Anda di halaman 1dari 19

Case Report Session

INTRAORBITAL PENETRATING FOREIGN BODY

Oleh :

Khairunnisa 1940312025
Frieska Septi Awwalia 1940312123

Preseptor :
dr. Muhammad Syauqie, Sp.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2020

1
DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................ 3
1.2. Batasan Masalah ......................................................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 4
1.4. Metode Penulisan ........................................................................................................................ 4
1.5. Manfaat Penulisan ....................................................................................................................... 4
BAB II ........................................................................................................................................................ 5
LAPORAN KASUS ................................................................................................................................... 5
BAB III ..................................................................................................................................................... 14
DISKUSI .................................................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 18

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Intraorbital Penetrating Foreign Body adalah komplikasi umum dari trauma


okular. Benda asing intraokular (IOFBs) adalah benda asing yang menembus mata dan
bersarang di dalam dinding orbita dan menyebabkan kerusakan pada struktur di
sekitarnya, seperti otot ekstraokular dan persarafan disekitarnya.1
Mekanisme cedera pada kasus ini bisa beragam seperti kecelakaan industry,
serangan dengan kecepatan tinggi, permainan anak-anak, penyerangan, berkebun,
kecelakaan kendaraan bermotor, olahraga, dan lainnya. Faktor risiko dari kasus
Intraorbital Penetrating Body bedasarkan penelitian cenderung terjadi lebih sering pada
anak muda (kisaran usia rata-rata 15-37) dan pria usia kerja (75-96% pria). Intraocular
penetrating foreign body berisiko menimbulkan cedera pada struktur di sekitarnya seperti
saraf kranial II, III, IV, V, VI, dan otot ekstraokular. 2-8
Pencitraan harus dilakukan untuk menentukan lokasi benda asing dan untuk
mengesampingkan keterlibatan saraf optik atau SSP. Opsi pencitraan termasuk computed
tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), ultrasound, dan radiografi polos,
yang masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan tertentu.Pilihan pertama untuk
pemeriksaan pencitraan adalah CT scan otak dan orbita dengan potongan aksial, koronal,
dan parasagital.
Komplikasi yang umumnya ditimbulkan dari benda asing intraocular adalah
infeksi dan pembentukan abses pada kasus yang berat bisa diperlukan enukleasi.
Prognosis kasus benda asing intraocular tergantung pada keparahan trauma, bahan dan
lokasi benda asing. Umumnya benda asing yang berlokasi di anterior tanpa penetrasi bola
mata dan ketajaman visual yang baik pada memiliki prognosis dan ketajaman visual yang
lebih baik. Bahan-bahan organik memiliki peningkatan risiko yang menyebabkan infeksi
endophthalmitis dan SSP. Kehilangan penglihatan pasca operasi telah dilaporkan pada
tingkat 2,5 hingga 4%. 13,14,15

3
1.2. Batasan Masalah
Makalah ini membahas tentang definisi, epidemiologi, etiologi dan faktor risiko, klasifikasi,
patogenesis dan patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis diferensial, tatalaksana, komplikasi
dan prognosis intraorbital penetrating foreign body

1.3. Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai
intraorbital penetrating foreign body

1.4. Metode Penulisan


Metode yang dipakai adalah tinjauan kepustakaan dengan merujuk pada berbagai
literatur.

1.5. Manfaat Penulisan


Referat ini diharapkan akan bermanfaat dalam memberikan informasi dan pengetahuan
tentang intraorbital penetrating foreign body.

4
BAB II
LAPORAN KASUS

Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 35 tahun
Seorang pasien laki-laki umur 35 tahun datang ke IGD RS Dr. M. Djamil Padang pada
tanggal 14 Maret 2020 dengan,

Keluhan Utama:
Mata kanan tertancap anak panah sejak lebih kurang 6 jam sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang


◼ Mata kanan tertancap anak panah sejak lebih kurang 6 jam sebelum masuk rumah sakit.
◼ Mata kanan pasien tertusuk tombak saat mencari ikan di sungai
◼ Pasien tidak sadar saat kejadian.

