Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN Psoriasis adalah penyakit papuloskuamosa yang merupakan penyakit inflamasi pada kulit yang bersifat kronik residif,

ditandai dengan adanya bercak- bercak, eritema berbatas tegas, dengan skuama yang kasar, berwarna putih transparan/ mika yang berlapis diatasnya.1 Tempat predileksi psoriasis adalah kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor, terutama siku, serta lutut dan daerah lumbal sacral.2 EPIDEMIOLOGI Psoriasis dapat dijumpai diseluruh dunia, 1,5% sampai 3% populasi di Eropa dan Amerika Selatan Afrika dan Jepang. Laki- laki dan perempuan kemungkinan terkena sama besar. Psoriasis dapat dimulai pada semua umur , terutama pada dekade 2, 3 dan 6. Pada anak biasanya dimulai pada umur 8 tahun.2.4 Insiden tertinggi dilaporkan di Eropa 2,9 % dan kepulauan Faero 2,8%, Amerika serikat 2,2% sampai 2,6%, Asia 0,4 %. Insiden pada pria lebih banyak dari pada wanita. ETIOLOGI Psoriasis merupakan penyakit yang unik, karena menunjukkan proliferasi seluler dan inflamasi yang luas, yang terjadi diantara kedalaman 0,2 mm dari permukaan kulit. Keterlibatan mekanisme imun dengan adanya sejumlah sel T yang teraktifasi pada epidermis dan dermis oleh makrofag, dengan didapati efek terapi imunosupresi dan imunomodulator, dimana perubahan utama yang tampak proliferasi keratinosit yang sangat tinggi dan menetap dengan disertai pola inflamasi yang khas.3 Karakteristik genetik merupakan ciri khas psoriasis, dimana pewarisannya poligenik dengan resiko rasio genetik hampir 10 kali pada turunan pertama pasien psoriasis dengan onset yang dini. Beberapa faktor yang terlibat sebagai pencetus psoriasis :
1. Faktor genetik

Psoriasis merupakan hasil interaksi berbagai gen dan juga merupakan interaksi dengan faktor pencetus lingkungan. Hubungan ketidakseimbangan menunjukkan bahwa adanya hubungan yang kuat dari suatu gen atau beberapa gen, dengan histocompatibilitas komplek yang utama (MHC) pada kromosom 6p21.3. Berdasarkan awitan penyakit dikenal 2 tipe psoriasis yaitu psoriasis tipe 1 dengan awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe II awitan lambat bersifat non familial. 3Psoriasis tipe I kelihatannya dengan penanda HLA kelas I,II, B 13, Bw 17, cw 6 dan DR 7.6 Pada tipe II terjadi peningkatan pada A2 dan B 27. Hubungan yang paling kuat terlihat pada psoriasis tipe I dimana cw 6 tampak lebih besar 80%.

2. Infeksi

Infeksi dapat menjadi faktor pencetus timbulnya atau terjadinya eksaserbasi psoriasis. Psoriasis gutata akut sering terjadi setelah infeksi streptokokus akut 1-2 minggu. Infeksi streptococus juga bisa berperan dalam terjadinya psoriasis bentuk lain. S.pyogenes (streptokokus betahemolitikus grup A) dijumpai pada 26% pasien dengan psoriasis gutata akut, 14% pasien psoriasis tipe plak dengan kemerahan gutata dan 16% pasien psoriasis kronis. Infeksi HIV tipe I (HIV- I) dapat merupakan factor pencetus walaupun insiden bervariasi.3 Timbulnya plak gutata atau plak luas yang terlokalisis dan dermatitis psoriasiform yang difus disertai keratoderma palmoplantar.
3. Stress

Studi klinis mendukung bahwa psoriasis dapat bertambah berat karena stress pada 30-40% kasus.observasi yang dilakukan pada penderita alkoholik yang juga menderita psoriasis, mereka akan memderita lesi yang lebih merah setelah minum alkohol.4
4. Trauma fisik

Fenomena koebner pada tahun 1872 Koebner menunjukkan pasien yang menderita psoriasis yang lesinya terjadi karena trauma, dapat berkembang menjadi psoriasis yang generalisata. Reaksi ini disebut reaksi isomorfik atau fenomena koebner.1.5
5. Obat- obatan

Beta bloker adrenergik dapat mencetus eksaserbasi psoriasis atau mencetuskan terbentuknya lesi.Litium merupakan bahan penginduksi psoriasis yang kuat. Inhibitor enzim yang mengubah angiotensin tertentu dilaporkan dapat terjadi pencetus eksaserbasi psoriasis.

