Dr. Mirna, seorang residen di bagian Forensik RSUP Dr. M. Djamil Padang beberapa
hari ini sibuk luar biasa. Ia harus melayani permintaan visum dari polisi untuk seorang
perempuan muda yang mengaku telah diperkosa beberapa orang dua hari yang lalu. Selang
beberapa waktu kemudian datang lagi kasus usaha pembunuhan yang menyebabkan luka luka
diberbagai bagian tubuh. Ada luka yang memanjang, luka yang dalam, serta luka di bagian
perut yang memerlukan laparotomi. Kemudian datang lagi kasus kematian akibat minum
racun, yang menurut polisi masih diragukan apakah akibat bunuh diri atau akibat usaha
pembunuhan. Kelelahan amat terasa karena baru tadi malam ia juga harus menangani kasus
kematian akibat tenggelam di dalam bak mandi berendam.
Beberapa hari kemudian muncul lagi kasus penusukan yang menyebabkan luka-luka,
namun penderita meninggal dunia sebelum sempat dilayani. Surat keterangan kematian
dengan status DOA pun dikeluarkan setelah pemeriksaan dilakukan. Ketika polisi dihubungi,
mereka ternyata juga sedang mengusut kasus kematian mencurigakan yang terjadi beberapa
minggu sebelumnya. Kecurigaan muncul setelah adanya laporan tanda-tanda kematian yang
tidak wajar sewaktu mayat dimandikan. Kuburan harus digali kembali, dan identifikasi harus
dilakukan melalui pemeriksaan DNA karena korban tidak diketahui identitasnya dengan
pasti. Bagaimanakah anda menjelaskan apa saja yang harus dilakukan dr. Mirna?
TERMINOLOGI
1. Forensik : salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran, yang mempelajari
pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan, dikenal
juga dengan legal medicine.
2. Visum : keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang
berwenang mengenai hasil pemeriksaan kedokteran forensik terhadap manusia, baik hidup
atau mati ataupun diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dibawah
sumpah, untuk kepentingan peradilan.
3. Laparatomi : prosedur bedah dengan membuat irisan besar pada dinding perut untuk
mendapatkan akses ke dalam rongga perut.
4. Status DOA : keterangan yang digunakan untuk menjelaskan kondisi pasien yang
ditemukan telah meninggal ketika datangnya tenaga profesional medis atau telah meninggal
saat perjalanan ke IGD. Death on arrival (DOA) merupakan istilah yang digunakan pada
keadaan pasien yang meninggal secara klinis sebelum sampai di rumah sakit (Emergency
Room) dan tidak perlu dilakukan resusitasi.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa landasan hukum yang mengatur tentang visum?
- Lembar Negara No. 350 tahun 1937, tentang seorang dokter tidak perlu disumpah
setiap kali dokter tsb membuat visum et repertum,
- Pasal 120 KUHAP penyidik dapat meminta bantuan seorang ahli dan ahli
tersebut membantu dengan pengetahuan yang sebaik-baiknya.
- Pasal 133 KUHAP untuk keperluan peradilan, penyidik dapat meminta bantuan
dokter atau dokter forensik untuk melakukan pemeriksaan forensik.
Ayat 1 Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli
kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya
Ayat 2 Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat
- Pasal 179 KUHAP dokter wajib melakukan pemeriksaan kedokteran forensik
bila diminta oleh penyidik yang berwenang.
5. Bagaimana cara mendeskripsikan jenis luka dan penyebabnya dalam ilmu forensik?
6. Apa jenis luka di bagian perut yang memerlukan laparatomi? Apa tujuan dilakukan
laparatomi?
8. Bagaimana cara membedakan kasus dugaan bunuh diri dengan kasus upaya
pembunuhan pada skenario?
10. Bagaimana aspek medikolegal dan cara menegluarkan surat kematian dengan status
DOA pada kasus skenario?
- Aspek medikolegal DOA mempunyai beberapa kepentingan yaitu untuk
mengetahui penyebab dan cara kematian yang diperlukan untuk pembuatan VeR
dan penerbitan surat kematian. Surat keterangan kematian ini berisi identitas, saat
kematian, dan sebab kematian. Kewenangan penerbitan surat keterangan kematian
ini adalah kewenangan dokter.
- Dead on arrival bukanlah diagnosis, melainkan hanya keterangan kematian
sementara saat diperiksa pertama kali oleh dokter. Dead on arrival belum dapat
dikatakan termasuk kematian mendadak sebelum ditegakkan sebab kematian
pastinya melalui hasil otopsi klinis atau otopsi forensik. Prosedur yang
medikolegal dokter pada kasus dead on arrival adalah untuk menentukan apakah
termasuk kematian wajar atau tidak wajar.
- Sebuah kematian mendadak dapat mungkin dilaporkan kepada dokter umum dan
hal pertama yang paling penting untuk memastikan dan menentukan apakah
kematian termasuk wajar atau tidak wajar. Ada beberapa prinsip secara garis
besar harus diketahui oleh dokter berhubungan dengan kematian
mendadak akibat penyakit yaitu : Apakah pada pemeriksaan luar
jenazah terdapat adanya tanda-tanda kekerasan yang signifikan dan dapat
diprediksi dapat menyebabkan kematian ?, Apakah pada pemeriksaan luar
terdapat adanya tanda-tanda yang mengarah pada keracunan ?, Apakah almarhum
merupakan pasien (Contoh: Penyakit jantung koroner) yang rutin datang berobat
ke tempat praktek atau poliklinik di rumah sakit ?, Apakah almarhum mempunyai
penyakit kronis tetapi bukan merupakan penyakit tersering penyebab natural
sudden death ?
