Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Keloid adalah pertumbuhan jaringan ikat padat hiperproliferatif jinak akibat respon
penyembuhan luka abnormal. Keloid terjadi karena sintesis dan penumpukan kolagen yang
berlebihan dan tidak terkontrol pada kulit yang sebelumnya terjadi trauma dan mengalami
penyembuhan luka. Keloid berbeda dengan skar hipertrofik karena keloid menyebar melewati
garis batas luka awal, menginvasi kulit normal di sekitarnya, tumbuh mirip pseudotumor dan
cenderung rekuren setelah eksisi.
Penanganan keloid merupakan tantangan bagi dermatolog, terutama karena respon
terhadap pengobatan yang bervariasi. Berbagai metoda terapi telah dilakukan untuk
mengobati keloid. Metoda terapi keloid yang banyak digunakan saat ini adalah
kortikosteroid, pembedahan, radiasi, laser dan silicone gel sheets. Beberapa metoda lain,
masih dalam taraf eksperimen, seperti interferon, bleomisin dan 5-fluorouracil. Keloid sering
timbul kembali walaupun telah diterapi dengan berbagai teknik.

Sampai saat ini pun, belum
ada baku emas penanganan keloid. leh karena itu, pemahaman mendasar tentang
patogenesis, berbagai metoda penanganan dan pencegahan kekambuhan keloid penting untuk
dimiliki oleh dokter yang akan menangani kondisi ini.
Keloid dapat muncul pada daerah dada, bahu, punggung, leher belakang, dan daun
telinga.
!
"ebih sering muncul pada orang kulit hitam, #ispanik, dan $sia, dan jarang dijumpai
pada Kaukasian.

Pada wanita lebih sering dijumpai dari pada pria.

Keloid lebih sering muncul
pada %ecade ketiga.

&alaupun sering muncul pada daerah yang terkena trauma, namun dapat
muncul secara spontan.
!
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Keloid adalah pembentukan jaringan parut berlebihan 'pertumbuhan proliferatif(
diatas permukaan kulit yang disebabkan oleh trauma atau luka dan bekas operasi karena
sintesis dan deposisi yang tidak terkontrol dari jaringan kolagen pada dermis.
%, )

*ambar. Keloid
"uka pada kulit seperti luka bakar, insisi pembedahan, ulkus dan lain+lain diperbaiki
melalui deposisi dari komponen yang akan membentuk kulit baru. Komponen tersebut
meliputi pembuluh darah, saraf, serat elastin 'memberi elastisitas kulit(, serat kolagen
'memberi ketegangan kulit(, dan gliko+saminoglikan yang membentuk matriks di mana serat+
serat struktural, saraf dan pembuluh darah berada.
%,)
Pada beberapa orang, jaringan parut yang terbentuk akibat proses penyembuhan luka
tumbuh secara abnormal menghasilkan jaringan parut hipertrofik atau keloid. ,aringan parut
abnormal tersebut dapat menyebabkan gangguan psikis dan fungsional pada pasien dan
penatalaksanaannya relatif sulit.
%,)
.
2.2 Epidemiologi
Keloid dapat diturunkan dominan dan resesif autosom. Meskipun dapat terjadi pada
semua kelompok usia, jarang ditemukan pada bayi baru lahir atau orang tua dan memiliki
kejadian tertinggi di individu yang berusia %-+)- tahun. Pada keloid tingkat kolagen lebih
tinggi dibandingkan rata+rata jaringan parut. Keloid terletak di lokasi yang sebagian besar
menjadi perhatian kosmetik, beberapa keloid dapat menyebabkan kontraktur, yang dapat
mengakibatkan hilangnya fungsi jika diatasnya bersama atau dalam pengrusakan signifikan
jika terletak di wajah. Keloid bentuk yang lebih sering pada orang Polinesia dan .ina
daripada orang /ndia dan Malaysia. Sebanyak %01 dari orang dalam sampling acak dari
2
$frika hitam dilaporkan memiliki keloid. rang putih setidaknya umumnya terkena.
Prevalensi ini telah dilaporkan lebih tinggi pada wanita muda dari pada laki+laki muda.
Keloid mempengaruhi kedua jenis kelamin sama+sama dalam kelompok usia lainnya. nset
terjadi paling sering pada individu usia %-+)- tahun.