Riwayat Penyakit Dahulu


-
Riwayat Penyakit Keluarga
-
Pemeriksaan Fisik
◼ Vital Sign
- Keadaaan Umum : Sakit Berat
- Kesadaran : GCS 7 ((E1 M4 V2)
- Frekuensi Nadi : x / menit
- Frekuensi Nafas : x / menit
- Suhu :-
- Tekanan Darah : 98/60
◼ Status Generalisata :-

5
◼ Status Optalmikus
STATUS OPHTALMIKUS OD OS
Visus tanpa koreksi Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Visus dengan koreksi - -
Refleks fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Silis/supersilia Trichiasis [-] Trichiasis [ - ]
Madarosis [ - ] Madarosis [ - ]
Palpebra superior Edema (+) Edema (-)
Palpebra inferior Tampak corpus Edema (-)
alienum (panah)
menancap di 1/3
temporal
Edema (+)
Hematom (+)
Margo palpebra Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Entropion (-) Entropion (-)
Ekstropion (-) Ekstropion (-)
Aparat lakrimalis Tidak dapat dinilai Lakrimasi normal
Konjungtiva tarsalis Tidak dapat dinilai Hiperemis (-),
folikel (-), papil (-)
Konjungtiva forniks Tidak dapat dinilai Hiperemis (-),
folikel (-)
Konjungtiva bulbi Khemosis 360 Hiperemis (-),
Derajat injeksi silia (-),
injeksi konjungtiva
(-)
Sclera Tidak dapat dinilai Putih
Kornea Tidak dapat dinilai Bening

Kamera okuli anterior Tidak dapat dinilai Cukup dalam

6
Iris Tidak dapat dinilai Coklat, rugae (+)

Pupil Tidak dapat dinilai Bulat, refleks +/+,


diameter 7mm
Lensa Tidak dapat dinilai Tidak dilakukan
pemeriksaan

Korpus vitreum Tidak dilakukan Tidak dilakukan


pemeriksaan pemeriksaan

Fundus: Tidak dilakukan Tidak dilakukan


- Papil optikus pemeriksaan pemeriksaan

- Media Tidak dilakukan Tidak dilakukan


pemeriksaan pemeriksaan

- Retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan


pemeriksaan pemeriksaan

- Makula Tidak dilakukan Tidak dilakukan


pemeriksaan pemeriksaan

- aa/ vv retina Tidak dilakukan Tidak dilakukan


pemeriksaan pemeriksaan

Tekanan bulbus okuli Tidak dapat dinilai Normal (palpasi)


Posisi bola mata Tidak dapat dinilai Tidak dilakukan
Gerakan bulbus okuli Tidak dapat dinilai Tidak dilakukan

Sensibilitas Kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan


pemeriksaan pemeriksaan

7
Gambar

8
9
10
11
Diagnosa Klinis

12
Trauma Penetrasi OD dengan intra orbita foreign body (Corpus alienum)
Destroyed Eye OD
Intraventrikular hemoragik + intracerebral hemoragik

Penatalaksanaan
 Medikamentosa

- Injeksi ATS
- Ceftazidime 21 gr
- Asam tranexamat 3x1 gr
- Vit K 3x10 mg
- Ranitidine 2x50 mg
- Paracetamol 4x1 gr
- Dexametasone 3x5 mg
- Ketorolac 3x30 mg
- Metronidazole 3x500 mg

