Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu kedokteran Kehakiman dan Medikolegal (Forensik Kedokteran)

adalah cabang spesialistik ilmu kedokteran yang memanfaatkan ilmu kedokteran

untuk membantu penegakan hukum dan masalah-masalah di bidang hukum, salah

satunya adalah hukum pidana, serta berperan dalam membantu kepolisian untuk

menegakkan keadilan. 1,2

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka, cedera serta

hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang

dimaksudkan dengan luka adalah suatu ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat

kekerasan. Trauma merupakan pengertian medis terhadap cedera, baik berupa

trauma tumpul ataupun trauma tajam. Dalam prakteknya seringkali terdapat

kombinasi trauma yang disebabkan oleh satu jenis penyebab, sehingga klasifikasi

trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan trauma.1,2

Traumatologi secara umum berasal dari gabungan 2 kata yaitu trauma dan

logi, sehingga dapat dikatakan bahwa traumatologi adalah cabang ilmu

kedokteran yang mempelajari trauma atau perlukaan. Hasil dari trauma adalah

suatu luka, perdarahan atau hambatan dalam fungsi organ. Penyebab trauma

diklasifikasikan dalam beberapa cara, diantaranya kekuatan mekanik, suhu, kimia,

elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Dalam prakteknya nanti seringkali

terdapat kombinasi trauma yang disebabkan oleh suatu jenis penyebab, sehingga

1
klasifikasi trauma ditentukan oleh alat penyebab dan usaha yang menyebabkan

trauma. 1,2

Trauma yang akan menimbulkan luka dan cedera. Luka merupakan suatu

keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat

dan penyebabnya trauma dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat mekanik

baik karena benda tajam, benda tumpul, maupun tembakan senjata api; fisika serta

kimia.1,2

Kecelakaan merupakan serangkaian peristiwa dari kejadian-kejadian yang

tidak terduga sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan pada benda, luka

atau kematian. Jumlah kecelakaan lalu lintas dari tahun ke tahun terus meningkat.

Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pertambahan jumlah

kendaraan. Lebih dari 80% pasien yang masuk ke ruang gawat darurat adalah

disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan sepeda motor, mobil,

sepeda, dan penyeberang jalan yang ditabrak. Sisanya merupakan kecelakaan

yang disebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda, olah raga, dan korban

kekerasan (14-15% per tahun) dengan pertambahan prasarana jalan hanya sebesar

4% per tahun. Berdasarkan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan Tahun 1993 Bab XI : 3

 Pasal 93 Ayat (1), kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan

yang tidak di sangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan

dengan atau pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau

kerugian harta benda.

2
 Pasal 93 ayat (2), korban kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), dapat berupa korban mati, koban luka berat dan korban

luka ringan.

Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu

lintas, antara lain : faktor manusia, faktor kendaraan, faktor jalan, dan faktor

lingkungan.4

Kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak

diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan,

deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma

ketika tubuh korban terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.5

Berikut akan dilaporkan sebuah kasus seorang korban yang meninggal

pada KLLD yang diduga kematian disebabkan perdarahan akibat trauma tumpul

abdomen dan kerusakan pembuluh nadi besar. Yang telah dilakukan pemeriksaan

luar di Instalasi Perawatan Jenazah Rumah Sakit Ulin Banjarmasin.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Trauma
Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka, cedera serta

hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang

dimaksudkan dengan luka adalah suatu ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat

kekerasan. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini

dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan atau juga gangguan pada

ketahanan jaringan tubuh yang disebabkan oleh kekuatan mekanik eksternal,

berupa potongan atau kerusakan jaringan, dapat disebabkan oleh cedera atau

operasi.1,2

Trauma atau kecelakaan merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus

forensik. Hasil dari trauma atau kecelakaan adalah luka, perdarahan dan/atau

skar atau hambatan dalam fungsi organ. Agen penyebab trauma diklasifikasikan

dalam beberapa cara, antara lain kekuatan mekanik, aksi suhu, agen kimia, agen

elektromagnet, asfiksia dan trauma emboli. Trauma yang terjadi pada tubuh

manusia biasanya diakibatkan oleh kekerasan.1,2,6

Cara kematian adalah macam kejadian yang bertanggung jawab terhadap

kematian. Cara kematian dapat dibedakan menjadi 1, 7:

1. Kematian yang wajar akibat penyakit


2. Kematian yang tidak wajar, dapat merupakan:

- Pembunuhan (homicide)

- Bunuh diri (suicide)

4
- Kecelakaan (accident)
Sebab kematian adalah penyakit atau cedera/luka yang bertanggung jawab

terhadap timbulnya kematian. Sebab kematian ini dapat dikarenakan penyakit atau

trauma. Pada prinsipnya, sebab kematian dapat ditentukan melalui pembedahan

mayat (autopsy), dengan atau tanpa disertai pemeriksaan tambahan (pemeriksaan

laboratorium : toksikologi, patologi anatomi, dll). Sedangkan mekanisme

kematian adalah gangguan/kelainan fisiologik dan atau biokimia yang

bertanggung jawab terhadap timbulnya kematian.1,2,8

Berdasarkan sifat serta penyebabnya, Trauma dapat dibedakan atas trauma

yang bersifat 1,2,7,8

- Trauma yang bersifat Mekanik

yaitu tulang atau retak tulang akibat benda tajam atau senjata api.

1. Trauma tajam

Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini

adalah benda yang memiliki sisi tajam. Luka akibat kekerasan benda tajam dapat

berupa:

a. Luka iris atau sayat

Mempunyai kedua sudut luka lancip dan dalam luka tidak melebihi

panjang luka.

b. Luka Tusuk

Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul, berarti benda

penyebabnya adalah benda tajam bermata satu. Bila kedua sudut lancip

apabila hanya bagian ujung benda saja yang menyentuh kulit, sehingga sudut

luka dibentuk ujung dan sisi tajamnya. Panjang luka biasanya tidak

5
mencerminkan lebar benda tajam penyebabnya, demikian pula panjang saluran

luka biasanya tidak menunjukkan panjang benda tajam tersebut. Hal ini

disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan

c. Luka Bacok

Luka yang diakibatkan pada umumnya lebih hebat dan lebih besar bila

dibandingkan dengan luka yang disebabkan oleh pisau. Faktor yang paling

penting adalah faktor tenaga atau kekuatan yang dipakai serta faktor

ketajaman bagian benda tajam yang mengenai tubuh.

