Anda di halaman 1dari 26

Laporan Kasus

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSAAN PILOMATRICOMA


REGIO PREAURIKULA SINISTRA

Oleh :

Dr. Veni Rosita Dewi

Pembimbing

Dr. Hj. Abla Ghanie, Sp.T.H.T.K.L.(K), FICS

Dr. Fiona Widyasari, Sp.THTKL

KELOMPOK STAFF MEDIK DAN BAGIAN IK THTKL FK


UNSRI RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2020

1
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PILOMATRICOMA
REGIO PREAURIKULA SINISTRA
Veni Rosita Dewi, Fiona Widyasari, Abla Ghanie

BAGIAN IK THT-KL FK UNIVERSITAS SRIWIJAYA/


KSM THT-KL RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG

Abstrak
Pilomatricoma merupakan tumor jinak kulit yang langka biasanya tumbuh
di folikel rambut, korteks rambut, dan adneksa kulit. Pilomatricoma biasanya
terjadi hanya 1% dari seluruh diagnosis patologi pada lesi kulit jinak. Tumor jinak
ini dapat terjadi pada semua usia, namun sering terdiagnosis pada usia dekade kedua
dan ketiga kehidupan atau usia dewasa muda. Pilomatricoma paling sering terjadi
pada daerah kepala dan leher dengan daerah preaurikula menjadi salah satu lokasi
paling sering. Pilomatricoma timbul sebagai massa tumor yang keras berwarna
kemerahan atau sama dengan sekitar pada dermis atau hipodermis,
pertumbuhannya lambat, biasanya asimtomatik. Pemeriksaan histopatologi
pilomatricoma menunjukkan adanya sel bayangan (ghost cell). Pembedahan
dengan eksisi lokal luas adalah pengobatan pilihan untuk kasus ini. Dilaporkan satu
kasus wanita usia 31 tahun didiagnosis pilomatricoma regio preaurikula sinistra.

Kata Kunci : Pilomatricoma, preaurikula, eksisi lokal luas

Abstract
Pilomatricoma is a rare, benign skin tumor that usually grows on the hair
follicles, hair cortex, and skin adnexa. Pilomatricoma usually occurs in only 1% of
all pathological diagnoses in benign skin lesions. These benign tumors can occur
at any age, but are often diagnosed in the second and third decades of life or young
adulthood. Pilomatricoma occurs most frequently in the head and neck region with
the preauricular area being one of the most frequent sites. Pilomatricoma presents
as a hard mass of tumor that is reddish in color or the same as the vicinity of the
dermis or hypodermis, slow growth, usually asymptomatic. Pilomatricoma
histopathological examination showed the presence of ghost cells. Surgery with
wide local excision is the treatment of choice for this case. Reportedly one case of
a woman aged 31 years was diagnosed with pilomatricoma region of the left
preaurikula.

Keywords: Pilomatricoma, preauricular, wide local excision

2
PENDAHULUAN
Pilomatricoma merupakan tumor jinak kulit yang langka biasanya tumbuh
di folikel rambut, korteks rambut, dan adneksa kulit. Pada tahun 1880 oleh
Marherbe dan Chenantais pertama kali melaporkan tentang tumor ini dimana
dikatakan tumor ini berasal dari kelenjar sebasea sehingga disebut “calsification of
epithelioma of Marlherbe”.1-4
Pada tahun 1992 Dubreuilh dan Cazenave mendeskripsikan karakterisktik
histopatologi unik dari tumor ini, berupa pulau sel bayangan (ghost cell). Pada tahun
1961 Forbis dan Helwig mengusulkan istilah Pilomatrixoma untuk
menggambarkan kondisi untuk menghindari konotasi keganasan dan untuk
membedakan asalnya dari sel matriks rambut. Pada tahun 1973 Moehlenbeck
melaporan 140.000 tumor kulit dan mencatat bahwa pilomatricoma mewakili 0,12
% kasus. Mubarak dkk juga melakukan penelitian di wilayah Selatan Arab Saudi,
pada bulan Agustus 2008 hingga Januari 2017 terdapat 23 kasus dengan rentang
usia 8 sampai 68 tahun dengan rata-rata usia 28,8 tahun dan rasio perempuan
terhadap laki-laki 1,2:1,1 dengan mayoritas kasus terjadi pada leher (43,5%) diikuti
oleh daerah kepala (30%) dengan ukuran tumor sekitar 0,3-4,0 cm. Terdapat
kesalahan pada diagnosis klinis praoperasi adalah kista sebasea (34.8%) semua
kasus dikonfirmasi secara histopatologi sebagai pilomatricoma.5,6
Dogan Kose dkk juga melakukan penelitian secara retrospektif di Rumah
sakit Turki dari Januari 2006 hingga Desember 2012 terdapat 8 pasien
pilomatricoma. Dari 8 pasien 4 pasien (50%) adalah laki-laki dan 4 pasien adalah
perempuan (50%). Studi retrospektif terhadap pasien dengan pilomatricoma antara
Februari 1998 sampai Agustus 2011 di Rumah Sakit Umum Distrik di Inggris angka
kejadian pilomatricoma terhitung 1:500 sampai 1:2000 spesimen terdiagnosis
pilomatricoma, pada penelitian ini melibatkan 67 pasien dengan histopatologi
pilomatricoma. Di Jepang antara tahun 1977-1994 ada sekitar 37 kasus terdiagnosa
pilomatricoma. Di Prancis antara tahun 1989 – 1997 sebuah studi retrospektif di
salah satu klinik bedah terungkap 33 pasien yang menjalani operasi untuk
pilomatricoma.7,8

3
Pilomatricoma di diagnosis dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Gejala klinis pilomatricoma timbul sebagai massa tumor
yang keras pada dermis atau hipodermis, pertumbuhannya lambat dan biasanya
asimtomatik. Kulit diatasnya biasanya terlihat normal atau kemerahan. FNAC dari
kasus ini dapat menyebabkan diagnosis yang tidak tepat dari kelainan kulit,
sehingga pemeriksaan baku emas untuk pilomatricoma adalah dengan pemeriksaan
histopatologi.

