebabkan patah tulang atau dislokasi ruas tulang leher. Gerakan ini
dinamakan gerakan cambuk

4.5 Pada Tungkai Tubuh (Ekstremitas Atas dan Bawah)


Patah tulang ataupun dislokasi persendian dapat terjadi bila terkena benturan
dengan benda tumpul. Anggota gerak yang dimaksud adalah lengan dan tungkai. Luka
yang sering dijumpai pada kecelakaan lalu- lintas jalan adalah sebagai berikut : urai
sendi (dislokasi), patah tulang kering setinggi 30- 35 cm dari tumit karena bemper,
dan patah tulang yang menembus kulit. Bila tungkai digilas ban mobil dan sebelum
melintasi agak selip, maka kulit dapat lepas dari jaringan dibawahnya, bahkan robek
melingkar yang menyerupai kaos kaki : avulsio atau decollement. Amputasi tungkai
sering dijumpai karena tergilas kereta api. Pada lengan bawah sering ditemukan luka
robek atau koyak akibat tangkisan pukulan dengan benda tumpul yang arahnya
tangensial.7
BAB III
LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki berinisial SH, usia 68 tahun, pekerjaan wiraswasta, datang diantar
keluarganya ke RS Umum Sultan Sulaiman Sei Rampah, Pasien datang karena mengalami
luka pada bagian muka, dahi, tangan kanan dan kaki kanan akibat tertabrak oleh sepeda
motor. Awalnya os sedang sedang berjalan dan akan menyebrang dengan istrinya tiba-tiba
ada pengendara motor melaju kencang dan menabrak os sehingga os terjatuh dan. Akibatnya
os mengalami luka lecet geser dan luka robek pada dahi, pipi, lengan kanan bagian bawah
dan kaki kanan bagian bawah.

Identitas Umum ; Nama : SH. Jenis kelamin : Laki-laki. Umur : 68 . Tinggi badan :
165 cm. Berat Badan :60 - Warna kulit : sawo matang. Warna pelangi mata : coklat. Ciri
rambut : berwarna putih pendek, kurang lebih 0,5 cm.

Pada pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik diagnostik terhadap korban didapati
Kesadaran : somnolen, TD : 110/70 mmHg, HR: 86 x/menit, RR: 28x/menit, T: 36,4ºC.
Kemudian dilakukan perawatan dan penjahitan luka

Dari hasil pemeriksaan didapatkan


Label : tidak ada
Pembungkus: tidak ada
Penutup: tidak ada
Pakaian: Memakai baju kaos putih tidak berkerah, memakai celana bahan panjang dan
memakai tali dipinggang berwarna biru
Perhiasan : tidak ada
Benda disamping : Tidak ada
Identifikasi Umum:Seorang laki-laki berinisial SH, usia 68 tahun, pekerjaan wiraswasta,
datang diantar keluarganya ke RS Umum Sultan Sulaiman Sei Rampah,
Pasien datang karena mengalami luka pada bagian muka, dahi, tangan
kanan dan kaki kanan akibat tertabrak oleh sepeda motor. Awalnya os
sedang sedang berjalan dan akan menyebrang dengan istrinya tiba-tiba
ada pengendara motor melaju kencang dan menabrak os sehingga os
terjatuh dan. Akibatnya os mengalami luka lecet geser dan luka robek
pada dahi,pipi, lengan kananbagian bawh dan kaki kanan bagian bawah
Identifikasi Khusus: Kualifikasi luka yang dialami os adalah luka sedang / luka derajat II.
Luka yang menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
jabatan, pekerjaan atau mata pencaharian

PEMERIKSAAN LUAR

Kepala : Rambut berwarna putih panjang kira-kira 0,5 cm

Dahi : dijumpai luka robek kurang lebih berukuran 5 cm

Mata : tidak dijumpai luka


Hidung: pada perabaan tidak dijumpai patah tulang hidung

Telinga :Tidak dijumpa tanda-tanda kekerasan

Pipi : dijumpai luka robek kurang lebih berukuran 0,5 cm


Mulut : tidak dijumpai luka.
Gigi : Gigi lengkap
NOMENKLATUR GIGI
Rahang atas kanan Rahang atas kiri
x.1.x 1.x.1 x.1.x.1 x.1, x. 1 2.x2.x 2.x 2.x.2.x2.x 2.x 2.x
x.4.x 4.x.4 x.4.x.4x.4 3.x3.x3.x3.x3.x.3x.3.x
Rahang bawah kanan Rahang bawah kiri
Keterangan : x (tidakada)

Rahang : tidak dijumpai luka robek pada rahang bawah, tidak dijumpai patah tulang
rahang bawah
Leher : dijumpai vena jugularis tampak membesar
Bahu : tidak dijumpai luka lecet
Dada : tidak ada sianosis
Perut : tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan
Alat Kelamin : Jenis kelaminlaki-laki,tidak dijumpai tanda – tanda kekerasan
Punggung : Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan
Pinggang : Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan
Pinggul : Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan
Bokong : Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan
Anus : Tidak dijumpai tanda-tanda kekerasan
Anggota gerak atas : dijumpai luka lecet geser dan luka terbuka.
Anggota gerak bawah : dijumpai luka lecet geser dan luka terbuka
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini dilaporkan seorang laki-laki, usia 68 tahun mengalami luka lecet pada
bagian lengan kanan atas dan lengan kiri bagian bawah.
Dari pemeriksaan yang dilakukan, dijumpai os mengalami trauma tumpul/ luka lecet
geser dan luka robek yang ditandai dengan bentuk luka tidak teratur, batas luka tidak teratur,
pinggir / tepi luka tidak rata, kedua sudut tumpul, ditemukan sedikit perdarahan. Kondisi
umur luka 1-2 jam.
Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang (misalnya
daerah kepala, muka atau ekstremitas).
Kualifikasi luka yang dialami os adalah luka sedang / luka derajat II. Luka yang
menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan jabatan, pekerjaan atau mata
pencaharian
BAB V
KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seorang laki-laki, inisial
SH, umur 68 tahun, dijumpai luka lecet geser dan luka robek pada dahi, pipi, lengan kanan
bawah, kaki kanan bawah. Dari hasil pemeriksaan luka berasal dari trauma tumpul yang
menyebabkan luka lecet geser dan luka robek. Kualifikasi luka merupakan luka derajat II atau
luka sedang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan Pertama semarang: Badan


Penerbit Universitas Diponegoro, 2000.
2. Anonim; http//www.traumatologi.webs.com
3. Apuranto Hariadi. Luka Akibat Benda Tumpul. Diunduh dari http://
www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/…/LUKA%20TUMPUL.pdf
4. Traumatologi Forensik. Diunduh
dari http://www.freewebs.com/traumatologie2/index.htm
5. Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. FK-UI.
Jakarta. 1997.
6. Anonim;http://blogkputih.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-luka-luka-rusaknya-
jaringan.html
7. Mansjoer A, dkk. Traumatologi. Dalam Kapita Selekta Kedokteran , ed 3. Jilid kedua.
Media Aeskulapius. FK-UI.2000
8. Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum et Repertum. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, 2008.

Anda mungkin juga menyukai