2.3 Etiologi
Selain trauma, faktor penyebab yang mungkin untuk terjadinya keloid masih belum
bisa dijelaskan. Keloid biasanya berhubungan dengan faktor penyembuhan luka yang tidak
baik seperti infeksi, luka bakar, inflamasi kronis, penutupan luka yang tidak adekuat,
tegangan yang berlebihan, benda asing dan trauma berulang, namun dapat muncul pada luka
yang bersih.
2
Beberapa faktor lain yang diketahui berpengaruh adalah herediter dan ras, umur
dan faktor endokrin, jenis luka dan lokasi trauma seperti yang telah dijelaskan diatas.
2. P!togenesis
Berikut beberapa teori yang sering dianggap sebagai patogenesis keloid3
2..1 A"tifit!s #i$%o$l!s A$no%m!l
4ibroblas yang terdapat pada keloid memproduksi type I procollagen
secara berlebihan. Secara in vitro, fibroblas keloid juga mengekspresikan lebih
banyak vascular endothelial growth factor '56*4(, transforming growth factor+
'7*4+(8%98), reseptor platelet derived growth factor :; 'P<*4+;( dan mengalami penurunan
kebutuhan growth factor . Pada fibroblas keloid terjadi penurunan frekuensi apoptosis.
!
4ibroblas keloid '4K( menghasilkan kolagen dalam jumlah banyak. Selain itu
4K juga menghasilkan elastin, fibronektin, dan proteoglikan serta chondroitin ! sulfat
'.!S(lebih banyak dibanding fibroblas normal. 4ibroblas keloid menghasilkan kolagen tipe /
dan memiliki kapasitas untuk berproliferasi )- kali lebih besar dibandingkan dengan
fibroblas normal.
2..2 &e!"si Im'nit!s A$no%m!l
Beberapa teori menyatakan bahwa keloid disebabkan oleh reaksi imun spesifik.
/mmunoglobin '/g( yang meningkat pada keloid, adalah3 /g$, /g* dan /gM. Pelepasan produk
sel mast yang dimediasi oleh /g6 juga berperan pada pembentukan keloid. #istamin berhubungan
dengan sintesis kolagen karena menghambat en=im lysil oksidase kolagen yang berperan
terhadap cross-linking kolagen, sehingga mengakibatkan peningkatan jumlah kolagen pada
3
keloid. $ktifitas metabolik sel mast juga berperan dan mendasari terjadinya rasa gatal yang
sering menyertai kondisi ini. '>rioste dkk, %???(
%
2..3 Peng!%'( )el!nin te%(!d!p &e!"si Kol!gen*"ol!gen!se
Peningkatan kadar melanin berpengaruh terhadap terjadinya akumulasi kolagen
melalui mekanisme penurunan p# menjadi lebih asam sehingga kemampuan en=im
kolagenase mendegradasi kolagen menjadi berkurang. Penelitian ini juga menjelaskan
kejadian keloid pada kulit berwarna disebabkan karena keberadaan melanin yang lebih
banyak akan mengganggu keseimbangan sintesis dan degradasi kolagen pada penyembuhan
luka.
2
2.+ )!nifest!si "lini"
Secara klinis keloid merupakan nodul fibrosa, papul atau plak, keras, elastis, berkilat,
tidak teratur, berbatas tegas, terdapat telangiektasis dan berwarna merah muda, merah sampai
coklat gelap.
),2
Pasien sering mengeluhkan rasa gatal dan nyeri.
2,@
Keloid cenderung tumbuh
lambat lebih dari beberapa bulan sampai tahun. Secara histopatologis menunjukkan adanya
hialinisasi serabut kolagen yang tersusun melingkar. Keloid biasanya diagnosis banding
dengan skar hipertrofi, dermatofibroma dan dermatofibrosarkoma protuberans.
)
Skar
hipertrofi sama dengan keloid, namun secara klinis tinggi skarnya tidak tumbuh melebihi
batas dari lukanya.
2
Keloid tidak mengalami resolusi spontan, tetapi dengan pengobatan yang sesuai
progresinya dapat dihambat. Keloid dapat menyebabkan terganggunya pasien secara fisik
maupun psikologis dan menyebabkan dampak negatif pada kualitas hidupnya.
