GLAUKOMA ABSOLUT
Disusun oleh:
Mahbub El Hakeem A. 22004101038
Chikita Dearenca Hanovri D. 22004101039
Qurrota A’yun 22004101041
Dosen Pembimbing:
dr. Agustin Wijayanti, Sp.M
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kedepannya. Penulis berharap laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................6
1.4 Manfaat......................................................................................................6
2.1 Identitas.....................................................................................................7
2.2 Anamnesis......................................................................................................7
2.4 Resume.........................................................................................................10
2.5 Diagnosis......................................................................................................10
2.6 Penatalaksanaan............................................................................................10
2.7 KIE...............................................................................................................11
2.8 Prognosa.......................................................................................................11
BAB III..................................................................................................................12
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................12
3.1 Glaukoma................................................................................................12
3.2 Epidemiologi...........................................................................................13
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................38
BAB V....................................................................................................................40
PENUTUP..............................................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN
pada lapang pandang perifer pada tahap awal dan kemudian akan
yang tidak terkontrol, yaitu dengan kebutaan total dan bola mata nyeri
(Vaughan, 2010).
2007).
1.3 Tujuan
absolut.
1.4 Manfaat
2.1 Identitas
Nama : Ny. R
Usia : 52 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
No. RM 20651988
2.2 Anamnesis
Mata kanan tidak dapat melihat dan mata kiri kabur sejak 2 hari yang lalu
keluhan mata kiri kabur sejak 2 hari yang lalu. Mata kanan kabur sejak 1 tahun
yang lalu, terasa ada yang mengganjal dan seperti ada pasir di dalam mata kanan
dan cekot cekot di sekitar mata kanan. Pasien mengeluhkan tidak silau saat
terkena cahaya pada mata kanan. Penglihatan mata kanan semakin lama semakin
memburuk dan akhirnya tidak dapat melihat. Pasien rutin berobat ke poli mata,
keluhan cekot-cekot sudah membaik, namun tidak ada kemajuan pada
penglihatannya.
Riwayat DM : (+)
Tidak ada riwayat gejala penyakit mata yang serupa pada anggota keluarga.
Minum kopi (-) Rokok (-) Makanan Asin (-) Gorengan (-) Alkohol (-)
Pasien tidak pernah menjalani operasi mata. Pasien mengaku selama ini
0 Visus 6/120
keluhan mata kiri kabur sejak 2 hari yang lalu. Mata kanan kabur sejak 1 tahun
yang lalu, terasa ada yang mengganjal dan seperti ada pasir di dalam mata kanan
dan cekot cekot di sekitar mata kanan. Pasien tidak mengeluhkan silau saat
terkena cahaya pada mata kanan. Penglihatan mata kanan semakin lama semakin
memburuk dan akhirnya tidak dapat melihat. Pasien rutin berobat ke poli mata,
penglihatannya.
mata kanan (VOD: 0; VOS: 6/120). Pada pemeriksaan slit lamp OD didapatkan :
hiperemi, kornea edema, coa dalam, pupil bundar sentral, rubeosis, lensa keruh
rata. Pada pemeriksaan slit lamp OS didapatkan : tenang, kornea jernih, coa dalam
2.5 Diagnosis
- Working Diagnosa:
OD Glaukoma absolut
- Differential diagnosis:
2.6 Penatalaksanaan
4. Glaucon 30 (t x I)
2.7 KIE
kerusakan saraf mata lebih lanjut maka pasien di edukasi untuk tetap kontrol
secara rutin dan rajin menggunakan obat yang diberikan. Bila tekanan tidak dapat
trabekulektomi.
2.8 Prognosa
OD
a. Ad vitam : malam
b. Ad functionam : malam
c. Ad sanactionam : malam
a. Ad vitam : bonam
b. Ad functionam : bonam
c. Ad sanactionam : bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Glaukoma
3.1.1 Definisi
glaukoma yang timbul sebagai akibat dari penyakit mata lain, trauma,
mata
bayi. Di samping itu terdapat glaukoma dengan kebutaan total disebut juga
stadium terakhir pada glaukoma primer yang tidak dioabti ataupun gagal
3.2 Epidemiologi
of People with Glaukoma Worldwide in 2010 and 2020, terdapat 60,5 juta
orang dengan OAG dan ACG pada tahun 2010, meningkat menjadi
79.600.000 pada tahun 2020, dan dari jumlah ini, 74% diperkirakan OAG.
