Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

Kornea merupakan jaringan pelindung yang bening yang menutupi bagian depan mata.
Berdasarkan transparansi dan bentuk kubahnya, kornea memungkinkan lewatnya sinar cahaya
yang masuk dan memfokuskannya pada retina. Transparansi kornea tergantung pada keadaan
relatif dehidrasi, avaskularitasnya, dan keseragaman strukturnya. Penyakit dan cedera pada
kornea dapat menyebabkan jaringan parut, kekeruhan, dan ketidakteraturan kornea dengan
distorsi sinar cahaya yang masuk dan berkurangnya penglihatan. Dalam beberapa keadaan,
penglihatan dapat dipulihkan melalui transplantasi kornea.1

Transplantasi kornea atau keratoplasty adalah salah satu jenis operasi transplantasi manusia yang
paling umum. Prosedur ini membantu memulihkan penglihatan pada berbagai penyakit kornea
dengan cara menghilangkan kornea host yang rusak dan menggantinya dengan transplantasi
donor yang jelas dan sehat.1 Jaringan kornea donor (graft) dapat diberikan secara keseluruhan
(keratoplasty penetrasi) atau sebagian (keratoplasty lamelar). Cangkok diambil dari individu
yang baru saja meninggal tanpa diketahui penyakit atau faktor lain yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup jaringan yang disumbangkan atau kesehatan penerima.2

Sekitar 50% dari prosedur rekonstruksi kornea akan membutuhkan keratoplasti untuk rehabilitasi
visual. Hasil cangkok kornea tergantung pada beberapa faktor penting, termasuk sejauh mana
defisiensi sel induk limbal (sebagian besar ditentukan oleh etiologi yang mendasari) dan adanya
atau tidak adanya peradangan konjungtiva. Juga penting untuk mempertimbangkan apakah
komponen lain dari permukaan okular, selain sel punca limbal, terlibat dalam proses patologis.
Apabila salah satu dari faktor tersebut diabaikan dapat mengakibatkan cacat epitel yang tidak
sembuh, ulserasi sekunder, keratitis infeksius, vaskularisasi kornea, konjungtivaasi kornea, dan
penolakan graft akhir atau pencairan kornea. Bahkan dengan teknik bedah sempurna dan
jaringan terbaik yang tersedia, dapat memberikan hasil yang buruk apabila tidak ada cadangan
sel induk yang memadai, fungsi air mata yang optimal, dan kelopak yang berfungsi secara
anatomis.3

Prognosis untuk pemulihan visual dan pemeliharaan kesehatan mata dengan transplantasi kornea
umumnya sangat baik. Risiko bagi kegagalan adalah multifaktorial. Jenis transplantasi, keadaan
penyakit yang membutuhkan prosedur, kesehatan bagian lain dari mata penerima, dan bahkan
kesehatan jaringan donor semua dapat memberikan prognosis yang lebih atau kurang
menguntungkan.4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Struktur Kornea

Kornea adalah jaringan pelindung bening yang menutupi bagian depan mata.1 Kornea
berbentuk cembung, memiliki diameter sekitar 11,5 mm, dan peningkatan ketebalan dari pusat
(550-565 μm) ke pinggiran (610-640 μm). [16] Kornea padat dipersarafi oleh saraf ciliary
panjang yang berasal dari divisi opthalmikus dari saraf trigeminal. 5 Kelengkungan lensa dapat
disesuaikan untuk "menyetel" fokus tergantung pada jarak objek. Istilah medis yang berkaitan
dengan kornea seringkali diawali dengan awalan "kerat-" dari kata Yunani, yang berarti tanduk.
Kekuatan bias kornea pada manusia adalah sekitar 43 dioptri. Sementara kornea memberikan
kontribusi terbesar dari kekuatan fokus mata, fokusnya adalah tetap.4

