Anda di halaman 1dari 6

MIRINGITIS AKUT

I. Definisi

Miringitis merupakan suatu inflamasi atau peradangan pada membran


timpani. Miringitis berasal dari bahasa latin “myrinx” yang berarti membran
timpani. Definisi yang pasti dari miringitis bervariasi. Pada International
Statistical Classification of Disease and Related Health Problems (ICD-10),
miringitis akut (H73.0) didefinisikan sebagai inflamasi atau peradangan
membran timpani tanpa disertai efusi telinga tengah jika ditemukan maka
diagnosisnya adalah Otitis Media Akut. Namun, pada beberapa klasifikasi,
miringitis akut diartikan sebagai inflamasi akut pada membran timpani yang
terjadi sendiri atau berhubungan dengan otitis eksterna atau otitis media.1

II. Epidemiologi
Angka kejadian dari miringitis akut tidak banyak diketahui. Estimasi
dari insiden miringitis berhubungan dengan otitis media akut. 1-16% angka
kejadian miringitis akut disertai otitis media akut. Mayoritas usia adalah usia
2-8 tahun dan disertai dengan otitis media akut. Pada orang dewasa, kondisi
ini dapat terjadi dengan atau tanpa otitis media akut.1

III. Etiologi
Etiologi pasti dari miringitis akut masih belum diketahui. Miringitis
akut dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Streptococcus pneumoniae
atau jenis Staphylococcus. Miringitis akut dapat juga disebabkan oleh infeksi
virus seperti virus Influenza dan Herpez zooster. Jamur dan eksema juga bisa
menjadi penyebab kondisi ini.2
Virus influenza dipercaya sebagai satu-satunya penyebab utama
miringitis akut khususnya miringitis bullosa karena penyakit ini sering timbul
bersama dengan influenza. Namun, penelitian lain menunjukkan Mycoplasma
pneumoniae dan Strepotococcus pneumoniae ikut berperan dalam proses
penyakit ini. Chanock dan Rifkind melaporkan bahwa insiden tertinggi dari
miringitis bullosa disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae. Wetmore dan

1
Ambrason menemukan adanya miringitis bullosa oleh ko-infeksi antara
Mycoplasma pneumoniae dengan beberapa virus saluran pernapasan.3

IV. Patogenesis
Diperkirakan adanya miringitis dan terbentuknya bullosa mungkin
merupakan manifestasi dari cidera mekanik membran timpani atau reaksi
jaringan non-spesifik karena proses infamasi yang terjadi pada jaringan
didekatnya baik itu di meatus auditori eksterna ataupun di cavum timpani.
Cidera mekanik yang paling umum menyebabkan kondisi ini adalah
kebiasaan membersihkan telinga yang salah sehingga melukai membran
telinga dan memicu reaksi peradangan lokal pada membran. Membran akan
menjadi lebih tebal karena pembengkakan lapisan jaringan subepitel dan
submukosa serta vasodilatasi pembuluh darah di membran timpani dan
infiltrasi sel inflamasi ke dalam lapisan tersebut. Infiltrasi dan ekstravavasi
cairan akibat proses peradangan memberikan gelaja munculnya bulla pada
permukaan luar membran timpani. Miringitis dapat ditemukan pada kasus-
kasus iritasi tahap awal dari otitis media akut dengan kausa bakteri maupun
virus.
Pada miringitis karena otitis media akut atau otitis eksterna,
peradangan terjadi di daerah yang dekat dengan membran timpani. Studi
histologi dari miringitis sangat kurang, tetapi dapat dibayangkan bahwa awal
penyakit reaksi inflamasi yang kuat diakibatkan oleh infeksi patogen yang
menyebabkan akumulasi cairan pada membran timpani1,3.

V. Manifestasi Klinik
Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah pasien mengalami
nyeri telinga tiba-tiba yang cukup berat. Otalgia disertai rasa berdenyut. Nyeri
biasanya didalam telinga namun pada beberapa kondisi dapat menyebar ke
ujung mastoid, tengkuk, rahang bawah hingga ke wajah. Nyeri dapat menetap
satu hingga dua hari namun perasaan tidak nyaman pada telinga sudah dialami
beberapa hari sebelum merasa nyeri. Nyeri tidak banyak berkurang walaupun

2
setelah bulla tersebut ruptur. Membran timpani biasanya kembali kedaan
normal dalam dua atau tiga minggu jika tidak terjadi ko-infeksi.1
Pada otoskopi dapat ditemukan membran timpani dengan tanda-tanda
radang terutama menjadi warna merah dan timbulnya satu atau lebih bula yang
berisi cairan baik yang bening maupun yang purulen atau bahkan darah. Lokasi
bulla paling banyak terjadi pada sisi posterior atau posteroinferior membran
timpani atau pada dinding kanalis posterior. Jika bulla pecah maka debris
serosanguineus akan keluar dan jika terjadi infeksi kembali, maka discharge
atau cairan tersebut akan menjadi purulen. Peningkatan suhu tubuh biasanya
terlibat dalam perjalanan awal miringitis. Sebagian besar kasus, bulla hanya
terjadi dalam waktu 3-4 hari.1