Psoriasis kuku dapat terjadi pada penderita psoriasis Kuku merupakan salah satu dermal appendages yang mengandung lapisan tanduk yang terdapat pada ujung- ujung jari tangan dan kaki,gunanaya selain membantu jari-jari untuk memegang juga digunakan sebagai cermin kecantikan. Lempeng kuku terbentuk dari sel-sel keratin yang mempunyai 2 sisi, dimana satu sisi berhubungan dengan udara luar dan sisi lainnya tidak. Fisiologi kuku 1. Matrik kuku merupakan pembentukkan jaringan kuku yang baru

2. Dinding kuku (nail wall) merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir dan atas. 3. Dasar kuku (nail bed) merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku. 4. Alur kuku (nail groove) merupakan celah antara dinding dan dasar kuku. 5. Akar kukur (nail root) merupakan bagian proksimal kuku. 6. Lempeng kuku (nail plate) merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku 7. Lanula merupakan bagian lempeng kuku yang bewarna putih didekat akar kuku berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit. 8. Eponikium merupakan dinding kuku bagian proksimal , kulit arinya menutupi bagian permukaan lempeng kuku. 9. Hiponikium merupakan dasar kuku, kulit ari dibawah bebas (free edse) menebal. Perubahan pada kuku sering dijumpai pada pasien psoriasis. Dari kuosioner pada 5600 pasien. Faber dan Nall mengatakan bahwa kuku jari tangan terlibat pada 50% pasien psoriasis dan kuku jari kaki pada 35% pasien pasoriasis. Perubahan bentuk kuku pada psoriasis yaitu terjadinya perubahan pada beberapa bagian organ kuku seperti pada lipatan kuku proksimal, matrik kuku dan hiponikium,derajat keterlibatan tergantung pada lokasi psoriasis dan lamanya penyakit psoriasis tersebut. Psoriasis kuku dapat terjadi pada 10%--55% pasien yang menderita psoriasis, dimana 7000 kasus terdapat diAmerika. Dilaporkan 10-20% psoriasis kuku dijumpai pada psoriasis arthritis, 53-80 % perubahan dapat terjadi pada psoriasis kuku dan dapat melibatkan pada semua umur.7 Patofisiologi Penyebab psoriasis kuku dapat merupakan kombinasi faktor genetic seperti yang telah dijelaskan diatas, faktor lingkungan, faktor imun. Sebagian penelitian adanya hubungan linked psoriasis dengan human leukocyte antigen sub type yaitu Cw6, B13, Bw57, Cw2, Cw 11, B27, T cell mediated inflammatory psoriasis.3.6 Gambaran klinis Kelainan kuku yang dijumpaiyang merupakan tanda psoriasis kuku yaitu pitting irregular, bercak salmon pada bantalan kuku, cekungan transversal (Beaus line) , onikolisis. Seluruh kelainan kuku ini hampir dapat ditemukan pada kuku jari. Pitting kuku timbul akibat adanya sel-sel parakeratotik yang mudah terpisah dalam lapisan superficial lempeng kuku. Kelainan kuku ini menunjukkan suatu gangguan pada maturasi dan keratinisasi matrik kuku proksimal. Dalam psoriasis pit biasanya dalam, besar, ukuran tidak beraturan,dan distribusinya acak. Bercak salmon, ukuran dan bentuknya tidak beraturan, dapat terlihat melalui lempeng kuku transparan. Keadaan ini disebabkan karena terkenanya psoriasis pada dasar kuku.

Psoriasis pustular kuku Perubahan kuku terjadi adanya pustula subungual pada bantalan atau matriks kuku.Jika keduanya terlibat maka kuku bisa lepas atau bahkan terjadi distrofi matriks (anonikia). Pada masa akut jari yang terkena menunjukkan perubahan peradangan yang hebat dengan lesi pustular pada alas kuku dan kulit peringual. Pada masa kronis dasar kuku dan jaringan periungual menunjukkan eritema dan skuama. Pada lempeng kuku dijumpai onikolisis Perubahan kuku sering dijumpai pada pasien psoriasis artritis.

