Anda di halaman 1dari 13

REFLEKSI KASUS MEI, 2019

DERMATITIS KONTAK ALERGI

Disusun Oleh:

NAMA : SRI WULAN


NIM : N 111 18 034

PEMBIMBING KLINIK
dr. Seniwaty Ismail, Sp. KK, FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019

1
STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : tn . D T
2. Umur : 51 Tahun
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Pekerjaan : guru
5. Alamat : Desa Tanah Harapan Kec. Palolo
6. Agama : islam
7. Status : sudah menikah
8. Tanggal pemeriksaan : 3 mei 2019
9. Ruangan : Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin Undata

II. ANAMNESIS (AUTO)


1. Keluhan Utama :
Gatal-gatal pada kedua punggung kaki .

2. Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan timbulnya tampakan seperti
kulit kayu yang gatal telah dialami sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu.
Gatal-gatal ini pertama kali muncul pada punggung kedua kaki. Kemudian
2 minggu terakhir bertambah dan menyebar pada sela jari antara jempol
kaki dan jari kedua. Keluhan dirasakan makin memberat sekitar 2 hari
yang lalu dimana rasa gatalnya diikuti dengan nyeri.
Pasien mengaku merasakan gatal setelah beberapa lama memakai
sandal jepit. Sebelumnya pasien pernah mengalami hal serupa di tempat
yang sama lalu diobati dan sembuh tetapi muncul ulang ketika sering
memakai sendal jepit.

2
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien pernah menderita gejala serupa kurang lebih 1 tahun yang lalu,
pernah sembuh tapi muncul ulang.

4. Riwayat Sosial:
Pasien dengan rutinitas menggunakan sendal jepit ketika hendak sholat di
masjid setiap harinya
5. Riwayat Penyakit Keluarga:
Pasien mengaku bahwa hal ini hanya terjadi pada dirinya, tidak ada
riwayat keluhan yang sama pada keluarga yang tinggal serumah.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Status gizi : Baik
b. Tanda Vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,5° C
c. Hygiene : Baik
d. Status Dermatologis/Venereologis
1) Kepala : tidak terdapat ujud kelainan kulit
2) Leher : tidak terdapat ujud kelainan kulit
3) Thoraks : tidak terdapat ujud kelainan kulit
4) Punggung : tidak terdapat ujud kelainan kulit
5) Abdomen : tidak terdapat ujud kelainan kulit
6) Genitalia : tidak terdapat ujud kelainan kulit
7) Inguinal : tidak terdapat ujud kelainan kulit

3
8) Glutea : tidak terdapat ujud kelainan kulit
9) Ekstremitas superior: tidak terdapat ujud kelainan kulit
10) Ekstremitas inferior:
Terdapat likenifikasi pada bagian dorsal pedis dextra dan sinistra
disertai dengan skuama halus dan terdapat krusta eritematos pada
kedua ibu jari kaki
IV. GAMBAR\

Gambar 1. Terdapat likenifikasi pada bagian dorsal pedis dextra dan sinistra
disertai dengan skuama halus dan terdapat krusta eritematos pada ibu jari kedua
kaki

4
Gambar 2. Terdapat likenifikasi pada bagian dorsal pedis dextra dan sinistra
disertai dengan skuama halus dan terdapat krusta eritematos pada ibu jari kaki
sinistra

V. RESUME
Pasien laki-laki berusia 61 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD
Undata dengan keluhan timbulnya tampakan seperti kulit kayu yang gatal
telah dialami sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Gatal-gatal ini pertama
kali muncul pada kedua punggung kaki. Kemudian 2 minggu terakhir
bertambah dan menyebar pada sela jari-jari kaki. Keluhan dirasakan makin
memberat sekitar 2 hari yang lalu dimana rasa gatalnya diikuti dengan nyeri.
Pasien mengaku merasakan gatal setelah beberapa lama terpapar dengan
air sambil memakai sandal jepit. Sebelumnya pasien pernah mengalami hal
serupa di tempat yang sama lalu diobati dan sembuh tetapi muncul ulang
ketika sering terpapar dengan air dan memakai sendal jepit.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun alergi pada hal lain.
Kebersihan diri pasien tersebut baik. Tidak ada keluarga pasien yang
mengalami penyakit serupa dengan pasien.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sakit
ringan, kesadaran compos mentis, dan status gizi baik. Tanda-tanda vitalnya

