Anda di halaman 1dari 12

REFLEKSI KASUS MEI 2018

“Neurodermatitis”

Disusun Oleh:
Musyarafa
N 111 17 058

PEMBIMBING KLINIK
dr. SENIWATY ISMAIL, Sp. KK, FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU


PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018

0
STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama Pasien : Tn. D
2) Umur : 63 Tahun
3) Jenis Kelamin : laki - laki
4) Alamat : Dolo
5) Agama : Islam
6) Pekerjaan :-
7) Tanggal Pemeriksaan : 7 Mei 2018
8) Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD
Undata Palu

II. ANAMNESIS
1) Keluhan utama : Gatal pada kedua punggung kaki.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien laki - laki berumur 63 tahun datang ke
poliklinik kulit dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan gatal –
gatal pada kedua bagian kaki, yang mulai di rasakan sejak kurang
lebih 1 minggu yang lalu. Awalnya rasa gatal muncul pada
punggung kaki sebelah kiri, kemudian punggung kaki sebelah
kanan dan muncul juga pada bagian tungkai bawah kanan. Pasien
mengaku terkadang tanpa sadar pasien menggaruk kakinya dan
sulit untuk berhenti menggaruk. Pasien juga mengatakan semakin
digaruk semakin terasa enak. Pasien pernah melakukan pengobatan
di RSUD Undata dan diberikan obat salep oleh dokter, kemudian
sembuh namun 1 minggu belakangan muncul kembali.

3) Riwayat penyakit dahulu:


Pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya beberapa
tahun yang lalu, sudah berobat dan dinyatakan sembuh kemudian
muncul kembali. Hipertensi (+), diabetes mellitus (-), riwayat alergi
makanan dan obat-obatan (-).
4) Riwayat penyakit keluarga:

1
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal yang sama
dengan pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
Keadaan umum : Sakit ringan
Status Gizi : Baik
Kesadaran : Komposmentis

Tanda-tanda Vital
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 92 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
Suhu : Tidak dilakukan Pengukuran

Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit :
Kepala : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Wajah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Leher : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ketiak : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Perut punggung : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Dada : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Bokong : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Genitalia : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ekstremitas atas` : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit.
Ekstremitas bawah :
- Tampak plak hiperpigmentasi disertai
dengan likenifikasi dan skuama, berbatas
tegas dengan ukuran plakat pada regio
cruris anterior dextra.
- Tampak plak hiperpigmentasi disertai
dengan likenifikasi dan skuama, berbatas

2
tegas dengan ukuran plakat pada regio
dorsum pedis dextra et sinistra
IV. GAMBAR

Gambar 1. Tampak
plak

hiperpigmentasi disertai dengan likenifikasi dan skuama, berbatas tegas


dengan ukuran plakat pada regio dorsum pedis dextra

Gambar 2.
Tampak plak

3
hiperpigmentasi disertai dengan likenifikasi dan skuama, berbatas tegas
dengan ukuran plakat pada regio dorsum pedis sinistra

Gambar 3. Tampak plak hiperpigmentasi disertai dengan likenifikasi dan skuama,

berbatas tegas dengan ukuran plakat pada regio cruris anterior dextra.

V. RESUME
Seorang pasien laki - laki berumur 63 tahun datang ke poliklinik kulit
dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan pruritus pada kedua bagian
kaki, yang mulai di rasakan sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu.
Awalnya pruritus muncul pada dorsum pedis sinistra, kemudian dorsum
pedis dextra dan muncul juga pada bagian cruris dextra. Pasien mengaku
terkadang tanpa sadar pasien menggaruk kakinya dan sulit untuk berhenti
menggaruk. Pasien juga mengatakan semakin digaruk semakin terasa enak.
Pasien pernah melakukan pengobatan di RSUD Undata dan diberikan obat
salep oleh dokter, kemudian sembuh namun 1 minggu belakangan muncul
kembali.
Pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya beberapa tahun
yang lalu, sudah berobat dan dinyatakan sembuh kemudian muncul
kembali. Hipertensi (+), diabetes mellitus (-), riwayat alergi makanan dan
obat-obatan (-).

4
Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik,
kesadaran komposmentis. Hasil pemeriksaan dermatologis di dapatkan
plak hiperpigmentasi disertai likenifikasi dan skuama pada regio dorsum
pedis dextra et sinistra dan tampak plak hiperpigmentasi pada regio cruris
dextra.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Neurodermatitis

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Dermatitis Atopik
2. Dermatitis kontak alergi
3. Dermatitis kontak iritan

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN


Pacth test
Histopatologik

IX. PENATALAKSANAAN
a. Non-medikamentosa
 Menjaga kebersihan kulit, terutama pada area lesi
 Mencegah garukan pada daerah lesi
 Hindari stress psikologis
 Istirahat yang cukup
 Menjaga kebersihan kulit, dan menjaga kelembapan kulit agar
kulit tidak kering.