GAMBARAN HISTOPATOLOGI Dijumpai hiperkeratosis, hipergranulosis, serum globules, perdarahan pada stratum corneum, hiperplasia epidermis papilomatosus dan spongiosis.2.4.7 DIAGNOSIS Selain tanda klinis ,sangat penting pemeriksaan histologi untuk diagnosis psoriasis kuku. DIAGNOSIS BANDING Bila psoriasis terbatas pada ibu jari,membedakan dengan onikomikosis sangat sulit, karena psoriasis ibu jari paling umum menghasilkan hiperkeratosis subungual yang massif dan onikolisis sulit dibedakan secara klinis dari onikomikosis. Fenomena koebner merupakan salah satu kondisi buruk pada pasien yang dapat memperburuk kondisi psoriasis. Beberapa penyakit yang dapat menyerupai psoriasis kuku adalah 1. Onikomikosis Lesi berupa kemerahan, hyperkeratosis, onikolisis, dan perubahan warna kuku, lekukan- lekukan. 2. Lichen planus Lesi pada kuku terdapat perubahan berupa celah longitudinal, lipatan kuku yang mengembung (pterigium kuku), anonikia, lempeng kuku menipis.Pada pemeriksaan histology terdapat hyperkeratosis, degenerasi sel basal,infitrasi limfosit da histiosit seperti susu. 3. Parakeratosis pustular Satu jenis psoriasis yang akan berkembang menjadi psoriasis kuku pada usia lanjut. Sering dijumpai pada anak, biasanya mengenai satu jari, paling sering pada ibu jari atau jari telunjuk, kuku yang terkena menunjukkan hyperkeratosis subungual dan onikosis dan terlihat pada satu sisi kuku.Biasanya remisi spontan ketika masa pubertas.9.10

4. Psoriasis pustular Melibatkan kuku dan jaringan periungual, sering terlokalisir pada satu jari, menunjukkan keadaan kronis dengan episode periodis peradangan akut yang terasa nyeri. Pada masa akut jari yang terkena menunjukkan perubahan peradangan yang hebat dengan lesi pustular pada alas kuku dan kulit periungual,pada masa kronis dasar kuku dan jaringan menunjukkan eritema dan skuama.

PENATALAKSANAAN Berbagai bentuk terapi telah dikembangkan pada beberapa decade terakhir ini, masih diperdebatkan apakah tiap terapi psoriasis harus ditujukan agar lesi psoriasis hilang secara total. Pada kebanyakan kasus ,pasien hanya mengharapkan agar sisiknya hilang dan hal tersebut sudah merupakan respon terapeutik yang cukup memuaskan bagi pasien tersebut. Penyembuhan yang sempurna biasanya memerlukan usaha yang lebih besar, terutama bila pasien datang dengan penyakit yang berat, yaitu psoriasis yang sering kambuh, Pengobatan pada psoriasis kuku ditujukan pada aspek pisikososial psoriasis kuku, dengan menghindari kuku kering dan melindungi kuku dari trauma yang dapat menimbulkan fenomena koebner.7 Beberapa pilihan terapi psoriasis kuku yaitu :kortikosteroid topical, kortikosteroid intralesi dan sistemik.2.4.5.7 Terapi topical 1. Kortikosteroid topikal Kortikosteroid topical adalah merupakan pengobatan pilihan untuk mengobati psoriasis . Efek kortikosteroid yang diharapkan pada pengobatan psoriasis adalah efek anti mitotik dan anti inflamasi. Pemberian kostikosteroid topical potensi kuat seperti triamcinolon o,1%(kenalog) dan fluocinolon dalam jangka pendek pada lesi psoriasis berat, pada beberapa penderita sudah memberi respon. Untuk meningkatkan efektifitas pemakaian kortikosteroid topical, dapat diberi secara oklusif dengan menggunakan penutup seperti polyetilen atau flurandrenolid selama 6-12 jam Pemakaian yang lama dari kortikosteroid topical ini dapat menimbulkan efek samping : yaitu menimbulkan hipopigmentasi, telangiektasis, atropi pada daerah paronikia.
2.