 Ekstraksi Corpus Alienum + Enukleasi OD dalam general anestesi

Prognosis
Quo et Sanam : dubia
Quo et Vitam : dubia
Quo et Fungsionam : dubia

13
BAB III
DISKUSI

Intraorbital Penetrating Foreign Body adalah komplikasi umum dari trauma okular.
Benda asing intraokular (IOFBs) adalah benda asing yang menembus mata dan bersarang di
dalam dinding orbita dan menyebabkan kerusakan pada struktur di sekitarnya, seperti otot
ekstraokular dan persarafan disekitarnya.1
Mekanisme cedera pada kasus ini bisa beragam seperti kecelakaan industry, serangan
dengan kecepatan tinggi, permainan anak-anak, penyerangan, berkebun, kecelakaan kendaraan
bermotor, olahraga, dan lainnya. Faktor risiko dari kasus Intraorbital Penetrating Body
bedasarkan penelitian cenderung terjadi lebih sering pada anak muda (kisaran usia rata-rata 15-
37) dan pria usia kerja (75-96% pria). Intraocular penetrating foreign body berisiko
menimbulkan cedera pada struktur di sekitarnya seperti saraf kranial II, III, IV, V, VI, dan otot
ekstraokular. 2-8
Dalam mendiagnosis kasus Intraocular penetrating foreign body, sangat penting untuk
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik menyeluruh terlebih dahulu. Setelah itu baru
dilakukan pemeriksaan terhadap mata pasien. Pada anamnesis tanyakan bagaimana kronologi
cedera yang dialami pasien sudah berapa lama dan benda apa yang menembus mata pasien perlu
ditanyakan. Pada pasien ini sudah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan cukup. 4,8
Kasus yang dialami Tn. A 35 tahun adalah mata kanannya tertancap anak panah sejak
lebih kurang 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Setelah itu pasien tidak sadarkan diri.
Bedasarkan aloanamnesa dijelaskan bahwa pasien sedang menangkap ikan di sungai dengan
temannya. Tiba-tiba panah pancingan dari temannya meleset ke arah pasien. Sehingga mengenai
mata kanan pasien.
Pemeriksaan mata dan adneksa lengkap dengan penilaian saraf kranial diperlukan untuk
menentukan kedalaman penetrasi dan status neurologis. Gejala IOFB termasuk gangguan
penglihatan (penurunan penglihatan, penglihatan ganda), nyeri, bengkak, atau mungkin tanpa
gejala. Secara klinis pada kasus ini ditemukan edema dan hematom pada palpebra inferior mata
kanan pasien. Untuk pemeriksaan oftalmologi lainnya sulit dinilai karena benda asing (panah)
masih tertancap kedalam mata kanan pasien. Pada konjungtiva pasien terdapat kemosis 360
derajat.

14
Perlu pemeriksaan secara detail terhadap palpebram apakah ada laserasi dan benda asing.
Tempat tembus pada sklera diidentifikasi apakah ada injeksi konjungtiva atau kemosis.
Pemeriksaan fundus perlu dilakukan untuk mengidentifikasi adanya hifema dan perdarahan
vitreus.
Identifikasi benda asing penting dilakukan untuk menentukan tatalaksana dan prognosis,
benda sding metal lebih mudah teroksidasi. Pencitraan harus dilakukan untuk menentukan
lokasi benda asing dan untuk mengesampingkan keterlibatan saraf optik atau SSP. Opsi
pencitraan termasuk computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI),
ultrasound, dan radiografi polos, yang masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan
tertentu.
Pilihan pertama untuk pemeriksaan pencitraan adalah CT scan otak dan orbita dengan
potongan aksial, koronal, dan parasagital. MRI umumnya dikontraindikasikan sebagai pencitraan
lini pertama karena medan magnet yang kuat dapat mengeluarkan benda asing intraokular logam
dan berpotensi menyebabkan kerusakan pada struktur okular atau bahkan kebutaan. MRI bisa
dijadikan tambahan pencitraan dengan syarat benda asing logam tidak ditemukan. Radiografi
polos mungkin memadai pada pasien dengan riwayat yang dapat diandalkan dari satu objek,
pemeriksaan mata normal, dan benda asing yang teraba. Namun, harus dicatat bahwa radiografi
dapat menghancurkan bahan seperti grafit, plastik, dan kayu. 9,10,11
Pada kasus ini disudah dilakukan CT Scan. Dari hasil CT Scan tersebut dapat dilihat
bahwa benda asing (panah) tertancap pada mata kanan pasien dari arah inferior menembus bola
mata ke arah superior. sehingga dapat disimpulkan benda asing tersebut menembus keseluruhan
bola mata.
Dari gambaran CT Scan diatas dapat dilihat gambaran opak yang menandakan adanya
cairan berupa darah dibagian kepala pasien. Pada kasus ini dalam penatalaksanaannya selain
dilakukan pengangkatan benda asing juga diperlukan enukleasi (pengangkatan bola mata).
Pengangkatan bola mata diindikasikan apabila terdapat hal-hal berikut seperti adanya keganasan
intraokular, kebutaan, nyeri mata, trauma, dan infeksi. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk
tidak menyebabkan penyebaran infeksi lebih lanjut pada bagian mata dan cranial.
Manajemen awal adalah
• memastikan tanda-tanda vital, Evaluasi Airway, breathing, circulation.