Gambar 2.1 Struktur anatomi mata


Berdasarkan transparansi dan bentuk kubahnya, kornea memungkinkan lewatnya sinar cahaya
masuk dan memfokuskannya pada retina. Kornea dewasa rata-rata adalah 550 μm dan terdiri dari
lima lapisan: epitel kornea, lapisan Bowman, stroma kornea, membran Descemet, dan
endotelium kornea. Lapisan terluar kornea adalah epitel, yang menghalangi masuknya bahan
asing dan menyerap oksigen dan nutrisi dari air mata. Di bawah epitel adalah lapisan Bowman,
lapisan jelas stroma yang dimodifikasi. Lapisan di bawah Bowman adalah lapisan stroma, yang
menyumbang sebagian besar ketebalan kornea, dan terdiri dari serat-serat kolagen dan keratosit
yang tersusun teratur. Membran Descemet adalah membran dasar yang terletak di antara stroma
dan endotelium kornea. Endotel kornea adalah lapisan terdalam dari kornea, hanya satu lapisan
sel dan memiliki fungsi penting untuk memompa cairan berlebih dari stroma untuk menjaga
transparansi kornea.1

Gambar 2.2 Lapisan Kornea

Kornea memiliki ujung saraf unmyelinated yang sensitif terhadap sentuhan, suhu dan zat kimia,
sentuhan kornea menyebabkan refleks involunter untuk menutup kelopak mata. Karena
transparansi adalah sangat penting, kornea tidak memiliki pembuluh darah, melainkan menerima
nutrisi melalui difusi dari cairan air mata melalui permukaan luar dan aqueous humor melalui
permukaan dalam, dan juga dari neurotrophins yang disediakan oleh serabut saraf yang
menginervasinya. Pada manusia, kornea memiliki diameter sekitar 11,5 mm dan ketebalan 0,5-
0,6 mm di pusat dan 0,6-0,8 mm di pinggiran. Transparansi, avaskularitas, kehadiran sel imun
imatur setempat, dan keistimewaan imunologinya membuat kornea jaringan yang sangat
istimewa. Kornea tidak memiliki suplai darah, mendapat oksigen secara langsung melalui udara.
Oksigen pertama larut dalam air mata dan kemudian berdifusi seluruh kornea untuk tetap sehat.
Berbatasan dengan sclera oleh limbus kornea. Protein larut paling melimpah di kornea mamalia
adalah albumin.4

2.2 Transplantasi Kornea


Pertama dilakukan pada tahun 1905, transplantasi kornea adalah prosedur pembedahan di
mana kornea yang rusak atau berpenyakit digantikan oleh jaringan kornea sumbangan. Dengan
prosedur tradisional, dokter mata menghilangkan kornea mata dari donor menggunakan pisau
trephine kecil,instrumen bedah khusus. Kornea baru kemudian ditanamkan dalam mata pasien
melalui proses yang sama dengan jahitan kecil untuk mempertahankan kornea baru di
tempatnya.18 Kornea merupakan salah satu bentuk alograft pertama yang berhasil menggunakan
jaringan kornea. Transplantasi kornea merupakan tindakan yang sering dilakukan di Amerika
dengan 40.000 tindakan dilakukan dalam satu tahun.14 Tindakan ini dilakukan jika kelainan pada
kornea tidak bisa ditatalaksana secara non-invasif, biasanya diindikasikan untuk mengembalikan
penglihatan. Untuk tujuan terapi, transplantasi kornea juga dilakukan, pada keratitis rekalsitran
(ulkus kornea) yang resisten terhadap pengobatan, dan tujuan rekonstruktif untuk meningkatkan
integritas kornea yang telah rusak akibat kehilangan stroma.15
2.2.1 Keratoplasti Penetrans
Peneterans keratoplasty (PKP), merupakan tindakan bedah dimana seluruh ketebalan
kornea yang abnormal diambil dan diganti dengan seluruh ketebalan kornea donor.13 Tindakan ini
paling sering dilakukan, lebih dari 90% transplantasi kornea di Amerika menggunakan prosedur
ini. Penggantian kornea seutuhnya (full thickness). Karena sel endotel sangat cepat mati, mata
hendaknya diambil segera setelah donor meninggal dan segera dibekukan. Mata donor harus
dimanfaatkan >48 jam. Tudung kornea sklera yang disimpan dalam media nutrien boleh dipakai
sampai 6 hari setelah donor meninggal dan pengawetan dalam media biakan jaringan dapat tahan
sampai 6 minggu.10 PKP dapat menghasilkan ketajaman visual yang sangat baik, tetapi lebih
rentan terhadap komplikasi intraokular yang serius dan tingkat penolakan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan prosedur lamelar.11
Keratoplasti penetrans diindikasikan untuk merehabilitasi penglihatan pasien dengan
parut kornea berat.12 PKP dilakukan untuk opasitas sentral dalam pada aksis visual, keratokonus,
dan penyakit yang menganggu endotel kornea dan menyebabkan edema dan hilangnya
kejernihan kornea, serta ketika ketajaman penglihatan berkurang atau terbatas dengan kacamata
dan/ atau pencocokan lensa kontak. Kehilangan penglihatan pada kornea disebabkan oleh edema
(fuch’s dystrophy), opasitas, jaringan parut, atau permukaan yang tidak teratur (keratokonus).16