)
&alaupun prevalensi keloid ini tinggi pada populasi umum, namun masih menjadi
tantangan bagi dermatolog untuk menanganinya karena kekambuhan sering terjadi setelah
penanganan. Penanganan kombinasi sepertinya merupakan stategi yang optimal.
!
7erdapat
beberapa penanganan pada keloid. Aamun, tidak ada penanganan keloid yang dinyatakan
%--1 efektif.
2
$da beberapa penanganan keloid seperti kompresi, kortikosteroid intralesi,
penggunaan silikon, vitamin dan bahan farmakologi secara topikal, pembedahan, bedah beku,
laser, radioterapi, penanganan kombinasi dan beberapa penanganan keloid lainnya.
%,2,@
2., Pen!t!l!"s!n!!n
Penanganan keloid merupakan tantangan bagi dermatolog. Beberapa metoda terapi
telah digunakan dengan tingkat keberhasilan bervariasi. Berdasarkan pemahaman
4
tentang patogenesis keloid yang ada saat ini, terdapat tiga pendekatan terapi yang dapat
digunakan3manipulasi terhadap aspek mekanis penyembuhan luka, koreksi terhadap
ketidakseimbangan antara sintesis dan degradasi kolagen, dan perubahan
responimun9inflamasi.
)
Penanganan keloid merupakan masalah yang sulit, karena rendahnya
respon penyembuhan terhadap berbagai terapi dan cenderung kambuh. Keloid yang hanya
diterapi dengan pembedahan memiliki angka kekambuhan sampai B-1. Pada algoritma yang terdapat
dalam referat ini, ukuran dan jumlah lesi keloid harus diukur dalam merencanakan
penanganan keloid. Penggolongan ini penting karena lesi yang kecil 'dini( dapat diterapi
secara radikal dengan cara pembedahan dan terapi adjuvant. 7erapi laser sebagai monoterapi
juga efektif untuk terapi radikal keloid dini. 7erapi konservatif non bedah, tidak efektif jika
digunakan sebagai monoterapi.
@
<iskusi dengan pasien untuk menentukan tujuan akhir terapi
merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam menangani keloid yang besar dan
multipel. Pasien dengan keloid berukuran besar biasanya disertai infeksi dan nyeri, sehingga
pengurangan ukuran massa keloid dan terapi simtomatik dengan berbagai modalitas terapi
harus dipertimbangkan.
@
Penanganan keloid yang paling sering digunakan dan paling sering dilaporkan
efikasinya adalah injeksi kortikosteroid intralesi, bedah eksisi, @+fluoruorasil, cryotherapy,
laser, radiasi dan silicone gel sheeting.
%, !
2.,.1 Ko%ti"oste%oid Int%!lesi
Kortikosteroid intralesi telah lama digunakan untuk terapi keloid karena memiliki
respon yang baik, mudah digunakan dan efek samping yang rendah. Kortikosteroid intralesi
menginhibisi pertumbuhan fibroblas dan produksi mediator inflamasi, mengurangi sintesis
5
kolagen dan mengubah sintesis glykosaminoglikan sehingga mengurangi jumlah kolagen
pada keloid. Secara klinis mengurangi rasa gatal, melembutkan dan meratakan lesi. Keloid
yang besar memiliki respon yang baik dengan penanganan triamsinolon asetonid intralesi.
<apat dikombinasi dengan terapi lain untuk meningkatkan respon dan efikasi terapi.
Kekambuhan sering dan dapat muncul dalam beberapa bulan atau tahun. <osis triamsinolon
asetonid yang diperlukan untuk terapi keloid lebih tinggi daripada untuk penyakit lain.
Cobles menganjurkan <osis yang digunakan untuk kotikosteroid intralesi %-+!- mg9m"
dengan interval !+0 minggu dan batas dosis perbulan dari triamsinolon asetonid adalah )-
mg, tergantung dari ukuran, lokasi dan respons keloid. /njeksi K/" menyebabkan keloid jadi
mendatar, lebih lunak dan meringankan gejala nyeri dan gatal. 6fek samping kortikosteroid
intralesi yang bisa muncul termasuk hiper+hipopigmentasi, atropi, dan telangiektasi.
Sedangkan efek samping sistemik jarang muncul pada kortikosteroid intralesi. Aamun injeksi
kostikosteroid ini sering tidak nyaman bagi pasien, tidak praktis dan sulit dilakukan pada
keloid yang besar dan atau keras juga multipel.