ANATOMI TELINGA LUAR


Telinga luar terdiri dari aurikula dan kanalis akustikus eksternus. Telinga
luar atau pinna terbentuk dari kartilago fibroelastik yang dilapisi kulit dan sedikit
jaringan subkutan. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit (Gambar
1). Kulit pada lapisan eksterna dari aurikula menempel kuat dengan kartilago
dibawahnya dengan jaringan ikat di dermis yang menyatu membentuk
perikondrium. Kulit di bagian posterior dari aurikula memiliki lapisan subkutan.
Aurikula menempel pada tengkorak yang dihubungkan oleh ligamen dan otot
tranversal daun telinga serta kulit. 9,10

Gambar 1. Anatomi Telinga Luar.25

Permukaan yang menonjol pada aurikula disebut heliks. Bagian anterior


dan paralel dari heliks disebut antiheliks. Pada bagian superior antiheliks dibagi
menjadi krus superior dan inferior yang dikelilingi oleh fossa triangularis.
Cekungan antara heliks dan antiheliks disebut fossa skafoid. Antiheliks

4
mengelilingi konka, ruang dalam bagian posterior dari meatus akustikus eksternus.
Krus heliks membagi konka menjadi bagian superior yang (simba konka) dan
bagian inferior (kavum konka). Rongga yang dibentuk oleh konka di permukaan
anterior telinga akan berlanjut menjadi tonjolan pada bagian posterior telinga yang
disebut eminen. Bagian anterior konka yang sebagian menutupi meatus akustikus
eksternus disebut tragus. Antitragus terletak di posteroinferior dari tragus dan
dipisahkan oleh intertragic notch. Pada bagian bawah antitragus terdapat lobulus
yang terdiri dari jaringan ikat longgar dan lemak.9,10

Gambar 2. Anatomi Regio Preaurikula26

Secara anatomi daerah wajah (daerah zygoma) terutama regio


preaurikula terdapat beberapa struktur dibawahnya salah satunya adalah kelenjar
parotis. Bagian ujungnya tepat berada di bawah sudut mandibular dan dasarnya
disepanjang arcus zigomatikus. Kelenjar parotis terdiri dari beberapa
kompartemen dimana kompartemen-kompartemen ini penting saat pembedahan
yang terdiri dari nervus, pembuluh darah dan limfatik yang terdapat pada
kelenjar. Wajah memiliki beberapa serabut-serabut syaraf yang tersebar di
beberapa lokasi di wajah, salah satunya adalah Nervus Auricularis yang tertetak
6,5 cm dibawah meatus akustikus eksternus. Lokasi tersebut disebut dengan
facial danger zone ketika melalukan pembedahan di daerah tersebut.25,26

5
ANATOMI KULIT

Kulit yang merupakan lapisan terluar yang menutupi seluruh tubuh sangat
rawan terkena kerusakan. Kulit menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi
utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Kulit
terbagi atas dua lapisan utama, yaitu epidermis sebagai lapisan yang paling luar dan
Dermis. Sedangkan subkutis atau jaringan lemak terletak dibawah dermis.13-14
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh. Lapisan
yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan
perut. Karena ukurannya yang tipis, jika kita terluka biasanya mengenai bagian
setelah epidermis yaitu dermis. Dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut
kolagen dan elastin. Serabut kolagen dapat mencapai 72 persen dari keseluruhan
berat kulit manusia bebas lemak.13,14
Pada bagian dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit. Adneksa kulit
merupakan struktur yang berasal dari epidermis tetapi berubah bentuk dan
fungsinya, terdiri dari folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran
keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan serabut
saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit
(subkutis/hipodermis). Hipodermis atau lapisan subkutis (tela subcutanea) tersusun
atas jaringan ikat dan jaringan adiposa yang membentuk fasia superficial yang
tampak secara anatomis. Hipodermis ini terdiri dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi,
pembuluh darah dan pembuluh getah bening.13,14

Gambar 3. Anatomi Kulit14

6
EPIDEMIOLOGI
Pilomatricoma biasanya terjadi hanya 1% dari seluruh diagnosis patologi
pada lesi kulit jinak. Berdasarkan penelitian Malherbe dkk tumor jinak ini dapat
terjadi pada semua usia yaitu pada rentang usia 3 bulan sampai 93 tahun, tetapi telah
dilaporkan lebih dari 60% kasus didiagnosis pertama pada usia dekade kedua dan
ketiga kehidupan atau usia dewasa muda. Diantara kaum muda 40 % kasus terjadi
sebelum usia 10 tahun dan 60% kasus terjadi pada dekade kedua dan ketiga
kehidupan. Banyak studi melaporkan juga jika wanita lebih dominan terkena
dibandingkan laki-laki dengan rasio berkisar laki - laki : wanita (0,97:1) tumor ini
paling sering ditemukan pada kepala dan leher..4,6-8
Mubarak dkk juga melakukan penelitian di wilayah Selatan Arab Saudi,
pada bulan Agustus 2008 hingga Januari 2017 terdapat 23 kasus dengan rentang
usia 8 sampai 68 tahun dengan rata-rata usia 28,8 tahun dan rasio perempuan
terhadap laki-laki 1,2:1,1. Dogan Kose dkk juga melakukan penelitian secara
retrospektif di Rumah sakit Turki dari Januari 2006 hingga Desember 2012 terdapat
8 pasien pilomatricoma. Dari 8 pasien 4 pasien (50%) adalah laki-laki dan 4 pasien
adalah perempuan (50%).4,6-8

