Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti


kekerasan atas jaringan tubuh yang hidup (living tissue), sedangkan logos berarti
ilmu. Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubunganya berbagai kekerasan (ruda paksa), sedangkan yang dimaksud dengan
luka adalah suatu keadaan yang tidak sinambungan jaringan tubuh akibat
kekerasan. Pengertian trauma (injury) dari aspek medikolegal sedikit berbeda
dengan pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan
adalah hilangnya kontuinitas jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma
adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan seseorang. Dalam keterkaitannya dengan kedokteran forensik,
traumatologi dapat di manfaatkan untuk membantu: 1,2
1. Jenis penyebab.
2. Waktu terjadi.
3. Cara melakukan.
4. Akibat trauma.
5. Kontek pristiwa penyebab (kecelakaan, perlakuan sendiri atau
perlakuan orang lain).

Sehingga Traumatologi, selain untuk kepentingan pengobatan (dalam hal


ini merupakan cabang dari ilmu kedokteran bedah) juga untuk kepentingan
Forensik, sebab dapat diaplikasikan guna membantu penegak hukum dalam
rangka membuat terang tindak pidana kekerasan yang menimpa tubuh seseorang.1

Berbeda dengan pelayanan luka untuk penyembuhan, untuk VeR dokter


melayaninya untuk kepentingan medikolegal. Dokter memeriksa dan merekam
dengan teliti semua penemuan yang didapatinya dan memberikan pendapat
tentang hubungan sebab akibat, karena pemeriksaan yang menyeluruh akan
menentukan proses hukum di pengadilan nanti.3

TRAUMATOLOGI Page 1
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Traumatologi
2.1.1 Defenisi
Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang
trauma atau perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan
(rudapaksa), yang kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya
diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang menimbulkan jejas. Kekerasan yang
mengenai tubuh seseorang dapat menimbulkan efek pada fisik ataupun
psikisnya.1,4
Pengertian trauma (injury) dari aspek medikolegal sering berbeda dengan
pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah
hilangnya diskontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma
adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan seseorang. Artinya orang yang sehat, tiba-tiba terganggu kesehatannya
akibat efek dari alat atau benda yang dapat menimbulkan kecederaan. Aplikasinya
dalam pelayanan Kedokteran Forensik adalah untuk membuat terang suatu tindak
kekerasan yang terjadi pada seseoang.4
Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat
kekerasan. Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang menderita
luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat
memberikan kejelasan dari permasalahan jenis luka yang terjadi, jenis kekerasan
yang menyebabkan luka, dan kualifikasi luka.1,5

2.2.2. Klasifikasi trauma


Ditinjau dari berbagai sudut dan kepentingan, luka dapat diklasifikasikan
berdasarkan :4
a. Berdasarkan Etiologi
I Trauma Mekanik.
1. Kekerasan Tumpul.
a) Luka memar (bruise, contusion).
b) Luka lecet (abration).
c) Luka robek (laceration).

TRAUMATOLOGI Page 2
d) Patah tulang pergeseran sendi (fraktur, dislocation).
2. Kekerasan tajam.
a. Luka sayat (incised wound).
b. Luka tusuk, tikam (punctured wound).
c. Luka bacok (chopped wound).
3. Luka tembak (fire arm wound).
II Luka thermis (suhu).
1. Temperatur panas.
a) Terpapar suhu panas (heat stroke, heat exhaustion, heat cramp).
b) Benda panas (luka bakar dan scald).
2. Temperatur dingin.
a) Terpapar dingin (hipothermia).
b) Efek local (frost bite).
III Luka kimiawi.
1. Zat korosif.
2. Zat iritatif.
IV Luka listrik, radiasi, ledakan, dan petir.
B. Derajat Kualifikasi Luka
1. Luka ringan.
2. Luka sedang.
3. Luka berat.
C. Medikolegal
1. Perbuatan sendiri (suicide) terkadang dijumpai luka percobaan
(tentative wound).
2. Perbuatan orang lain (homicide) terkadang dijumpai luka
tangkis (denfence wound).
3. Kecelakaan (accidental).
4. Luka tangkis
D. Waktu Kematian
1. Ante mortem.
2. Post mortem. (2)

1. Trauma mekanik

TRAUMATOLOGI Page 3
Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam berbagai
bentuk, alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat yang dibuat manusia seperti
kampak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Bila ditelusuri, benda-benda ini telah
ada sejak zaman pra sejarah dalam usaha manusia mempertahankan hidup sampai
dengan pembuatan senjata-senjata masa kini seperti senjata api, bom dan senjata
penghancur lainnya. Akibat pada tubuh dapat dibedakan dari penyebabnya.4
Benda tumpul yang sering mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi,
sepatu, tinju, lantai, jalan dan lain-lain. Adapun definisi dari benda tumpul itu
sendiri adalah :4