Gambar 1. Keratoplasti Penetran


2.2.2 Keratoplasti Lamelar
Lamellar Keratoplasty (LKP) merupakan prosedur penggantian sebagian dari ketebalan
kornea untuk mengganti kornea anterior dengan tebal stroma yang bervariasi, yang diperluas
menjadi keratoplasti lamelar dalam-hampir seluruh bagian kornea, kecuali endotel, diganti.
Prosedur kebalikannya adalah keratoplasti endotelial lamelar dalam, transplantasi endotel dengan
hanya selembar tipis stroma.12 Prosedur ini lebih memakan waktu dan teknik-sensitif. LKP
biasanya dilakukan pada lesi superfisial dimana endotel kornea masih normal, dan pilhan
prosedur ini untuk tujuan rekonstruksi.17 Keuntungan teknik ini dibandingkan keratoplasti
penetrans adalah penyembuhannya lebih cepat dan tidak terjadi rejeksi endotel. Keratoplasti
lamelar hanya dilakukan bila kekeruhan bersifat superfisial dan kemungkinan terjadinya
penolakan graft kornea lebih kecil. 12-13
Untuk keratoplasti lamelar, kornea dapat dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam
lemari es selama beberapa minggu; sel-sel endotel tidak penting untuk prosedur penggantian
sebagian yang melibatkan kornea bagian anterior ini. Selama dekade terakhir tatalaksana bedah
untuk penyakit endotel telah berkembang cepat ke arah keratoplasti endotel, atau transplantasi
jaringan selektif. Keratoplasti endotel menawarkan keuntungan yang berbeda dalam hal visual
dan sayatan lebih kecil.10

Gambar 2. Keratoplasti Lamelar pada descementocele


2.2.3 Deep Anterior Lamellar Keratoplasty (DALK)
Tidak seperti PKP, teknik ini mempertahankan membran descmet dan endotel kornea. Pemulihan
penglihatan lebih baik dan rehabilitasi penglihatan dini. Menggunakan teknik big-bubble, graft
donor diposisikan setelah diseksi dalam stroma; laser femtosecond dapat digunakan juga.17
2.2.4 Descemet's Stripping Automated Endothelial Keratoplasty (DSAEK)
Sebuah prosedur bari, menunjukan komplikasi lebih sedikit yaitu, waktu pemulihan lebih
singkat, sedikit perubahan refraksi, dan lebih sedikit komplikasi luka dan jahitan.17
2.2.3 Indikasi Keratoplasti

Keratoplasti diindikasikan pada sejumlah kondisi kornea yang serius misalnya parut,
edema, penipisan dan distorsi kornea.12
Gambar 3. Indikasi Keratoplasti berdasarkan US Eye Bank 2016

Indikasi untuk transplantasi kornea adalah sebagai berikut:

1. Indikasi Optik
Apabila operasi bertujuan untuk memperbaiki tajam penglihatan, yaitu mengganti
jaringan kornea penderita yang keruh dengan kornea donor yang jernih.7

Kerusakan atau kekeruhan kornea ini dapat disebabkan oleh xeroftalmia, ruda
paksa mata, panus oleh karena trachoma. Indikasi ini juga digunakan pada kasus sikatriks
kornea pasca keratitis atau trauma, keratopati bulosa, keratokonus, serta distrofi dan
degenerasi kornea untuk meningkat visus.8-9
Gambar 1. (A) Macular corneal dystrophy dengan penurunan visus akibat kekeruhan
kornea dan astigmatisme iregular. (B) Leukoma adheren pasca trauma. (C)

Keratokonus.