2
2.,.2 Pengg'n!!n Silikon gel sheeting
Pemberian silikon gel sheeting secara topikal merupakan alternatif lain untuk
penanganan keloid. Silikon ini dapat melembutkan dan menurunkan pruritus, merah dan
nyeri.
!
Penggunaan silikon sedikitnya %) jam perhari atau dua kali sehari dalam beberapa
bulan agar efektif. <apat digunakan sebagai terapi tambahan seperti pada terapi pembedahan,
kortikosteroid intralesi dan laser. Silokon gel sheet ini merupakan campuran dan kombinasi
dari beberapa ekstrak herbal dan derivate silicone. leh ahli international merekomendasikan
silikon gel ini sebagai profilaksis lini pertama setelah bedah eksisi.
!
2.,.3 Pem$ed!(!n
Bedah eksisi merupakan cara penanganan keloid yang pertama kali dikenal. Pertama
kali dilakukan oleh <ruit di tahun %B!! dan disempurnakan oleh <e .osta pada tahun %?-2.
Secara umum pembedahan diperlukan sebagai terapi lini kedua untuk lesi yang tidak
berespon terhadap terapi lain. Selain itu bedah eksisi juga dilakukan pada lesi keloid yang
luas sehingga membutuhkan debulking lebih dahulu sebelum terapi lain dilakukan.
Bedah eksisi merupakan lini kedua dalam penanganan keloid. Penanganan ini bukan
hanya invasif tetapi juga memiliki angka kekambuhan yang tinggi yaitu sekitar @-1. Pada
keloid yang kecil dapat langsung ditutup dan pada keloid yang besar dapat menggunakan
skin graf namun dapat menyebabkan keloid pada daerah donor. >ntuk menghindarinya dapat
6
digunakan autograf. Pada metode ini menggunakan kulit dari keloid untuk menutupi defek
setelah dilakukan pembedahan debulking.
2
Banyak teknik yang berkembang untuk debulking ini, seperti penggunaan suction-
assisted lipectomy, aspirator bedah ultrasonik dan rekonstruksi bedah mikro dengan
menggunakan arthroscopic shaver. Bedah eksisi merupakan prosedur yang sering digunakan
untuk tindakan debulking.
2
Pada bedah eksisi dapat dilakukan debulking parsial untuk
mengurangi ketebalan dari tumor. Kuretase sebagai prosedur pada tindakan debulking baik
untuk mengangkat massa tumor nodular yang lembut, namun tidak efektif dilakukan untuk
mengangkat tumor apabila didapati jaringan tumor dan fibrosis bersama+sama. Kuretase
jarang dilakukan sebagai prosedur debulking sedangkan debulking eksisi dilakukan lebih dari
?-1 pada tumor.
7indakan debulking digunakan pada tumor yang terlihat oleh mata. Setelah dilakukan
tindakan debulking maka penyuntikan kortikosteroid intralesi akan lebih mudah dan waktu
penyuntikan yang diperlukan pun akan lebih singkat. 7idak ada komplikasi yang terjadi
seperti nekrosis flap, infeksi, bentuk yang irregular, seroma atau hematoma pada salah satu
penelitian dengan penggunaan teknik debulking. 7erapi tambahan setelah operasi seperti
injeksi steroid sebaiknya dipertimbangkan.
2
Kombinasi tindakan debulking dengan injeksi
kortikosteroid intralesi beberapa waktu setelah pembedahan menjamin tidak terganggunya
penutupan defek dan resolusi yang cepat dibandingkan bila penggunaan teknik secara sendiri+
sendiri. /njeksi triamsinolon asetonid dapat dilakukan 2+! minggu setelah operasi. <ari
kebanyakan penelitian didapati bedah eksisi dikombinasi dengan injeksi steroid menunjukkan
kekambuhan kurang dari @-1.
2.,. Bed!( Be"'
Bedah beku atau cryotherapy menggunakan refrigerant, sebagai terapi tunggal atau
dikombinasi dengan injeksi K/" telah lama digunakan sebagai terapi keloid. Metoda aplikasi
cryotherapy adalah dengan cara ditempelkan, disemprotkan, dan disuntikkan intralesi.
), 2
Kelebihan dari bedah beku ini secara langsung menyebabkan stasis dan pembentukan
trombus sehingga terjadi nekrosis serta perlunakan dan pendataran keloid. Secara in vitro,
cryotherapy mampu mengubah sintesis kolagen dan differensiasi keloidal collagen menjadi
normal.