I. Tidak bermata tajam


II. Konsistensi keras / kenyal

III. Permukaan halus / kasar

Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab yaitu alat atau senjata yang
mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang
bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal
kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang sulit dipastikan.4
Luka karena kererasan tumpul dapat berebentuk salah satu atau kombinasi
dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.4

A. Kekerasan Tumpul

Benda tumpul bila mengenai tubuh dapat menyebabkan luka yaitu luka
lecet, memar, dan luka robek atau luka terbuka. Bila kekerasan benda tumpul
tersebut sedemikian hebatnya dapat pula menyebabkan patah tulang.2,6

Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat


dikenali, yang mengarah kepada kepentingan medikolegal. Pola trauma banyak
macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa medikolegal. Kadangkala sukar
dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa, namun karena pemeriksa
cenderung memeriksa area per area, dan gagal mengenali polanya. Foto korban
dari depan maupun belakang cukup berguna untuk menetukan pola trauma.

TRAUMATOLOGI Page 4
Gambar 1. Luka Tumpul.7

a. Luka memar

Luka memar adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah


dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup (intravital), dikarenakan
pecahnya pembuluh darah (kapiler) akibat kekerasan benda tumpul. Bila
kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah
dimana jaringan longgar, seperti didaerah mata, leher, atau pada orang yang lanjut
usia, maka luka memar yang tampak seringkali tidak sebanding dengan kekerasan,
dalam arti seringkali lebih luas, dan adanya jaringan longgar tersebut
memungkinkan berpindahnya “memar” ke daerah yang berdasarkan gravitasi.1,2,3
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi
mengenai bentuk dari benda tumpul ialah apa yang dikenal dengan istilah
“perdarahan tepi” (marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas
ban kendaraan, dimana perdarahan akan menepi sehingga terbentuk perdarah tepi
yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang
berdekatan. Hal yang sama misalnya bila seseorang dipukul dengan rotan atau
benda yang sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang dan sejajar yang
membatasi darah yang tidak menunjukkan kelainan; darah antara kedua memar
yang sejajar dapat menggambarkan ukuran lebar dari alat pemukul yang mengenai
tubuh korban.1,2
Letak, bentuk, dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti besarnya kekerasan, jenis benda penyebab (karet, kayu, besi), kondisi dan
jenis jaringan (jaringan ikat longgar, jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak

TRAUMATOLOGI Page 5
dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, penyakit (hipertensi, penyakit
kardiovaskular, diatesis hemoragik).Umur luka memar secara kasar dapat
diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada saat timbul, memar berwarna
merah, kemudian berbuah menjadi ungu atau hitam, setelah 4 sampai 5 hari akan
berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10
hari, dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari.1
Dari sudut pandang medikolegal, interpretasi luka memar dapat
merupakan hal yang penting, apalagi bila luka memar tersebut disertai luka lecet
atau laserasi. Dengan perjalanan waktu, baik pada orang hidup maupun mati, luka
memar akan memberikan gambaran yang makin jelas.1
Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian
biasanya akan menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan
sehingga dapat dibedakan dari lebam mayat dengan cara melakukan penyayatan
kulit. Pada lebam mayat (hipostasis pascamati) darah akan mengalir keluar dari
pembuluh darah yang tersayat sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan
tampak bersih, sedangkan pada hematom penampang sayatan tetap berwarna
merah kehitaman.1

b. Luka lecet

Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya
pada lapisan kulit yang paling luar/kulit ari. Luka lecet terjadi akibat cedera pada
epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau
runcing. 1,2
Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet memiliki
arti penting didalam ilmu kedokteran kehakiman, oleh karena dari luka tersebut
dapat memberikan banyak petunjuk dalam banyak hal, misalnya :2
a. Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam
tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa, yang dari
pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka lecet di daerah yang sesuai
dengan alat-alat dalam tersebut.2
b. Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul yang
menyebabkan luka, seperti :