Umumnya luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan,

bunuh diri atau kecelakaan memiliki ciri-ciri berikut

Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan


Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
Jumlah luka Banyak Banyak Tunggal/banyak
Pakaian Terkena Tidak terkena Terkena
Luka tangkisan Ada Tidak ada Tidak ada
Luka percobaan Tidak ada Ada Tidak ada
Cedera Sekunder Mungkin ada Tidak ada Mungkin ada

Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan

umumnya ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari-jari tangan,

punggung lengan bawah dan tungkai. Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena

pisau bertujuan untuk melihat interaksi antara pisau-kain-tubuh, yaitu melihat

letak/lokasi kelainan, bentuk robekan, adanya partikel besi (reaksi biru berlin

6
dilanjutkan dengan pemeriksaan spektroskopi), serat kain dan pemeriksaan

terhadap bercak darahnya.7,8

2. Trauma tumpul

Luka akibat kekerasan benda tumpul adalah benda yang memiliki

permukaan tumpul. Luka yang terjadi berupa :

1. Memar (kontusio, hematom)

Suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler

dan vena yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Letak, bentuk dan

luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti besarnya

kekerasan, jenis benda penyebab, kondisi dan jenis jaringan, usia , jenis

kelamin, corak dan warna kulit , kerapuhan pembuluh darah, dan penyakit.

Luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya.

Dari sudut pandang medikolegal, Dengan perjalanan waktu, baik pada orang

hidup maupun mati, luka memar akan memberi gambaran yang makin jelas.

Ada beberapa perbedaan antara hematim antemortem dan lebam mayat.

Pada hematom antemortem terjadi pembengkakan, darah tidak mengalir,

apabila dilakukan sayatan maka akan tampak warna merah kehitaman

2. Luka lecet

Terjadi akibat akibat hilangnya sebagian atau seluruh lapisan kulit ari karena

tubuh bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau

runcing, misalnya kejadian kecelakaan lalulintas, tubuh terbentur aspal

jalan, atau sebaliknya benda tersebut bergerak dan bersentuhan dengan kulit.

7
Luka sesuai dengan mekanisme terjadinya luka lecet diklasifikasikan

sebagai :

- Luka lecet tekan

Gambaran luka lecet tekan yang ditemukan pada mayat adalah :

Daerah kulit yang kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya akibat

menjadi lebih padatnya jaringan yang tertekan serta terjadinya pengeringan

yang berlangsung paska mati

3. Luka Robek

Merupakan luka terbuka yang terjadi karena trauma benda tumpul

melampaui elastisitas kulit. Luka ini mempunyai ciri bentuk luka yang

umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan

jaringan antara kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, sering

tampak luka memar atau luka lecet di sekitar luka.

4. Patah Tulang

Kekerasan tumpul yang cukup kuat dapat menyebabkan patah tulang. Patah

atau retaknya tulang akibat kekerasan benda tumpul mudah dibedakan dengan

patah tulang atau retak tulang akibat benda tajam atau senjata api.1,2,7

3. Luka karena tembakan senjata

Ciri-ciri utama luka tembak ialah biasanya luka tembak menghasilkan 2

buah luka :

1. Luka Tembak Masuk

2. Luka Tembak Keluar

8
- Trauma fisik, yaitu:

a. Suhu

b. Listrik dan petir

c. Akustik

d. Radiasi

- Trauma kimia, yaitu asam atau basa kuat.

Luka dapat mengakibatkan kematian, dimana penyebab kematian tersebut

dapat dibagi dalam 2 kelompok 2,7 :

i. Penyebab Langsung

a). Perdarahan. Kehilangan darah merupakan salah satu penyebab

kematian yang penting. Perdarahan ini bisa terjadi akibat cederanya

pembuluh darah besar. Perdarahan dapat bersifat eksternal atau internal.

Lamanya selang waktu antara saat cedera dengan kematian bergantung

pada cepat atau lambatnya perdarahan. 2,7

b). Syok. Syok neurogenik dapat menyebabkan pasien pingsan akibat

reflex perangsangan jantung melalui nervus vagus, tanpa adanya tanda-

tanda cedera eksternal. Syok juga dapat terjadi karena luka akibat

trauma, dimana terjadi penekanan terhadap organ vital tubuh. 2,7

c). Cedera mekanik pada organ vital

Organ-organ vital tubuh seperti otak, paru, jantung, limpa, hati, dll, jika

mengalami cedera dapat mengakibatkan kematian. 2,7

ii. Penyebab tidak langsung

9
Korban meninggal beberapa waktu kemudian karena mengalami

komplikasi :

a). Infeksi

b). Septikemia

c). Ganggren

Trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang, pembuluh darah dan organ

termasuk fraktur, laserasi, kontusi, dan gangguan pada semua sistem organ,

dengan adannya mekanisme diatas maka tubuh akan melakukan perlawanan yang

disebut dengan kompensasi. Apabila kompensasi tersebut berlanjut tanpa

dilakukan penanganan akan mengakibatkan kematian seseorang.1,9,10

Adapun beberapa tahapan dari mekanisme kompensasi tersebut adalah :

terjadi penigkatan sistem saraf simpatik menyebabkan peningkatan tekanan arteri

dan vena, bronkhodilatasi, takikardia, takipneu, capillary shunting, dan diaforesis.