Kelemahan dari bedah beku cryotherapy adalah nyeri yang ditimbulkan cukup berat
dan waktu penyembuhan yang lama, sehingga pasien sering tidak datang kembali. Metoda ini
memerlukan kombinasi dengan cara pengobatan lain. Pada pasien dengan warna kulit gelap
dapat terjadi efek hipopigmentasi, yang dapat menimbulkan masalah baru.
!
7
2.,.+ L!se%
"aser memiliki harapan baik untuk penanganan terhadap keloid. Pulsed-dye laser
'P<"( memberikan angka respon yang baik dan menurunkan kekambuhan. Mekanisme
kerjanya masih belum jelas. <iketahui P<" @B@ nm memiliki target pembuluh darah yang
menyebabkan fototermolisis selektif. Sehingga pembuluh darah yang berlebihan pada keloid
dapat dihancurkan, selanjutnya terjadi hipoksia lokal. #asilnya peningkatan asam laktat yang
menstimulasi kolagenase dan penghancuran kolagen.
2
<apat dikombinasi dengan injeksi
kortikosteroid.
!
"aser karbondioksida '.)( merupakan salah satu jenis laser yang pertama
kali digunakan untuk terapi keloid. Pada tahun %?B) continous wave CO laser sukses dalam
eksisi keloid. Keuntungan laser adalah bersifat non traumatik dan memiliki efek
antiinflamasi. Aamun selanjutnya didapat bahwa eksisi keloid menggunakan continous wave
CO laser yang dilanjutkan dengan penyembuhan luka sekunder, gagal
menekan pertumbuhan dan mencegah rekurensi keloid. Saat ini laser .) digunakan
untuk debulking keloid berukuran besar, sebelum terapi lain dimulai.
)
2.- Pen.eg!(!n
Pencegahan pembentukan keloid merupakan faktor penting yang harus diperhatikan
dalam penanganan keloid. Klinisi harus waspada terhadap faktor resiko keloid,
termasuk riwayat keloid, riwayat keloid dalam keluarga, tension di lokasi trauma dan warna
kulit gelap. Keloid timbul jika sebelumnya terjadi cedera kulit walaupun cedera tersebut
ringan sekali. Keloid juga dapat berasal dari proses inflamasi yang lemah, termasuk akne dan
injeksi. Perhatian khusus harus diberikan ketika mengobati pasien dengan riwayat keloid.
4aktor yang dapat dikelola untuk mencegah terjadinya keloid adalah daya mekanik luka
'stretching tension(, pencegahan infeksi luka dan reaksi benda asing.
@
Beberapa hal penting
untuk mencegah keloid adalah3
@
%. #indari gerakan berlebihan yang dapat meregangkan luka
). *unakan perban dan kain pembalut luka dengan tepat.
2. #indarkan luka dari daya mekanis langsung 'misalnya gesekan dan garukan(
!. *unakan gel sheeting dan plester perekat.
@. >ntuk pasien dengan luka di telinga, kurangi kontak dengan bantal ketika tidur,untuk
mencegah gesekan.
0. >ntuk pasien wanita dengan luka di dada, gunakan bra dan pakaian dalam ketat untuk
mencegah regangan kulit yang disebabkan oleh berat payudara.
8
D. >ntuk pasien dengan luka di supra pubik, dianjurkan untuk memakai korset.
B. Setelah pembedahan dan trauma, luka yang terjadi harus dijaga tetap bersih dengan
cara melakukan irrigasi dan mengoleskan obat antibakteri atau antijamur.
?. Setelah pembedahan dan trauma, hindari kontak antara dermis daerah luka 'termasuk
lubang tindik telinga( dengan benda asing.
%
9
BAB III
LAP/&AN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Aama 3 KC6
,enis Kelamin 3 Perempuan
>mur 3 %0 tahun
Status 3 Belum Menikah
$lamat 3 Petak + *ianyar
Suku Bangsa 3 Bali + /ndonesia
Pekerjaan 3 Pelajar
Pemeriksaan 3 %0 ,uni )-%!
ANA)NESIS
!namnesis dilakukan di Poliklinik "ulit dan "elamin #$%& $anjiwani pada tanggal '( )uni* secara
autoanamnesis.