TRAUMATOLOGI Page 6
1. Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan
tampak sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah coklat,
perabaan seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat
penjerat dan memberikan gambaran/cetakan yang sesuai dengan
bentuk permukaan dari alat penjerat, seperti alinan tambang atau
jalinan ikat pinggang karena adanya marginal haemorrhage. Luka
lecet tekan dalam kasus penjeratan sering juga dinamakan “jejas
jerat”, khususnya bila alat penjerat masih tetap berada pada leher
korban.2,7
2. Di dalam kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh
ban kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat pada tubuh
korban seringkali merupakan cetakan dari ban kendaraan tersebut,
khususnya bila ban masih dalam keadaan yang cukup baik dimana
“kembang” dari ban tersebut masih tampak jelas, misalnya berbentuk
zig-zag yang sejajar. Dengan demikian di dalam kasus tabrak lari,
informasi dari sifat-sifat luka yang terdapat pada tubuh korban
sangat bermanfaat di dalam penyelidikan.2
3. Dalam kasus penembakan, yaitu bila mocong senjata menempel
pada tubuh korban, akan memberikan gambaran kelainan yang
khas yaitu dengan adanya “jejas laras”, yang tidak lain merupakan
luka lecet tekan. Bentuk dari jejas laras tersebut dapat memberikan
informasi perkiraan dari bentuk mocong senjata yang dipakai untuk
menewaskan korban.2
4. Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation),
atau yang lebih dikenal dengan istilah pencekikan, maka kuku
kuku jari pembunuh dapat menimbulkan luka lecet yang berbentuk
garis lengkung atau bulan sabit, dimana dari arah serta lokasi luka
tersebut dapat diperkirakan apakah pencekikan tersebut dilakukan
dengan tangan kanan, tangan kiri, atau keduanya. Di dalam
penafsiran perlu hati-hati khususnya bila pada leher korban selain
didapatkan luka lecet seperti tadi dijumpai pula alat penjerat, dalam
kasus seperti ini pemeriksaan arah lengkungan serta ada-tidaknya

TRAUMATOLOGI Page 7
kuku-kuku yang panjang pada jari-jari korban dapat memberikan
kejelasan apakah kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh
diri atau kasus pembunuhan setelah dicekik kemudian digantung.2
5. Dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban
bersentuhan dengan radiator maka dapat ditemukan luka lecet tekan
yang merupakan cetakan dari bentuk radiator penabrak.2
c. Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat dimana kulit
ari yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi luka; bila pengumpulan
tersebut terdapat di sebelah kanan maka arah kekerasan yang mengenai
tubuh adalah dari arah kiri ke kanan. Di dalam kasus pembunuhan dimana
tubuh korban diseret maka akan dijumpai pengumpulan kulit ari yang
terlepas yang mendekati ke arah tangan, bila tangan korban dipegang; dan
akan mendekati ke arah kaki bila kaki korban yang dipegang sewaktu
korban diseret.2
Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan
sebagai :

a. luka lecet gores (scratch), diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari
yang menggores kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis)
di depannya yang menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat
menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.
b. luka lecet serut (graze), variasi dari luka lecet gores yang daerah
persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan
ditentukan dengan melihat tumpukan epitel.
c. luka lecet tekan (impression, impact abrasion), disebabkan oleh penjejakan
benda tumpul pada kulit. Karena kulit adalah jaringan yang lentur, maka
bentuk luka lecet tekan belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda
tumpul tersebut, tetapi masih memungkinkan identifikasi benda penyebab
yang mempunyai bentuk yang khas misalnya kisi-kisi radiator mobil, jejas
gigitan dan sebagainya.
d. luka lecet geser (friction abrasion), disebabkan oleh tekanan lineir pada kulit
disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat serta pada
korban pecut.1

TRAUMATOLOGI Page 8
c. Luka Robek

Luka robek atau luka terbuka yang disebabkan oleh kekerasan benda
tumpul dapat terjadi bila kekerasan yang terjadi sedemikian kuatnya yang
menyebabkan kulit teregang ke satu arah sehingga melampaui elastisistas kulit
atau otot, dan lebih dimungkinkan bila arah dari kekerasan tumpul tersebut
membentuk sudut dengan permukaan tubuh yang terkena benda tumpul. Pelukisan
yang cermat dari luka terbuka akibat benda tumpul dengan demikian dapat sangat
membantu penyidik khususnya sewaktu dilakukannya rekonstruksi, demikian pula
sewaktu dokter dijadikan saksi di muka hakim.1,2
Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat
dibedakan dengan luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari sifat-
sifatnya serta hubungan dengan jaringan di sekitar luka. Luka robek memiliki tepi
yang tidak teratur, atau dinding tidak rata, terdapat jembatan-jembatan jaringan
yang menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampaknya hancur atau
tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut, bentuk dasar luka tidak
beraturan, di sekitar luka robek sering tampak adanya luka lecet atau luka memar.
Oleh karena luka pada umumnya mendatangkan rasa nyeri yang hebat dan lambat
mendatangkan kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh diri dengan membuat
luka terbuka dengan benda tumpul.1,2

d. Patah tulang, Pergeseran Sendi

Patah atau retaknya tulang akibat kekerasan benda tumpul mudah


dibedakan dengan patah atau retaknya tulang akibat benda tajam atau senjata api.
Pada kasus dimana kepala seseorang dipukul dengan benda tumpul, sering
dijumpai patah tulang dimana bagian-bagian yang patah tersebut tertekan ke
dalam (fraktur kompresi). Pada kasus lalulintas dimana seringkali tubuh korban
terlempar dan jatuh dengan kepala menyentuh jalan, maka lebih sering akan
dijumpai patah tulang dengan garis patah yang linier. Dengan demikian dapat
dibedakan berdasarkan kelainan yang terjadi pada tengkorak, yaitu apakah benda
tumpul yang menghampiri kepala atau kepala yang mendekati benda tumpulnya.2

