Pengunduran diri Presiden Soeharto ini menjadi tanda dimulainya ERA Reformasi di negara kita. Era Reformasi ini
tentunya menjadi harapan baru bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dan lebih sejahtera,
perubahan yang dilakukan adalah menuju penyelenggaraan negara yang demokratis, transparan dan mempunyai akuntabilitas
tinggi serta terwujudnya good governance dan adanya kebebasan berpendapat. Semua itu, adalah salah satu upaya dalam
mewujudkan impian-impian atau cita cita bangsa kita yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945.
Tuntutan Era Reformasi:
Penghapusan
Dokrin Dwi Fungsi
Amandemen UUD ABRI
1945
Kebebasan PERS
TUNTUTAN REFORMASI
Penegakan hukum,
HAM, pemberantasan Kehidupan
KKN demokratis
Otonomi Daerah
DASAR PEMIKIRAN AMANDEMEN UUD 1945
1. Kekuasaan tertinggi di tangan MPR berdampak pada pengurangan makna kedaulatan
rakyat.
2. Kekuasaan yang sangat besar pada Presiden.
3. Pasal-pasal yang terlalu fleksibel, sehingga dapat menimbulkan banyak penafsiran.
4. Kewenangan pengaturan lembaga-lembaga negara melalui pengajuan UU
5. Praktek ketatanegaraan tidak sesuai dengan jiwa Pembukaan UUD 1945.
PENJELASAN SEBAGAI BERIKUT...
Hal ini akan membuat checks and balance atau saling mengawasi dan saling
mengimbangi tidak terjadi pada masing-masing lembaga negara. Jadi, penyerahan kekuasaan
tertinggi kepada MPR adalah penyebab utama dari kekuasaan pemerintah negara seakan akan
tidak mempunyai hubungan dengan rakyat.
2. Kekuasaan yang sangat besar kepada Presiden.
Sistem yang dianut oleh UUD 1945 dominan eksekutif, yakni kekuasaan dominan berada di
tangan presiden, sebagai contoh hak prerogratif (memberikan grasi, amnesti, abolisi, dan
rehabilitasi), dan memiliki kekuasaan legislatif (kekuasaan membentuk undang-undang). Hal ini
dapat mendorong lahirnya kekuasaan yang otoriter dan tidak bekerja prinsip saling mengawasi dan
salng mengimbangi (checks and balance).
Pada 20 Agustus 1959 Presiden Soekarno menyampaikan surat No. 2262/HK/59 kepada DPR
yang isinya menekankan kepada kewenangan presiden untuk memberlakukan peraturan negara
baru selain membuat peraturan negara menurut UUD 1945. Atas dasar peraturan negara baru
tersebut, presiden membentuk lembaga-lembaga negara, seperti MPRS, DPAS, DPR-GR, Kabinet
Kerja, dan Front Nasional.
3. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luwes dan bisa menimbulkan lebih dari
satu tafsir.
Contoh pasal multitafsir adalah pasal 7 UUD 1945. Sebelum di amandemen, hanya
dikatakan presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya
dapat dipilih kembali. Hal tersebut dapat menimbulkan multitafsir karena orang dapat
beranggapan bahwa masa jabatan presiden adalah seumur hidup, sebab tidak ada batasannya.
Pasal 7 UUD 1945 sesudah di amandemen :
"Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam masa jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan"
4. Kewenangan pengaturan lembaga-lembaga negara melalui pengajuan UU
UUD 1945 kebanyakan memberikan kewenangan kepada kekuasaan presiden untuk mengatur hal-hal
penting dengan undang-undang
5. Penilaian terhadap rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum
cukup didukung ketentuan konstitusi.
Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara belum cukup didukung
ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang kehidupan yang demokratis, supremasi
hukum, pemberdayaan rakyat, penghormatan HAM, dan otonomi daerah.
Ini akan menmberikan suatu kesempatan yang besar untuk berkembangnya praktik
penyelenggaraan negara yang tidak sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.
TUJUAN PERUBAHAN UUD 1945
Perubahan yang dituntut oleh rakyat bertujuan untuk menyempurnakan aturan dasar bernegara.