Anda di halaman 1dari 31

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dari jaman dahulu orang telah memikirkan bagaimana mendapatkan cara
untuk menegakkan keadilan dengan berbagai cara. Dan pada masa sekarang
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi orang mendapatkan
pembuktian secara ilmiah yang disebut dengan saksi diam (silent witness). Disini
diperlukan peran ahli untuk memeriksa barang bukti (corpus delicti) secara ilmiah
sehingga barang bukti tersebut dapat bercerita tentang apa yang terjadi.1
Luka merupakan salah satu kasus yang tersering dalam Kedokteran
Forensik. Luka bias terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Dalam
sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan tenggara Kota London dimana
didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena kekerasan fisik yang disenganja.
Beberapa jenis senjata digunakan pada 68 dari 147 kasus penyerangan di jalan
raya, terdapat 12% dari penyerangan menggunakan besi batangan dan pemukul
baseball atau benda-benda serupa dengan itu, lalu diikuti penggunaan pisau 18 %,
terdapat nilai yang sangat berarti dari kasus penusukan, sekitar 47% kasus yang
masuk rumah sakit dan 90% mengalami luka yang serius.2
Hal yang harus dicatat bahwa terdapat 2 dari 3 penyerangan terjadi
didalam tempat tinggal atau klub dengan penggunaan pisau, kaca, dan bermacam-
macam senjata. 40% kasus penikaman terjadi di jalan raya dan 23% didalam
tempat tinggal atau klub. 50% pasien sedang mabuk atau minum pada saat
sebelum waktu penyerangan, 27% pasien tersebut adalah pengangguran. Luka-
luka yang disebabkan oleh pukulan (46%), tendangan (17%), bermacam-macam
senjata (17%), pisau dan pecahan kaca (15%), sisanya disebabkan oleh gigitan
manusia dan penyebab lain yang tidak diketahui.2
Jumlah kejahatan di Indonesia meningkat 15% pada 2006. Selama 2006,
jumlah kejahatan meningkat dari 256.543 (tahun 2005) menjadi 296.119,
peningkatan kejahatan sekitar 15,43%. Jumlah penduduk yang beresiko terkena
2

kejahatan rata-rata 123 orang per 100.000 penduduk Indonesia di 2006, bila
dibandingkan tahun 2005 terjadi kenaikan 1,65%.2
Pada pasal 133 ayat 1 KUHAP dan pasal 179 ayat 1 KUHAP dijelaskan
bahwa penyidik berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah
Visum et Repertum, dimana didalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan
korban, baik korban luka, keracunan, ataupun mati yang diduga karena tindak
pidana.2,3
Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu mengetahui Ilmu Kedokteran
Forensik termasuk cara membuat Visum et Repertum. Seorang dokter perlu
menguasai pengetahuan tentang mendeskripsikan luka, tujuannya untuk
mempermudah tugas-tugasny dalam membuat Visum et Repertum yang baik dan
benar seingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bias meyakinkan hakim
untuk memutuskan suatu tindak pidana. Pada kenyataannya dalam praktek, dokter
sering mengalami kesulitan dalam membuat Visum et Repertum karena kurangnya
pengetahuan tentang luka padahal Visum et Repertum harus dibuat sedemikian
rupa, yaitu memenuhi persyaratan formal dan material, sehingga dapat dipakai
sebagai alat bukti yang sah di sidang pengadilan.2,3

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan dari pembuatan tulisan ini adalah untuk lebih mengerti dan
memahami mengenai traumatologi forensik. Tulisan ini juga dibuat untuk
memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik RSUP H.Adam Malik / RS Dr.
Pirngadi Medan.

1.3. Manfaat Penulisan


Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis agar dapat lebih
mengetahui dan memahami mengenai traumatologi forensik.
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Traumatologi


Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti kekerasan
atas jaringan tubuh yang masih hidup, sedang logos berarti ilmu. Traumatologi
4

adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau perlukaan,
cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), yang
kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat
kekerasan yang menimbulkan jejas.4

2.2. Etiologi Trauma


Kekerasan yang mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek
pada fisik maupun psikisnya. Efek fisik berupa luka- luka yang apabila
diperiksa dengan teliti akan dapat diketahui jenis penyebabnya, yaitu:1,4,5,6,7
1. Trauma Mekanik
I. Kekerasan Tajam
a. Luka sayat (incised wound)
b. Luka tusuk, tikam (punctured wound)
c. Luka bacok (choped wound)
II. Kekerasan Tumpul
a. Luka memar (bruise, contusion)
b. Luka lecet (abrasion)
c. Luka robek (laceration)
d. Patah tulang, pergeseran sendi (fracture, dislocation)
III. Luka tembak (firearm wound)

2. Luka Termis (suhu)


I. Temperatur panas
a. Terpapar suhu panas (heat stroke, heat exhaustion, heat
cramps)
b. Benda panas (luka bakar dan scald)
II. Temperatur dingin
a. Terpapar dingin (hipotermia)
b. Efek lokal (frost bite)
3. Luka Kimiawi
5

I. Zat Korosif
II. Zat Iritasi

TRAUMA MEKANIK1,4,5,6,7
Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai
bentuk, alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia seperti
kampak, pisau, panah, martil, dan lain - lain.
I. Kekerasan Tajam
Kekerasan tajam disebabkan pisau, pedang, silet, gunting, kampak, dan lain -
lain. Senjata ini dapat menyebabkan luka sayat, luka tikam dan luka bacok.
Ciri-ciri umum dari luka benda tajam adalah sebagai berikut :
1) Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata dan sudutnya runcing
2) Bila ditautkan akan mejadi rapat (karena benda tersebut hanya memisahkan ,
tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus dari sedikit
lengkung.
3) Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.
Trauma tajam dikenal dalam tiga bentuk pula, yaitu luka iris atau luka sayat
(vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus caesum).