TRAUMATOLOGI Page 9
Pada kasus kecelakaan lalu lintas dimana tungkai korban terkena bumper
kendaraan, maka patah tulang yang terjadi dapat memberikan informasi arah
datangnya kendaraan yang mengenai tungkai korban. Bila ditabrak dari belakang
tulang yang patah akan terdorong ke depan dan dapat merobek otot serta kulit di
daerah tungkai bagian depan, hal yang sebaliknya bila korban ditabrak dari
depan.2
Dengan demikian berdasarkan sifat-sifat patah tulang dapat diperkirakan
dari mana kekerasan itu datang dan mengenai tubuh korban, ini perlu untuk
rekonstruksi peristiwa.2

B. Kekerasan Benda Setengah Tajam

Yang dimaksud dengan kekerasan benda setengah tajam adalah cedera akibat
kekerasan benda tumpul yang mempunyai tepi rata, misalnya tepi meja,
lempengan besi, gigi dan sebagainya. Luka yang terjadi adalah luka dengan ciri-
ciri luka akibat kekerasan tumpul namun bentuknya beraturan.1

C. Kekerasan Tajam

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini
adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang
bervariasi dari alat-alat seperti pisau, golok, dan sebagainya hingga keping kaca,
gelas, logam, sembilu, bahkan tepi kertas atau rumput.1,6

Gambaran umum luka yang diakibatkannya adalah tepi dan dinding luka yang
rata, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk
garis atau titik. Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak
menunjukkan adanya luka lecet atau luka memar, kecuali bila gagang turut
membentur kulit.1,2

a. Luka Sayat

Luka karena irisan senjata tajam yang menyebabkan luka terbuka dengan
pinggir rata, menimbulkan perdarahan banyak, jarang disertai memar di pinggir
luka, semua jaringan otot, pembuluh darah, saraf dalam luka terputus, juga
rambut. Dalam pemeriksaan luka ini dibedakan dengan luka robek, sebab pada

TRAUMATOLOGI Page 10
luka robek jaringan ini masih ada yang utuh dan disebut dengan jembatan
jaringan. Ukuran lebar luka sayat lebih dari pada ukuran dalamnya luka.4,6

Luka sayat tidak begitu berbahaya, kecuali luka sayat mengenai pembuluh
darah yang dekat ke permukaan seperti di leher, siku bagian dalam, pergelangan
tangan dan lipat paha.4

Gambar 2. Luka Tajam7

b. Luka Tusuk, Tikam

Pada luka tusuk, sudut luka dapat menunjukkan perkiraan benda


penyebabnya, apakah berupa pisau bermata satu atau bermata dua. Bila sudut luka
lancip dan yang lain tumpul, berarti penyebabnya adalah benda tajam bermata
satu. Bila kedua sudut luka lancip, luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda
tajam bermata dua. Benda tajam bermata satu dapat menimbulkan luka tusuk
dengan kedua sudut luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja yang
menyentuh kulit, sehingga sudut luka dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya.1

Lebar luka tampak lebih kecil dari lebar pisau, apabila bila luka melintang
terhadap otot. Lebar luka penting diukur dengan merapatkan kedua tepi luka,
sebab itu akan mewakili lebar alat. Bila luka masuk dan keluar melalui alur yang
sama maka lebar luka sama dengan lebar alat. Tetapi yang sering terjadi lebar luka
melebihi lebar pisau karena tarikan kesamping waktu menusukkan dan waktu
menarik pisau. Demikian juga bila pisau masuk ke jarinagn dengan posisi miring.4

Pada luka tusuk, panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda
tajam penyebabnya, demikian pula panjang saluran luka biasanya tidak
menunjukkan panjang benda tajam tersebut. Hal ini disebabkan oleh faktor
elastisitas jaringan dan gerakan korban.1

TRAUMATOLOGI Page 11
c. Luka Bacok

Senjata tajam yang berat dan diayunkan dengan tenaga akan menimbulkan
luka menganga yang lebar disebut luka bacok. Luka ini sering sampai ke tulang.
Bentuknya hampir sama dengan luka sayat tetapi dengan derajat luka yang lebih
berat dan dalam. Luka terlihat terbuka lebar atau ternganga. Perdarahan sangat
banyak dan sering mematikan.4