PREDILEKSI
Lokasi yang paling dominan adalah regio kepala dan leher lebih dari 50%
kasus yang paling sering adalah pada daerah maksilofacial yaitu 23% pada pipi,
22% pada leher, 18 % alis dan 14% pada kulit kepala. Pilomatricoma juga sering
terjadi pada daerah temporal, periorbital dan preaurikular kemudian diikuti oleh
regio ekstremitas atas 25 % kasus, batang tubuh dan extremitas bawah 10% kasus
serta pada otot 15% kasus. Pilomatricoma ini biasanya muncul sebagai massa
subkutan yang membesar sangat lambat dan asimptomatik. Marherbe dkk
melaporkan bahwa pilomatricoma paling sering terjadi pada daerah kepala dan
leher dengan daerah preaurikula menjadi salah satu lokasi paling sering yang
memiliki berbagai macam tanda yang sering menyebabkan salah diagnosis.1,2.
Penelitian Ming Yun dkk juga mengatakan bahwa predileksi yang paling
umum adalah leher, diikuti oleh pipi, kulit kepala, dan periorbital dengan lokasi

7
tersering adalah daerah kepala dan leher dengan presentasi 40-77 % kasus. Leher
dan pipi adalah tempat paling umum untuk kelompok pediatrik usia dibawah 18
tahun sedangkan kulit kepala dan leher adalah tempat paling umum pada kelompok
usia dewasa. Ada 3 kasus pilomatricoma yang dilaporkan terjadi pada telapak
tangan, telapak kaki atau daerah genital, mungkin karena kurangnya kulit bantalan
rambut didaerah ini.2,5

ETIOPATOGENESIS
Pilomatricoma tumbuh di sel matriks folikel rambut. Ini adalah kumpulan
sel yang tumbuh cepat di setiap folikel rambut yang menghasilkan serat rambut.
Dalam kasus pilomatricoma, sel-sel matriks rambut bereproduksi secara tidak
teratur. Pilomatricoma berkembang dari formasi sel abnormal yang mirip dengan
sel rambut yang mengeras. Beberapa penelitian mengatakan, pilomatricoma terkait
dengan mutasi gen b-catenin, yang bertanggung jawab atas saling berikatannya sel
abnormal dan yang memainkan peran penting dalam pembentukan tumor pada
folikel rambut. Mutasi gen b-catenin ini diperoleh dan tidak diturunkan secara
genetik. Mutasi sel ini dapat muncul pada pilomatricoma yang jinak maupun ganas.
Min Ying dkk mengatakan bahwa pilomatricoma berasal dari matrik germinal
rambut. Pembentukan pilomatricoma merupakan gangguan pada siklus folikel
rambut dimana perbedaan sitologi pada pilar keratinosit gagal berkembang menjadi
rambut dewasa. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa apoptosis adalah
mekanisme utama yang menyebabkan perkembangan sel gagal.1,5,16

HISTOPATOLOGI
Pemeriksaan histopatologi pilomatricoma menunjukkan nodul dermal
berbatas tajam yang dikelilingi oleh kapsul jaringan fibrosa yang terkompresi yang
terletak dibawah dan meluas kebagian lemak subkutan. Sel-sel yang tersusun
seperti pulau-pulau tersebut tersusun dalam konfigurasi melingkar dengan sel
basaloid berinti dipinggiran dan sel bayangan ternukleasi ditengahnya. Sel
bayangan juga disebut ghost cell yang berevolusi dari sel basaloid mewakili sel mati
yang mempertahankan bentuk selulernya dan menunjukkan area sentral yang sesuai
dengan nucleus yang hilang. Sel transisi yang terletak diantara sel basaloid dan sel
8
bayangan dianggap mewakili sel yang mengalami apoptosis dan sel tersebut akan
berlanjut menjadi sel bayangan, kalsifikasi pada sel sebagian besar terlihat di daerah
pulau sel bayangan dengan kejadian berkisar 69 %-85 %.1,15-18
Menurut penelitian Min Ying dkk pilomatricoma juga biasanya berupa
nodul soliter tetapi kejadian multiple telah diamati pda 2-10 % kasus yang
dilaporkan. Dalam penelitiannya juga disebutkan bahwa pilomatricoma berasal dari
matrik germinal rambut. Pembentukan pilomatricoma merupakan gangguan pada
siklus folikel rambut dimana perbedaan sitologi pada pilar keratinosit gagal
berkembang menjadi rambut dewasa. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
apoptosis adalah mekanisme utama yang menyebabkan perkembangan sel gagal.
Diameter pilocotricoma berkisar antara 0,5-3 cm dalam banyak kasus.5,6,23

Gambar 4. Gambaran Histologi Pilomatricoma.1,20,

9
GEJALA KLINIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
Pilomatricoma timbul sebagai massa tumor yang keras pada dermis atau
hipodermis, pertumbuhannya lambat, biasanya asimtomatik, nodul soliter
berukuran 1-3 cm. Kulit diatasnya biasanya terlihat normal atau kemerahan. Hanya
5 % pasien yang menderita pilomatricoma multiple biasanya berhubungan dengan
sindrom genetik. Secara klinis pilomatricoma muncul sebagai nodul dengan
konsistensi tegas atau berbatu, berbatas tegas, normokromik atau eritematosa yang
sering disalahartikan sebagai kista epidermis. Meskipun biasanya muncul sebagai
lesi soliter, beberapa kasus pilomatricoma dapat dilihat pada 2,4 % hinga 5% kasus.
Pilomatricoma umumnya ditemui didaerah kepala dan leher. Menurut Malherbe
dan Chenan Tais (1880) lesi awal yaitu berupa epitel kalsifikasi. Pada penelitian
O'Connor dkk melaporkan bahwa hampir 25 % kasus dapat disertai gejala.
Berdasarkan penelitian Ming Yin dkk tumor ini biasanya tanpa gejala dan tumbuh
perlahan selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun.5-7