1) Luka sayat
Luka sayat ialah luka karena irisan senjata tajam yang menyebabkan luka
terbuka dengan ciri berikut :
a) Pinggir luka rata
b) Sudut luka tajam
6

c) Jembatan jaringan tidak ada (semua jaringan otot, pembuluh darah, saraf
dalam luka terputus, juga rambut)
d) Ukuran lebar luka sayat lebih daripada ukuran dalamnya luka
2) Luka tusuk
7

Luka yang mengenai tubuh melalui ujung pisau dan benda tajam lainnya,
dimana ukuran dalamnya luka melebihi lebar luka.
Ciri - ciri luka tusuk :
Tepi luka rata
Dalam luka lebih besar dari panjang luka
Pinggir luka dapat menunjukkan bagian yang tajam dan tumpul.

Sering ada memar / echymosis di sekitarnya


Tidak ada jembatan jaringan
3) Luka bacok
Senjata tajam yang berat dan diayunkan dengan tenaga akan menimbulkan
luka terbuka yang lebar disebut luka bacok. Contoh : pedang, arit, kapak dan
golok.
8

Ciri luka bacok :


Luka biasanya besar, panjang, dan dalam
Tepi luka dan sudut luka bacok tergantung pada mata senjatanya
Hampir selalu mengakibatkan kerusakan pada tulang
Dapat memutuskan bagian tubuh yang terkena bacokan
Disekitar luka dapat ditemukan luka memar (contusio) atau luka lecet (abrasio)
II. Kekerasan Tumpul
Trauma tumpul ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada
permukaan tubuh oleh benda-benda tumpul. hal ini disebabkan oleh benda-benda
yang mempunyai permukaan tumpul, seperti batu, kayu, martil, terkena bola,
ditinju, jatuh dari tempat ketinggian, kecelakaan lalu-lintas dan lain-lain
sebagainya. Trauma tumpul dapat menyebabkan tiga macam luka yaitu:
1) Luka memar (contusio)
Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan
jaringan tanpa disertai diskontinuitas permukaan kulit. Kerusakan tersebut
disebabkan oleh pecahnya kapiler sehingga darah keluar dan meresap kejaringan
di sekitarnya.
Mula mula terlihat pembengkakan, berwarna merah kebiruan. Sesudah 4
sampai 5 hari berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari seminggu
menjadi kekuningan.
Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau menderita kelainan darah,
kerusakan yang terjadi akibat trauma tumpul tersebut akan lebih besar di
bandingkan pada orang normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat
di jadikan ukuran untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya atau
kekerasan tidaknya pukulan. Pada wanita atau orang orang yang gemuk juga
akan mudah terjadi memar.
Dilihat sepintas lalu luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi jika di
periksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaan perbedaanya, yaitu :

Memar Lebam mayat


9

Pada daerah trauma


Lokasi Pada bagian terendah
atau diatasnya
Pembengkakan Positif negatif
Bila di tekan Warna tetap Memucat / hilang
Mikroskopik Reaksi jaringan( + ) Reaksi jaringan ( - )
Saat Intravital Post Mortal
Kontusio jaringan,
Hemostasis dan
Terjadinya kerusakan kapiler
gravitasi
bawah kulit

2) Luka lecet (abrasi)


Luka lecet adalah luka pada kulit yang superfisial dimana epidermis
bersentuhan dengan benda yang kasar permukaannya, yang ciri cirinya adalah :
Bentuk dan batas luka tidak teratur
Tepi luka tidak rata
Kadang kadang di temukan sedikit perdarahan
Warna coklat kemerahan
10

Pada pemeriksan mikroskopik terlihat adanya beberapa bagian yang masih


ditutupi epitel dan reaksi jaringan (inflamasi)
Bentuk luka lecet kadangkadang dapat memberi petunjuk tentang benda

penyebabnya; seperti misalnnya kuku, ban mobil, tali atau ikat pinggang. Luka
lecet juga dapat terjadi sesudah orang meninggal dunia, dengan tanda tanda
sebagai berikut :

Warna kuning mengkilat


Lokasi biasnya didaerah penonjolan tulang
Pemeriksaan mikroskopik tidak di temukan adanya sisa- sia epitel dan tidak di
temukan reaksi jaringan.
3) Luka robek (vulnus laceratum)
Luka terbuka / robek adalah luka yang disebabkan karena persentuhan dengan

benda tumpul dengan kekuatan yang mampu merobek seluruh lapisan kulit dan
jaringan di bawahnya, yang ciricirinya sebagai berikut :
Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata
Bila ditautkan tidak dapat rapat ( karena sebagaian jaringan hancur )
11

Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan antara kedua tepi luka
Di sekitar garis batas luka dapat ditemukan memar dan luka lecet
Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang
(misalnya daerah kepala, muaka atau ekstremitas).
Sering kotor (sesuai dengan benda penyebab)
Luka robek bisa sangat hebat sehingga terjadi perdarahan yang fatal. Luka di
daerah jaringan berlemak dapat menyebabkan emboli lemak pulmonal maupun
sistemik, perdarahan organ dalam bisa terjadi segera, tetapi dapat juga tertunda
beberapa hari kemudian (pada luka robek yang tidak komplit) yang akan
memperlemah daya tahan jaringan tersebut sehingga suatu saat dapat
menimbulkan perdarahan yang fatal.
4) Patah tulang
Pada trauma tumpul yang kuat dapat terjadi patah tulang. Pada anak-anak dan
orang muda tulang masih lentur dan dapat menyerap tekanan yang kuat. Tekanan
berat pada dada anak - anak dapat menyebabkan hancurnya organ dalam tanpa
patah tulang iga. Pecahnya tulang dapat menunjukkan arah trauma. Patah tulang
dapat menimbulkan perdarahan luar dan perdarahan dalam.