Perempuan menduduki 55% dari OAG, 70% dari ACG, dan 59% dari semua
jenis glaukoma pada tahun 2010. Terdapat 47% wanita Asia yang menderita
Glaukoma dan 87% dari mereka dengan ACG. Glaukoma Absolut terjadi
pada 4,5 juta orang dengan OAG dan 3,9 juta orang dengan ACG pada
tahun 2010, diperkirakan meningkat menjadi 5,9 dan 5,3 juta orang pada
sisa metabolisme.
pada proses pengeluaran humor akuos dari bola mata, dan 5% hingga
peningkatan tahanan
aliran keluar jalur trabekular. (Braunger BM, 2015 ; Mayordomo et al,
2015)
1. Glaukoma Primer
2. Glaukoma kongenital
3. Glaukoma sekunder
- Perubahan lensa
- Kelainan uvea
- Trauma
- Bedah
- Rubeosis
4. Glaukoma absolut
glaukoma :
2. Fenomena autoimun
7. Ras
8. Hipertensi
9. Diabetes melitus
1. Glaukoma Primer
yang menyempit
Kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata (goniodisgenesis),
Pusing
Mual muntah
TIO meningkat
humor tidak
bisa leluasa untuk melewati trabekulum. Karakteristik
Onset dewasa
Sakit kepala
Sakit mata
2. Glaukoma Sekunder
dislokasi lensa)
Trauma (hifema)
3. Glaukoma Kongenital
2010):
Fotofobia
4. Glaukoma Absolut
Kebutaan total
Mata lelah
Kornea keruh
Nyeri periorbita
Yulianti, 2017).
TIO tinggi dan terdapat penurunan visus. Yang berbeda dari glaukoma
lain adalah pada penderita glaukoma absolut visusnya nol dan light
tidak ada lagi. Terdapat hiperemia difus dari pembuluh darah pada
konjungtiva dan sklera. Kornea jarang keruh namun menjadi baal dan
bulosa.
derajat berat ektropion dari teoi pupil yang berpigmen. Adhesi antara
iris dan lensa kadang terjadi dan sering terbentuk pembuluh darah
1. Anamesis
a. Keluhan utama
b. Keluhan penyerta
peningkatan TIO
CVS
vasospasme
f. Riwayat pengobatan
g. Riwayat alergi
1. Visus
Papil N.II yang dapat dianggap sebagai lokus minoris pada dinding
bola mata tertekan akibat TIO yang tinggi, oleh karenanya terjadi
2. Tonometri
corpus
ciliaris, sehingga produksi aqueus turun. Hal ini bisa terjadi pada
4. Optalmoskopi
papil syaraf optik. Pada papil syaraf optik dinilai warna papil
terbuka discus opticus masih normal dengan C/D ratio sekitar 0,2.
sekitar 0.5. Semakin lama rasio C/D semakin meningkat dan terjadi
sekitar papil. Pada tahap akhir C/D ratio mejadi 1.00, di mana
keluhan. Ketika terdapat sudut tertutup oleh karena total sinekia dan tekanan bola
mata yang tidak terkontrol, maka kontrol nyeri menjadi tujuan terapetik yang
2005) :
1. Medikamentosa
akan terdapat potensi komplikasi. Oleh karena itu, pada glaukoma absolut,
1. Prostaglandin analog
a. Latanaprost (Xalatan) : konsentrasi 0,005% dan dosis 4 kali sehari.
samping sistemik adalah gejala seperti flu, nyeri sendi dan otot,
sakit kepala.
a. Nonselektif
SSP.
iv. Levobunolol (betagan) : obat ini mempunyai konsentrasi
SSP.
b. Selektif
ii. Dipivefrin HCl (propin) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,1% dan
4. β2-Adrenergik agonist
a. Selektif.
b. Sangat selektif
i. Brimonidine tartrate 0,2% (alphagan) : obat ini mempunyai
sekresi gaster.
gaster.
a. Oral
62,5, 125 dan 250mg dan dosis pemakaian 2-4 kali sehari.
b. Topikal
7. Hiperosmotic agents
20% soln dan 50% soln dan dosis pemakaian 2gr/kgBB. Efeknya
2. Prosedur Siklodestruktif
dari epitel sekretorius dari siliaris. Indikasi utamanya adalah jika terjadinya gejala
berkaitan dengan glaukoma sudut tertutup dengan synechia permanen, yang gagal
dalam merespon terapi. Ada 2 macam tipe utama yaitu : cyclocryotherapy dan
TIO oleh karena kerusakan epitel siliaris sekretorius, penurunan aliran darah
menuju corpus ciliaris, atau keduanya. Hilangnya rasa sakit yang cukup berarti
sinar yang dihasilkan adalah berupa sinar infrared. Laser YAG dapat menembus
jaringan 6 kali lebih dalam dibandingkan laser argon sebelum diabsorbsi, hal ini
Nyeri pada stadium akhir dari glaukoma dapat dikontrol dengan kombinasi
4. Enukleasi bulbi
Salah satu tehnik operasi mata adalah enukleasi yaitu dengan melakukan
pembedahan pada area mata dengan tujuan mengangkat bola mata dengan
dilakukan dengan pertimbangan jika bola mata sudah mengalami kerusakan total
PEMBAHASA
keluhan mata kiri kabur sejak 2 hari yang lalu. Mata kanan kabur sejak 1 tahun
yang lalu, terasa ada yang mengganjal dan seperti ada pasir di dalam mata kanan
dan cekot cekot di sekitar mata kanan. Pasien mengeluhkan tidak silau saat
terkena cahaya pada mata kanan. Penglihatan mata kanan semakin lama semakin
memburuk dan akhirnya tidak dapat melihat. Pasien rutin berobat ke poli mata,
penglihatannya.
mata kanan (VOD: 0; VOS: 6/1/20). Pada pemeriksaan slit lamp OD didapatkan :
hiperemi, kornea edema, coa dalam, pupil bundar sentral, rubeosis, lensa keruh
rata. Pada pemeriksaan slit lamp OS didapatkan : tenang, kornea jernih, coa dalam
penurunan visus secara bertahap hingga tidak dapat melihat sama sekali, kornea
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik yang ditandai oleh tekanan
tinggi intra ocular, atrofi papil saraf optik dan mengecilnya lapang pandang.
Penurunan visus bertahap kemungkinan terjadi karena gangguan pada saraf optic
yang terjadi akibat adanya peningkatan TIO dipengaruhi oleh waktu dan besarnya
peningkatan TIO yang kemudian akan menyebabkan kerusakan iskemia akut pada
iris yang disertai edema kornea dan kerusakan nervus optikus dan kerusakan
glaukoma adalah obat yang berfungsi untuk menurunkan tekanan intraocular yaitu
janga panjang akan menimbulkan efek samping sistemik mayor dan diperlukan
PENUTUP
tekanan intra ocular yang disebabkan bertambahnya produksi cairan mata oleh
badan siliar, berkurangnya pengeluaran cairan pada sudut bilik mata. Terapi pada
bertambah parah yang dapat mengalami kebutaan. Terapi yang diberikan pada
pasien glaukoma untuk menurunkan tekanan intra okular yaitu salah satunya
anhydrase inhibitor.
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro, J. T., Dipiro, C.V., Wells, B.G., & Scwinghammer, T.L. 2008.
Biswell R., Vaughan D.G., Asbury T., 2010, Ophtalmology Umum Ed. 15.
Jakarta. EGC
humor formation, Aqueous humor outflow system overview. Edisi ke-8. Mosby
Braunger BM, Fuchshofer R, Tamm ER. The aqueous humor outflow pathways in
Quigley, HA & Broman, TA. Journal The Number of People with Glaukoma