b. Medikamentosa
- Untuk topical : cream Desoximetasone 0,25% 5 gr (2 x sehari)
- Untuk sistemik : Cetrizine 1 x 10 mg/hari

c. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Qua ed cosmetican : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

5
PEMBAHASAN

Seorang pasien laki - laki berumur 63 tahun datang ke poliklinik kulit dan
kelamin RSUD Undata dengan keluhan gatal – gatal pada kedua bagian kaki, yang
mulai di rasakan sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Awalnya rasa gatal
muncul pada punggung kaki sebelah kiri, kemudian punggung kaki sebelah kanan
dan muncul juga pada bagian cruris kanan. Pasien mengaku terkadang tanpa sadar
pasien menggaruk kakinya dan sulit untuk berhenti menggaruk. Pasien juga
mengatakan semakin digaruk semakin terasa enak. Pasien pernah melakukan
pengobatan di RSUD Undata dan diberikan obat salep oleh dokter, kemudian
sembuh namun 1 minggu belakangan muncul kembali.

Pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya beberapa tahun yang
lalu, sudah berobat dan dinyatakan sembuh kemudian muncul kembali. Hipertensi
(+), diabetes mellitus (-), riwayat alergi makanan dan obat-obatan (-).

Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik,
kesadaran komposmentis. Hasil pemeriksaan dermatologis di dapatkan plak
hiperpigmentasi disertai likenifikasi dan skuama pada regio dorsum pedis dextra
et sinistra dan tampak plak hiperpigmentasi pada regio cruris dextra.

Dermatitis merupakan suatu reaksi peradangan pada kulit epidermis dan


1
dermis sebagai respon terhadap pengaruh factor eksogen maupun endogen.

6
Neurodermatitis juga dikenal sebagai lichen complex chronicus merupakan
peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis
kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) akibat garukan atau gosokan yang
berulang-ulang. Secara klinis tampakan likenifikasi berupa penebalan dengan
peningkatan garis permukaan kulit yang terkena sehingga tampak seperti kulit
batang kayu.1
Semua kelompok umur mulai dari anak-anak sampai dewasa dapat terkena
penyakit ini. Kelompok usia dewasa 30 – 50 tahun paling sering mengalami
keluhan neurodermatitis. Secara umum neurodermatitis dapat terjadi pada laki-
laki dan wanita, tetapi lebih sering dilaporkan terjadi pada wanita pada umur
pertengahan Individu. Neurodermatitis jarang terjadi pada anak-anak, karena
neurodermatitis merupakan penyakit yang bersifat kronis dan dipengaruhi oleh
keadaan emosi dan penyakit yang mendasarinya. Dilihat dari ras dan suku bangsa,
Asia terutama ras mongoloid lebih sering terkena penyakit ini kemungkinan
karena faktor protein yang dikonsumsinya berbeda dengan ras dan suku bangsa
lainnya.4
Penderita mengeluh rasa gatal, bila pada timbul malam hari dapat
mengganggu tidur. Rasa gatal memang tidak terus-menerus, biasanya pada waktu
tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita merasa enak
bila digaruk, setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena
diganti dengan rasa nyeri). 3
Penyebab liken simpleks kronikus belum diketahui secara pasti. Namun ada
berbagai faktor yang mendorong terjadinya rasa gatal pada penyakit ini, faktor
penyebab dari liken simpleks kronikus dapat dibagi menjadi dua yaitu: 2
1. Faktor Eksterna
a. Lingkungan
Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat berimplikasi
dalam menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi gatal. Suhu yang
tinggi memudahkan seseorang berkertingat sehingga dapat mencetuskan
gatal, hal ini biasanya menyebabkan liken simpleks kronikus pada
anogenital.
b. Gigitan serangga
Gigitan serangga dapat menyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang
mengakibatkan rasa gatal.

7
2. Faktor Interna
a. Dermatitis atopik
Asosiasi antara liken simpleks kronikus dan ganguan atopik telah banyak
dilaporkan, sekitar 26 % sampai 75 % pasien dengan dermatitis atopik
terkena liken simpleks kronikus.
b. Psikologis
Keluhan utama ialah gatal berulang. Pasien akan mengeluh gatal yang
hilang timbul terutama saat sore hari. Rasa gatal memang tidak terus
menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk
tidak digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk; setelah luka, baru
hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena diganti dengan rasa nyeri).
Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit
edema, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah
berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya
hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis
dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi akibat digaruk. Letak lesi
dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah di scalp,
tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum,
perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan
kaki bagian depan, dan punggung kaki. 1Gatal juga dapat bertambah pada
saat pasien mengalami stress psikologis.