Yang paling bahaya adalah trauma tumpul pada tulang kepala, karena dapat
terjadi perdarahan epidural, subdural, subarachnoid, dan intraserebral.
Akibat yang ditimbulkan oleh patah tulang :
1. Menimbulkan rasa nyeri dan gangguan fungsi
12

2. Emboli pulmonal atau emboli otak oleh karena sel-sel lemak memasuki
sirkulasi darah, biasanya terjadi pada fraktur tulang-tulang panjang
3. Perdarahan ekstradural terjadi karena robeknya arteri meningea media yang
berada pada bagian dalam tempurung kepala
III. Luka Tembak
Ciri-ciri utama dari luka tembak adalah :
1. Luka tembak masuk
Jika hanya terdapat satu luka tembak yaitu luka tembak masuk, hal itu
menunjukkan bahwa peluru masih terdapat di dalam tubuh. Pada kasus

demikian maka peluru harus diambil oleh ahli bedah dan pelurunya diserahkan
ke laboratorium forensik. Lokasi peluru dengan tepat dapat diketahui dengan
pemeriksaan sinar X
Luka tembak masuk biasanya lebih kecil dibanding pelurunya. Hal ini
disebabkan sifat elastis kulit
Bentuk luka adalah bulat jika peluru menembus kulit pada posisi tegak lurus.
Jika peluru menembus kulit dengan membentuk sudut maka bentuk luka
menjadi lonjong.
Pinggiran luka melekuk ke arah dalam dan terdapat memar.
Jika tembakan dilakukan dari jarak dekat, luka tembak masuk cukup besar dan
pinggiran luka melekuk ke arah luar.
13

Pada luka mungkin terdapat sisa-sisa pakaian yang dikenakan korban, atau sisa
bubuk mesiu yang tidak terbakar
Kulit disekitarnya ada yang hangus dan seperti kulit di tato.
2. Luka tembak keluar
Ukuran lukanya lebih besar daripada luka tembak masuk
Pinggiran luka tercabik-cabik atau robek dan melekuk kearah luar.
Tidak terdapat bagian kult hangus atau seperti tatto pada kulit disekitarnya.

Tidak adanya luka tembak keluar dapat dijelaskan berdasarkan keterangan


dibawah ini:
Peluru mungkin keluar melalui luka tembak masuk karena berbenturan dengan
tulang yang keras.
Peluru mungkin dibatukkan keluar
Peluru hilang melalui feses
Peluru tertahan di dalam jaringan tubuh

LUKA TERMIS / SUHU1,4,5,6,7


I. Benda bersuhu tinggi
14

Kekerasan oleh benda bersuhu tinggi akan dapat menimbulkan luka bakar
yang cirinya amat tergantung dari jenis bendanya, ketinggian suhunya serta
lamanya kontak dengan kulit. Api, benda padat panas atau membara dapat
mengakibatkan luka bakar derajat I, II, III, atau IV. Zat cair panas dapat
mengakibatkan luka bakar tingkat I, II, atau III. Gas panas dapat mengakibatkan
luka bakar tingkat I, II, III, atau IV.
II. Benda bersuhu rendah
Kekerasan oleh hawa bersuhu dingin biasanya dialami oleh bagian tubuh
yang terbuka; seperti misalnya tangan, kaki, telinga atau hidung. Mula-mula pada
daerah tersebut akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah superfisial sehingga
terlihat pucat. Selanjutnya akan terjadi paralise dari vasomotor kontrol yang
mengakibatkan daerah tersebut menjadi kemerahan. Pada keadaan yang berat
dapat terjadi gangren.
III. Sengatan Listrik
15

Sengatan oleh benda bermuatan listrik dapat menimbulkan luka bakar sebagai
akibat berubahnya energi listrik menjadi panas. Besarnya pengaruh listrik pada
jaringan tubuh tersebut tergantung dari besarnya tegangan (voltase), kuatnya arus
(amper), besarnya tahanan (keadaan kulit kering atau basah), lamanya kontak
serta luasnya daerah terkena kontak.
Bentuk luka pada daerah kontak (tempat masuknya arus) berupa kerusakan
lapisan kulit dengan tepi agak menonjol dan di sekitarnya terdapat daerah pucat,
dikelilingi daerah hyperemis. Sering ditemukan adanya metalisasi. Pada tempat
keluarnya arus dari tubuh juga sering ditemukan luka. Bahkan kadang-kadang
bagian dari baju atau sepatu yang dilalui oleh arus listrik ketika meninggalkan
tubuh juga ikut terbakar.
Tegangan arus kurang dari 65 volt biasanya tidak membahayakan, tetapi
tegangan antara 65-1000 volt dapat mematikan. Sedangkan kuat arus (amper)