Kortikosteroid intralesi.7.8

Triamcinolon acetonide 10 mg/ml merupakan suatu bentuk steroid intralesional. Prosedur pemberian dengan memblok cincin atau memblok bagian distal dan pemberian anastesi bila penyuntikan yang melibatkan daerah sensitive seperti bagian matrik. Penyuntikan pada daerah proximal paronikia sampai ke matrik kuku, daerah lateral dari area paronykia sampai badan kuku. Dosis yang diberikan 0,050,1ml dan pemberian setiap bulan selama 5-6 bulan.7.8Efek samping yaitu Beaus line, perdarahan subungual. 3. ANTRALIN Antralin (1,8- dihidrok-9iantrom) ditranol, diperkenal kan oleh Gelewsky dan Unna pada tahun 1916. Bahan ini masih digunakan untuk terapi psoriasis dalam bentuk campuran dengan berbagai vehikulum dan cara pemberian. Keunggulan utama antralin adalah bahwa bahan ini hanya memiliki efek samping jangka panjang yang sedikit sehingga dapat dipakai terus sepanjang terapi diperlukan. Cara kerja Antralin dapat mempengaruhi aktivitas antiproliferatif pada keratinosit manusia. Pada beberapa tahun belakangan ini makin jelas diketahui bahwa bahan ini mempunyai efek anti inflamasi yang kuat terutama pada sel infitrat peradangan.Pengurangan fungsi dan produksi neutrofil dan monosit serta ko oksida leukotrien B4 dan neutrofil telah diketahui.Akhir-akhir ini didapatkan bahwa antralin dapat menginduksi faktor trankripsi nukelus NF-kB pada keratinosit murin.Karena NF-kB terlibat dalam transkripsi sitokin proinflamasi seperti IL-6, IL-8 dan TN-x maka temuan ini dapat berguna untuk menjelaskan sifat iritan dari antralin.Psoriasis tipe plak kronis memiliki respon yang baik terhadap terapi antralin.Terapi antralin klasik dapt dimulai dengan konsentrasi rendah (0,05-0,1%) dalam vehikulum pasta petrolatum atau zinc dan diberi 1 kali sehari.4.7.8 Untuk mencegah autooksidasi maka penambahan asam salisilat (1-2%) dapat dibarikan. Yamamoto dan kawan-kawan mengevaluasi pemberian antralin 0,4 2 % dalam vehikulum petrolatum dapat merupakan terapi pada psoriasis kuku. Efek samping : Antralin dapat menimbulkan reaksi iritan (dermatitis antralin) pada pasien yang rentang atau bila konsetrasi dinaikkan terlalu cepat dapat menyebabkan perubahan warna coklat disekitar lesi, dan menimbulkan dermatitis kontak pada kuku. 4.VITAMIN D3 DAN ANALOKNYA Sejak ditemukan laporan pertama mengenai vitamin D3 yang menguntungkan pada psoriasis oleh Morimoto dan kawan-kawan, dan kemudian dikembangkan analog baru untuk menurunkan efek hormonal homeostasis kalsiumfosfat dan untuk menjaga efek proliferasi dan diferensiasi keratinosit. Kalsipotriol digunakan sebagai terapi topical dan secara luas mengatasi psoriasis kuku. Vitamin D3 bekerja dengan menghambat proliferasi keratinosit dan mengurangi diferensiasi akhir dari keratinosit.Sifat anti inflamasi bahan ini dapat menghambat faktor nucleus protein NF-KB dalam limfosit sehingga menyebabkan berkurangnya trankripsi IL-2. Kalsitriol dan kalsipotriol dapat menghambat produksi IL-6 dan sel endothelial mikrovaskular dermis dan

mengurangi fungsi penyaji antigen dari sel Langerhans. Kalsitriol merupakan inhibitor poten dan diferensiasi sel dendrit. Tosti dan kawan-kawan melapaorkan pemberian pemberian setelah 5 bulan pada study double blin random dapat mengurangi hyperkeratosis subungual . Efeksamping: iritasi local dapat terjadi pada awal terapi. Perubahan metabolisme kalsium dan fosfat jarang terjadi bila pengolesan dilakukan dengan cara yang benar. 5.TAZAROTEN Tazaroten adalah suatu retinoid yang digunakan secara topical yang dapat mengurangi ketebalan skuama dan plak dengan efektif maupun terbatas dalam mengurangi eritema yang ada. Dibanding obat topical psoriasis yang lain makam tazaroten memiliki efikasi yang lebih rendah. Namun efikasinya dapat ditingkatkan dengan mengkombinasinya dengan terapi UVB. Tazaroten 0,1 % gel atau kream yang diberiakn selama 12-24 minggu dapat mengurangi psoriasis kuku pada matrik kuku dan badan kuku.7.8 Efek samping : iritasi pada kulit, rasa panas,mengelupasan pada area paronychia.