Gambar 5. Pilomatricoma1

DIAGNOSIS
Pilomatricoma dapat didiagnosis banding dengan basal sel karsinoma,
trichoblastoma, dan melanocityc carcinoma dan bentuk tumor ganas pilomatrical
carcinoma. Pilocotricoma pada kepala dan leher juga bisa didiagnosis banding
dengan kista sebasea, hematoma yang mengeras, sel tumor raksasa, kondroma, kista
dermoid, reaksi benda asing, fibroxanthoma degenerating, pembentukan tulang
metastatic dan osteoma cutis. Dalam penelitian O' Conner dkk dari 201 kasus yang
dievaluasi dan mereka melaporkan bahwa diagnosis pra operasi yang benar dibuat

10
hanya pada 28 % kasus dari semua kasus. Studi tinjauan klinis dari 209 kasus
pilomatricoma oleh Julian dan Bowers juga melaporkan bahwa lesi sering salah
didiagnosis. Mereka menyatakan bahwa diagnosis keganasan atau kista
anepidermoid. Mundinger dkk melaporkan kasus pilomatricoma yang besar
melibatkan kelenjar parotid dan menyatakan bahwa lesi harus dipertimbangkan
dalam diagnosis banding tumor. Biopsi adalah gold standart untuk mendiagnosis
pilomatricoma. Sitologi aspirasi jarum halus (FNAC) tidak direkomendasikan
untuk tujuan diagnostik1,15
FNAC dari lesi ini dapat menyebabkan diagnosis yang tidak tepat dari
keganasan kulit. Temuan sel bayangan (ghost cell) dan monomorfik sel basal
bersifat patognomonik untuk pilomatricoma. Pada FNAC dapat menyebabkan
dominasi basaloid sel yang dapat dengan mudah disalah artikan sebagai sel basal
karsinoma sel skuamosa basaloid. Selain itu sel hantu tidak selalu terlihat pada
specimen sitologi. Mengingat tingginya tingkat kesalahan diagnosis pilomatricoma
dengan FNAC sebagian besar peneliti setuju bahwa efektifitas diagnostik FNAC
bervariasi dan sangat bergantung pada pengalaman dari ahli patologi dan
kecurigaan klinis secara keseluruhan. 5,15,19

TATALAKSANA
Enukleasi atau pembedahan dengan eksisi lokal yang luas adalah
pengobatan pilihan untuk kasus ini. Prosedur pembedahan sangat bervariasi. Teknik
pembedahan ditujukan terutama untuk mencegah terjadinya rekurensi. Teknik
eksisi lokal luas standar dilakukan dengan cara membuat insisi berbentuk baji atau
elips yang cukup luas sehingga semua jaringan dan kulit nekrotik terangkat.
Selanjutnya jaringan inflamasi pada daerah dibawah fasia temporalis diangkat.20,21-
24

11
Gambar 6. Prosedur operasi eksisi lokal luas20

Pendekatan lain eksisi lokal luas adalah dengan pendekatan supra-aurikular.


Tekniknya dengan melakukan insisi elips yang kemudian diekstensi keatas ke pre-
dan supra-aurikular di daerah temporal. Hal ini memungkinkan lapang pandang
yang lebih baik namun secara estetik masih baik.21-24

Gambar 7. Temuan makroskopik tumor saat operasi19

PROGNOSIS
Pilomatricoma merupakan tumor jinak yang sangat jarang ditemukan,
rekurensi dapat terjadi jika tumor tidak tereksisi komplit. Kekambuhan dilaporkan
jarang terjadi. Tranformasi ganas pada pilomatricoma jarang terjadi dengan kurang
dari 20 kasus. Pilomatricoma maligna cenderung terjadi pada pasien usia lanjut.
Menurut penelitian Min Yung dkk kekambuhan setelah operasi jarang terjadi
dengan kejadian 0-3 % kasus. Transformasi ganas pada pilomatricoma harus
dicurigai dalam kasus dengan kekambuhan lokal yang berulang. Menurut penelitian
12
Peter Mekhail dkk di Amerika Serikat kekambuhan terjadi karena pengangkatan
lesi yang belum tuntas dengan tingkat kekambuhan 2-6 %, dalam beberapa kasus
karena volume dari lesi atau adanya perlekatan pada epidermis, cangkok kulit
mungkn diperlukan untuk menutupi defek setelah reseksi.1,5,7

LAPORAN KASUS
Seorang wanita 31 tahun datang ke poliklinik THT-KL RSMH pada tanggal
08 Januari 2020 dengan keluhan timbul benjolan didepan telinga kiri sejak 1 tahun
yang lalu. Awalnya benjolan timbul seperti jerawat yang kemudian benjolan
membesar hingga sekarang sebesar telur ayam kampung. Benjolan tidak nyeri,
keluar cairan dari telinga kiri tidak ada, penurunan pendengaran pada telinga kiri
tidak ada, telinga berdenging tidak ada, kemudian pasien berobat ke praktek dokter
THT-KL dilakukan pengambilan isi benjolan menggunakan jarum suntik,
didapatkan cairan keruh kekuningan, kemudian benjolan berkurang tetapi muncul
kembali setelah 1 bulan kemudian. Benjolan tidak nyeri, lalu pasien memutuskan
belum berobat kembali.
Sejak 1 bulan ini benjolan di depan telinga kiri semakin membesar hingga
saat ini sebesar telur ayam kampung, benjolan tidak terasa nyeri, keluar cairan dari
telinga kiri tidak ada, penurunan pendengaran tidak ada, telinga berdenging tidak
ada, keluhan hidung dan tenggorok tidak ada, riwayat alergi tidak ada, riwayat
darah tinggi tidak ada, riwayat kencing manis tidak ada, lalu pasien berobat kembali
ke dokter praktek THT- KL dan dirujuk ke RSMH Palembang.