2. Indikasi Tektonik
Apabila tujuan operasi semata-mata hanya untuk memperbaiki struktur anatomi
kornea dan apabila pencangkokan kornea lameller sudah tidak mungkin lagi dikerjakan
karena ketebalan stroma, baik di daerah central atau perifer sudah tidak adekuat, misalnya
pada ulkus kornea yang disertai kerusakan kornea yang luas, kornea mengalami perforasi
atau kerusakan kornea akibat peradangan yang tidak sembuh dengan pengobatan
konservatif.7
Indikasi keratoplasti pada ulkus kornea apabila dengan pengobatan tidak sembuh,
terjadinya jaringan parut yang mengganggu penglihatan, dan kedalaman ulkus
mengancam terjadinya perforasi.10
Indikasi ini yang bertujuan untuk preservasi dan restorasi struktur anatomi kornea,
seperti pada mata dengan penipisan kornea, ulkus kornea dengan descemetokel maupun
perforasi kornea, corneal melt pada trauma kimia atau rheumatoid vaskulitis berat.8-9

Gambar 2. Indikasi tektonik keratoplasti. (A) Ulkus kornea dengan descemetokel. (B)
Ilustrasi skematik kasus A

3. Indikasi Terapeutik
Apabila tujuan dari pencangkokan kornea ini untuk menggantikan jaringan kornea
resipien yang reading akibat infeksi bacterial jamur atau virus dengan kornea donor yang
sehat, setelah pengobatan dengan anti bakterial, antiviral maupun anti jamur mengalami
kegagalan.7
Indikasi ini bertujuan untuk menghilangkan jaringan infeksi dan menurunkan rasa nyeri,
seperti pada kasus ulkus kornea progresif yang tidak berespons hanya dengan pengobatan
medikamentosa, serta ulkus kornea luas terutama yang terus progresif ke arah limbus
maupun sklera.8-9

4. Indikasi Kosmetik
Pada dasarnya setiap pencangkokan kornea sedikit banyak juga memperbaiki atau
memperindah mata. Bercak putih yang ada di kornea dibersihkan sehingga mata kelihatan
berseri-seri, tetapi ada kalanya kerusakan kornea ini disertai pula dengan rusaknya saraf
mata, sehingga pencangkokan kornea hanya untuk memperindah mata. 2 Indikasi ini
dilakukan pada mata dengan potensi visual yang rendah.8-9

2.4 Kontraindikasi Keratoplasti7:


Beberapa keadaan yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan tindakan pencangkokan kornea
antara lain:
1. Adanya pebuluh darah pada stroma yang banyak, difus, dan aktif. Pada keadaan ini
pencangkokan kornea tembus tidak mungkin dilakukan karena sangat mungkin terjadi reaksi
penolakan terhadap jaringan donor.
2. Adanya peradangan, misalnya pada keratouveitis karena herpes. Keadaan ini akan
membahayakan keutuhan endotel donor, oleh sebab itu pencangkokan dilakukan saat tidak
terjadi peradangan.
3. Pada penyakit-penyakit mata akibat luka bakar, ruda paksa bahan kimia atau radiasi pada
segmen anterior, juga pada sindroma mata kering. Sering kali reepitelisasi pada kornea bagian
perfier tidak adekuat sehingga berakibat gagalnya operasi pencangkokan kornea.
4. Penutupan matra yang tidak sempurna, seperti ektropion, lagoftalmus, dan pada entropion
dimana silia masuk ke dalam mata, kelainan ini harus dikoreksi terlebih dahulu untuk
mencegah kerusakan cangkok dan kegagalan operasi.
5. Pada penderita glaukoma, tekanan intraokuler yang tinggi harus diturunkan sampai
normal, karena pada penetrating keratoplasty sering terjadi peningkatan tekanan intraokuler,
baik karena tertutupnya sudut filtrasi akibat peradangan uvea ataupun oleh karena penggunaan
kortikosteroid jangka panjang pasca operasi.
6. Operasi pencangkokan kornea juga perlu dipertimbangkan bila kornea penderita
mengalami anestesia misalnya akibat penyakit herpes zooster. Anestesia kornea sering kali
berakibat kelopak mata jarang berkedip sehingga kornea menjadi kering dan mudah terjadi
infeksi sekunder.
BAB III

KESIMPULAN

Transplantasi kornea, juga dikenal sebagai pencangkokan kornea, adalah prosedur

pembedahan di mana kornea yang rusak atau berpenyakit digantikan oleh jaringan kornea

sumbangan (graft) secara keseluruhan (keratoplasty penetrasi) atau sebagian (keratoplasty

lamelar). Cangkok diambil dari individu yang baru saja meninggal tanpa diketahui penyakit atau

faktor lain yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup jaringan yang disumbangkan atau

kesehatan penerima.