d. Luka Tembak

Tembakan yang mengenai tubuh akan menimbulkan luka tembak, yang


gambarannya tidak hanya terjadi sebagai akibat terjangan anak peluru pada
sasaran, tetapi juga oleh produk ikutan yang terjadi saat tembakan dilepaskan,
yaitu partikel logam akibat geseran anak peluru dengan laras, butir mesiu yang
tidak sempurna terbakar, asap serta panas akibat ledakan mesiu dan pada luka
tembak yang terjadi akibat tembak tempel, kerusakan jaringan akibat moncong
laras yang juga menekan sasaran. Tergantung pada komponen produk ikutan mana
yang masih dapat mencapai sasaran, luka tembak masuk dibedakan menjadi luka
tembak masuk jarak jauh, luka tembak masuk jarak dekat, luka tembak masuk
jarak sangat dekat dan luka tembak tempel.1,7
Anak peluru yang menembus kulit akan menyebabkan terjadinya lubang
yang dikelilingi bagian yang kehilangan kulit ari berupa kelim lecet. Selain itu zat
yang melekat pada anak peluru seperti minyak pelumas, jelaga dan elemen mesiu
(Pb, Sb, Ba) akan terusap pada tepi lubang sehingga terbentuk kelim kesat yang
terdapat di tepi lubang (pada luka tembak masuk jarak jauh). Butir-butir mesiu
yang tidak habis terbakar akan tertanam pada kulit disekitar kelim lecet,
membentuk kelim tatoo (pada luka tembak masuk jarak dekat), dan jelaga/asap
yang keluar dari ujung laras senjata akan membentuk kelim jelaga, sedangkan api
yang ikut keluar akan membentuk kelim api (berupa hiperemi atau jaringan yang
terbakar, pada luka tembak masuk jarak sangat dekat).1
Di dalam kasus penembakan, dimana tulang juga terkena, maka arah dari
mana datangnya peluru dapat diketahui dengan mudah, khususnya bila tembakan
tersebut mengenai tulang pipih, seperti pada tengkorak.2

TRAUMATOLOGI Page 12
Kelainan atau kerusakan pada tengkorak akibat peluru akan berbentuk
“corong”. Pada luka tembak masuk, kerusakan pada tabula eksterna akan lebih
kecil bila dibandingkan dengan kerusakan pada tabula interna, dengan demikian
akan membentuk corong dengan bagian yang lebih besar pada tabula interna. Bila
peluru yang mengenai kepala tadi masih cukup kuat untuk menembus keluar,
maka pada sisi lain dari tengkorak pun akan terdapat kerusakan, dimana
kerusakan pada tabula interna akan lebih kecil bila dibandingkan dengan
kerusakan pada tabula eksterna, dengan demikian corong yang terbentuk akan
mempunyai bagian yang lebih besar pada tabula eksterna.2
Pada tulang-tulang yang lain, arah datangnya peluru masih dapat diketahui
dengan melihat kearah mana dari bagian tulang yang rusak akibat peluru tersebut.
Bila tampak tulang yang patah terdorong ke kiri misalnya, maka peluru tentunya
datang dari arah sebelah kanan.2
Didalam penafsiran arah datangnya peluru yang berkaitan dengan
kerusakan pada tulang, sudah tentu diperhitungkan pula faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi jalannya anak peluru di dalam tubuh.2

D. Luka Termis

a) Temperatur Panas

Suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion primer. Dapat


pula terjadi heat exhaustion sekunder akibat kehilangan cairan tubuh yang
berlebihan (dehidrasi). Heat stroke adalah kegagalan kerja pusat pengatur suhu
akibat terlalu tingginya temperatur suhu tubuh. Sun stroke dapat terjadi akibat
panas sinar matahari yang menyebabkan hipertermia sedangkan heat cramps
terjadi akibat menghilangnya NaCl darah dengan cepat akibat suhu tinggi.1

b) Luka bakar

Terjadi akibat kontak kulit dengan benda bersuhu tinggi. Kerusakan kulit
yang terjadi bergantung pada tinggi suhu dan lama kontak. Kontak kulit dengan
uap air panas selama 2 detik mengakibatkan suhu kulit pada kedalaman 1 mm

TRAUMATOLOGI Page 13
dapat mencapai 66 derajat celcius, sedangkan pada ledakan bensin dalam waktu
singkat mencapai suhu 47 derajat celcius. Luka bakar sudah dapat terjadi pada
suhu 43-44 derajat celcius bila kontak cukup lama.1

Pelebaran kapiler bawah kulit mulai terjadi pada saat suhu mencapai 35
derajat celcius selama 120 detik, vesikel terjadi pada suhu 53-57 derajat celcius
selama kontak 30-120 detik.1

Pada korban luka bakar ditemukan jelaga dalam saluran nafas atau
pencernaan serta peningkatan kadar CO dan CO2 merupakan tanda penting dalam
menentukan korban mati terbakar, bila terperangkap dalam ruangan tertutup. Oleh
karena itu perlu diperiksa secara laboratoris.7

Luka bakar yang terjadi dapat dikategorikan kedalam 4 derajat luka bakar.

