Laser-laser utama yang digunakan dalam terapi oftalmologi adalah laser termal;
pigmen jaringan menyerap sinar laser dan mengubahnya menjadi panas sehingga terjadi
peningkatan suhu jaringan sasaran yang cukup untuk menyebabkan koagulasi dan
denaturasi komponen-komponen selular.
Laser-laser ini digunakan untuk fotokoagulasi retina, untuk pengobatan retinopati
diabetik, oklusi vena retina dan retinopati prematuritas; untuk menutup lubang -lubang
retina; untuk fotokagulasi anyaman trabekular, iris dan corpu s ciliare dalam terapi
glaukoma, dan untuk terapi tumor intraokular baik jinak (hemangioma koroid) maupun
ganas (melanoma koroid dan retinoblastoma).
Laser fotokoagulator tersebut bekerja dalam mode kontinu atau pulsasi yang
sangat cepat. Laser argon hijau merupakan andalan golongan ini. Lainnya adalah laser
kripton merah, laser dioda solidstate, yang menghasilkan panjang gelombang yang
mendekati inframerah; tunable dye laser, yang menghasilkan panjang gelombang dari
hijau sampai merah; frequency-doubled Nd:YAG laser, yang menghasilkan sinar hijau
dan thermal mode Nd:YAG laser yang menghasilkan sinar inframerah. Karena sinar laser
yang bersifat monokromatik, dapat terjadi penyerapan yang selektif- panjang gelombang
tertentu oleh jaringan tertentu, sementara jaringan di sekitarnya tidak terganggu.
Penyerapan sinar laser oleh jaringan tertentu ditingkatkan dengna penyuntikan intravena
zat-zat warna penyerap, misalnya fluoresein untuk laser gelombang pendek atau hijau
indosianin untuk laser gelombang panjang (Vaughan dan Asbury, 2014).
LASER Panjang Epitel Darah Xantofil
Gelombang Pigmen
(nm) Retina
Hijau 514 ++++ ++ +
Double 532 ++++ ++ +/--
frequency
YAQ
Kuning 570 +++ ++ --
Merah 647 ++ -- --
Dioda 810 + -- --
(Penyerapan energi berbagai jenis laser oleh jaringan yang berbeda (Vaughan dan Asbury,
2014)
Laser hijau menghasilkan cahaya yang diserap dengan baik oleh melanin dan hemoglobin
dan kurang lengkap oleh xanthophyll. Karena karakteristik ini dan tidak adanya panjang
gelombang biru, ia telah menggantikan laser biru-hijau untuk pengobatan kelainan pembuluh
darah retina dan neovaskularisasi koroid (CNV). Laser biru-hijau memancarkan panjang
gelombang biru dan hijau. Harapan awal bahwa kombinasi panjang gelombang ini akan menutup
daun neovaskular yang tinggi belum terwujud. Kerugian dari laser biru-hijau, terutama terkait
dengan panjang gelombang biru, termasuk meningkatnya penyebaran dan penyerapan oleh lensa
katarak, penyerapan oleh xanthophyll makula, dan toksisitas fotokimia potensial, terutama di
dalam area makula. Ini dicatat di sini hanya untuk perbandingan historis karena panjang
gelombang ini tidak lagi digunakan dalam praktek klinis.
Laser merah menembus melalui katarak sklerotik nuklir dan perdarahan vitreous moderat
lebih baik daripada laser dengan panjang gelombang lainnya. Selain itu, ia diserap secara
minimal oleh xanthophyll dan dengan demikian mungkin berguna dalam pengobatan CNV yang
berdekatan dengan fovea. Laser merah, atau laser dioda, menyebabkan luka bakar yang lebih
dalam dengan tingkat ketidaknyamanan pasien yang lebih tinggi dan penyerapan tidak homogen
pada tingkat koroid di area yang sama, yang mengarah pada gangguan fokus yang disebut
sebagai "efek-pop." Laser inframerah memiliki karakteristik yang mirip dengan laser merah,
tetapi menawarkan penetrasi jaringan yang lebih dalam.
Laser kuning memiliki, di antara kelebihannya, sebaran minimal melalui lensa sklerotik
nuklir, penyerapan xantofil rendah, dan sedikit potensi kerusakan fotokimia. Tampaknya berguna
untuk menghancurkan struktur pembuluh darah dengan sedikit kerusakan pada jaringan
berpigmen yang berdekatan; oleh karena itu, mungkin bermanfaat untuk mengobati lesi
neovaskular dan koroid.
Efek laser pada jaringan segmen posterior termasuk efek fotokimia dan termal dan
penguapan. Reaksi fotokimia dapat diinduksi oleh sinar ultraviolet atau cahaya tampak yang
diserap oleh molekul jaringan atau oleh molekul-molekul obat fotosensitisasi (misalnya,
verteporfin) yang kemudian dikonversi menjadi molekul sitotoksik seperti radikal bebas.
Penyerapan energi laser oleh pigmen menghasilkan kenaikan suhu 10 ° –20 ° C dengan
denaturasi protein berikutnya. Penguapan disebabkan oleh kenaikan suhu air di atas titik didih
dan menyebabkan mikroplosi, seperti yang terlihat pada luka bakar argon yang terlalu kuat
(Bloom & Brucker, 1997).
4. Robekan Retina
Robekan retina perifer biasanya diakibatkan pelepasan vitreus posterior yang
menyebabkan traksi vitreus. Pasien akan mengeluh melihat benda melayang ( floaters)
seperti titik secara mendadak. Robekan ini dapat menyebabkan ablasi retina, tapi bila
terdeteksi sebelum terjadi penimbunan cairan subretina, kelainan ini dapat dibatasi
dengan menempatkan bakaran laser berbentuk cincin ganda di sekelilingnya sehi ngga
terbentuk adhesi retina sekitarnya ke epitel pigmen retina. Dengan lensa kontak modern,
misalnya Superquad 160, adhesi ini dapat dicapai pada kebanyakan kasus dengan suatu
sistem penyalur laser menggunakan slitlamp. Pada sebagian kecil sisanya, perlu
dipertimbangkan terapi laser yang indirek. Tindakan bedah diperlukan bila telah terjadi
ablasi retina (Vaughan dan Asbury, 2014).
Bloom SM, Brucker AJ. Laser Surgery of the Posterior Segment. 2nd ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 1997.
Vaughan dan Absury. 2014. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: EGC.