Keratoplasti diindikasikan pada sejumlah kondisi kornea yang serius misalnya parut,

edema, penipisan dan distorsi kornea atas indikasi optik, tektonik, terapeutik dan kosmetik.

Kemajuan dalam operasi mikroskopik memungkinkan ahli bedah untuk memiliki

pandangan yang lebih luas pada bidang bedah, sementara kemajuan dalam ilmu material

memungkinkan mereka untuk menggunakan jahitan yang lebih halus dari ukuran rambut

manusia.

Prognosis untuk pemulihan visual dan pemeliharaan kesehatan mata dengan transplantasi

kornea umumnya sangat baik. Risiko bagi kegagalan adalah multifaktorial. Jenis transplantasi,

keadaan penyakit yang membutuhkan prosedur, kesehatan bagian lain dari mata penerima, dan

bahkan kesehatan jaringan donor semua dapat memberikan prognosis yang lebih atau kurang

menguntungkan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Boynton, G. E., & Woodward, M. A. (2015). Evolving Techniques in Corneal
Transplantation. Current Surgery Reports, 3(2).
2. Ilyas S. Bank Mata. Cermin Dunia Kedokteran 1993; 82:45-48
3. Tims, J. S., & Lee, W. B. (2013). Keratoplasty in Ocular Surface Disease. Ocular
Surface Disease: Cornea, Conjunctiva and Tear Film, 397–402.
4. Castroviejo R. Keratoplasty for the Treatment of Keratoconus. Trans Am Ophthalmol
Soc 1948; 46:127–153
5. Maghsoudlou P, Patel BC, Khanam TB, et al. Cornea Transplantation. [Updated 2019
Jun 9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020
Jan-
6. Soewono W. Aspek Klinik Pencangkokan Kornea dan Peranannya Dalam
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. 1995
7. Nijm LM, Mannis MJ, Holland EJ. The evolution of contemporary keratoplasty. In:
Krachmer JH, Mannis MJ, Holland EJ, editors. Cornea: fundamentals, diagnosis and

management. 3rd ed. Expert Consult. St Louis, MO: Mosby Elsevier; 2011
8. Forrester JV, Kuffova L. Corneal transplantation: an immunological guide to the
clinical problem. London: Imperial College Press; 2004: p.1-6
9. Yum, H.R., Kim, M.S., Kim, E.C. Retrocorneal membrane after Descemet
endothelial keratoplasty. Cornea. 2013 Sep;32(9):1288- 90.
10. Patel, S.V. Graft survival and endothelial outcomes in the new era of endothelial
keratoplasty. J Exer. 2012 Feb;95(1):40-7
11. Vaughan, Daniel, and Taylor Asbury. 2004. Vaughan & Asbury's general
ophthalmology. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill.
12. Brightbill FS. Corneal Surgery, Theory, Technique and Tissue. The C.V. Mosby
Company. St. Louis, Missouri. 1986. P: 3-285
13. Bachmann B, Taylor RS, Cursiefen C. Corneal neovascularization as a risk factor for
graft failure and rejection after keratoplasty: an evidence-based meta-analysis.
Ophthalmology. 2010;117:1300–1305.e7.
14. Garg P, Krishna PV, Stratis AK, Gopinathan U. The value of corneal transplantation
in reducing blindness. Eye. 2005;19:1106–1114.
15. Insler MS, Pechous B. Visual results in repeat penetrating keratoplasty. Am J
Ophthalmol. 1986;102: 371–375
16. https://www.medscape.com/viewarticle/741939_4, Diakses 3 Maret 2020
17. STANSBURY FC. CORNEAL TRANSPLANTATION: II. Indications and
Contraindications. Arch Ophthalmol. 1950;43(2):337–364.
doi:10.1001/archopht.1950.00910010344011
18. Bascom Palmer. 2007. New options in corneal transplant. BC eye institute

Anda mungkin juga menyukai