Darah kejantung akan meningkat sedangkan stroke volume menurun sehingga

heart rate akan meningkat. Pada rongga dada terjadi tekanan intrathoracik

negative sehingga terjadi peningkatan frekuensi napas. Kerja hormon anti-diuretik

dan aldosteron yang akan dieksresikan akan terganggu terjadi penurunan laju

filtrasi glomerulus maka akan berakibat penurunan produksi urin Berkurangnya

tekanan nadi menunjukkan turunnya cardiac output (sistolik) dan peningkatan

vasokonstriksi (diastolik). Capillary shunting dan pengisian trans kapiler dapat

menyebabkan dingin, kulit pucat dan mulut kering. Oksigen berkurang perfusi ke

otak yang menurun terjadi Perubahan status mental dan kesadaran. 10,11

10
B. Trauma Tumpul Abdomen

1. Mekanisme

Trauma yang didapat dari kecelakaan menjadi penyebab terbanyak dari

trauma abdomen. Kecelakaan mobil dengan mobil dan antara mobil dengan

pejalan kaki menduduki 50-75% dari keseluruhan kasus trauma tumpul abdomen.

Cedera struktur intraabdomen dapat diklasifikasikan ke dalam 2 mekanisme

utama, yaitu tenaga kompresi (hantaman) dan tenaga deselerasi. Tenaga kompresi

(compression or concussive forces) dapat berupa hantaman langsung atau

kompresi eksternal terhadap objek yang terfiksasi. Hal yang sering terjadi

hantaman menyebabkan sobek dan hematom subkapsular pada organ padat visera.

Hantaman juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intralumen pada organ

berongga dan menyebabkan ruptur. Tenaga deselerasi menyebabkan regangan dan

sobekan linier organ-organ yang terfiksasi. Cidera deselerasi klasik termasuk

hepatic tear sepanjang ligamentum teres dan cidera intima pada arteri renalis.5

Salomone & Salomone (2011) menyatakan bahwa trauma tumpul akibat

hantaman secara umum dibagi ke dalam 3 mekanisme, yang pertama adalah

ketika tenaga deselerasi hantaman menyebabkan pergerakan yang berbeda arah

dari struktur tubuh yang permanen. Akibatnya, kekuatan hantaman menyebabkan

organ viseral yang padat serta vaskularisasi abdomen menjadi ruptur, terutama

yang berada di daerah hantaman. Yang kedua adalah ketika isi dari intra abdomen

terhimpit antara dinding depan abdomen dan kolumna vertebralis atau posterior

kavum thorak. Hal ini dapat merusak organ-organ padat visera seperti hepar,

limpa dan ginjal. Ketiga adalah kekuatan kompresi eksternal yang mengakibatkan

11
peningkatan tekanan intra abdomen secara mendadak dan mencapai puncaknya

ketika terjadi ruptur organ. Pada penderita ini terjadinya jejas pada abdomen

disebabkan karena terhimpitnya pasien saat terjadi kecelakaan. Hal tersebut

menyebabkan terjadinya himpitan pada organ intra abdomen antara dinding depan

abdomen dan kolumna vertebralis.5

Apapun mekanisme kejadian, gambaran-gambaran di bawah ini mungkin

ada5 :

a) Memar pada dinding abdomen, baik pada kulit dan otot di bawanhya

sering ditemukan pada trauma abdomen. Dimana perdarahan subkutanea

banyak mungkin nampak dari daerah permulaan menjadi area yang besar

pada dinding abdomen, khususnya pada bagian bawah mungkin nampak

sampai kanalis inguinalis atau di skrotum atau labia. Lebih sering disertai

luka lecet. Tendangan yang meninggalkan lecet, kecuali terlindungi

paakaian. Memar bentuk jari atau buku jari mungkin nampak, khususnya

pada kasus penyiksaan anak. Pada bayi jejak jari nampak pada kedua sisi

abdomen, dimana jari-jari oang dewasa dapat mengangkat tubuh bayi,

sehingga umum pada garis aksilaris pada dada. Perlukaan yang berat atau

fatal bisa disertai atau tanpa adanya tanda pada kulit. Ini dapat terjadi bila

ada perlindungan dari pakaian atau kekerasan terjadi pada daerah yang

luas. Pada bayi, hepar, mesenterium, duodenum dapat ruptur tanpa disertai

tanda pada bagian luar.

b) Perdarahan yang luas ke dalam rongga peritoneum, biasanya berasal dari

pecahnya viskus yang solid dan perdarahan mesenterium

12
c) Memar atau ruptur lambung dan diafragma namun lambung lebih kurang

rentan dibanding ususl. Namun dapat robek akibat dorongan ke atas yang

berat oleh penuhnya cairan atau darah.

d) Usus dan mesenteriumnya sering rusak pada trauma abdomen. Memar

yang luas dari usus dan pembuluh darah mesenterium dapat terjadi dimana

sebagian besar berasal dari tumbukan dengan bagian yang menonjol dari

vertebra lumbal di garis tengah. Duodenum dan yeyunum rentan dengan

penekanan terhadap vertebra, khususnya pada anak-anak, dimana tekanan

yang berat pada pusat atau bagian atas abdomen dapat memotong bagian

ketiga duodenum hampir mirip degan pemotongan dengan pisau bedah.

Robekan pada mesenterium tidak umum baik pada kecelakaan lalu lintas

maupun pada penyerangan. Mekanisme yang sama dari serangan kompresi

pada tulang lumbal menyebabkan memar dan robekan dari bagian tengah

mesenterium, dimana biasanya terjadi pada membran bagian tepi dari usus

halus. Perdarahan yang hebat dapat terjadi pada keadaan dimana tindakan

bedah sering tidak diberikan karena kondisi yang tidak dikenal. Tendangan

dan pukulan diabdomen bisa diderita oleh pemabuk dimana terjadi

ketidaktahuan atas luka mereka sampai beberapa jam kemudian.

e) Ruptur pada limpa setelah trauma memerlukan tindakan operasi yang

segera, tapi mungkin dapat ditemukan pertama kali pada saat autopsy. Bila

diagnosa belum dapat dipastikan, malaria, glandular fever dan infeksi

lainnya meningkatkan resiko dari ruptur. Limpa dapat hancur akibat

tabrakan pada permukaan atau akibat tarikan pada pedikelnya.