6.TAR Penggunaan tar dalam bentuk tar batubara atau tar kayu (birch, pinus, beech). Sudah lama diketahui dalam sejarah pengobatan anti psoriasis. Tar ini mengandung banyak campuran zat yang kebanyakan zat tersebut tidak dapat dijelaskan dengan baik.sediaan tar 25% dalam berbagai basis diketahui cukup efektif pada psoriasis tipe plak kronik. Preparat ini merupakan preparat non iritan, dan efek samping yang serius tidak dijumpai walaupun terapi ini dilakukan dalam jangka waktu yang lama 7.EMOLIEN CAMPURAN Diantara periode terapi, perawatan kulit dengan emolien campuran harus dilakukan untuk menghindari kekeringan kulit yang dapat menyebabkan rekurensi yang cepat serta untuk memperpanjang interval bebas terapi . Urea (> 10%) dapat berguna untuk memperbaiki hidrasi kulit dan untuk menghilangkan skuama pada lesi yang dini/ awal.

7.5-fluorourasil 5-fluorourasil (5-FU) dapat digunakan pada terapi spsoriasis kuku.Fritz melaporkan memberi perbaikan pada spots oil dan hyperkeratosis sub ungual pada 59 pasien yang diberikan topical 5-FU.4.7.8 Pengobatan sistemik

Terapi sistemik untuk psoriasis diperlukan pada kasus-kasus berat dimana lesi tersebar luas atau berbentuk pustular dan bila psoriasis sedang dalam fase aktif, dan bila terjadi flare up bila yang cepat setelah pemberian terapi topical termasuk sinar UV. Terapi sistemik harus dimonitor secara hati-hati. Retinoid Asitretin (derivate vitamin A) merupakan terapi yang sering digunakan untuk psoriasis. Hasil klinis yang baik dijumpai bila digunakan pada psoriasis bentuk pustular. 4.7 Penggunaan asitretin sekarang sudah menggantikan penggunaan etretinat waktu paruh etretinat kurang lebih 1000 hari, sedangkan asitretin 2-3 hari. Waktu paruh asitretin yang pendek ini menyebabkan akumulasi obat tidak akan bertambah lama dan asitretin tampak lebih unggul dan etretinat yang memiliki efek teratogenik pada wanita. Cara kerja retinoid mengatur perumbuhan dan diferensiasi terminal keratinosit, dengan demikian hiperploriferasi dapat mencapai tingkatan normal Setelah melewati membrane sel, akan membentuk retinoid komplek dengan protein pengikat sitosolik, dimana bahan ini setelah transioklaf kedalam nucleus akan mengatur transkripsi gen melalui elemen respon nucleus. Dan mempunyai efek anti inflamasi seperti menghambat fungsi nucleus. Pada pustular psoriasis dosis asitretin 0,25-0,5 mg/kg/hari selam 3 bulan sangat baik. Efek samping: Efek samping terapi asotretin terjadi tergantung dosis yang diberikan, Gejala paling sering adalh koilitis, gejala sicca pada mata dan mulut, pruritus generalisata, kekeringan pada kulit dan hilangnya stratum korneum telapak tangan dan kaki sehingga timbul rasa sakit pada daerah tersebut. Kemungkinan dapat terjadi kerontokan rambut selama terapi , nyari otot dan sendi serta keluhan gastrointestinal dapat terjadi. Diperlukan monitoring fungsi hati dan ginjal, gula darah dan lipid serum. 8.SIKLOSPORIN Siklosporin adalah polypeptide siklik yang digunakan secara luas untuk mencegah penolakan graff. B ahan ini banyak digunakan untuk terapi psoriasis. Cara kerja setelah obat ini berpenetrasi kedalam sel melalui reseptor yang diduga berperan, siklosporin terikat ke silofilin, yaitu anggota kelompok imunofilin. Komplek siklosporin siklofilin akan berikatan dengan fosfatase kalsineurin sehingga memblok kemampuan untuk melakukan defosforitase komponen sitosolik dari factor transkripsi NF-AT. Terjadinya kelainan translokasi komponen NF_AT diperlukan untuk aktifitas fungsional untuk memperbesar transkripsi gen IL-2 . Efek terhadap psoriasis adalah menghambat kemampuan penyajian antigen dari sel lengerhans dan menghambat fungsi sel mast untuk melakukan degranulasi dan produksi sitkin. Terapi siklosporin pada psoriasis kuku masih ada perdebatan. Dosis siklosporin dimulai dari dosis 2,5-3 mg/kgBB yang dibagi dalanm dua dosis/hari. Dosis ini dapat ditingkatkan sampai maksimal 5 mg/kg/hari. Mahrle dan kawan-kawan melaporkan memberikan hasil 17,5% pada