yang dapat mematikan adalah 100 mA. Kematian tersebut terjadi akibat fibrilasi
ventrikel, kelumpuhan otot pernafasan atau pusat pernafasan.
Sedangkan faktor yang sering mempengaruhi kefatalan adalah kesadaran
seseorang akan adanya arus listrik pada benda yang dipegangnya. Bagi orang-
orang tidak menyadari adanya arus listrik pada benda yang dipegangya biasanya
pengaruhnya lebih berat dibanding orang-orang yang pekerjaannya setiap hari
berhubungan dengan listrik.
IV. Petir
Petir terjadi karena adanya loncatan arus listrik di awan yang tegangannya
dapat mencapai 10 mega volt dengan kuat arus sekitar 100.000 A ke tanah. Luka-
luka karena sambaran petir pada hakekatnya merupakan luka-luka gabungan
16

akibat listrik, panas dan ledakan udara. Luka akibat panas berupa luka bakar dan
luka akibat ledakan udara berupa luka-luka yang mirip dengan luka akibat
persentuhan dengan benda tumpul.
Dapat terjadi kematian akibat efek arus listrik yang melumpuhkan susunan
saraf pusat, menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kematian juga dapat terjadi karena
efek ledakan ataun efek dari gas panas yang ditimbulkannya.
Pada korban mati sering ditemukan adanya arborescent mark (percabangan
pembuluh darah terlihat seperti percabangan pohon), metalisasi benda-benda dari
logam yang dipakai. Pakaian korban terbakar atau robek-robek.

V. Tekanan / Barotrauma
Trauma akibat perubahan tekanan pada medium yang ada di sekitar tubuh
manusia dapat menimbulkan kelainan atau gangguan yang sering disebut
disbarisme yang terdiri atas 2 macam yaitu:
1. Hiperbarik
Sindrom ini disebabkan oleh karena tekanan tinggi, antara lain:
Turun dari ketinggian secara mendadak: saat pesawat mendarat atau turun
gunung
17

Berada didalam kedalaman air: pada penyelam bebas, scuba diving (menyelam
dengan tangki oksigen), snorkeling (menyelam dengan tube di mulut) penyelam
dengan pakaian khusus.
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh perubahan tekanan tersebut dapat berupa:
Barotrauma pulmoner: pneumotoraks, emboli udara atau emfisema interstisial.
Barotalgia: rasa nyeri, membrana timpani pecah, perdarahan, vertigo atau
dizzines.
Barodontalgia: pengumpulan gas yang menyebabkan rasa nyeri atau bahkan
meletus.
Narkosis Nitrogen: amnesia atau disorientasi
2. Hipobarik
Sindroma ini disebabkan oleh perubahan tekanan rendah, antara lain:
Naik ke tempat tinggi secara mendadak: saat pesawat mengudara atau saat
pesawat meluncur keluar angkasa.
Berada di dalam ruang bertekanan rendah: misalnya di dalam decompression
chamber.
Gejala yang ditimbulkannya disebabkan oleh pembentukan dan pengumpulan
gelembung-gelembung udara di dalam jaringan lunak, rongga-rongga atau organ-
organ berongga.
Gejala tersebut antara lain:
Sendi-sendi terasa kaku disertai nyeri hebat
Rongga dada dirasakan tercekik, sesak napas dan batuk yang hebat
Gejala pada susunan syaraf tergantung letak emboli dan letak emfisema
subkutan
Rongga perut terasa kembung
Gigi-geligi terasa rasa nyeri (barodontalgia)

LUKA KIMIAWI1,4,5,6,7
Zat-zat kimia korosif dapat menimbulkan luka-luka apabila mengenai tubuh
manusia. Ciri-ciri lukanya amat tergantung dari golongan zat kimia tersebut,
yaitu:
18

a. Golongan asam
Termasuk zat kimia korosif golongan asam antara lain:
Asam mineral, yaitu: H2SO4, HCL, NO3
Asam organik, yaitu: asam oksalat, asam formiat dan asam asetat
Garam mineral, yaitu: AgNO3, dan Zinc Chlorida
Halogen, yaitu: F, Cl, Ba dan J
Cara kerja zat kimia korosif dari golongan ini sehingga mengakibatkan luka
ialah:
Mengekstraksi air dari jaringan
Mengkoagulasi protein menjadsi albuminat
Mengubah hemoglobin menjadi acid hematin
Ciri-ciri dari luka yang terjadi akibat zat-zat asam korosif tersebut di atas
ialah:
Terlihat kering
Berwarna coklat kehitaman, kecuali yang disebabkan oleh nitric acid
erwarna kuning kehijauan
Perabaan keras dan kasar

b. Golongan basa
Zat-zat kimia korosif yang termasuk golongan basa antara lain:
KOH
NaOH
NH4OH
Cara kerja dari zat-zat tersebut sehingga menimbulkan luka ialah:
Mengadakan ikatan dengan protoplasma sehingga membentuk alkaline
albumin dan sabun
Mengubah hemoglobin menjadi alkaline hematin
Ciri-ciri luka yang terjadi sebagai akibat persentuhan dengan zat-zat ini adalah:
Terlihat basah dan edematus
Berwarna merah kecoklatan
19