I Eritema
II Vesikel dan bula
III Nekrosis koagulatif
IV Karbonisasi

c) Temperatur Dingin

Pemaparan terhadap suhu rendah misalnya dipuncak gunung yang tinggi,


dapat menyebabkan kematian mendadak. Suhu atau temperatur lingkungan yang
sangat rendah dapat menimbulkan kelainan pada tubuh. Kelainan yang dimaksud
diantaranya adalah frosbite dan immersion foot, kelainan ini sangat jarang
dijumpai kecuali didaerah yang bersalju.1,2

Mekanisme kematian dapat diakibatkan oleh kegagalan pusat pengatur


suhu maupun akibat rendahnya disosiasi Oxy-Hb. Bayi dan orang tua secara
fisiologis kurang tanggap terhadap dingin, demikian juga pada kelelahan,
alkoholism, hipoputuitarism, myoedema dan steatorrhoea. Pada kulit dapat terjadi
luka yang terbagi menjadi beberapa derajat kelainan :1

I Hiperemia
II Edema dan vesikel

TRAUMATOLOGI Page 14
III Nekrosis
IV Pembekuan disertai kerusakan jaringan

E. Luka Kimiawi
Trauma kimia sebenarnya hanya merupakan efek korosi dari asam kuat
dan basa kuat. Asam kuat sifatnya mengkoagulasikan protein sehingga
menimbulkan luka korosi yang kering, keras seperti kertas perkamen, sedangkan
basa kuat bersifat membentuk reaksi penyabunan intra sel sehingga menimbulkan
luka yang basah, licin dan kerusakan akan terus berlanjut sampai dalam. Karena
biasanya bahan kimia asam atau basa terdapat dalam bentuk cair (larutan pekat),
maka bentuk luka biasanya sesuai dengan mengalirnya bahan cair tersebut.1

F. Luka listrik, radiasi, ledakan dan petir

1) Luka Listrik

Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya bersifat
kecelakaan, diman jenis arus listrik bolak balik (AC) lebih sering sebagai
penyebab kecelakaan, sedangkan kecelakaan karena arus listrik searah (DC), lebih
jarang dan pada umumnya terjadi di pabrik-pabrik, seperti pabrik pemurnian
logam dan penyepuhan.2

Manusia lebih sensitif, yaitu sekitar 4-6 kali terhadap arus listrik bolak-
balik bila dibandingkan dengan arus listrik searah. Bila seorang terkena arus
listrik bolak balik dengan intensitas 80 mA, ia dapat mati. Akan tetapi dengan
arus listrik searah yang intensitasnya 250 mA tidak akan berakibat kematian.2

Faktor-faktor yang berperan didalam terjadinya luka akibat arus listrik,


yaitu : intensitas, tegangan atau voltase (V), tahanan (R), arah aliran, waktu.1,2

a. Electric mark
Adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat di mana arus listrik
masuk ke dalam tubuh, dengan tegangan listriknya rendah sampai sedang.

TRAUMATOLOGI Page 15
Electric mark berbentuk bundar atau oval, dengan bagian yang datar dan
rendah ditengah, yang dikelilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian tengah
tersebut biasanya pucat dan kulit di luar electric mark akan menunjukkan
pelebaran pembuluh darah/hiperemis.
b. Joule burn
Joule burn atau endogenous burn dapat terjadi bilamana kontak antara
tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan
demikian bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat
menjadi hitam hangus terbakar.
c. Luka akibat arus listrik yang disebut exogenous burn, dapat terjadi bila
tubuh manusia terkena benda yang berarus listrik dengan tekanan tinggi,
yang memang sudah mengandung panas. Tubuh korban akan hangus
terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai
dengan patahnya tulang-tulang.2

2) Luka yang diakibatkan oleh petir

Petir bila mengenai tubuh manusia dapat menimbulkan beberapa jenis


luka, yaitu :2

a. Surface burns, suatu keadaan dimana luka bakar yang terdapat pada tubuh
biasanya berkaitan dengan benda-benda metal yang dipakai korban.
b. Linear burn, adalah luka bakar yang mempunyai ukuran 2,5 cm-25 cm x 3
mm-2,5 mm yang sering didapatkan di daerah kulit yang mempunyai
tahanan rendah, misalnya pada daerah yang basah atau daerah lipatan-
lipatan kulit.
c. Arborescence/filigree burn dari luka bakar yang mempunyai gambaran
bercabang-cabang seperti cabang atau ranting pohon, yang segera akan
menghilang bila korban cepat mendapat pertolongan.