- Pada skenario, korban termasuk golongan kematian tidak wajar, dikatakan
meninggal tidak wajar apabila disebabkan oleh perlukaan akibat pembunuhan,
bunuh diri, atau kecelakaan.
- Ketika mendapatkan pasien dengan kematian mendadak, hal pertama yang
dilakukan adalah mencari tau mengenai identitas korban, identifikasi mengenai
riwayat penyakit terdahulu, bukti-bukti penyakit jantung atau penyakit serius lalu
menanyakan kronologis meninggalnya pasien.
- Kemudian dokter umum memeriksa tanda-tanda pasti kematian, seperti lebam
mayat, kaku mayat, dan penurunan suhu tubuh. Namun, perlu dipertimbangkan
mengenai kemungkinan kematian tidak wajar. Sehingga tubuh pasien dijauhkan
dari manipulasi berlebihan bila pasien telah dicurigai sebagai korban kematian
yang tidak wajar, tempat ditemukannya korban dapat menjadi tempat kejadian
perkara.
- Selain itu, perlu diperhatikan barang-barang yang dibawa atau berada pasien,
seperti botol obat kosong, surat yang ditulis oleh korban sebelum kematian, dan
sejenisnya.
- Dokter umum harus dapat menentukan waktu kematian pasti. Waktu kematian
dapat diperkirakan berdasarkan kaku mayat, lebam mayat, dan penurunan suhu
tubuh.
- Bila didapatkan kecurigaan kematian yang tidak wajar, dokter wajib
menginformasikan kepada keluarga dan pihak yang berwajib. Setelah itu, pihak
yang berwajib akan mengirimkan surat permintaan visum dan dokter harus dapat
meyakinkan keluarga korban agar dapat dilakukan pemeriksaan forensik.
- Alur status DOA di Indonesia :
PASIEN DOKTER menyarankan
Death on Arrival keluarga untuk melaporkan ke
(IGD) POLISI
POLISImeminta atau
DOKTER (Forensik) mengeluarkan mengajukan surat untuk
surat atau hasil pemeriksaan (VeR) dilakukan pemeriksaan
dan membuat kesimpulan hasil ataupun Autopsi ke DOKTER
pemeriksaan (Forensik)
DOKTER (Forensik)
diminta/diajukan menjadi saksi ahli
dan menjelaskan kesimpulan hasil
pemeriksaan
11. Apa saja tanda tanda kematian yang tidak wajar yang mungkin ditemukan?
- Setiap kematian yang terjadi akibat suatu peristiwa kekerasan atau keracunan
termasuk kematian yang tidak wajar (kematian forensik). Cara kematian pada
kematian tidak wajar adalah pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan.
- Jika pada pemeriksaan luar dokter menemukan adanya luka, misalnya luka
tembak di kepala, luka tusuk di dada, adanya bau yang mencurigakan dari mulut
atau hidung, adanya tanda bekas suntikan tanpa riwayat berobat ke dokter, serta
adanya tanda keracunan lainnya, maka kasusnya kemungkinan merupakan
kematian yang tidak wajar
12. Megapa perlu dilakuakan penggalian kubur dan bagaimana landasan hukum
ekhumasi?
- Kadang kala perlu dilakukan karena kecurigaan terhadap kematian seseorang
mungkin baru timbul setelah penguburan dilaksanakan seperti ditemukannya
tanda-tanda kematian tidak wajar saat memandikan jenazah, atau pada beberapa
kasus kejahatan memang sengaja dilakukan penguburan untuk menghilangkan
jejak kejahatan. Untuk memastikan penyebab kematian aka perlu dilakukan
ekhumasi atau penggalian kubur kembali.
- Bila penyidik dlm rangkaian penyidikannya memerlukan bantuan dokter utk
melakukan pemeriksaan terhadap jnz yang telah dikubur maka dokter wajib
melaksanakannya.
- KUHAP pasal 135 : Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu
melakukan penggalian mayat, dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana
dimaksud pasal 133 (2) dan pasal 134 (1) Dalam hal sangat diperlukan di mana
untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik
wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban. (2) Dalam hal
keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud
dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
- KUHAP pasal 136 : semua biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh negara
13. Mengapa perlu dilakukan identifikasi ulang serta tes DNA pada korban yang telah
dikubur?
- Sebab identitas korban tidak diketahui dan tes DNA dianggap tepat untuk
mengatasinya karena profil DNA unik untuk setiap individu kecuali pada kembar
monozigot dan peluang profil DNA dua individu sama adalah sekitar 1 dalam 30
milyar-300 milyar.
14. Siapa saja yang berwenang meminta VeR dan siapa saja yang berwenang
membuatnya?
Dalam pengadaan VeR, yang berwenang untuk memintanya adalah
- Penyidik dan Penyidik Pembantu Polri.
- Penyidik adalah Pejabat Polri tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat
pembantu letnan dua polisi (Ajun Inspektur dua) dan pejabat PNS tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang, setidaknya golongan IIB.
- Penyidik pembantu adalah pejabat Polri tertentu yang sekurang-kurangnya
berpangkat sersan dua polisi (brigadir dua) dan pejabat PNS tertentu yang
stidaknya golongan IIA.
Yang berwenang dalam membuat VeR atas permintaan penyidik adalah dokter
forensik atau dokter rumah sakit, dimana keterangan yang diberikan oleh dokter
forensik nantinya disebut sebagai keterangan ahli dan keterangan dari dokter bukan
ahli forensik disebut sebagai ketererangan saja.