15
• Lindungi mata untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Mencegah melakukan penekanan
pada bola mata
• Pembersihan daerah sekitar mata harus dilakukan
• Jangan pernah mencabut benda asing sebelum diperiksa secara lengkap.
• Periksa secara lengkap kedua bola mata
• Lakukan pemeriksaan penunjang
• Profilaks tetanus sebaliknya diberikan dalam 24 jam
• Antibiotik profilaksis spektrum luas perlu diberikan
• Waktu optimal globe repair adalah 24 jam
dan perawatan benda asing intraorbital sebenarnya sangat tergantung pada jenis bahan dan
ukuran serta lokasi benda di dalam orbita. Jenis benda asing intraorbita adalah sebagai berikut:
Benda asing dapat terdiri dari logam anorganik (baja, timah, besi); bukan logam anorganik (kaca,
plastik, fiberglass, beton); atau bahan organik (kayu, tumbuh-tumbuhan).12,13,14
Kebanyakan dari benda asing orbital bersifat logam. Pengangkatan dengan pembedahan
harus dilakukan untuk benda asing orbital yang bersifat organik karena peningkatan risiko
infeksi dan peradangan. Pengangkatan secara bedah diindikasikan dalam keadaan kompromi
neurologis, pembatasan gerak mata secara mekanis, perkembangan infeksi akut atau kronis, atau
reaksi supuratif kronis terhadap benda asing. Benda asing intraorbital anorganik juga harus
dihilangkan jika menyebabkan komplikasi orbital seperti infeksi, neuropati optik, gangguan
motilitas, nyeri, dan perdarahan. Benda asing intraorbital anorganik yang terletak posterior lebih
sering diobservasi saja jika tidak menyebabkan komplikasi, karena pengangkatan dengan
pembedahan primer dapat meningkatkan risiko kerusakan struktural. 13,14
Pasien dengan benda asing intraorbital harus diberikan profilaksis tetanus sesuai dengan
status vaksinasi. Pemberian antibiotik spektrum luas juga dilakukan pada pasien dengan benda
asing intraorbital. Penggunaan antibiotik spektrum luas dapat berkontribusi pada keterlambatan
perkembangan infeksi. Pada beberapa kasus, antibiotik dengan penetrasi blood brain barrier
yang baik direkomendasikan karena dekatnya struktur orbita dengan sistem saraf pusat. Obat
tersebur biasanya kombinasi dari sefalosporin dosis tinggi dan vankomisin generasi ketiga. 5
Pada pasien ini diberikan medikamentosa seperti berikut dengan tujuan :
a. Ceftazidime 21 gr : merupakan antibiotika sefalosporin semisintetik yang bersifat
bakterisidal.

16
b. As tranexamat 3x1 gr : untuk fibrinolisis lokal
c. Vit K 3x10 mg : dibutuhkan oleh tubuh dalam proses pembekuan darah.
d. Ranitidine 2x50 mg : obat golongan antagonis H2, adalah obat yang menurunkan
produksi asam lambung
e. Paracetamol 4x1 gr : obat analgesik dan antipiretik
f. Dexametasone 3x5 mg :obat golongan kortikostreorid yang berfungsi untuk
megatasi inflamasi / peradangan
g. Ketorolac 3x30 mg : obat antiinflamasi nonsteroid yang digunakan untuk
mengobati rasa sakit. Khususnya dianjurkan untuk nyeri sedang hingga berat.
h. Metronidazole 3x500 mg : obat antibiotik dan antiprotozoal. bagus untuk
mematikan bakteri anaerob

Komplikasi yang umumnya ditimbulkan dari benda asing intraocular adalah infeksi dan
pembentukan abses pada kasus yang berat bisa diperlukan enukleasi. Prognosis kasus benda
asing intraocular tergantung pada keparahan trauma, bahan dan lokasi benda asing. Umumnya
benda asing yang berlokasi di anterior tanpa penetrasi bola mata dan ketajaman visual yang baik
pada memiliki prognosis dan ketajaman visual yang lebih baik. Bahan-bahan organik memiliki
peningkatan risiko yang menyebabkan infeksi endophthalmitis dan SSP. Kehilangan penglihatan
pasca operasi telah dilaporkan pada tingkat 2,5 hingga 4%. 13,14,15

17
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.aao.org/eyenet/article/management-of-intraorbital-foreign-bodies
2. Finkelstein M, Legmann A, Rubin PA. Projectile metallic foreign bodies in the orbit: a
retrospective study of epidemiologic factors, management, and
outcomes. Ophthalmology. 1997;104(1):96-103.
3. Nasr AM, Haik BG, Fleming JC, Al-Hussain HM, Karcioglu ZA. Penetrating orbital
injury with organic foreign bodies. Ophthalmology. 1999;106(3):523-532.
4. Fulcher TP, McNab AA, Sullivan TJ. Clinical features and management of intraorbital
foreign bodies. Ophthalmology. 2002;109(3):494-500.
5. Shelsta HN, Bilyk JR, Rubin PA, Penne RB, Carrasco JR. Wooden intraorbital foreign
body injuries: clinical characteristics and outcomes of 23 patients. Ophthalmic Plast
Reconstr Surg. 2010;26(4):238-244
6. Callahan AB, Yoon MK. Intraorbital foreign bodies: retrospective chart review and
review of literature. Int Ophthalmol Clin. 2013;53(4):157-165
7. Dolar Bilge A, Yilmaz H, Yazici B, Naqadan F. Intraorbital foreign bodies: Clinical
features and outcomes of surgical removal. Ulus Travma Acil Cerrahi
Derg. 2016;22(5):432-436.
8. Tas S, Top H. Intraorbital wooden foreign body: clinical analysis of 32 cases, a 10-year
experience. Ulus Travma Acil Cerrahi Derg. 2014;20(1):51-55
9. Pinto A, Brunese L, Daniele S, et al. Role of computed tomography in the assessment of
intraorbital foreign bodies. Semin Ultrasound CT MR. 2012;33(5):392-395.
10. Chaudhary R, Upendran M, Campion N, et al. The role of computerised tomography in
predicting visual outcome in ocular trauma patients. Eye (Lond). 2015;29(7):867-871.
11. https://www.google.com/search?q=translate&rlz=1C1EJFA_enID792ID793&oq=trans&
aqs=chrome.0.69i59j69i57j35i39j0l5.1945j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8
12. Bagheri N, Wills Eye Hospital (Philadelphia Pa.). The Wills eye manual : office and
emergency room diagnosis and treatment of eye disease. Seventh edition. ed.
Philadelphia: Wolters Kluwer; 2017.

18
13. Ho VH, Wilson MW, Fleming JC, Haik BG. Retained intraorbital metallic foreign
bodies. Ophthalmic Plast Reconstr Surg. 2004;20(3):232-236.
14. https://eyewiki.aao.org/Orbital_foreign_body
15. https://www.aaojournal.org/article/S0161-6420(01)00982-4/abstract

19

Anda mungkin juga menyukai