13
f) Ruptur pada hati juga merupakan lesi yang serius yang biasa ditemukan

pada trauma abdomen, seperti contohnya akibat jatuh dari ketinggian atau

karena crush injury diantara dua gerbong kereta.

g) Trauma pada ginjal. Tabrakan akibat kecelakaan dapat menyebabkan

hancurnya ginjal, penyebab lainnya adalah tendangan tapi merupakan

trauma yang tidak umum. Perdarahan perirenal lebih sering terjadi

dibandingkan dengan kerusakan pada organ ginjalnya sendiri. Pembuluh

darah suprarenal dapat rusak karena tabrakan dan menurut statistik di

Inggris, Arteri suprarenal kanan lebih sering dari arah pinggang

14
BAB III

LAPORAN KASUS

Berdasarkan surat permintaan penyidik, nama Suparno, Pangkat: AKP


NRP 66080181 Jabatan: Kepala Kepolisian Resor Kota Banjarbaru Kasat Lantas.
Nomor surat: B/52/XII/2011/Lantas, tanggal empat belas november dua ribu
sebelas maka Tim Kedokteran Forensik dibawah pimpinan Dokter Mursad Abdi,
Sp.F, beserta staf dari bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat / Instalasi Perawatan Jenazah
Kedokteran Forensik RSUD Ulin pada hari selasa, empat belas November tahun
dua ribu sebelas, mulai pukul empat sore Waktu Indonesia Tengah sampai pukul
lima sore Waktu Indonesia Tengah, melakukan pemeriksaan luar di ruang otopsi
RSUD Ulin terhadap Jenazah almarhum:--------------------------------------------------
Nama : Tn. Muhammad Padli Ramadhan -----------------------------
Jenis kelamin : Laki-laki-----------------------------------------------------------
Umur : Dua puluh enam tahun-------------------------------------------
Agama : Islam ---------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Swasta--------------------------------------------------------------
Kebangsaan : Indonesia ----------------------------------------------------------
Alamat : Jl.Museum Perjuangan RT 14 Kelurahan Benua Anyar
Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin ----------
Yang menurut keterangan pihak penyidik, pada pukul dua belas tiga puluh Waktu
Indonesia Tengah tanggal empat belas Desember dua ribu sebelas ditemukan
korban laki-laki yang terlibat kecelakaan dengan sebuah mobil dump truck
No.Pol.: DA 1946 AE di Jl. A.Yani KM 21 Kelurahan Liang Anggang Kota
Banjarbaru. ------------------------------------------------------------------------------------

15
---------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN---------------------------
I. PEMERIKSAAN LUAR
1. Keadaan Jenazah

Jenazah tak berlabel terletak di meja otopsi dengan ditutup dengan kain batik

berwarna biru kecoklatan. Setelah tutup dibuka, jenazah dalam keadaan

memakai baju kaos berwarna hitam dengan merk “GOD ME”. Terdapatan

lilitan kasa berwarna putih pada kepala, pergelangan tangan, kedua lutut, dan

kedua jempol kaki. Pada dinding dada, terdapat dua buah konduktor atau

bahan penghantar arus listrik masing-masing pada dinding dada kiri dan

kanan dengan jarak kurang lebih empat sentimeter di atas puting susu. Pada

lutut kanan, dibebat dengan kasa berwarna putih serta kain berwarna coklat.

Tampak darah berwarna merah segar masih menetas dari kasa tersebut. Pada

punggung tangan kanan bawah, tampak kasa ditutupi plester. -----------------

2. Sikap Jenazah Di atas Meja Otopsi

Jenazah dalam keadaan terlentang di atas meja otopsi dengan wajah

menghadap ke depan. Lengan atas kanan sejajar garis tengah tubuh. Lengan

bawah kanan sembilan puluh derajat dari lengan atas. Telapak tangan

menghadap ke bawah, jari-jari tidak lurus. Lengan atas kiri sejajar terhadap

garis tengah tubuh, lengan bawah kiri membentuk sudut sembilan puluh

derajat terhadap lengan atas. Tangan kiri berada di atas pusat telapak tangan

menghadap ke bawah, jari-jari lurus-------------------------------------------------

Tungkai atas kanan sejajar terhadap garis tengah tubuh dan tungkai bawah

kanan sejajar garis tengah tubuh, telapak kaki kanan menghadap ke depan

16
dengan jari-jari depan lurus. Tungkai kiri lurus sejajar terhadap garis tengah

tubuh. Telapak kaki kiri menghadap ke depan dengan jari-jari lurus-----------

3. Kaku Jenazah

Pada sendi rahang bawah, otot perut dan sendi jari-jari tangan terdapat kaku

jenazah yang sukar digerakkan------------------------------------------------

4. Lebam Jenazah

Pada punggung dan pinggang terdapat lebam jenazah yang hilang dengan

penekanan warna merah keunguan --------------------------------------------------

5. Pembusukan Jenazah

Tidak terdapat pembusukan jenazah-------------------------------------------------

6. Ukuran Jenazah

Panjang seratus enam puluh sentimeter. Berat badan tidak ditimbang----------

7. Kepala

a. Rambut

Warna hitam bergelombang, tidak beruban, panjang rambut sebelas

sentimeter, sukar dicabut, dalam keadaan kering-----------------------------

b. Bagian yang tertutup rambut

Tidak terdapat kelainan.-----------------------------------------------------------

c. Dahi

Tidak terdapat kelainan-----------------------------------------------------------

17
d. Mata

Mata kanan

Menutup, rambut mata berwarna hitam lurus, panjang nol koma tujuh

sentimeter. Kelopak mata dalam pucat, kelopak mata luar tidak ada

kelainan. Sekitar mata warnanya sama dengan kulit wajah. Pada

perabaan teraba kenyal. Retak tulang tidak ada, selaput bening jernih,

selaput putih mata berwarna kekuningan, manik mata berukuran nol

koma lima sentimeter. Bola mata utuh. Pada perabaan teraba kenyal.