Gambar 8. Wajah pasien, tampak benjolan didepan telinga kiri

13
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan status generalis pasien tampak sakit
ringan, kesadaran kompos mentis, nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20x/menit, suhu
36,5 ºC. Pemeriksaan telinga kanan regio preaurikula dalam batas normal, kanalis
akustikus eksternus lapang, sekret tidak ada, serumen tidak ada, membran timpani
intak, refleks cahaya baik, pemeriksaan telinga kiri pada regio preaurikula sinistra
tampak benjolan berwarna kemerahan, ukuran ± 6x5x5 cm, konsistensi kenyal,
terfiksir, nyeri tekan tidak ada, fluktuasi tidak ada. Kanalis akustikus eksternus
lapang, sekret tidak ada, serumen tidak ada, membran timpani intak, reflek cahaya
baik.

Aurikula Dextra Aurikula Sinistra

Gambar 9. Membran timpani intak, reflek cahaya baik

Gambar 10. Regio preaurikula sinistra, tampak benjolan ukuran ± 6x5x5 cm

14
Pada pemeriksaan hidung kanan dan kiri didapatkan kavum nasi lapang,
sekret tidak ada, septum deviasi tidak ada, konka inferior eutrofi. Pada pemeriksaan
tenggorokan didapatkan arcus faring simetris, uvula ditengah, tonsil T1-T1, dinding
faring posterior tenang.
Kemudian pasien dipersiapkan untuk tindakan operasi ekstirpasi massa,
sebelum dilakukan tindakan operasi pasien dipersiapkan dengan beberapa
pemeriksaan diantara Foto toraks posisi posterior anterior dan pemeriksaan
laboratorium lengkap.

Gambar 11.. Rontgen Thorax Posterior Anterior

Dari pemeriksaan foto toraks didapatkan cor dan pulmo dalam batas normal.
Dari permeriksaan laboratorium lengkap didapakan Hb : 11,7 gr/dl, leukosit : 9.780
mm3, trombosit : 392.000/mm3, ureum : 15 mg/dl, kreatinin : 0,64 mg/dl, glukosa
darah sewaktu : 112 mg/dl, natrium : 145 mEq/L, kalium : 3,7 mEq/L, waktu
pembekuan : 10 detik, waktu perdarahan : 2 detik, HbsAg : Non reaktif.
Pasien dilakukan operasi pada tanggal 15 Januari 2020 dalam general
anestesi. Intraoperasi pasien diposisikan terlentang dilakukan tindakan aseptik-
antiseptik pada lapangan operasi menggunakan povidon iodine, dilakukan skin
marker dan infiltrasi pada kulit dan sekitar massa dengan injeksi lidocain sebanyak
5 ml kemudian dilakukan insisi elips pada kulit, insisi diperdalam lapis demi lapis
tampak kantong massa yang berada tepat di subdermal didapatkan massa tumor

15
terbungkus oleh kantong kista, massa tumor berwarna putih kekuningan, lunak,
berukuran ± 6x5x5 cm, kantong massa diekstirpasi hingga seluruh massa
terektirpasi, dilakukan evaluasi pada jaringan subkutan dan tampak struktur
jaringan di sekeliling tumor tersebut baik. Dilakukan penjahitan luka operasi lapis
demi lapis dengan benang PGA 5.0. Perdarahan dievaluasi, dipasang drain
kemudian ditutup kassa antibiotik dan kassa depan, operasi selesai. Dilakukan
pemeriksaan Patologi Anatomi pada jaringan tumor. Pasca operasi pasien diberikan
injeksi Ceftriaxone 1 gram per 12 jam intravena, drip ketorolac 60 mg dalam ringer
laktat per 8 jam, injeksi ranitidin 50 mg per 12 jam, pantau tanda-tanda vital dan
perdarahan, pasien dipuasakan hingga sadar penuh.

Gambar 12. Intraoperasi

16
Follow up hari pertama post operasi keluhan nyeri pada luka operasi ada,
mual tidak ada, muntah tidak ada, nyeri kepala tidak ada. Tanda – tanda vital dalam
batas normal, pemeriksaan pada regio preaurikula sinistra tampak luka jahitan baik,
drain lancar, tertutup kassa depan, perdarahan aktif tidak ada, rembesan darah tidak
ada, luka dibersihkan dengan cairan antiseptik dipasang kassa antibiotik, dan kassa
depan. Pasien diterapi dengan pemberian injeksi ceftriaxone 1 gram per 12 jam
intravena, drip ketorolac dalam cairan ringer laktat per 8 jam, injeksi ranitidin 50
mg per 12 jam intravena, diet nasi biasa.