5
yaitu tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 20x/menit, dan
suhu 36,5oC. Hasil pemeriksaan kulit tampak terdapat likenifikasi pada
bagian punggung kaki dextra dan sinistra disertai dengan skuama halus dan
terdapat krusta eritematos pada kedua ibu jari kaki

VI. DIAGNOSIS KERJA


Dermatitis kontak Alergi

VII. DIAGNOSA BANDING


Dermatitis Kontak Iritan

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN


Patch test

IX. PENATALAKSANAAN
- Non medikamentosa
a) Menjaga higienitas kulit.
b) Menghindari gesekan pada area lesi.
c) Memakai sabun bayi
d) Hindari untuk menggaruk

- Medikamentosa
a) Dexosimethasone 0.25% 5g dioleskan 1-2x sehari
b) Ceterizine tab 10 mg 1x1

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungtionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad cosmeticam : bonam

6
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki berusia 61 tahun datang ke poli kulit dan kelamin RSUD
Undata dengan keluhan timbulnya tampakan seperti kulit kayu yang gatal telah
dialami sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Gatal-gatal ini pertama kali muncul
pada kedua punggung kaki. Kemudian 2 minggu terakhir bertambah dan
menyebar pada sela jari-jari kaki. Keluhan dirasakan makin memberat sekitar 2
hari yang lalu dimana rasa gatalnya diikuti dengan nyeri.
Pasien mengaku merasakan gatal setelah beberapa lama terpapar dengan air
sambil memakai sandal jepit. Sebelumnya pasien pernah mengalami hal serupa di
tempat yang sama lalu diobati dan sembuh tetapi muncul ulang ketika sering
terpapar dengan air dan memakai sendal jepit.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat maupun alergi pada hal lain.
Kebersihan diri pasien tersebut baik. Tidak ada keluarga pasien yang mengalami
penyakit serupa dengan pasien.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sakit ringan,
kesadaran compos mentis, dan status gizi baik. Tanda-tanda vitalnya yaitu tekanan
darah 130/90 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 36,5oC. Hasil
pemeriksaan kulit tampak terdapat likenifikasi pada bagian punggung kaki dextra
dan sinistra disertai dengan skuama halus dan terdapat krusta eritematos pada
kedua ibu jari kaki
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis dengan
Dermatitis Kontak Alergi (DKA). Dermatitis kontak alergi adalah peradangan
yang terjadi pada kulit akibat pajanan atau kontak dengan bahan yang bersifat
alergen, yang di mana akan menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe 4. Pada
dermatitis kontak alergi dapat terjadi penyebaran di luar area yang terkena serta
dapat menyebar secara menyeluruh. 1
Bila dibandingkan dengan DKI, jumlah penderita DKA lebih sedikit, karena
hanya mengenai orang dengan keadaan kulit yang sangat peka (hipersensitif).
Dahulu perkirakan bahwa kejadian DKA sebanyak 20% dan DKI sebanyak 80%,

7
tetapi data baru dari Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa dermatitits
kontak alergi akibat kerja ternyata cukup tinggi yaitu berkisar antara 50-60%.1

No Jenis DKI DKA


Perbedaan
1 Penyebab Iritan primer Alergen = sensitizer
2 Permulaan Kontak pertama Kontak berulang
penyakit
3 Penderita Semua orang Orang yang sudah alergi
4 Kelainan kulit Eritema, bula, batas tegas Eritema, erosi, batas tidak
tegas
5 Uji tempel Eritema berbatas tegas, Eritema tidak berbatas
tegas, bila uji tempel
bila uji tempel diangkat
diangkat reaksi menetap
reaksi berkurang atau bertambah