Perabaan lunak dan licin

2.3. Waktu Terjadinya


Waktu terjadinya kekerasan merupakan hal yang sangat penting bagi
keperluan penuntutan oleh penuntut umum, pembelaan oleh penasehat hukum
terdakwa serta untuk penentuan keputusan oleh hakim. Dalam banyak kasus,
informasi tentang waktu terjadinya kekerasan itu akan dapat digunakan sebagai
bahan analisa guna mengungkapkan banyak hal, terutama yang berkaitan dengan
alibi seseorang. Masalahnya ialah, tidak seharusnya seseorang dituduh atau
dihukum jika pada saat terjadinya tindak pidana ia berada di tempat yang jauh dari
tempat kejadian perkara.1,4
Dengan melakukan pemeriksaan yang teliti , akan dapat ditentukan: 1,4,5,6,7
I. Luka antemortem dan post mortem
Jika pada tubuh jenazah ditemukan luka maka pertanyaanya ialah luka itu
terjadi sebelum atau sesudah mati. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu
dicari ada tidaknya tanda tanda intravital. Jika di temukan berarti luka terjadi
sebelum mati dan demikian pula sebaliknya.
Tanda intravital itu sendiri pada hakekatnya merupakan tanda yang
menunjukan bahwa.
a. Jaringan setempat masih hidup ketika terjadi trauma
Tanda tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam keadaan
hidup ketika terjadi trauma antara lain :
1) Retraksi jaringan
Terjadi karena serabutserabut elastic dibawah kulit terpotong dan
kemudian mengkerut sambil menarik kulit di atasnya. Jika arah luka memotong
serabut secara tegak lurus maka bentuk luka akan menganga, tetapi jika arah luka
sejajar dengan serabut elastic maka bentuk luka tak begitu menganga.
2) Reaksi vaskuler
Bentuk reaksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu :
Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa : Eritema ( kulit
berwarna kemerahan ), vesikel atau bulla.
20

Pada trauma neda keras dan tumpul, bentuk intravitas berupa kontusi atau
memar
3) Reaksi mikroorganisme ( infeksi )
Jika tubuh dari orang yang masih hidup mendapat trauma dan
meninggalkan luka terbuka maka kuman kuman kan masuk serta menimbulkan
infeksi yang ciri cirinya sebagai berikut :
Warna kemerahan
Terlihat bengkak
Terdapat pus
Bila sudah lama terlihat danya jaringan granulasi
3) Reaksi biokimiawi
Jika jaringan yang masih hidup mendapat trauma maka pada daerah
tersebut akan terjadi aktivitas biokimiawi berupa :
Bila sudah lama terlihat danya jaringan granulasi
kenaikan kadar serotonin (kadar maksimal terjadi 10 menit sesudah trauma)
Kenaikan kadar histamine ( kadar maksimal terjadi jadi 20-30 menit sesudah
trauma).
Kenaikan kadar enzyme (ATP, aminopeptidase, acid-phosphatase dan alkali-
phosphatase) yang terjadi beberapa jam sesudah trauma sebagai akibat dari
mekanisme pertahanan jaringan.
b. Organ dalam masih berfungsi saat terjadi trauma
Jika organ dalam ( jantung atau paru paru )masih dalam keadaan berfungsi
ketika terjadi trauma maka tanda tandanya antara lain :
1) Perdarahan hebat ( profuse bleeding ) :
Trauma yang terjadi pada orang hidup akan menimbulkan perdarahan yang
banyak sebab jantung masih bekerja sehingga terus menerus memomp darah
keluar lewat luka. Berbeda sekali dengan trauma yang terjadi sesudah mati sebab
keluarnya darah di sini secara pasif karena pengaruh gravitasi sehingga jumlahnya
tidak banyak.
Perdarahan pada luka intravital di bagi menjadi 2 yaitu perdarahan internal
dan eksternal. Perdarahan internal mudah dibuktikan karena darah tertampung di
21

rongga badan ( rongga perut, rongga dada, rongga panggul, rongga kepala dan
kantong pericardium ) sehingga dapat di ukur pada waktu otopsi.
Sedangkan perdarahan eksternal (darah tumpah di tempat kejadian) hanya
dapat disimpulkan jika pada waktu otopsi di temukan tanda- tanda anemis (muka
dan organ-organ dalam pucat) disertai tandatanda limpa melisut, jantung dan nadi
utama tidak berisi darah.
2) Emboli udara
Terdiri atas emboli udara venosa ( pulmoner ) dan emboli udara arterial
( sistematik ). Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena yang terpotong
tidak mengalami kolap karena terfixir dengan baik, seperti vena jugularis eksterna
atau subclavia. Udara akan masuk ketika tekanan di jantung kanan negative.
Gelembung udara yang terkumpul di jantung kanan dapat terus menuju ke daerah
paru paru sehingga dapat mengganggu fungsinya.
Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli udara venosa
pada penderita foramen ovale persisten atau sebagai akibat dari tindakan
pneumotoraks artificial atau karena luka luka yang menembus paru paru.
Kematian dapat terjadi akibat gelembung udara masuk pembuluh darah koroner
atau otak.
3) Emboli lemak
Emboli lemak terjadi pada trauma tumpul yang mengenai jaringan
berlemaka atau trauma yang mengakibatkan patah tulang panajang. Akibatnya,
jaringan lemak akan mengalami pencairan dan kemudian masuk kedalam
pembuluh darah vena yang pecah menuju atrium kanan, ventrikel kanan dan dapat
terus menuju daerah paru paru.
4) Pneumotorak
Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru paru menderita luka,
sementara paru paru itu sendiri tetap berfungsi maka luka tersebut dapat
berfungsi sebagai ventil. Akibatnya, udara luar atau udara paru- paru akan masuk
ke rongga pleura setiap inspirasi.
22