Mata Kiri

Menutup, rambut mata hitam lurus, panjang nol koma tujuh sentimeter.

Kelopak mata dalam pucat, kelopak mata luar tidak ada kelainan.

Sekitar mata warna sama dengan kulit yang lain. Pada perabaan teraba

kenyal. Retak tulang tidak ada, selaput bening jernih, selaput putih mata

berwarna kekuningan, manik mata berukuran nol koma lima sentimeter.

Bola mata utuh. Pada perabaan teraba kenyal---------------------------------

e. Hidung

Tidak terdapat kelainan-----------------------------------------------------------

f. Mulut

Dalam keadaan tertutup dengan gigi seri bagian atas depan tidak ada.
Bibir berwarna pucat. Bibir atas tidak ada luka dan tidak ada memar,
bibir bawah tidak ada luka dan tidak ada memar. Lidah tidak tergigit
dalam keadaan tidak menjulur keluar--------------------------------------------
g. Dagu

Terdapat rambut warna hitam, mudah dicabut, dengan panjang dua


sentimeter. Pada daerah dagu kanan terdapat luka lecet geser, batas tidak

18
tegas, dengan ukuran dua koma lima kali satu koma tiga sentimeter,
ujung pertama luka satu sentimeter ke kanan dari sumbu tubuh dan tiga
sentimeter ke bawah dari sudut bibir kanan bawah, ujung kedua luka tiga
koma lima sentimeter ke kanan dari sumbu tubuh dan 3 sentimeter ke
bawah dari sudut bibir kanan bawah.--------------------------------------------
h. Pipi

Tidak terdapat kelainan-----------------------------------------------------------


i. Telinga

Tidak terdapat kelainan-----------------------------------------------------------

8. Leher

Tidak terdapat kelainan---------------------------------------------------------------

9. Dada

Pada bahu kanan, terdapat luka lecet geser dengan ukuran satu kali satu
koma sembilan sentimeter ujung pertama luka delapan belas sentimeter ke
kanan dari sumbu tubuh dan tepat di atas ujung tulang kering selangka
kanan, ujung kedua luka sembilan belas sentimeter kekanan dari sumbu
tubuh dan tepat di atas ujung tulang kering selangka kanan.---------------------
10. Perut
Perut tampak cembung. Pada daerah perut sebelah kanan atas, terdapat luka
memar berwarna keunguan dan meluas hingga ke paha kanan bagian dalam
dengan ukuran empat puluh lima kali sepuluh sentimeter. Pada perabaan,
perut teraba keras. Pada ketokan terdengar pekak.--------------------------------
11.Alat Kelamin

Jenis kelamin laki-laki, sudah disunat, rambut kelamin warna hitam,


Keriting dengan panjang empat sentimeter, sukar dicabut, dari lubang
kelamin keluar cairan berwarna putih kekuningan.Pada batang zakar
terdapat luka lecet geser ukuran satu koma dua kali nol koma lima
sentimeter. Pada kantong zakar terdapat luka lecet geser dengan ukuran dua
kali dua sentimeter. Pada daerah sekitar rambut kemaluan, terdapat luka

19
lecet geser ukuran satu kali satu sentimeter ujung pertama luka tiga
sentimeter ke kiri dari garis sejajar tubuh dan dua sentimeter ke bawah dari
garis sejajar kedua tulang pinggang, ujung luka kedua lima sentimeter ke
kiri dari sumbu tengah tubuh dan tujuh sentimeter ke bawah dari garis
sejajar kedua tulang pinggang
----------------------------------------------------------------
12.Anggota Gerak Atas Kanan

a. Lengan Atas
Tidak terdapat kelainan-----------------------------------------------------------
b. Lengan Bawah
Pada pergelangan tangan bagian dalam, terdapat luka lecet geser dengan
ukuran lima koma lima kali tiga koma lima sentimeter.--------------------
c. Tangan
Tampak bengkak, telapak tangan tampak pucat-------------------------------
Anggota Gerak Atas Kiri
a. Lengan Atas
Tidak terdapat kelaianan----------------------------------------------------------
b. Lengan Bawah
Terdapat luka lecet geser dengan ukuran satu kali satu sentimeter, ujung
pertama luka lima centimeter ke kanan dari sumbu tengah tubuh dan dua
sentimeter ke bawah dari garis sejajar lipat siku, ujung kedua luka empat
sentimeter ke kanan dari sumbu tengah tubuh dan dua sentimeter ke
bawah dari garis sejajar lipat
siku.-----------------------------------------------
c. Tangan
Telapak tangan tampak pucat. Terdapat luka lecet geser di pangkal
kelingking dengan ukuran nol koma delapan kali nol koma empat
sentimeter, ujung pertama luka dua koma tujuh sentimeter ke kiri dari
sumbu tengah tubuh dan tujuh sentimeter ke bawah dari garis sejajar
peregelangan tangan kiri, ujung kedua luka tiga koma lima sentimeter ke

20
kiri dari sumbu tengah tubuh dan tujuh cm ke bawah dari garis sejajar
pergelangan tangan-----------------------------------------------------------------