Tabel 1. Perbedaan Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dengan Dermatitis


Kontak Alergik (DKA)2

Penyebab dari dermatitis kontak alergi ini berasal dari bahan kimia
sederhana dengan berat molekul rendah (<1000 dalton), disebut juga sebagai
hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dan dapat menembus stratum korneum
sehingga mencapai sel epidermis bagian dalam yang hidup. Berbagai faktor
berpengaruh terhadap kejadian dermatitits kontak alergi, misalnya potensi
sensitisasi alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan,
oklusi, suhu, dan kelembaban lingkungan. Juga faktor individu misalnya keadaan
kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum), status imun (misalnya
sedang mengalami sakit atau terpajan sinar matahari).1

Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada DKA mengikuti respons imun


yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau reaksi imunologik
tipe IV, atau reaksi hipersensitivitas tipe lambat.Reaksi dermatitis kontak alergi
terjadi melalui 2 fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi.1 Pada fase

8
sensitisasi, hapten melakukan penetrasi ke kulit dan membentuk kompleks dengan
protein karier epidermis, membentuk alergen. Molekul MHC II atau HLA-DR
pada permukan antigenpresenting Langerhans cells (LCs) berperan sebagai tempat
melekat alergen tersebut. Sel Langerhans kemudian bermigrasi ke kelenjar getah
bening (KGB) untuk mensensitisasi sel T naive. Sel T tersensitisasi ini, meliputi
sel Th1(CD4) dan sel Tc1(CD8), kemudian bermigrasi ke kulit. Fase elisitasi
terjadi pada pajanan ulang alergen kontak pada kulit. Alergen ini kemudian
dipresentasikan oleh sel Langerhans dan dikenali sel T tersensitisasi yang akan
menginduksi reaksi. Reaksi inflamasi ini diperantarai komponen selular sistem
imun spesifik. Respons inflamasi yang terjadi melibatkan migrasi berbagai sel
inflamatorik dan pelepasan sitokin oleh keratinosit apoptotik.3 Gambaran
histologis yang ditemui pada DKA dapat berupa spongiosis dan infiltrat pada
dermis.4
Pasien dengan dermatitis kontak alergi pada umumnya mengeluh gatal.
Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis dan lokasinya. Pada stadium
akut di mulai dengan muncul 24-48 jam di tempat kontak. Pada yang akut dimulai
dengan bercak eritematosa yang berbatas tegas kemudian diikuti edema,
papulovesikel, vesikel atau bula. DKA akut ditempat tertentu, misalnya kelopak
mata, penis, skrotum, eritema dan edema lebih dominan daripada vesikel.1 Pada
stadium sub akut tampak eritema dan edema berkurang, eksudat mengering
menjadi krusta. Sedangkan stadium yang kronis terlihat kulit kering, berskuama,
hiperpigmentasi, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisura, batasnya tidak jelas,
mungkin juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan. 5

Berbagai lokasi terjadi DKA


1. Tangan
Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di
tangan, mungkin karena tangan merupakan organ tubuh yang paling sering
digunakan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Penyakit kulit akibat kerja
sepertiga atau lebih mengenai tangan. Tidak jarang ditemukan riwayat atopi
pada penderita. Pada pekerjaan yang basah (wet work), misalnya memasak