Semakin lama udara yang masuk ke rongga pleura semakin banyak yang
pada akhirnya akan menghalangi pengembangan paru paru sehingga pada
akhirnya paru paru menjadi kolap.
5) Emfisema kulit ( krepitasi kulit ).
Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan menusuk apru
paru maka pada setiap ekspirasi udara paru paru dapat masuk kejaringan ikat di
bawah. Pada palpasi akan terasa ada krepitasi di sekitar daerah trauma. Keadaan
seperti ini tidak mungkin terjadi jika trauma terjadi sesudah orang meninggal
dunia. Jika trauma terjadi sesudah orang meninggal dunia maka kelainan
kelainan tersebut di atas tidak mungkin terjadi mengingat pada saat itu jantung
dan paru parunya sudah berhenti bekerja

II. Umur luka1,4,5,6,7


Untuk mengetahui kapan terjadi kekerasan, perlu diketahui umur luka.
Hanya saja, tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk menilai dengan
tepat kapan suatu kekerasan ( baik pada korban hidup ataupun mati ) dilakukan
mengingat adanya factor individual, penyulit ( misalnya infeksi, kelainan darah
atau penyakit defisiensi ) serta factor kualitas dari kekerasan itu sendiri.
Kendati demikian ada beberapa cara dapat di gunakan untuk
memperkirakannya, yaitu dengan melakukan :
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan berapa
umur luka tersebut. Pada korban hidup, perkiraan di hitung dari saat trauma
sampai saat di periksa pada korban mati, mulai dari saat trauma sampai saat
kematiaanya.
b. Pemeriksaan mikroskopik ( histology ).
Mengingat hasil makroskopik sangat variatif dan jauh dari ketepatan maka
perlu di lakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati. Selain berguna bagi
intravitalis luka, pemeriksaan mikroskopik juga untuk menentukan umur luka
23

secara lebih teliti. Caranya ialah dengan mengamati perubahan perubahan


histologiknya
Perubahan peruabahan histologik dari luka ini sangat di pengaruhi ada
tidaknya infeksi. Perlu di ketahui bahwa infeksi akan memperlambat proses
penyembuhan luka. Peningkatan akitfitas adenosine triphosphatase dan
aminopeptidase dapat di lihat lebih dini, yaitu setengah jam setelah trauma.
Peningkatan aktifitas aminopeptidase dapat di lihat sesudah 2 jam, sedangkan
peningkatan acid phosphatase dan alkali phosphatase sesudah 4 jam.

2.4. Cara Melakukan


Untuk senjata tajam, cara senjata itu di gunakan dapat di bedakan, yaitu:1,4
1. Diiriskan
Di iriskan mengandung pengertian bahwa mata tajam dari sejata tersebut di
tekankan lebih dahulu ke suatu bagian dari tubuh dakn kenudian di geser kearah
yang sesuai dari senjata. Luka yang di timbulkannya merupakan luka iris (incised
wound) yang ciri cirinya :
Sesuai ciri ciri umum luka akibat senjata tajam
Panjang luka lebih besar dari dalamnya luka.
2. Ditusukan
Artinya bagian dari senjata tajam di tembakkan pada suatu bagian dari tubuh
dengan arah tegak lurus atau miring kemudian ditekan kedalam tubuh sesuai arah
tadi. Luka luka yang ditimbulkannya merupakan luka tusuk (stab wound) yang
ciri cirinya :
Sesuai ciri ciri umum luka akibat senjata tajam
Dalam luka lebih besar dari panjangnya luka.
3. Dibacokan
Mengandung pengertian bahwa senjata tajam yang ukurannya relatif besar
dan diayunkan dengan tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari senjata tersebut
24

mengenai sautu bagian dari tubuh. Tulang tulang di bawahnya biasnya berfungsi
sebagai bantalan sehingga ikut menderita luka. Luka yang di timbulkannya
merupakan luka bacok (chop wound) yang ciri cirinya :
Sesuai ciri ciri umum luka akibat senjata tajam
Ukuran luka besar dan menganga
Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka
Biasanya tulang tulang dibawahnya ikut menderita luka
Jika senjata yang di gunakan tidak begitu tajam maka disekitar garis batas luka
terdapat memar.

4. Di tembakan
Untuk senjata api, cara senjata itu ditembakan juga dapat ditentukan, yaitu :
a. Secara tegak lurus atau miring
b. Dengan jarak tembak tempel, dekat, sedang atau jauh
Jika di tembakan tegak lurus kearah permukaan tubuh maka ciri cirinya :
1) Letak lubang luka terhadap cincin lecet konsentris luka di tembakan secara
miring kearah permukaan tubuh maka ciri- cirinya :
Letak lubang luka terhadap cincin lecet episentris
2) Jika di tembakan dengan jarak kontak maka luka yang terjadi mempunyai ciri
ciri :
Bentuknya seperti bintang (cruriform )
Terlihat memar berbetuk sirkuler akibat hentakan balik dari moncong senjata.
3) Jika di tembakan dengan jarak dekat ( 1 inci 2 kaki ) maka ciri ciri dari luka
yang terjadi adalah :
Berupa lubang berbentuk bulat yang di kelilingi cincin lecet
Terdapat produk dari mesiu ( tattoo, sisa sisa mesiu atau jelaga )
4) Jika di tembakan dengan jarak jauh ( lebih 2 kaki ) maka luka yang terjadi
mempunyai ciri ciri :
Berupa lubang berbentuk bulat yang di kelilingi cincin lecet
Tidak di temukan produk mensiu
25