13. Anggota Gerak Bawah Kanan


a. Tungkai Atas
Terdapat hematom berwarna biru keunguan pada sepertiga atas paha
bagian dalam, terdapat luka lecet geser berbentuk kumpulan garis-
garis lurus tersusun tidak bearturan berwarna kemerahan dengan
ukuran tiga koma lima kali nol koma sentimeter, ujung pertama luka
tiga koma lima sentimeter dari sumbu tengah tubuh dan 20 cm ke atas
dari garis sejajar
lutut-----------------------------------------------------------
b. Tungkai Bawah
Pada lipat lutut bagian belakang , terdapat luka robek ukuran tujuh
belas kali tujuh kali dua koma lima sentimeter, dasar luka otot, tampak
darah berwarna merah segar menetes dan tidak bergumpalan dengan
kerusakan pada pembuluh darah nadi besar---------------------------------
c. Kaki
Telapak kaki tampak pucat---------------------------------------------------
14. Anggota Gerak Bawah Kiri
a. Tungkai Atas
Pada paha bagian belakang, terdapat luka robek disertai bengkak di
sekitar luka dengan ukuran satu koma dua kali nol koma tujuh kali nol
koma dua sentimeter, dasar luka lemak, ujung pertama luka dua
sentimeter ke kiri dari garis tengah tubuh dan 15 sentimeter ke bawah
dari garis sejajar kedua tulang pinggang, ujung kedua luka tiga
sentimeter ke kiri dari garis tengah tubuh dan 16 sentimeter ke bawah
dari garis sejajar kedu tulang pinggang--------------------------------------
b. Tungkai Bawah

21
Terdapat luka lecet geser, bentuk tidak beraturan dengan ukuran dua
belas kali lima sentimeter berwarna merah kehitaman tepat dibawah
lutut bagia tengah---------------------------------------------------------------
c. Kaki
Telapak kaki tampak pucat. Pada pangkal jempol, tampak luka lecet
geser dengan ukuran satu koma lima kali satu koma lima sentimeter,
ujung pertama luka dua koma lima sentimeter ke kiridari garis tengah
tubuh dan tepat pada pangkal jempol kaki, ujung kedua luka tiga koma
sentimeter ke kiri dari garis tengah sumbu tubuh dan satu koma lima
ke bawah dari garis sejajar tulang kering jari jempol---------------------
15. Punggung
Tidak terdapat kelaianan-------------------------------------------------------------
16. Pantat
Pada pantat kiri atas, terdapat luka iris berbentuk garis lurus dengan ukuran
tiga belas kali nol koma lima sentimeter dengan dasar lemak, ujung pertama
luka lima sentimeter ke kiri dari garis tengah tubuh dan dua sentimeter ke
bawah dari garis sejajar kedua tulang pinggang, ujung kedua luka lima belas
koma lima sentimeter dari garis tengah tubuh dan delapan sentimeter ke
bawah dari garis sejajar kedua tulang
pinggang------------------------------------
17. Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan longgarnya otot pada dubur-------
18. Bagian Tubuh yang lain
Tidak terdapat kelainan----------------------------------------------------------------

II. PEMERIKSAAN DALAM


Tidak dilakukan berdasarkan surat permintaan penyidik:
Nomor : B/52/XII/2011/Lantas
Tanggal : 14 Desember 2011
Kepolisian : Resor Kota Banjarbaru KASAT LANTAS

22
III. KESIMPULAN
1. Telah dilakukan pemeriksaan atas jenazah laki-laki, berusia dua puluh
enam tahun, dengan panjang badan seratus enam puluh sentimeter (I.6,
I.11)------------------------------------------------------------------------------------
2. Terdapat luka lecet geser pada sebagian besar bagian tubuh akibat
persentuhan dengan benda tumpul (I.7.g, I.9, I.11, I.12, I.13, I.14)-----------
3. Terdapat luka memar pada perut sebelah kanan akibat persentuhan dengan
benda tumpul (I.10)-----------------------------------------------------------------
4. Terdapat luka robek pada lipat lutut tungkai bawah kanan yang
mengakibatkan rusaknya pembuluh darah nadi besar, akibat persentuhan
dengan benda tumpul (I.14.b)------------------------------------------------------
5. Kelainan pada point tiga dan empat dapat menyebabkan kematian tanpa
mengesampingkan sebab-sebab kematian lainnya karena tidak dilakukan
pemeriksaan dalam sesuai surat permintaan penyidik
B/52/XII/2011/Lantas (I) -----------------------------------------------------------

IV. PENUTUP

Demikian visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada


waktu menerima jabatan dan berdasarkan Lembaran Negara no. 350 tahun
1937 serta undang-undang No.8 tahun 1981---------------------------------------

Tanda Tangan

dr.H.Mursad Abdi, Sp.F

23
BAB IV

ANALISIS KASUS

Otopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi

pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan menemukan

proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atau penemuan-

penemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan

sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.

Otopsi Forensik/Medikolegal, dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga

meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan,

pembunuhan, maupun bunuh diri. Otopsi ini dilakukan atas permintaan penyidik

sehubungan dengan adanya penyidikan suatu perkara. Tujuan dari otopsi

medikolegal adalah : 12

 Untuk memastikan identitas seseorang yang tidak diketahui atau belum

jelas.

 Untuk menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian, dan saat

kematian.

24
 Untuk mengumpulkan dan memeriksa tanda bukti untuk penentuan

identitas benda penyebab dan pelaku kejahatan.

 Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk

visum et repertum.

Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan luar jenazah. Pemeriksaan ini

dilaksanakan tanpa melakukan tindakan yang merusak keutuhan jaringan jenazah.

Pemeriksaan dilakukan dengan teliti dan sistematik, serta kemudian dicatat secara

rinci, mulai dari bungkus atau tutup jenazah, pakaian, benda-benda di sekitar

jenazah, perhiasan, ciri-ciri umum identitas, tanda-tanda tanalogi, gigi-geligi, dan

luka, cedera, atau kelainan yang ditemukan di seluruh bagian luar

Dari informasi yang diperoleh, korban ditemukan di jalan Jl. A.Yani km 21

Kelurahan Liang Anggang Kota Banjarbaru. menurut keterangan dari keluarga,

korban berangkat dari rumah menggunakan kendaraan bermotor roda dua

Kharisma warna merah pada pukul 08.30 wita ketempat kerjanya di jalan A. Yani

Km. 25. Dalam perjalanan menuju tempat kerja, korban mengalami kecelakaan

lalu lintas, keluarga korban tidak mengetahui bagaimana proses kejadian

kecelakaan. Menurut keterangan polisi, korban mengendarai kendaraan bermotor,

pada saat bersamaan dari arah belakang ada mobil sedan (Altis) dari arah

Banjarmasin ke Banjarbaru melintas mendahului korban dari sebelah kiri dengan

kecepatan tinggi (kecepatan ± 85 km/jam) dan menambrak korban dari samping,

seketika itu korban terlempar dari tempat kejadian ke tengah jalan,lalu dari arah