Kel'(!n Ut!m!0
Bekas luka yang membesar.
&i1!2!t Pen2!"it Se"!%!ng3
Pasien mengatakan memiliki bekas luka bakar di bagian dada akibat terkena dupa saat pasien
berusia kurang lebih @ tahun. $walnya bekas luka berukuran kecil 'sebesar biji jagung( kemudian
membesar dan melebar seperti benjolan yang tumbuh perlahan+lahan sejak kurang lebih % tahun yang
lalu. Selain itu bekas luka juga dikatakan menghitam dan terkadang disertai rasa gatal dan nyeri saat
ditekan yang tidak tentu munculnya. <ulu saat luka ini belum kering, pasien mengaku sering
menggaruk luka tersebut karena gatal. Saat ini jika keluhan gatal dan nyeri muncul, pasien sering
10
menggaruk dan menekan+nekan luka tersebut. Semenjak itu bekas luka dikatakan membesar dan
melebar. Pasien selama ini belum pernah berobat ke dokter untuk mengatasi keluhan ini.
&i1!2!t Pen2!"it Te%d!('l'
Pasien memiliki riwayat penyakit kulit seperti muncul bintik+bintik disertai gatal yang
dirasakan pada saat udara dingin. Keluhan membaik jika pasien diam di dalam rumah dan tidak
terkena udara dingin.
&i1!2!t Pen2!"it Kel'!%g!
<i keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama. Ciwayat penyakit kulit dalam
keluarga disangkal.
&i1!2!t Sosi!l
$ktivitas sehari+hari pasien merupakan seorang siswi SMK kelas %. >ntuk berangkat sekolah
pasien biasa menggunakan sepeda motor. Pasien mengaku sering terpapar sinar matahari. Pasien
selama ini tidak percaya diri karena memilliki bekas luka tersebut maka dari itu pasien biasa menutupi
dengan model baju yang tertutup.
STATUS 3ENE&ALIS
Kesadaran 3 compos mentis
Keadaan umum 3 tampak tidak sakit
,antung 3 tidak dievaluasi
Paru 3 tidak dievaluasi
$bdomen 3 tidak dievaluasi
6kstremitas 3 tidak ada edema, tidak ada deformitas, akral hangat
11
K*B 3 tidak ada pembesaran K*B
STATUS DE&)AT/L/3IKUS
7ampak jaringan sikatrik hiperpigmentasi dengan batas tegas, ukuran numuler, oval, soliter,
konsistensi padat, permukaan berkilat pada regio thoraks
PE)E&IKSAAN LAB/&AT/&IU)
' + (
DIA3N/SIS
Keloid
DIA3N/SIS BANDIN3
Skar hipertrofik
12
PE)E&IKSAAN ANJU&AN
' + (
PEN3/BATAN4TATALAKSANA0
+ Medikamentosa
o .ream desoEimethasone ) kali9 hari
+ Aon+medikamentosa
o 6dukasi mengenai penyakit
o #ilangkan kebiasaan menggaruk dan menekan lesi
o *unakan bra ketat untuk mengurangi gerakan pada lesi
o ,ika terjadi trauma, luka yang terjadi harus dijaga tetap bersih
BAB I5
PE)BAHASAN
.1 Di!gnosis
Berdasarkan anamnesis yang didapat, keluhan utama pasien adalah bekas luka bakar yang
dimiliki pasien sejak umur @ tahun dirasakan membesar dan melebar seperti benjolan. Pertumbuhan
jaringan ikat padat dapat mengarah ke ) diagnosis banding, yaitu skar hipertrofik dan keloid. Aamun
13
pada skar hipertrofik, pertumbuhan jaringan ikat tidak melebihi batas dari lukanya. Sedangkan pada
keloid, jaringan ikat yang tumbuh sudah melewati batas lukanya. <ari anamnesis riwayat keluarga
dikatakan tidak ada yang mengalami keluhan yang sama, namun pasien sering menggaruk dan
menekan+nekan luka tersebut karena gatal. 4aktor penyebab yang mungkin untuk terjadinya keloid
masih belum bisa dijelaskan. Salah satu faktor yang sering ditemui yaitu riwayat keloid dalam
keluarga, namun pada kasus ini tidak ditemukan. Selain itu yang menjadi faktor penyebab dari keloid
adalah faktor penyembuhan luka yang tidak baik seperti infeksi, luka bakar, inflamasi kronis,
penutupan luka yang tidak adekuat, tegangan yang berlebihan, benda asing, dan trauma berulang.