Gambar 13. Follow up hari pertama

Follow up hari kelima post operasi keluhan nyeri pada luka operasi ada
minimal, mual tidak ada, muntah tidak ada, nyeri kepala tidak ada. Tanda – tanda
vital dalam batas normal, pemeriksaan pada regio preaurikula sinistra tampak luka
jahitan baik, drain dilepas, perdarahan aktif tidak ada, rembesan darah tidak ada,
luka dibersihkan dengan cairan antiseptik dipasang kassa antibiotik, dan kassa
depan. Pasien dipulangkan dengan pemberian cefixim 100 mg per 12 jam peroral,
ranitidin 150 mg per 12 jam peroral dan natrium diklofenac 50 mg per 12 jam
peroral, edukasi cara ganti verban luka operasi dirumah, kontrol poli THTKL 27
Januari 2020.
Pada tanggal 27 Januari 2020 pasien kontrol ke poli THT-KL post operasi
ekstirpasi massa regio preaurikula sinistra, keluhan nyeri pada luka operasi tidak
ada, nyeri kepala tidak ada, pusing berputar tidak ada, tanda-tanda vital dalam batas
17
normal. Pada regio preaurikula sinistra tampak luka jahitan baik, perdarahan aktif
tidak ada, rembesan darah tidak ada, dilakukan aff seluruh jahitan menggunakan
gunting steril, tampak luka bekas jahitan baik post aff jahitan, perdarahan aktif tidak
ada, rembesan darah tidak ada, antibiotik dan analgetik dilanjutkan.

Gambar 14.. Satu minggu post operasi

Pada saat kontrol pasien membawa hasil Patologi Anatomi dengan nomor
PA : 250/A/2020 dengan kesan Pilomatricoma pada regio periaurikula sinistra.
Dengan gambaran Makroskopik Beberapa potongan jaringan terfragmentasi
terbesar ukuran 5x3x1,5 cm dilapisi sedikit kulit, terkecil ukuran 1x0,5x0,5 cm
dengan permukaan tidak rata. Pada potongan kenyal sebagian rapuh warna putih,
abu-abu kenyal. Hasil mikroskopik jaringan terfragmentasi epidermis dilapisi
epitel squamous kompleks berkeratin. Dermis berupa jaringan ikat fibrokolagen
berserbuk sel-sel radang limfosit, plasma dan diantaranya dijumpai folikel rambut,
kelenjar sebasea dan kelenjar ekrin. Dijumpai massa tumor membentuk struktur
multinodul berbatas tegas pada bagian perifer terdiri dari sel-sel berukuran kecil
monomorf batas antar sel tidak jelas, inti bulat hiperkromatik sebagian vesikuler.
Sitoplasma basofilik yang meluas (transisi) kebagian sentral mengalami keratinisasi
membentuk sel bayangan (ghost cell) dengan batas antar sel tidak jelas, sitoplasma
eosinofilik sisa inti yang dilusi. Diantaranya stroma jaringan ikat fibrokolagen
berserbuk sel-sel radang limfosit dan plasma sebagian mengalami perubahan
miksoid pembuluh darah sebagian dilatasi hiperemis. Tampak pula area perdarahan

18
dan jaringan lemak matur. Tidak dijumpai tanda-tanda ganas pada sediaan ini.
Dengan Kesan Pilomatricoma pada regio preaurikula snistra. Sehingga pasien
didiagnosa dengan Pilomatricoma regio periaurikula sinistra. Setelah satu kali
kontrol ke poli THT-KL RSMH pasien tidak ada lagi keluhan, benjolan di depan
telinga tidak muncul kembali dan luka jahitan baik.

Follow up 6 bulan post operasi keluhan nyeri pada luka bekas operasi tidak
ada, tampak luka bekas jahitan tertutup dengan baik, wajah tampak simetris dan
tidak terjadi rekurensi pada regio preaurikula sinistra.

Gambar 15. Foto 6 bulan post operasi

DISKUSI KASUS
Telah dilaporkan satu kasus Pilomatricoma pada regio preaurikula sinistra,
pada wanita berusia 31 tahun. Penelitian Marherbe dkk mengemukakan bahwa
kasus ini dapat terjadi pada semua usia, terutama pada anak-anak dan dewasa muda,
dilaporkan 60 % kasus terjadi dalam dua atau tiga dekade pertama kehidupan dan
Marherbe dkk juga melaporkan jika wanita lebih dominan terkena dibangdingkan
laki-laki dengan rasio berkisar laki - laki : wanita (0,97:1). Menurut Min Yin dkk
mengemukakan bahwa rasio perbandingan laki-laki dibandingkan wanita hampir
sama. Mubarak dkk juga melakukan penelitian di wilayah selatan arab Saudi, pada
bulan Agustus 2008 hingga Januari 2017 terdapat 23 kasus dengan rentang usia 8

19
sampai 68 tahun dengan rata-rata usia 28,8 tahun, dengan rasio perempuan terhadap
laki-laki 1,2:1,1.5,6
Pada kasus predileksi terjadi pada region preaurikula. Menurut Marherbe
dkk melaporkan bahwa pilomatricoma paling sering terjadi pada daerah kepala dan
leher dengan daerah preaurikula menjadi salah satu lokasi paling sering yang
memiliki berbagai macam tanda yang sering menyebabkan salah diagniosis. Ming
Yin dkk menyatakan bahwa lokasi tersering adalah daerah kepala dan leher denan
presentasi 40-77 % kasus. Lokasi umum kedua adalah ekstremitas atas, diikuti oleh
batang tubuh dan ekstremitas bawah. Didaerah kepala dan leher lokasi yang paling
sering adalah leher dan daerah garis depan, temporal, periorbital dan preaurikular. 5-
8