pasien pemberian siklosporin 2,5-5,0 mg/kg selama 10 minggu yang dilakukan pada multicenter studi.7.8 Terjadinya efek samping Siklosforin biasanya terjadi tergantung dosis yang digunakan antaran lain berupa kelainan fungsi ginjal yang biasanya reversible setelah obat dihentikan, dan dapat terjadi hipertensi, peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida. 9.METOTREKSAT4.7.8. Metotreksat ( MTX) diperkenalkan sebagai bahan anti psoriasis pada tahun 1958, bahan ini sudah banyak digunakan sebagai regimen terapi sistemik untuk psoriasis yang berat dan paling berguna pada bentuk psoriasis pustular. Cara kerja MTX menghambat sintesa DNA dengan melakukan kompetisi dengan dihidrofolat reduktase, diduga bekerja secara primer pada basal keratinosit yang membelah cepat pada lesi psoriasis. MTX memiliki efek anti inflamasi yang dimediasi melalui akumulasi 5aminoimidazol-4- karboksiamid ribonukliotida (AICAR) intraseluler ,sehingga meningkatkan pelepasan adanosin. Adanosin memiliki efek anti inflamasi terutama pada neutrofil, bekerja sebagai penghambat adhesi dan penghambat produksi intermediet oksidan reaktif.Dosis MTX biasanya digunakan 10 dan 25 mg sekali seminggu. Cara pemberian yang paling sering dipilih adalah iv atau im . MTX jug adapt diberikan secara oral dengan dosis 5 mg yang diberikan tiap 12 jam selama priode 36 jam. Pada psoriasis kuku 20- 37,5 mg sekali seminggu dapat memberi perbaikan.8 Efek samping paling sering di jumpai adalah mual, muntah, lemas, sakit kepala dan alopesia. MTX dapat diekresikan terutama lewat ginjal maka pasien dengan disfungsi ginjal terapi MTX dapat meningkatan toksisitas sehingga dapat dihindari. Hepatotoksitas merupakan hal utama yang harus dipertimbangkan dalam terapi MTX, pasien dengan riwayat liver atau ketergantungan alcohol harus dihindari.Resiko fibrosis atau serosis hati meningkat pada penggunaan MTX dosis kumulatif lebih kecil 5 gr harus diawasi perubahan struktur heparnya.

10.FOTOKEMOTERAPI (PUVA) Penggunaan psoralen plus UVA sistemik untuk terapi psoriasis diperkenalkan oleh Pareish dkk. Efektivitas PUVA dalam menyembuhkan berbagai penyakit telah banyak diketahui dan dipastikan oleh studi klinis di Amerika Serikat dan Eropa. Terapi ini terdiri dan obat fotosensitizer oral seperti 8-metoksipsoralen ( 8MOP) atau trimetoksipsoralen dengan dosis konstan (0,6- 0,8 mg/kgBB). Dan kemudian diberikan UVA bisa dimulai, dengan dosis yang biasa diberikan 1J/cm tergantung tipe kulit pasien. Dosis UVA dinaikkan seiring dengan peningkatan suberitema yang biasanya bervariasi mulai dari 0,5-I,5 J/cm pemberian UVA dapat menimbulkan eritematosa. Terapi dilakukan 2 atau 3 kali seminggu, atau 5 kali per minggu dibawah pengawasan yang ketat. Pemberian dosis psoralen dan UVA yang lebih