Pada kasus, luka pasien merupakan luka bakar dan pada saat muncul keluhan gatal dan nyeri, pasien
sering menggaruk luka tersebut sehingga terjadi trauma berulang. Pada kasus keloid, secara klinis
didapatkan nodul fibrosa, papul atau plak, keras, elastis, berkilat, tidak teratur, berbatas tegas, terdapat
telangiektasis dan berwarna merah muda sampai coklat gelap. Pada pemeriksaan efloresensi pada
pasien tampak jaringan sikatrik hiperpigmentasi dengan batas tegas, ukuran numuler, oval, soliter,
konsistensi padat, permukaan berkilat pada regio thoraks.
.2 Pen!t!l!"s!n!!n
7erdapat tiga pendekatan terapi pada keloid, yaitu3 manipulasi terhadap aspek mekanis
penyembuhan luka, koreksi terhadap ketidakseimbangan antara sintesis dan degradasi kolagen, dan
perubahan respon imun9 inflamasi. Aamun respon penyembuhan terhadap keloid ini cukup rendah
dalam berbagai terapi dan cenderung kambuh. Penanganan keloid yang paling sering digunakan dan
paling sering dilaporkan efikasinya adalah injeksi kortikosteroid intralesi, bedah eksisi, cryotherapy,
laser, dan silicone gel sheeting. Pada pasien diberikan krim desoEimethasone dengan dosis )E9 hari.
Penggunaan krim kortikosteroid pada kasus keloid dapat digunakan sebagai terapi simptomatis yaitu
untuk mengurangi rasa gatal dan peradangan. Selain itu krim kortikosteroid dapat digunakan untuk
menghambat proses pertumbuhan proliferatif jaringan ikat pada keloid. Aamun penggunaan krim
kortikosteroid tidak bisa dilakukan untuk mengurangi kolagen dalam keloid sehingga perlu dilakukan
terapi yang lebih sesuai. ,ika dilihat dari segi ukuran yang tidak besar dan hanya ada % lesi keloid
pada pasien sebaiknya dianjurkan untuk dilakukan injeksi kortikosteroid intralesi seperti
triamsinolone asetonid. /njeksi kortikosteroid intralesi dapat melembutkan dan meratakan lesi. /njeksi
diberikan dengan dosis %-+!-mg9m" interval !+0 minggu dan batas dosis perbulan triamsinolon
asetonid adalah )-mg.
6dukasi yang diberikan ke pasien bertujuan untuk menghambat proliferasi jaringan ikat dan
mencegah terbentuknya lesi keloid baru. Kebiasaan menggaruk atau menekan keloid harus
dihilangkan untuk mencegah terjadinya peradangan sehingga lesi tidak membesar. >ntuk mencegah
terbentuknya lesi keloid baru,hindari gerakan berlebihan yang dapat meregangkan luka, tutup luka
dengan gel sheeting dan plester luka, dan rawat luka dengan baik untuk mencegah terjadi infeksi.
14

DA#TA& PUSTAKA
15
%. H!%t2ng )6 Hi."s )J6 Le72 )L. <ermal hypertrophies. /n3 &olff K, et al, editor.
4it=patrickFs dermatology in general medicine. D
th
6dition. Aew Gork3 Mc. *raw #ill,
)--B. h. @@2+!
). T(ompson. Leste%. )--%. Skin Keloid. +,- )ournal.
3. B'tle%6 P.D.6 Long!"e%6 ).T.6 8!ng6 3.P. Current progress in keloid research and
treatment. , $m .oll Surg. )--B )-03D2%+!%
4. U%ioste6 S.S.6 A%ndt6 K.A.6 Do7e%6 J.S. "eloids and hypertrophic scars. #eview and
treatment strategies. Seminars in .utaneous Medicine and Surgery %???, %B')(3%@?+
D%
@. Ag'ng 3. I. /lmu Penyakit Kulit dan KelaminH 7umor Kulit3 7umor ,inak kulitH @
th
ed, p. )2-. ed3 <juanda $, #am=ah M, $ishah S. 4alkutas Kedokteran >niversitas
/ndonesia. ,akarta. )--?
16

Anda mungkin juga menyukai