yang berlawanan ada dump truck yang berjalan menuju arah banjarmasin. Karena

kejadiannya tiba-tiba,pengemudi dump truck tidak dapat menghindari korban

25
yang terlempar ke tengah jalan dan menabrak korban. Lalu korban segera dibawa

ke Rumah sakit Ulin Banjarmasin, menurut keterangan keluarga kurang lebih 15 –

20 menit tiba di Rumah sakit Ulin Banjarmasin korban dinyatakan meninggal

dunia.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan kasus kematian akibat

trauma adalah penyebab luka, arah kekerasan, cara terjadinya luka dan hubungan

antara luka yang ditemukan dengan sebab mati.8,14

Pada korban ini dapat ditemukan lebam mayat. Lebam mayat dapat

terjadi karena pengendapan butir-butir ertirosit oleh adanya gaya gravitasi sesuai

dengan tubuh, berwarna biru ungu tetapi masih dalam pembuluh darah. Lebam

mayat timbul 20-30 menit dan setelah 6-8 jam lebam mayat masih bisa ditekan

dan masih bisa berpindah tempat.

Pada korban ini ditemukan kaku mayat. Kaku mayat terjadi karena adanya

kelenturan otot setelah mati karena adanya metabolisme tingkat selular masih

berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen→energi→ADP→ ATP. Selama

masih ada energi→aktin miosin masih regang. Jika glikogen otot habis dan energi

tidak ada maka ADP tidak bisa jadi ATP → ADP tertumpuk → aktin miosin

membeku → kaku. Timbul : 1-3 jam postmortem (rata-rata 2 jam), dipertahankan

6-24 jam, dimulai dari otot kecil: rahang bawah, anggota gerak atas, dada, perut

dan anggota bawah kemudian kaku lengkap. Menurun setelah 24 jam. Dari

perubahan postmortem di atas dapat diperkirakan saat kematian korban yaitu1-3

jam sebelum dilakukan pemeriksaan.14,13

26
Pada korban belum tampak ada tanda pembusukan. Pembusukan dapat

terjadi akibat autolisis, dimana tubuh membentuk enzim yang menyebabkan

kerusakan sel tubuh. Pembusukan juga dipengaruhi oleh mikroorganisme, yaitu

bakteri patogen dalam sekum. Pembusukan dimulai 48 jam postmortem, dan

biasanya terbentuk belatung pada 36 jam kemudian.

Saat kematian pada korban diduga 2 sampai 8 jam sebelum pemeriksaan,

hal ini didasari tidak ditemukannya pembusukan jenazah. Lebam jenazah yang

hilang dengan penekanan, dan kaku jenazah pada sendi rahang bawah, otot perut

dan jari korban.

Selain itu pada pemeriksaan luar juga didapatkan:


 Terdapat luka lecet geser pada sebagian besar bagian tubuh akibat

persentuhan dengan benda tumpul (I.7.g, I.9, I.11, I.12, I.13, I.14)

 Terdapat luka memar pada perut sebelah kanan akibat persentuhan dengan
benda tumpul (I.10)
 Terdapat luka robek pada lipat lutut tungkai bawah kanan yang
mengakibatkan rusaknya pembuluh darah nadi besar, akibat persentuhan
dengan benda tumpul (I.14.b)

Adanya macam luka yang berupa luka memar, luka lecet dan luka robek

menunjukkan ciri – ciri luka yang disebabkan oleh persentuhan dengan benda

tumpul. Berikut perbedaan luka pada trauma tajam dan tumpul : 1,2

Ciri-ciri Tajam Tumpul

bentuk luka teratur Tidak

tepi luka rata tidak rata

sudut luka tajam Tumpul

27
jembatan jaringan tidak ada ada/tidak

folikel rambut terpotong ya/tidak Tidak


dasar luka garis/titik tidak teratur

sekitar luka bersih bisa lecet/memar

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang didukung dengan keterangan dari

saudara korban, bagaimana kondisi korban saat dibawa ke rumah sakit Ulin,

maka dugaan cara terjadinya luka dan kematian mengarah kepada suatu cara yang

tidak wajar. Cara kematian menjelaskan bagaimana suatu kematian bisa terjadi.

Ada 2 cara kematian korban, yaitu kematian yang wajar akibat suatu

penyakit dan kematian yang tidak wajar, bukan akibat suatu penyakit. Kematian

tidak wajar dapat merupakan pembunuhan (homicide), bunuh diri (suicide) atau

kecelakaan (accident). Pada kasus trauma tumpul abdomen sebab terjadinya luka

pada umumnya adalah pembunuhan dan kecelakaan, untuk kasus ini fakta yang

ditemukan banyak mengarahkan kepada suatu kecelakaan. Berikut adalah ciri-

ciri luka pada kasus pembunuhan, bunuh diri atau kecelakaan : 2

Pembunuhan Bunuh Diri Kecelakaan


Lokasi luka Sembarang Terpilih Terpapar
Jumlah luka Banyak Banyak >1
Pakaian Terkena Tidak Terkena
Luka tangkisan (+) (-) (-)
Luka percobaan (-) (+) (-)
Cedera Sekunder Mungkin ada (-) Mungkin ada