2.5. Akibat Trauma


1. Aspek medik1,4
Konsekuensi dari luka yang di timbulkan oleh trauma dapat berupa :
a. Kelainan fisik/organic
Bentuk dari kelainan fisik atau organic ini dapat berupa :
- Hilangnya jaringan atau bagian dari tubuh
- Hilangnya sebagaian atau seluruh organ tertentu
b. Gangguan fungsi dari organ tubuh tertentu
Bentuk dari gangguan fungsi tergantung dari organ atau bagaian tubuh yang
terkena trauma. Contoh dari gangguan fungsi antara lain lumpuh, buta, tuli atau
terganggunya fungsi organ organ dalam.
c. Infeksi
Seperti di ketahui bahwa kulit atau membrane mukosa merupakan barier
terhadap infeksi. Bila kulit atau membrane tersebut rusak maka kuman akan
masuk lewat pintu ini. Bahkan kuman dapat masuk lewat daerah memar atau
bahkan irritasi akibat benda yang terkontaminasi oleh koman. Jenis kuman dapat
berupa streptococcus, staphylococcus, echeria coli, proteus vulgaris, clostridium
tetani serta kuman yang menyebabkan gas gangrene.
d. Penyakit
Trauma sering di anggap sebagai precipitating factor terjadinya penyakit
jantung walaupun hubungan kausalnya sulit diterangkan dan masih dalam
kontroversi.
e. Kelainan psikis
Trauma, meskipun tidak menimbulkan kerusakan otak, kemungkinan dapat
menjadi precipitating factor bagi terjadinya kelainan mental yang spketrumnnya
amat luas; yaitu dapat berupa compensational neurosis, anxiety neurosis, dementia
praecox primer ( schizophrenia ), manic depressive atau psikosis. Kepribadian
serta potensi individu untuk terjadinya reaksi mental yang abnormal merupakan
factor utama timbulnya gangguan mental tersebut; meliputi jenis, derajat serta
lamanya gangguan. Oleh sebab itu pada setiap gangguan mental post-trauma perlu
dikaji elemen-elemen dasarnya yang terdiri atas latar belakang mental dan emosi
26

serta nilai relative bagi yang bersangkutan atas jaringan atau organ yang terkena
trauma.
Secara umum dapat diterima bahwa hubungan antara kerusakan jaringan
tubuh atau organ dengan psikosis post trauma di dasarkan atas :
- Keadaan mental benar benar sehat sebelum trauma
- Trauma telah merusak susunan syaraf pusat
- Trauma, tanpa mempersoalkan lokasinya, mengancam kehidupan seseorang.
- Trauma menimbulkan kerusakan pada bagian yang struktur dan fungsinya
dapat mempengaruhi emosi organ genital, payudara, mata, tangan atau wajah.
- Korban cemas akan lamanya waktu penderitaan
- Psikosis terjadi dalam tenggang waktu yang masuk akal
- Korban dihantui oleh kejadian (kejahatan atau kecelakaan) yang menimpanya.
2. Aspek yuridis1,4
Jika dari sudut medic, luka merupakan kerusakan jaringan (baik disertai
atau tidak disertai diskontuinitas permukaan kulit) akibat trauma maka dari sudut
hukum, luka merupakan kelainan yang dapat disebabkan oleh suatu tindak pidana,
baik yang bersifat intensional (sengaja), reckless (ceroboh) atau negligence
(kurang hati hati). Untuk menentukan berat ringannya hukuman perlu ditentukan
lebih dahulu berat ringannya luka. Kebijakan hukum pidana didalam penentuan
berat ringannya luka tersebut didasarkan atas pengaruhnya terhadap :
- Kesehatan jasmani
- Kesehatan rohani
- Kelangsungan hidup janin di dalam kandungan
- Estetika jasmani
- Pekerjaan jabatan atau pekerjaan mata pencarian
- Fungsi alat indera
a. Luka ringan
Luka ringan adalah luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencariannya. Luka ringan
diuraikan didalam pasal 352 KUHP, yang terdiri atas:
27

1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiyayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian, diancam sebagai penganiyayaan ringan, dengan pidana
penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan
kejahatan itu terhadap orang yang bekerja kepadanya, atau menjadi
bawahannya.
2) Percoban untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
b. Luka sedang
Luka sedang adalah luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan
dalam menjalankan pekerjaan jabtan atau mata pencariaanya untuk sementara
waktu.
Menurut pasal 351 KUHP: Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling
lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah.
c. Luka berat
Luka berat adalah luka yang sebagaiman diuraikan didalam pasal 90
KUHP, yang terdiri atas :
1) Luka atau penyakit yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna
lebih ditujukan pada fungsinya. Contohnya trauma pada satu mata yang
menyebabkan kornea robek. Sesudah di jahit sembuh, tetapi mata tersebut tidak
dapat melihat.
2) Luka yang dapat mendatangkan bahaya maut. Dapat mendatangkan bahaya
maut pengertiannya memeiliki potensial untuk menimbulkan kematian, tetapi
sesudah diobati dapat sembuh.
3) Luka yang menimbulkan rintangan tetap dalam menjalankan pekerjaan jabatan
atau mata pencariaanya. Luka yng dari sudut medic tidak membahayakan jiwa,
dari sudut hukum dapat dikatagorikan sebagai luka berat. Contonya trauma
pada tangan kiri pemain biola atau pada wajah seorang peragawati dapat
dikatagorikan luka berat jika akibatnya mereka tidak dapat lagi menjalankan
pekerjaanya tersebut selamnya.
28