VI. Diagnosis
1. Anamnesis
Secara umum, keluhan utama pasien yang mengalami miringitis
adalah nyeri apda daerah telinga yang onsetnya 2-3 hari. Nyeri seperti
tertusuk dan berdenyut. Nyeri ini disebabkan karena miringitis terjadi pada
membran timpani yang memiliki saraf sensoris dan pada tipe bullosa, nyeri
lebih hebat karena pembentukan bulla terjadi pada area yang memiliki banyak
syaraf dan pembuluh darah. Perlu mengetahui riwayat demam atau infeksi
saluran napas sebelumnya untuk membedakan atau mengetahui adanya ototits
media akut atau tidak. Riwayat trauma pada saluran telinga akibat
membersihkan telinga perlu ditanyakan.3
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksan yang penting adalah otoskopi. Beberapa temuan yang
dapat ditemukan antara lain :
- Karakteristik dari miringitis : tipe bulosa, hemoragik atau
granulomastosa

3
A B C
Gambar 5. Miringitis. A.Tipe Bullosa,B. Tipe Hemoragik,C. Tipe Granulamatosa4
- Terdapat tanda inflamasi pada membran timpani, tampak deformasi dan
refleks cahaya memendek dan bahkan menghilang sama sekali.
- Nyeri saat pinna atau aurikula ditarik.
3. Pemeriksaan Lain
- Pada pemeriksaan kelenjar, terdapat limfadenopati servikal posterior.
- Pada pemeriksaan pendengaran dapat ditemukan adanya penurunan
pendengaran.
- Timpanometri pemeriksaan untuk menemukan bukti adanya cairan
dibelakang membran timpani sehingga dapat mendeteksi keadaan
miringitisnya disertai dengan otitis media atau tidak.
- Timpano sintesis : untuk mengidentifikasi agen penyebab miringtis
bullosa.

VII. Diagnosis Banding


Diagnosis banding dari miringitis adalah :
1. Otitis Eksterna
Otitis eksterna merupakan radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus.
2. Otitis Media Akut
3. Otikus Herpez Zooster (Ramsay Hunt)
Keadaan ini harus dibedakan dengan miringitis akut. Kondisi ini disertai
dengan adanya paralisis N. Fascialis pada wajah. selain itu ditemukan juga
ruam vesikuler erimatosa di telinga (oticus zoster) atau di dalam mulut. Pada

4
beberapa kasus dapat ditemukan bulla pada liang telinga. Penyakit ini
disebabkan oleh virus Varisela zoster.5

VIII. Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana pada miringitis adalah mencegah terjadinya
perforasi pada membran timpani. Miringitis akut dapat berhubungan dengan
otitis eksterna maupun otitis media. Pembersihan meatus auditori eksterna
penting dilakukan terutama jika ada otitis eksterna. Jika status membran tidak
diketahui terjadi perforasi atau tidak, maka irigasi telinga tidak perlu dilakukan.
Pada beberapa kasus, timpanosintesis dilakukan untuk mengidentifikasi
penyebab inflamasi.
Prinsip pengobatan miringitis akut adalah meredakan nyeri dan
mencegah terjadinya infeksi sekunder. Terapi konservatif yang ditujukan untuk
mengurangi rasa nyeri adalah dengan pemberian analgetik, antibiotik untuk
infeksi, antiinflamasi untuk reaksi inflamasinya.Antiinflamasi digunakan untuk
meredakan reaksi inflamasi yang terjadi pada membran timpani sehingga dapat
mengurangi gejala.1,5

IX. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh miringitis akut adalah :3
- Gangguan pendengaran yang nyata jika terjadi perforasi pada membran
timpani
- Perforasi membran timpani
- Paralisis N.Facialis
- Proses supuratif yang berkelanjutan dapat menyebabkan infeksi struktur
sekitar seperti mastoiditis, meningitis, dan encephalitis.
X. Prognosis
Prognosis pada pasien baik jika penanganannya lebih dini dan tepat.
Jika terjadi infeksi sekunder dan perforasi membran timpani, dapat
menyebabkan gangguan pendengaran yang lebih nyata.3

5
DAFTAR PUSTAKA
1. Kotikoski M. Acute Myringitis in Children Less Than Two Years of Age
[dissertation]. Medical School Of University Tampere. Finland. 2004;Hal
17-9,24,29-30,34,37-9.
2. Elzir L, Saliba S. Bullous Hemorrhagic Myringitis. Otolaringology –
Head and Neck Surgery Journal. American Academy of Otolaringology –
Head and Neck Surgery. 2013;Hal 347.
3. Schweinfurth J. Middle Ear, Timpanic Membran, Infection [online]. 2009.
Dari http://www.emedicine.com
4. Sanna M, Russo A, De Donato G. Color Atlas of Otoscopy.
Thieme:Sttutgart. Newyork. 1999;Hal 4-5, 10-1.
5. Hawke M. Bullous Miringitis [online article]. 2008. Dari
http://eac.hawkelibrary.com/bullous/89_right.html

Anda mungkin juga menyukai