Akibat yang ditimbulkan oleh petir disebabkan oleh dua hal, pertama arus
listrik yang bertegangan sangat tinggi dan oleh karena adanya efek ledakan (blast
effect) dari udara yang ekspansi dengan cepat. Pada korban akan ditemukan
aboresent mark (kemerahan kulit seperti percabangan pohon), metalisasi

TRAUMATOLOGI Page 16
(pemindahan partikel metal dari benda yang dipakai ke dalam kulit), magnetisasi
(benda metal yang dipakai berubah menjadi magnet). Pakaian sering terbakar dan
robek-robek akibat ledakan/panas

2.2.3. Kombinasi dari luka lecet, memar dan robek.


Luka lecet, memar dan laserasi dapat terjadi bersamaan. Benda yang sama
dapat menyebabkan memar pada pukulan pertama, laserasi pada pukulan
selanjutnya dan lecet pada pukulan selanjutnya.  Tetapi ketiga jenis luka tersebut
dapat terjadi bersamaan pada satu pukulan. Secara umum bahwa ketiga jenis luka
yang ada yaitu luka lecet, luka memar dan luka robek memiliki arti yang cukup
penting dalam ilmu kedokteran kehakiman, walaupun nilai klinisnya kurang
begitu penting.6

Kepentingan itu didasari atas :

1. Menentukan arah trauma


2. Menentukan kuat ringannya tenaga trauma
3. Menentukan penyebab luka, apakah kecelakaan, bunuh diri atau
dibunuh (perkelahian)
4. Menentukan penyebab kematian
5. Menentukan berat ringannya keadaan pasien
6. Menentukan secara kasar benda penyebab luka
7. Menentukan secara kasar lokasi/ tempat kejadian berlangsung.

2.2.4. Pola trauma


Terdapat beberapa pola trauma akibat kekerasan tumpul yang dapat
dikenali, yang mengarah kepada kepentingan medikolegal. Contohnya :4,5

Luka terbuka tepi tidak rata pada kulit akibat terkena kaca spion pada saat 
terjadi kecelakaan, Ketika terjadi benturan, kaca spion tersebut akan
menjadi fragmen-fagmen kecil. Luka yang terjadi dapat berupa abrasi,
kontusio, dan laserasi yang berbentuk segiempat atau sudut.

TRAUMATOLOGI Page 17
Pola trauma banyak macamnya dan dapat bercerita pada pemeriksa
medikolegal. Kadangkala sukar dikenali, bukan karena korban tidak diperiksa,
namun karena pemeriksa cenderung memeriksa area per area, dan gagal
mengenali polanya. Foto korban dari depan maupun belakang cukup berguna
untuk menetukan pola trauma.  Persiapan diagram tubuh yang memperlihatkan
grafik lokasi dan penyebab trauma adalah latihan yang yang baik untuk
mengungkapkan pola trauma.4

2.2. Manfaat perlu tidaknya mengetahui tentang traumatologi


Adapun tujuan dan manfaat dalam mengetahui traumatologi:
1. Agar memahami:
a. Aspek medikolegal
b. Klasifikasi Trauma berdasarkan penyebabnya
c. Karakteristik Trauma
d. Sebab dan mekanisme matinya
2. Agar dapat menentukan :
e. Kualifikasi trauma dan sebab kematian untuk kepentingan peradilan
Dengan ini seorang dokter atau calon dokter mampu mendeskripsikan luka
secara benar sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar
sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim untuk
memutuskan suatu tindak pidana. Serta mempelajari mengenai tindak kekerasan
yang menyebabkan perlukaan akibat benda tajam hingga menyebabkan kematian.7

2.3 Aspek Medikolegal Dan Undang-Undang

Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita luka akibat


kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan
dari permasalahan sebagai berikut :4,6

a) Jenis luka apakah yang terjadi.


b) Jenis kekerasan/ senjata apakah yang menyebabkan luka.
c) Bagaimanakah kualifikasi luka itu.
d) Bagaimana membedakan luka tersebut merupakan upaya bunuh
diri, pembunuhan atau kecelakaan.

TRAUMATOLOGI Page 18
e) Berapa lama usia luka tersebut.
f) Bagaimanakah membedakan luka tersebut sewaktu masih
hidup atau setelah mati.4

Pengertian kualifikasi luka sangat diperlukan dalam ilmu kedokteran


forensik yang dapat dipahami setelah melihat kitab undang-undang hukum pidana
pasal 90 (tentang luka berat) dan pasal 351 (tentang penganiayaan luka sedang),
pasal 352 (tentang luka ringan).4,2,8
Pasal 351

1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama


dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak 4.500
rupiah.
2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang
bersalah dikenakan pidana penjara paling lama lima tahun.
3. Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling
lama tujuh tahun.
4. Dengan sengaja merusak kesehatan orang disamakan
dengan penganiayaan.
5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 352

1. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka


penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan
pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling
banyak 4.500 rupiah.
Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan
kegiatan itu terhadap orang yang bekerja padanya atau
menjadi bawahannya.

2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.


Pasal 90

TRAUMATOLOGI Page 19
Luka berat berarti :

1. Jika sakit atau mendapat luka, yang tidak memberi harapan


atau sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya
maut.
2. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas
jabatan atas pekerjaan pencaharian.
3. Kehilangan salah satu panca indra.
4. Mendapat cacat berat.
5. Menderita sakit lumpuh.
6. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih.
7. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.