Sebab Kematian adalah penyakit atau cedera/luka yang bertanggung jawab

terhadap timbulnya kematian. Pada kasus ini, sebab kematian diduga adalah

karena trauma tumpul di abdomen yang menyebabkan ruptur organ abdomen dan

28
terjadi perdarahan hebat.. Selain itu terdapat kerusakan pembuluh nadi besar yang

juga menyebabkan perdarahan hebat. Mekanisme yang menimbulkan kerusakan

organ abdomen pada trauma tumpul adalah efek kompresi dan deselerasi. Trauma

kompresi pada hemithorax kanan dapat menjalar melalui diafragma, dan

menyebabkan kontusio pada puncak lobus kanan hepar. Trauma deselerasi

menghasilkan kekuatan yang dapat merobek lobus hepar satu sama lain dan sering

melibatkan vena cava inferior dan vena-vena hepatic. Perdarahan dapat muncul

setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur, dan kompresi. Kehilangan 1/10 volume

darah tidak menyebabkan gangguan yang bermakna. Kehilangan ¼ volume

darah dapat menyebabkan pingsan meskipun dalam kondisi berbaring. Kehilangan

½ volume darah dan mendadak dapat menyebabkan syok yang berakhir pada

kematian.10

Pada kasus trauma, tubuh akan melakukan kompensasi. Sebelum terjadi

penurunan tekanan darah terjadi reaksi kompensasi tubuh untuk mempertahankan

perfusi jaringan organ vital. Kompensasi tersebut berupa vasokonstriksi kapiler

kulit sehingga kulit menjadi pucat dan dingin, dieresis berkurang dan terjadi

takikardi untuk mempertahankan curah jantung dan peredaran darah. Karena

tindakan kompensasi ini, tekanan darah untuk beberapa waktu tidak menurun.

Metabolisme jaringan hipoksik menghasilkan asam laktat yang menyebabkan

asidosis metabolik sehingga terjadi takipnea. Bila mekanisme kompensasi untuk

mempertahankan tekanan darah tidak mencukupi lagi, terjadi syok. 10

Kondisi syok akan mengganggu keseimbangan asam-basa tubuh akibat

metabolisme seluler terganggu karena aliran darah dalam mikrosirkulasi menurun,

29
kadar O2 darah menurun, atau kombinasi keduanya. Akibat kurangnya O2 maka

akan terjadi glikolisis anaerobik yang akhirnya timbul asidosis metabolik.10

Kurangnya aliran O2 ke organ-organ vital menyebabkan terganggunya

fungsi dan struktur organ sehingga organ akan mengalami iskemik. Terutama

otak, jika iskemik maka sel-sel saraf juga akan mati. Keadaan ini dapat

menyebabkan kegagalan organ yang selanjutnya menyebabkan kematian.

Pada kasus ini, korban kehilangan cairan intravaskuler lebih dari 50%.

Kehilangan darah lebih dari 50% volume darah mengakibatkan kehilangan

kesadaran, hilangnya denyut nadi, dan turunnya tekanan darah. Keadaan ini

dianggap sebagai keadaan pra-terminal, dan bila tidak dilakukan tindakan agresif

tanda-tanda l yang bisa ditemukan misalnya kelopak mata kanan dan kiri pucat,

bibir atas dan bawah pucat dan telapak tangan kanan dan kiri pucat anemis akibat

penurunan pengisian kapiler berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.

Akan tetapi sebab kematian pasti dari kasus ini tidak dapat diketahui secara pasti

mengingat tidak dilakukannya pemeriksaan dalam.

30
BAB V

PENUTUP

Telah dilaporkan seorang jenazah laki-laki usia 26 tahun, pada

pemeriksaan luar jenazah pada abdomenbagian kanan terdapat luka memar yang

meluas ari abdomen kanan sampai paha kanan. Selain itu juga ditemukan luka

robek dengan kerusakan pembuluh nadi besar pada lipat lutut kanan bagian

belakang. Sebab kematian pada korban diduga akibat adanya trauma mekanik,

yaitu kekerasan benda tumpul berupa luka memar pada abdomen dan luka robek

pada lipat lutut kanan yang mengakibatkan kerusakan pembuluh nadi besar.

Mekanisme kematian pada korban diduga karena perdarahan. Penyebab pasti

kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam. Saat

kematian 2 sampai 8 jam sebelum pemeriksaan.

DAFTAR PUSTAKA

31
1. Anonymous. Roman Forensik Edisi V. Bagian Kedokteran Forensik.
Banjarbaru : FK Unlam. 2010.

2. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta : Bina


Rupa Aksara. 1997.

3. Idries Abdul Mun’im. 1997. Kecelakaan Transportasi Dalam : Pedoman


Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama.Jakarta: Binarupa Aksara.h. 169-
207

4. Japardi Iskandar. 2004. Penatalaksanaan Cedera Secara Operatif. USU :


Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

5. Salomone A. J., Salomone, J. P. 2011 Emergency Medicine: Abdominal


BluntTrauma.Emedicine.WebMD.http://emedicine.medscape.com/article/4
33404-print .

6. Yusni M. Peranan kedokteran forensik dalam penegakan hukum pidana


pada tahap penuntutan. Prosiding International Legal Medicine Workshop
on Enchancement Role of Legal Medicine by Law Enforcement in
Indonesia. Bali, 4-6 April 2005

7. Chadha PV. Ilmu Kedokteran Forensik dan Toksikologi. Edisi V. Jakarta :


Widya Medika. 1995

8. Sanusi, Atmodirono H. Buku Petunjuk Praktis Autopsi. FK UNAIR,


Surabaya : 1984.

9. Budiyanto. Kematian Akibat Asfiksisa Mekanik. Dalam : Ilmu Kedokteran


Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran FKUI, 1996.h. 55-70
10. Sjamsuhidajat R, De jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.
EGC, Jakarta. 1997.
11. Guyton. Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.2004. Bagian Kedokteran

FKUI.

12. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Autopsi. Dalam:


Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kedua. Media Aesculapius.
Jakarta. 2000: 187-9

13. Anonymous. Rigor Mortis. 2009. (online) Available from: URL:


http: //www.health.howstuffworks.com/ rigor-mortis-cause1.htm

32
14. Anonymous. Kaku Mayat, Perkiraan Saat Mati dan Aspek
Medikolegalnya. 2009.(online) Available from: URL:http://
www.freewebs.com/forensicpathology/Rigor%203.JPG

33

Anda mungkin juga menyukai