9
makanan, mencuci pakaian pengatur rambut di salon, angka kejadian
dermatitis tangan lebih tinggi.3 Etiologi dermatitis tangan sangat kompleks
karena banyak sekali faktor yang berperan di samping atopi. Contoh bahan
yang dapat menimbulkan dermatitis tangan, misalnya deterjen, antiseptik,
getah sayuran, semen, dan pestisida.6
2. Lengan
Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan
(nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di ketiak dapat
disebabkan oleh deodoran, antiperspiran, formaldehid yang ada di pakaian.6
3. Wajah
Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik,
spons (karet), obat topikal, alergen di udara (aero-alergen), nikel (tangkai kaca
mata), semua alergen yang kontak dengan tangan dapat mengenai muka,
ketopak mata, dan leher pada waktu menyeka keringat. Bila di bibir atau
sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan.
Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat kuku, cat rambut,
maskara, eye shadow, obat tetes mata, salap mata.6
4. Telinga
Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab dermatitis kontak
pada telinga. Penyebab lain, misalnya obat topikal, tangkai kaca mata, cat
rambut, hearing-aids, gagang telepon.6
5. Leher
Penyebab kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari),
parfum, alergen di udara, zat warna pakaian.6
6. Badan
Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh tekstil, zat wama,
kancing logam, karet (elastis, busa), plastik, deterjen, bahan pelembut atau
pewangi pakaian.6

10
7. Genitalia
Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut
wanitia, alergen yang berada di tangan, parfum, kontrasepsi, deterjen.Bila
mengenai daerah anal, mungkin disebabkan oleh obat antihemoroid.6
8. Paha dan tungkai bawah
Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh tekstil, dompet, kunci
(nikel), kaos kaki nilon, obat topikal, semen, sepatu/sandal. Pada kaki dapat
disebabkan oleh deterjen, bahan pembersih lantai.6
9. Dermatitis kontak sistemik
Terjadi pada individu yang telah tersensitisasi secara topikal oleh suatu
alergen, selanjutnya terpajan secara sistemik, kemudian timbul reaksi tebatas
pada tempat tersebut. Walaupun jarang terjadi, reaksi dapat meluas bahkan
sampai eritroderma. Penyebabnya, misalnya nikel, formaldehid.6
Untuk penatalaksanaan kasus dermatitis kontak alergi dapat di lakukan
dengan medikamentosa dan non medikamentosa. Penanganan non medikamentosa
seperti menghindari faktor penyebab dan faktor resiko seperti:

1. Menghindari kontak dengn bahan alergen


2. Menggunakan sarung tangan ketika hendak kontak dengan bahan
detergen/sabun.
3. Menghentikan pemakaian kosmetik/obat yang tidak cocok
4. Menjaga kebersihan kulit, jika terkena bahan alergen cepat
dibersihkan.3

Pada pengobatan medikamentosa DKA di berikan dengan terapi yaitu


pemberian obat topikal seperti pemberian gentamycin sebagai antibiotik topikal.
Sedangkan pada obat sistemik di berikan kortikosteroid dan anti histamine.
Sedangkan jika ada kelainan kulit lainnya cukup di kompres dengan larutan
fisiologis. 3
Dermatitis akut atau basah harus diobati secara basah (kompres luka). Bila
subakut diberikan losio (bedak kocok), krim, pasta, atau linimentun (pasta

11
pendingin). Krim diberikan pada daerah yang berambut, sedangkan pasta pada
daerah yang tidak berambut. Bila kronik diberikan salep.4
Prognosis pasien adalah dubia ad bonam secara vitam, fungtionam,
senationam, maupun cosmetican. Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya
baik. Sejauh bahan kontaknya dapat disingkirkan. 4

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito, S.A., Soebaryo, R.W. Dermatitis Kontak: Ilmu Penyakit Kulit


dan Kelamin. Ed 7th. Jakarta : Badan Penerbit FKUI; 2015
2. Tersinanda, T.Y, Rusiyati L.M.M. Dermatitis Kontak Alergi. Hal.1-13;
2012
3. Marwali, H. Ilmu Penyakit Kulit. Penerbit Hipokrates. Jakarta; 2008
4. Dewato, HR. Farmakologi dan Terapi. Ed 5. : histamin dan antianalgetik.
Jakarta; 2010
5. Sulistyaningrum, S.K., dkk. Dermatitis Kontak Iritan dan Alergik pada
geriatri. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas
Indonesia. Vol. 8. No. 1; 29-40; 2014.
6. Djuanda, A., Hamzah, M., dan Aisah, S. 2013, Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi Keenam, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai