Nama DM:
201273083
Dokter Pembimbing:
RSUD Banjar
2017
1
1. ANATOMI
a. Glandula lacrimalis
Glandula lacrimalis merupaka system sekresi air mata yang. terdiri atas pars
orbitalis yang besar dan pars palpebralis yang kecil, yang berhubungan satu dengan yang
Iain pada ujung lateral aponeurosis musculus levator palpebrae superioris. Glandula ini
terletak di atas bola mata, di bagian anterior dan superior orbita, posterior terhadap septum
orbitale . Kelenjar bermuara ke dalam bagian lateral fornix superior glandula conjunctiva
melalui 12 ductus.atau terletak di daerah tempotal bola mata. [1] [2]
b. Persarafan
Persarafan sekretomotorik parasimpatik berasal dari nucleus lacrimalis nervus
facialis. Serabut-serabut preganglionik mencapai ganglion pterygopalatinum
(sphenopalatinum) melalui nervus intermedius dan ramus petrosus major serta melalui
nervus canalis pterygoidei. Serabut-serabut posganglionik meninggalkan ganglion dan
bergabung dengan nervus maxillaris. Kemudian serabut ini berjalan di dalam ramus
zygomaticus dan nervus zygomaticotemporalis, dan mencapai glandula lacrimalis melalui
nerlrrs lacrimalis.Persarafan posganglionik simpatik berasal dari plexus caroticus internus
dan berjalan melalui nervus petrosus profundus, nervus canalis pterygoidei, nervus
maxillaris, nervus zygomaticus, nervus zygomaticotemporalis, dan akhirnya nervus
lacrimalis. [1]
c. Ductus Lacrimalis
Pada system Ekresi, air mata mengalir membasahi kornea dan berkumpul di dalam
saccus lacrimalis. Canaliculi lacrimalis berjalan ke medial dan muara ke dalam saccus
lacrimalis, yang terletak dalam dalam alur lakrimalis di belakang ligamentum palpebrae
mediale dan merupakan ujung atas yang buntu dari duktus nasolacrimalis. [1] [2]
Ductus nasolacrimalis panjangnya lebih kurang 0,5 inci (1,3 cm) dan keluar dari
ujung bawah saccus lacrimalis Ductus berjalan ke bawah< belakang dan lateral di dalam
canalis osseosa dan bermuara ke dalam meatus nasi inferior. Muara ini dilindungi oleh
2
lipatan membrana mucosa yang dikenal sebagai plica lacrimalis. Lipatan ini mencegah
udara masuk melalui ductus ke dalam saccus lacrimalis pada waktu membuang ingus. [1]
film air mata sangat berguna untuk keehatan mata. air mata akan masuk ke dalam
sakus lakrimal melalui pungta lakrimal. Bila pungta lakrimal tidal menyinggung bola mata,
maka air mata akan keluar melalui margo palpebral yang disebut epifora. Epifora juga
akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang berleihan dari kelenjar lakrimal [2]
2. FISIOLOGI
Terdapat beberapa mekanisme yang membantu –melindungi mata dari cedera. Kecuali
di bagian anteriornya (depan), bola mata dilindungi oleh kantung tulang tempat mata berada.
Kelopak mata bekerja sebagai penurup untuk melindungi bagian anterior mata dari gangguan
lingkungan. Kelopak mata menutup secara refleks untuk melindungi mata pada keadaan-
keadaan yang mengancam, misalnya benda yang datang cepat, sinar yang menyilaukan, dan
3
situasi di mana bagian mata terpajan atau bulu mata tersentuh. Kedipan mata yang berulang
membantu menyebarkan air mata yang berfungsi sebagai pelumas, pembersih, dan bahan
bakterisidal ('mematikan kuman'). Air mata diproduksi secara terus-menerus oleh kelenjar
lakrimal di sudut lateral atas di bawah kelopak mata. Cairan pencuci mata ini mengalir di atas
permukaan anterior mata dan keluar melalui saluran-saluran halus di sudut mata untuk
akhirnya sampai ke bagian belakang saluran hidung. Sistem drainase ini tidak dapat mengatasi
produksi air mata yang berlebihan saat kita menangis sehingga air mata meluap dari mata. [3]
Kelenjar lakrimal menghasilkan cairan secara kontinu untuk lapisan air rnata yang
melembapkan dan melumasi kornea dan konjungtiva serta menyuplai O, ke sel epitel kornea.
Cairan air mata juga mengandung berbagai metabolit, elektrolit, dan protein, termasuk lisozim,
suatu enzim yang menghidrolisis dinding sel spesies bakteri tertenfu, yang mempermudah
penghancurannya. [4]
5
KELAINAN APARATUS LAKRIMALIS
System lakrimalis terdiri atas 2 jaringan utama yaitu system sekresi lakrimal atau kelenjar
dan system ekresi lakrimal. Kelainan yang terdapat pada system lakrimal dapat berupa
Dakrioadenitis, dakriosistitis dan stenosis apparatus lakrimal.
4. DAKRIOADENITIS
a. Definisi
Peradangan kelenjar lakrimal atau dakrioadenitis merupakan penyakit yang jarang
di temukan dan dapat dalam bentuk unilateral ataupun bilateral. Dakrioadenitis dapat
berjalan akut ataupun kronis. Dengan etiologi melalui penularan maupun sistemik. [2] [5]
6
b. Etiologi
Virus : parotitis, herpes zoster, virus ECHO, dan virus sitomegali. Pada anak
dapat terlihat sebagai komplikasi infeksi kelenjar liur,campak, influenza.
Bakteri : Staphylococcus aureous,streptokok gonokok. Dakrioadenitis dapat
terjadi akibat infeksi retrograd konjungtivitis. Trauma tembus dapat menimbulkan
reaksi radang pada kelenjar lakrimal.
Jamur : histoplasmosis, aktinomises, blastomikosis, nokardiosis dan
sporottrikosis.
Sarkoid dan idiopati.
c. Epidemiologi
Di Amerika Serikat Dacryoadenitis jarang terjadi; Oleh karena itu, data tentang
prevalensinya jarang. Satu dari 10.000 pasien ophthalmic memiliki dacryoadenitis
menurut satu laporan. [5]
d. Patofisiologi
7
e. MANIFESTASI KLINIS
Dacryoadenitis kronis terdapat gambaran yang hampir sama dengan keadaan akut
tapi tidak disertai dengan nyeri selama lebih dari satu bulan.pembengkakan bisa bilateral.
apa bila terdapat pembengkakan cukup besar , bola mata terdorong ke bawah nasal tetapi
jarang terjadi proptosis. [2] [5]
f. PEMERIKSAAN FISIK
Biasanya lobus palpebra sering terlibat dakrioadenitis, Bila kelopak mata di balik
tampak kelopak mata berwarna merah dan bengkak di bawah kelopak mata atas temporal.
[2] [5]
8
Pergerakan bola mata terbatas
Peningkatan tingkat keparahan tanda dan gejala jika terkena lobus orbital
Acanthamoeba keratitis (jarang)
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada dakrioadenitis akut tergantung pada presentasi klinisnya : [5]
Pemeriksaan kultur jika terdapat secret purulent
Pemeriksaan kultur darah untuk menyingkirkan infeksi Neisseria Gonorrhoeae\
Pemeriksaan serologi
9
Orbital Cellulitis
Orbital Dermoid
Preseptal Cellulitis
i. Tatalaksana
Tatalaksana dakrioadenitis tergantung onset dan etiologinya . Pengobatan pada
dakrioadenitis biasanya dimulai dimuali dengan kompres air hangat, antibiotic sistemik
dan bila terlihat abses maka dilakukan insisi. [2]
Pengobatan Dacryoadenitis akut menurut etiologi, sebagai berikut: [5]
Viral (paling umum) : Membatasi sendiri, tindakan suportif (misalnya, kompres hangat,
anti-inflamasi nonsteroid oral)
Bakteri : Lakukan dengan sefalosporin generasi pertama (misalnya, Keflex 500 mg)
sampai hasil kultur diperoleh.
Protozoa atau jamur : Mengobati infeksi yang mendasari sesuai dengan zat antiamoebik
atau antijamur tertentu.
Inflamasi (tidak menular) : Selidiki etiologi sistemik, dan obati yang sesuai.
Organisme Gram positif adalah penyebab paling umum dacryoadenitis bakteri akut.
Oleh karena itu, dapat dilakukan pemberian antibiotic soektrum luas sebelum mendapatkan
hasil kultur. Cephalexin (Keflex) merupakan golongan cephalosporin golongan pertama
adalah pilihan yang sangat baik. Jika pasien perlu dirawat di rumah sakit karena beratnya
penyakit, maka gunakan cefazolin IV (Ancef). [5]
Dacryoadenitis kronis maka obati kondisi sistemik yang mendasarinya. Jika
pembesaran tidak mereda setelah 2 minggu, pertimbangkan biopsi kelenjar lakrimal. [2] [5]
j. Prognosis
Dacryoadenitis akut Prognosisnya baik. Dacryoadenitis akut adalah kondisi self-
limiting pada kebanyakan kasus. Dacryoadenitis kronis prognosisnya bergantung pada
pengelolaan kondisi sistemik kronik yang terkait. [2] [5]
5. DAKRIOSISTITIS
a. Definisi
10
Darkiosistitis merupakan peradangan sakus lakrimal didekat cantus medialis.
dacryosisttis bisa akut atau kronis dan bawaan atau didapat. Biasanya peradangan ini
dimulai oleh terdapatnya obstruksi ductus nasolacrimal. Obstruksi ini pada anak-anak
biasanya akibat tidak terbukanya membrane nasolacrimal sedang pada orang dewasa akibat
tertekan salurannya misalnya akibat adanya polip hidung. [2] [6]
b. Etiologi
Perjalanan penyakit dapat kronik ataupun akut. Kuman yang dapat merupakan
penyebab adalah stafilokok, pneumokok, dan streptokok, Neiseria catarrkalis dan
pseudomonas. Pneumokok merupakan penyebab yang paling berbahaya, peradangan akut
ini dapat berlanjut menjadi peradangan menahun. Pada yang menahun biasanya disebabkan
oleh tuberculosis, lepra, trakoma, dan infeksi jamur. Darkiosistitis menahun dapat
merupakan lanjutan dari darkiosistitis akut dan bersifat rekuren. [2]
c. Epidemiologi
Penyakit ini sering ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa berumur di atas
40 tahun, terutama perempuan. Jarang ditemukan pada orang dewasa usia pertengahan ,
kecuali apabila didahului oleh infeksi jamur. [2]
d. Patofisiologi
11
Dacryocystitis biasanya terjadi karena penyumbatan saluran nasolakrimal.
Obstruksi dapat berupa stenosis inflamasi idiopatik (obstruksi saluran nasolakrimal primer)
atau mungkin sekunder akibat trauma, infeksi, pembengkakan, neoplasma, atau obstruksi
mekanis (obstruksi drainase lakrimal sekunder yang didapat). Obstruksi saluran
nasolakrimal menyebabkan stagnasi air mata pada sistem drainase lakrimal patologis
tertutup yang dapat menyebabkan dacryocystitis. [7]
e. Manifestasi Klinis
Pada keadaan akut terdapat epifora, sakit yang hebat di daerah kantung air mata
dan demam. Terlihat pembengkakan kantung air mata dan merah di sekitar sakus lakrimal,
dan nyeri tekan di daerah sakus, disertai secret mukopurulen yang akan memancar bila air
mata ditekan. Daerah kantung air mata berwarna merah meradang namun bisa meluas ke
Pada keadaan menahun tak terdapat rasa nyeri, tanda-tanda radang ringan, biasanya
gejala berupa mata yang sering besar, yang bertambah bila mata terkena angina. Bila
kantung air mata ditekan dapat keluar secret yang mucoid dengan nanah di daerah pungtum
lakrimal, mata berair, injeksi konjungtiva dan kelopak mata melekat satu dengan yang
lainnya. [2] [6] [8]
f. Diagnosis Banding
Diagnosa banding dakriosistitis adalah :
12
selulitis orbita,
selulitis etmodial dan
selulitis frontal.
g. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan secret pada mata
uji kultur dan uji sensitivitas
Kultur darah
h. Tatalaksana
Pengurutan kantong air mata kea rah pangkal hidung. Dapat diberikan antibiotic
atau tetes mata sulfonamide 4-5 kali sehari. Bila perlu dapat dilakukan probing ulangan.
[2]
Kompres hangat pada daerah sakus yang terkena dalam frekuensi yang cukup
sering. Antibiotic yang sesuai, baik sistemik maupun local. Bila terjadi abses dapat
dilakukan insisi dan drainase. [2]
13
Dacryocystitis akut dengan selulitis orbital memerlukan rawat inap dengan
antibiotik intravena (IV). Ampisilin-sulbaktam, ceftriaxone, dan moxifloxacin adalah
alternatif antibiotik yang mungkin. Vancomycin harus dipertimbangkan bila di curigai
MRSA (Methicillin-resistant staphylococcus aureus). [6]
i. Komplikasi
14
atau fibrosis tanpa penyebab pemicu. Sedangkan secondary acquired lacrimal drainage
obstruction (SALDO) penyumbatan duktus nasolacrimal yang disebabkan oleh penyakit
yang mendasarinya. [9]
c. Manifestasi Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang lainnya. Pada obstruksi duktus nasolakrimalis biasanya dengan
gejala : [9]
15
ii. Uji Rasa (untuk fungsi ekresi lakrimal)
satu tetes larutan sakarin di teteskan pada konjungtiva , bila pasien merasa
manis setelah 5 menit berarti system ekresi airmata baik. [2]
iii. Tes warna Jones 1 [10]
Dua tau tiga tetes fluorecein 2% dimasukan dalam fornix lateral. Setelah
sekitar 5 menit, diswab dibawah meatus inferior . Interpretasihasil :
16
Tes Sekunder (irigasi), mengindikasikan kemungkinan letak obstrukasi
partial. Anestesi topical dimasukan dan beberapa sisa fluorecein dikeluarkan.
System drainase di irigasi dengan larutan salin.
17
Pengobatan adalah dengan melakukan probing (pemasokan)dan bila terjadi residif
dilakukan dakriosistorinostomi, Dakriosistorinostomi adalah suatu tindakan bedah untuk
memperbaiki pengaliran airmata dari sakkus lakrimalis ke kavum nasi melalui jalan pintas
vang dibuat dengan mengadakan hubungan antara kantung lakrimal dengan mukosa
dinding lateral kavum nasi. [2]
e. Komplikasi
Komplikasi obstruksi duktus nasolakrimalis meliputi: [9]
Dacryocystitis
Konjungtivitis kronis
Selulitis preseptal
f. Prognosis
Tindakan bedah memberikan resolusi obstruksi nasolasrimal primer yang didapat
pada 85% -99% kasus. [9]
18
DAFTAR PUSTAKA
[1] M. Richard S.Snell, Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem, Jakarta: EHC, 2012.
[2] S. prof.dr.H.Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata edisi kelima, Jakarta: Badan Penerbit FKUI,
2014.
[3] L. sherwood, Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem, Jakarta: EGC, 2012.
[4] A. L. Mescher, Histologi Dasar Jubqueira Teks dan Atlas edisi 12, Jakarta: EGC, 2012.
19
20