4) Kehilangan salah satu dari panca indera. Jika trauma menimbulkan kebutaan
satu mata atau kehilngan pendengran satu telinga, tdiak dapat digolongkan
kehilangan ondera. Meskipun demikian tetap digolongkan sebagai luka berat
berdasarkan butir (a) di atas.
5) Cacat besar atau kudung
6) Lumpuh
7) Gangguan daya pikir lebih dari 4 minggu lamanya. Gangguan daya pikir tidak
harus berupa kehilangan kesadaran tetapi dapat juga berupa amnesia,
disorientasi, anxietas, depresi atau gangguan jiwa lainnya.
8) Keguguran atau kematian janin seorang perempuan. Keguguran ialah
keluarnya janin sebelum masa waktunya, yaitu tidak di dahului oleh proses
yang sebagaimana umumnya terjadi seorang wanita ketika melahirkan.
Sedang kematian janin mengandung pengertian bahwa janin tidak lagi
menunjukan tandatanda hidup. Tidak dipersoalkan bayi keluar atau tidak dari
perut ibunya.

2.6 Konteks Peristiwa Penyebab Trauma


Latar belakang penyebab luka dapat disebabkan oleh peristiwa
pembunuhan, bunuh diri atau kecelakaan1,4
1. Pembunuhan
Ciri ciri lukannya adalah :
- Lokasi luka di sembarang tempat, yaitu daerah yang mematikan maupun yang
tidak mematikan
- Luka tersebut di daerah yang dapat di jangkau maupun yang tidak dpat di
jangkau oleh tangan korban
- Pakaian yang menutupi daerah luka ikut robek terkena senjata
- Dapat di temukan luka tangkisan (defensive wounds), yaitu pada korban yang
sadar ketika mengalami seranga. Luka tangkisan tersebut terjadi akibat reflek
menahan serangan sehingga letak luka tangkisan biasanya pada lengan bawah
bagian luar.
2. Bunuh diri
29

Ciri- ciri lukanya adalah :


- Lokasi luka pada daerah yang dapat mematikan secara cepat.
- Lokasi tersebut dapat dijangkau oleh tangan yang bersangkutan
- Pakaian yang menutupi luka tidak ikut robek oleh senjata
- Ditemukan lukaluka percobaan (tentative wounds)
Luka percobaan tersebut terjadi karena yang bersangkutan masih ragu
ragu atau karena sedang memilih letak senjata yang pas sambil mengumpulkan
keberaniaanya, sehingga ciri-ciri luka percobaan adalah :
- Jumlahnya lebih dari satu
- Lokasinya disekitar luka yang mematikan
- Kualitasnya lukanya dangkal
- Tidak mematikan
3. Kecelakaaan
Jika ciri- ciri luka yang ditemukan tidak mengambarkan pembunuhan atau
bunuh diri maka kemungkinannya adalah akibat kecelakaan. Untuk lebih
memastikannya perlu di lakukan pemeriksaan ditempat kejadian.

BAB 3
30

KESIMPULAN

Trauma pada Ilmu Kedokteran Forensik merupakan salah satu bagian


terpenting. Trauma bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Trauma
bisa terjadi akibat kekerasan mekanik, kekerasan fisik, kekerasan kimiawi. Luka
dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis benda, yaitu akibat kekerasan benda
tumpul, akibat kekerasan benda tajam, akibat tembakan senjata api, akibat benda
yang mudah pecah, akibat suhu/temperature, akibat trauma listrik, akibat petir,
dan akibat zat kimia korosif.
Selain itu, luka bisa diketahui waktu terjadinya kekerasan, apakah luka
terjadi antemortem atau postmortem. Terkadang dari luka dapat diketahui umur
luka, walaupun belum ada metode yang digunakan untuk menilai dengan tepat
kapan suatu kekerasan dilakukan mengingat adanya berbagai macam factor yang
mempengaruhinya: seperti factor infeksi, kelainan darah, atau penyakit defisiensi.
Dari deskripsi luka, dokter dapat membantu pihak hukum untuk
menentukan kualifikasi luka sesuai dengan KUHP BAB XX pasal 351 dan 352
serta BAB IX pasal 90, yang pada tindak pidana untuk menentukan hukuman
yang diberikan kepada pelaku kekerasan dengan melihat deskripsi luka yang
dibuat dokter.

DAFTAR PUSTAKA
31

1. Amir A. Sejarah Perkembangan Ilmu Kedokteran Forensik. Dalam:


Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi kedua. Bagian Ilmu
Kedokteran FK-USU. Medan : 2005.
2. Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekular Luka
Memar [online].2016. Available at:
http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomol-memar_rev.pdf.
3. Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum Et Repertum. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang: 2003
4. Dahlan, Sofwan. 2007. Ilmu Kedokteran Forensik. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. 67-91.
5. De Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 67-8.
6. Kumar, Vinay, Ramzi S. Cotran dan Stanley L. Robbins. 2007. Buku Ajar
Patologi. Jakarta: EGC. 35-84.
7. Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Volume 1. Jakarta: EGC. 56-75.

Anda mungkin juga menyukai