Sedangkan sangsi hukuman dari tindak pidana berdasarkan klasifikasi luka


(ringan/ sedang/ berat) yang direncanakan atau suatu kealpaan atau yang
mendatangkan akibat kematian diatur pada KUHP BAB XX pasal 351- pasal 358.
Dari pasal-pasal tersebut dapat dibedakan empat jenis tindak pidana yaitu:4

1. Penganiayaan ringan.
2. Penganiayaan.
3. Penganiayaan yang menyebabkan luka berat.
4. Penganiayaan yang menyebabkan kematian.

Oleh karena istilah ”penganiayaan” merupakan istilah hukum, yaitu: dengan


sengaja melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada seseorang maka didalam
VeR yang dibuat dokter tidak boleh mencantumkan istilah penganiayaan, oleh
karena dengan sengaja atau tidak itu merupakan urusan Hakim. Demikian pula
dengan menimbulkan perasaan nyeri sukar sekali untuk dapat dipastikan secara
objektif, maka kewajiban dokter dalam membuat VeR hanyalah menentukan
secara objektif adanya luka, dan bila ada luka, dokter harus menentukan
derajatnya. Derajat luka tersebut harus disesuaikan dengan salah satu dari ketiga
jenis tindak pidana yang telah disebutkan tadi.

TRAUMATOLOGI Page 20
Penganiayaan ringan, yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian di dalam
ilmu Kedokteran Forensik pengertiannya menjadi ; ”luka yang tidak berakibat
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian.”
Luka ini dinamakan Luka derajat pertama. Bila sebagai akibat penganiayaan
seseorang itu mendapat luka atau menimbulkan penyakit atau halangan di dalam
melakukan pekerjaan jabatan atau pencaharian, aka tetapi hanya untuk sementara
waktu saja, maka luka ini dinamakan ”luka derajat kedua.” Apabila penganiayaan
tersebut mengakibatkan luka berat seperti yang dimaksud dalam pasal 90 KUHP,
luka tersebut dinamakan ”luka derajat ketiga.” Dengan demikian didalam
penulisan kesimpulan VeR kasus-kasus perlukaan, penulisan kualifilasi luka
adalah sebagai berikut:
1. Luka yang tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan atau jabatan (luka ringan).
2. Luka yang mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
menjalankan pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu
(luka sedang).
3. Luka yang termasuk dalam pengertian hukum (luka berat)
penjelasan pada pasal 90 KUHP.2,7

BAB III

KESIMPULAN

TRAUMATOLOGI Page 21
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang
dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadaan ketidaksenimbungan jaringan
tubuh akibat kekerasan.

Kekerasan yang menyebabkan luka dapat dibagi menjadi tiga golongan,


yaitu : luka karena kekerasan mekanik (benda tajam, tumpul, dan senjata api),
luka karena kekerasan fisik (luka karena arus listrik, petir, suhu tinggi, dan suhu
rendah), dan luka karena kekerasan kimiawi (asam organik, asam anorganik,
kaustik alkali, dan karen logam berat), kekerasan terhadap rohani, yang lazimnya
disebut trauma psikis.

Dengan ini seorang dokter atau calon dokter mampu mendeskripsikan luka
secara benar sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar
sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti yang bisa meyakinkan hakim untuk
memutuskan suatu tindak pidana. Serta mempelajari mengenai tindak kekerasan
yang menyebabkan perlukaan akibat benda tajam hingga menyebabkan kematian

DAFTAR PUSTAKA

TRAUMATOLOGI Page 22
1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Traumatologi Forensik. Ilmu
Kedokteran Jorensik. Jakarta : FKUI.1994
2. Idries, Abdul. Luka dan Kekerasan. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.
Edisi Pertama. Jakarta : Sagung Seto.
3. Idries, Abdul. Sistimatik Pemeriksaan Ilmu Kedokteran Forensik Khusus
Pada Korban Perlukaan. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam
Proses Penyidikan. Jakarta : Sagung Seto.
4. Amir, Amri. Trauma Mekanik. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi
Kedua. Medan : FK USU. 2014
5. William A. Cox, MD. Pathology of Blunt Force Traumatic Injury. Forensic
Pathologist. 2011
6. Harma, Mukesh. Forensic Interpretation of Injuries/ Wound Found On The
Human Body. Directorate, State Forensic Science Laboratory. India. 2011
7. Amir, Amri. Autopsi Pada Kasus-kasus Tertentu. Autopsi Medikolegal.
Edisi Kedua. Medan : Ramadhan. 2014
8. Soegandhi. R. Traumatologi, toksikologi dan otopsi forensik. 2nd bulletin of
trauma. 2009

TRAUMATOLOGI Page 23
TRAUMATOLOGI Page 24

Anda mungkin juga menyukai