Pada anamnesis awal pasien datang dengan timbul benjolan sejak satu tahun
yang lalu yang awalnya sebesar jerawat dan lama kelamaan membesar sebesar telur
ayam kampung dengan permukaaan kulit berwarna kemerahan, dan benjolan tidak
terasa nyeri, sehingga hampir diabaikan oleh pasien. Menurut Ming Yin dkk tumor
ini biasanya tanpa gejala dan tumbuh perlahan selama beberapa bulan bahkan
beberapa tahun. Pilomatricoma timbul sebagai massa tumor yang keras pada
dermal atau hypodermal, pertumbuhannya lambat, biasanya asimtomatik, nodul
soliter 1-3 cm. Kulit diatasnya biasanya terlohat normal atau kemerahan. Secara
klinis pilomatricoma muncul sebagai nodul dengan konsistensi tegas atau berbatu,
berbatas tegas, normokromik atau eritematosa yang sering disalahartikan sebagai
kista epidermis. Meskipun biasanya muncul sebagai lesi soliter. Beberapa kasus
pilomatricoma dapat dilihat pada 2,4 % hinga 5% kasus. Menurut Malherbe dan
Chenan Tais, pada 1880 lesi awal yaitu berupa epitel kalsifikasi, Forbid san Helwig
mengusulkan istilah pilomatrixoma yang berasal dari korteks folikel. Menurut
O'Connor dkk melaporkan bahwa hampir 25 % kasus bisa bergejala. 5-9
Tindakan operasi pada pasien ini dilakukan tindakan eksisi luas untuk
ekstraksi massa tumor dan jaringan tumor di periksa di bagian Patologi Anatomi.
Menurut Jung dkk, enukleasi atau pembedahan dengan eksisi lokal yang luas adalah
pengobatan pilihan untuk kasus ini. Prosedur pembedahan sangat bervariasi. Teknik
pembedahan ditujukan terutama untuk mencegah terjadinya rekurensi. Teknik

20
eksisi lokal luas standar dilakukan dengan cara membuat insisi berbentuk baji atau
elips yang cukup luas sehingga semua jaringan dan kulit nekrotik terangkat.
Selanjutnya jaringan inflamasi pada daerah dibawah fasia temporalis diangkat.20, 22-
24

Menurut Penelitian Malherbe dan Chenan Tais dkk Pembedahan yang


terdiri dari eksisi total dengan margin yang jelas merupakan pengobatan pilihan
untuk meringankan kemungkinan gejala dan meminimalkan risiko transformasi
ganas. 5-8,15
Hasil pemerikaan histopatologi dari jaringan ditemukan bagian gambaran
mikroskopik jaringan terfragmentasi epidermis dilapisi epitel squamous kompleks
berkeratin. Dermis berupa jaringan ikat fibrokolagen berserbuk sel-sel radang
limfosit, plasma dan diantaranya dijumpai folikel rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar ekrin. Dijumpai massa tumor membentuk struktur multinodul berbatas
tegas pada bagian perifer terdiri dari sel-sel berukuran kecil monomorf batas antar
sel tidak jelas, inti bulat hiperkromatik sebagian vesikuler. Sitoplasma basofilik
yang meluas (transisi) kebagian sentral mengalami keratinisasi membentuk sel
bayangan (ghost cell) dengan batas antar sel tidak jelas, sitoplasma eosinofilik sisa
inti yang dilusi. Diantaranya stroma jaringan ikat fibrokolagen berserbuk sel-sel
radang limfosit dan plasma sebagian mengalami perubahan miksoid pembuluh
darah sebagian dilatasi hiperemis. Tampak pula area perdarahan dan jaringan lemak
matur. Tidak dijumpai tanda-tanda ganas pada sediaan ini. Dengan kesan
Pilomatricoma pada regio preaurikula sinistra.
Menurut penelitian Min Ying dkk pilomatricoma menunjukkan nodul
dermal berbatas tajam yang dikelilingi oleh kapsul jaringan fibrosa yang
terkompresi yang terletak dibawah dan meluas kebagian lemak subkutan. Sel-sel di
pulau-pulau tersebut tersusun dalam konfigurasi melingkar dengan sel basaloid
berinti dipinggiran dan sel bayangan ternukleasi ditengahnya Sel basofilik
menunjukkan pewarnaan yang dalam pada inti basofilik dengan sedikit sitoplasma
yang tidak memiliki batas sel yang jelas. Sel bayangan (ghost cell) yang berevolusi
dari sel basaloid mewakili sel mati yang mempertahankan bentuk selulernya dan
menunjukkan area sentral yang sesuai dengan nucleus yang hilang. Sel transisi yang

21
terletak diantara sel basaloid dan sel bayangan dianggap mewakili sel apoptosis
yang akhirnya berlanjut ke sel bayangan, kalsifikasi sebagian besar terlihat di
daerah sel hantu dengan kejadian berkisar 69 %-85 %. 5,6.
Pada tumor yang ditutupi oleh pembuluh darah, kulit atrofi, pembuluh
limfatik yang melebar mengisi area antara lesi dan epidermis diatasnya, dengan
banyak pembuluh darah kecil dan infiltrate sel inflamasi kronis. Menurut penelitian
Min Ying dkk pilomatricoma juga biasanya berupa nodul soliter tetapi kejadian
multiple telah diamati pda 2-10 % kasus yang dilaporkan. Pilomatricoma berasal
dari matrik germinal rambut, pembentukan pilomatricoma merupakan gangguan
pada siklus folikel rambut dimana perbedaan sitologi pada pilar keratinosit gagal
berkembang menjadi rambut dewasa.5,6
Pasca operasi enam bulan tidak ada lagi keluhan timbul benjolan pada
daerah bekas operasi dan luka bekas jahitan tampak baik. Pilomatricoma
merupakan tumor jinak yang sangat jarang ditemukan, rekurensi dapat terjadi jika
eksisi tumor tidak komplit. Menurut penelitian Min Yung dkk kekambuhan setelah
operasi jarang terjadi kejadian hanya 0-3 % kasus. Transformasi ganas pada
pilomatricoma harus dicurigai dalam kasus dengan kekambuhan lokal yang
berulang. Tranformasi ganas pada pilomatricoma jarang terjadi hanya kurang dari
20 kasus yang dijelaskan. Pilomatricoma maligna cenderung terjadi pada pasien
usia lanjut.1,5,6