Pada pasien muda, keluhan gatal umumnya kurang dirasakan karena tidak
begitu mengganggu aktivitasnya, akan tetapi keluhan gatalnya sangat dirasakan
seiring bertambahnya usia dan faktor pemicu stressnya. Kelainan kulit yang
terjadi bisa berupa eritem, edema, papul, likenifikasi (bagian yang menebal),
kering, berskuama atau hiperpigmentasi. Ukuran lesi bervariasi, berbatas tidak
tegas dan bentuk umumnya tidak beraturan. Lesi pada setiap individu pasien
berbeda. Tidak ada penjelasan yang tegas mengenai berapa lama lesi pada
neurodermatitis terbentuk. 1
Pada neurodermatitis yang kronik, eritem tidak begitu jelas karena
bercampur dengan hiperpigmentasi, pada stadium awal kelainan kulit yang terjadi

8
dapat berupa eritem dan edem serta timbul sekelompok papul, selanjutnya karena
adanya garukan yang berulang, bagian lesi akan menebal, kering, berskuama,
ekskoriasi dan hiperpigmentasi. Ukirannya bisa lenticular sampai plakat, bentuk
tidak beraturan. 5
Lesi tergantung dari sering dan lamanya pasien mengalami keluhan gatal
dan menggaruknya. Dari pemeriksaan efloresensi, lesi tampak likenifikasi berupa
penebalan kulit dengan garis-garis kulit yang semakin terlihat, terlihat plak
dengan ekskoriasi serta sedikit eritematosa (memerah) dan edema. Pada lesi yang
sudah lama, lesi akan tampak berskuama pada bagian tengahnya, terjadi
hiperpigmentasi (warna kulit yang digaruk berubah menjadi kehitaman) pada
bagian lesi yang gatal, bagian eritema dan edema akan menghilang, dan batas lesi
dengan bagian kulit normal semakin tidak jelas.5

Diagnosis neurodermatitis ditegakkan berdasarkan anamnesa pasien


mengenai riwayat dan perjalanan penyakitnya dan gambaran lesi dari kulitnya
yang khas. Perlunya pemeriksaan lanjut digunakan untuk membedakan diagnosis
yang memiliki kesamaan dalam morfologi maupun efloresensinya. Dari
anamnesis, keluhan utama dari pasien biasanya ialah gatal-gatal pada kulit lokal
yang terjadi sudah lama. Bisa disertai dengan riwayat alergi ataupun riwayat
penyakit yang mendasarinya (diabetes mellitus) atau tidak.2 Penjelasan mengenai
munculnya pruritus yang disebabkan oleh allergen atau penyakit dasar yang
menyebabkan gatal hingga terjadinya neurodermatitis merupakan terapi non
medika mentosa terbaik untuk pasien guna mencegah timbulnya keluhan gatal
berulang. Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa garukan akan memperburuk
keadaan penyakitnya, oleh karena itu harus dihindari. Selain penjelasan diatas,
mengurangi paparan terhadap allergen yang memicu terjadinya pruritus juga
berguna untuk mengurangi keadaan gatal berulang.3
Terapi medikamentosa yang dapat diberikan ialah dengan pemberian obat
sesuai gejala. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruritus dan
kortikosteroid topikal atau intralesi. Antipruritus dapat berupa antihistamin yang
mempunyai efek sedatif (contoh: hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau
tranquilizer. Dapat pula diberikan secara topikal krim doxepin 5% dalam jangka

9
pendek (maksimum 8 hari). Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat,
Ada pula yang mengobati dengan UVB dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada
penyakit yang mendasarinya, bila memang ada harus juga diobati.3
Prognosis untuk neurodermatitis bervariasi, tergantung dari penyebab gatal
dan status psikologi dari pasien. Perbaikan pada neurodermtitis dapat sempurna
jika diperoleh dasar penyakit yang menyebabkan gatalnya dan mengobati penyakit
yang mendasari. Penyakit ini bersifat kronis dan setelah sembuh dengan
pengobatan biasanya residif.5
Komplikasi dari neurodermatitis dapat terjadi bila tidak adanya control
dari kebiasaan menggaruk untuk keluhan gatalnya. Komplikasinya bisa berupa
perubahan warna pada kulit yang permanen, terdapatnya bekas luka akibat
garukan sampai terjadinya ulkus karena seringnya pasien menggaruk.2

DAFTAR PUSTAKA

1. Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit. EGC : Jakarta. 2000.


2. Ramon MB, Antonio EJ. Dermatology : personality differences between
patients with lichen simplex chronicus and normal population : A Study of
pruritus. Universitas of Murcia: Spain. 2011.
3. Menaldi SL. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. FKUI :
Jakarta. 2015
4. Ramineni HB, Manogna, Vidyadhara CM. International Journal of Medical
and Health Science : A case of Neurodermatitis Circumscripta with

10
generalized Pruritus. Chebrolu Hanumaiah Institute of Pharmaceutical
Science : India. 2015.
5. Siregar, RS. 2009. Atlas penyakit kulit dan kelamin, SMF kesehatan kulit
dan kelamin FK UNAIR
6. Fitzpatrick TB, Johnson RA. Wolff K, Polano MK, Suumons D. Color Atlas
and Synopsis of Clinical Dermatology: Common and Serious Disease.
Section 15: Skin Signs of Immune, Autoimmune, and Rheumatic Diseases-
systemic Amyloidosis. New York: McGraw-Hill. Ed 3. Page 42-45.

11

Anda mungkin juga menyukai