rendah dan pemberian dengan waktu yang panjang dapat menyebabkan psoriasis tidak respon terhadap terapi ini. Kerja psoralen 8-MOP berhubungan dengan DNA. Dengan energy yang diperoleh dari UVA maka psoralen secara kovalen melakukan cross link dengan asam nucleus diantara rangkaian yang berhadapan dengan daerah dupleks pada DNA yang terlibat. PUVA efektif pada berbagai dermatosis yang beberapa diantaranya berhubungan dengan hiperproliferasi. m Psoralen dan uv (PUVA) dilaporkan dapat untuk onikolisis, salmon patched, sub ungual hiperkeratosis, dan tidak efektif pada untuk pitting nail7.8. Efek samping dan gejala overdosis antara lain: mual, pusing dan sakit kepala, 95% obat ini dikeluarkan melalui ginjal dalam 8 jam. Selama 8 jam ini sensivitas kulit terhadap sinar matahari akan meningkat. 11.Terapi Bedah Terapi bedah dapat dilakukan untuk penyakit psoriasis kuku, jika pengobatan lain gagal.Selama pembedahan matrik dapat dilepaskan untuk mencegah pertumbuhan kuku kembali.Prosedur ini dilakukan dengan anastesi local . Berikan informasi pada pasien mengenai rasa tidak nyaman setelah operasi dan kemungkinan kuku yang tumbuh terganggu. menghindari trauma terhadap kuku, yang akan mencegah onikolisis dan kemungkinan terjadi kolonisasi bakteri sekunder pada kuku, adalh penting. Pasien harus tetap menjaga kuku bersih dan kering. Prognosis Psoriasis merupakan penyakit yang kronis dan tak dapat diprediksi. Pada beberapa pasien dapat sembuh secara spontan, sedangkan yang lain dapat terjadi remisi dan eksaserbasi. Pengobatan topical dan sistemik dapat mengurangi beratnya penyakit. Meskipun psoriasis tidak menyebabakan kematian, tetapi bersifat kronis dan residif. KESIMPULAN 1. Psoriasis merupakan penyakit papuloskuamosa yang bersifat kronik dan residif dengan tempat predileksi tertentu. 2. Psoriasis kuku Perubahan bentuk kuku pada psoriasis yaitu terjadinya perubahan pada beberapa bagian organ kuku yaitu pada lipatan kuku proximal, matrik kuku dan hiponikium,derajat keterlibatan tergantung pada lokasi psoriasis dan lamanya suatu penyakit. 3. Penyebab psoriasis kuku dapat merupakan kombinasi faktor genetic , faktor lingkungan, faktor imun. Sebagian penelitian menyebutkan adanya hubungan linked psoriasis dengan human leukocyte antigen sub type yaitu Cw6, B13, Bw57, Cw2, Cw 11, B27, T cell mediated inflammatory psoriasis.3.6

4.

5.

Pengobatan pada psoriasis kuku ditujukan pada aspek pisikososial pada pasien yang menderita psoriasis kuku, dengan menghindari kuku kering dan melindungi kuku dari trauma yang dapat menimbulkan fenomena koebner.7 Beberapa pilihan terapi psoriasis kuku yaitu :kortikosteroid topical, kortikosteroid intralesi dan sistemik.2.4.5.7

DAFTAR PUSTAKA 1.Adhi Djuanda, Dermatitis Eritroskuamosa, Dalam: Djuanda Adhi ed,Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin,edisi ketiga, Jakarta:Balai penerbit FK UI, 2002,189-201 2.Rook, Arthur, Wilkinson,D.S, Ebling F J.G, Champion R.H. Burton J.L, Texbook Of Dermatology, 6 th ed, Bleckwell Scientific Publication, 1988, 1589-1649. 3.Radiano S, Imunopatogenesis psoriasis konsep-konsep baru, Dalam: ImunoDermatolo,259-268 4.Christhoper E, Sterry W, Psoriasis in: Fitzpatrick, TB, Elizen A.Z, Wolf K. Freedberg LM, Austen KF ed, Dermatology in General Medicine, 6 th ed, New York Mc.Grawhill Inc ,169-193 5.Solomons B, Psoriasis, in Lecture Notes On Dermatology.Bleckwell Scientific Publication, 1983,59-69 6.Mark V, Dahl, Psoriasis, Clinical Immunodermatology, Year Book Publisher, INC.Chicago ,205-213 7. Li C, Psoriasis nail,http/www. Emedicine.com. Nov 8,20088 8.Therapeutic agen for nail psoriasis.httt/pwwwEmedicine.com. 2008 9.Meyerson S.M,Scber K.R, Nail Signs Of systemic Diasease, in Dermatologycal Signs Of Internal Disease.Secon ad,W.B Sauder Compeny, 368-375 10.Canizares O, Erythematous , purpuric, and erythematous aquamous eruption, in A Manual Of Dermatology For Developing Countries, Secon ed, Oxfork New York ,993,177-194.

REFERAT

TERAPI PSORIASIS KUKU

Pembimbing : dr. Kristo A. Nababan, SpKK Penyaji : dr. Malahayati

Anda mungkin juga menyukai