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Elder E. David, Massi Daniela, Richard A Scolyer, WHO Classification of


Skin Tumor 4th edition, Pilomatricoma. 2018 Page 203-204.
2. Pirouzmanesh A, Reinisch JF, Gonzalez-Gomez I, Smith EM, Meara JG.
Pilomatrixoma: a review of 346 cases. Plast Reconstr Surg.
2015;112(7):1784-1789.
3. Hernandez-Nunez A, Najera Botello L, Romero Mate A, et al. Retrospective
study of Pilomatricoma: 261 tumors in 239 patients. Actas Dermosifiliogr.
2014;105(7), Page 699-705.
4. Tay JK, Nga ME, Loh KS. Pilomatricoma of the cheek: a benign tumor
mimicking metastatic squamous cell carcinoma on FDG PET/CT. Am J
Otolaryngologi. 2014, Page 452-455.
5. Ming Ying Lan, MD, Ming Ching Lan, MD, Ching Yin Ho, MD, PhD,
Pilomatricoma of the Head and Neck. A Retrospective Review of 179 cases.
Arch Otolaryngology Head and Neck Surgery, 2003, Page 1327-1330
6. Mubarak Al-Shraim, Clicical Diagnostic Challenges of Pilomatricoma:
Retrospective Study From Southern Region Of Saudi Arabia, KKU Journal
of Medical Sciences – 2014; Volume 2 Number 1 , Page 16-19.
7. Mahmoud Abdel Dayem, Peter Mekhail, Patient Profile and Outcome of
Pilomatrixoma in District General Hospital in United Kingdom, Journal of
Cutaneous and Aesthetic Surgery - Apr-Jun 2013, Volume 6, Issue 2, Page
107
8. Dogan Kose, Ilhan Ciftci1, Ismail, Harmankaya, Pilomatrixoma in
Childhood, Journal of Cancer Research and Therapeutics July- September
2016-Volume 10, Page 549-551
9. Choo DI. Development of The Ear. In: Ballenger’s Otolarhinolaryngology
Head and Neck Surgery 18th Edition. Connecticut: People’s Medical
Publishing House; 2016. P.109-19
10. Honda M, Anda T, Mori H. Surgical Site Infection due to a Preauricular
Sinus: A Rare Complication after Craniotomy. Plast Reconstr Surg Glob

23
Open. 2014; 2: 223
11. Alberti PW. The Anatomy and Physiology of the Ear and Hearing.WHO.
2017.
12. Puguh Setyo Nugroho, HMS Wiyadi, Anatomi Fisiologi Pendengaran
Perifer, Departemen THTKL FK Universitas Airlangga/ RSUD Soetomo
Surabaya,2016, Halaman 76-79.
13. Tranggono RI dan Latifah F, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2007; Hal. 11, 90-93, 167.
14. Eroschenko P, Victor. Atlas Histologi di Fiore dengan korelasi fungsional.
Anatomi Kulit Manusia. Penerbit Buku Kedokteran EGC Edisi 12. 2012.
15. Jung YS, Kang JG, Park WS, Ryu J. Pilomatricoma: diagnostic pitfalls in
PET/CT and fine-needle aspiration biopsy. Otolaryngol Head Neck Surg.
2018;137, Page 845-846.
16. Ana Laura Andrade Bueno, Maria Emilia Vieira de Souza H. Multipel
Pilomatricomas in twins with Rubinstein-Taybi syndrome. JDtsch
Dermatol Ges. 2019, Page 4-6
17. Ciriacks K, Knabel D, Waite MB. Syndromes associated with multiple
pilomatricomas: When should clinicians be concerned Pediatric
Dermatology. 2020, Page 170-173
18. Amjad Tallaa A Tallaa, Misheal Madnib, Laila Salah Seadac, Journal of
Pediatric Surgery CSe Reports, Pilomatrixoma of the right cheek in young
girl, 2018, Page 19-21
19. Poyzan Bozkurta, Mehmet Eray Kolsuzb, Preauricular pilomatricoma: An
Uncommon Entity in a Dental Pediatric Patient, In International Journal of
Surgery Case Reports. 2016. Page 62-65
20. Yudhanto Didit, Penatalaksanan Sinus Preaurikula Kongenital, Dalam
Jurnal Kedokteran Universitas Mataram. 2017. Hal 1-7
21. Mills JH, Khariwala SS, Weber PC. Anatomy and physiology of hearing.
In: Bailey JB, Johnson JT. Head and neck surgery otolaryngology. 4 ed, Vol
2. Philadelphia: Lippincott W, Wilkins, 2006, Page 1883-1902.
22. Danielson-Cohen A, Lin SJ, Hughes CA, An YH, Maddalozzo J. Head and

24
neck Pilomatrixoma in children. Arch Otolaryngology Head and Neck
Surgery 2001;127, Page 1481-1483.
23. Huang WJ, Chu CH, Wang MC, Kuo CL, Shiao AS. Decision making in
the choice of surgical management for preauricular sinuses with different
severities. Otolaryngology–Head and Neck Surgery. 2013;148(6):959–964.
24. Leopardi G, Chiarella G, Conti S, Cassandro E. Surgical treatment of
recurring preauricular sinus: supra-auricular approach. Acta
Otorhinolaryngol Ital. 2008;28(6):302–3
25. Netter, H. Frank, MD. Atlas of Human Anatomy. External Ear and
Tympanic Cavity. 7th Edition, Elsevier 2015. Page 106
26. Netter, H. Frank, MD. Atlas of Human Anatomy. In Facial Nerve Brances
and Parotic Gland. 7th Edition, Elsevier 2015. Page 54

25
p

26

Anda mungkin juga menyukai