Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kasus

ULKUS KORNEA

Oleh :
ANNISA RAMLIS
NIM.1508434439

Pembimbing :
dr.Yulia Wardany, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kornea merupakan membran pelindung atau jendela yang dilalui cahaya
saat menuju retina yang struktur normalnya uniform, avaskular dan deturgensens. 1
Kornea terdiri dari beberapa lapisan yaitu epitel, membrane Bowman, stroma,
membrane Descement dan endotel.2 Cedera pada kornea akan memudahkan
terjadinya infeksi pada stroma yang avaskular dan lapisan Bowman oleh bakteri,
amuba dan jamur. Banyaknya serat nyeri pada kornea juga akan menimbulkan
rasa nyeri dan fotofobia.1
Salah satu cedera pada kornea yang dapat menyebabkan kebutaan adalah
ulkus kornea. Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea
akibat kematian jaringan kornea.2 Kejadian ulkus kornea bervariasi pada berbagai
negara. Ulkus kornea telah menjadi silent epidemic di negara berkembang.
Gonzales et al. menyebutkan bahwa di Madurai District, India Selatan, terdapat
113 pasien dengan ulkus kornea per 100.000 penduduk, yaitu 10 kali lipat
dibandingkan angka kejadian ulkus kornea di Minnesota, Amerika Serikat yang
hanya berkisar 11 kejadian per 100.000 penduduk.3
Ulkus kornea berada pada urutan kedelapan dari sepuluh besar penyakit di
Rawat Inap Mata RSUD Arifin Achmad Pekanbaru berdasarkan data dari Bina
Program RSUD Arifin Achmad Pekanbaru pada tahun 2004. Utami menyebutkan
bahwa penyebab terbanyak ulkus kornea pasien Rawat Inap Mata di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru periode Januari 2001- Desember 2005 adalah trauma yaitu
sebanyak 65,91% dan disusul oleh penyebab yang tidak diketahui, dan obat. Jenis
ulkus kornea terbanyak adalah ulkus kornea sentral yaitu sekitar 75%.4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Anatomi Kornea
Kornea merupakan jaringan transparan yang tembus cahaya dengan ukuran

dan struktur sebanding dengan kristal sebuah jam tangan yang menutupi bola
mata sebelah depan (Gambar 1). Kornea terdiri dari beberapa lapisan, yaitu epitel,
membrane Bowman, stroma, membrane Descement dan endotel (Gambar 2).1,2

Gambar 1. Struktur luar mata (Sumber: Eva,PR.,Whitcher,JP. Oftamologi


umum,ed 12,2009)
Epitel terdiri dari lima lapis sel epitel tidak bertanduk yang tumpang tindih,
satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng dengan tebal sekitar 50 m.
Lapisan Bowman merupakan lapisan jernih aseluler berupa kolagen yang tersusun
tidak teratur dan tidak dapat beregenerasi. Lapisan ketiga yaitu stroma yang
merupakan 90% dari seluruh ketebalan kornea. Stroma terdiri dari lamella yang
merupakan susunan kolagen, yang membutuhkan waktu yang lama untuk
terbentuk kembali, sekitar 15 bulan. Membran descement merupakan membrane
aseluler yang dihasilkan dan merupakan membran basal dari sel endotel yang
bersifat elastik dan berkembang terus seumur hidup. Endotel berasal dari sel
mesotelialium dan hanya memiliki satu lapisan saja, namun mempunyai fungsi

yang penting dalam mempertahankan deturgesensi stroma kornea. Kegagalan


dalam fungsi endotel dapat menyebabkan terjadinya edema kornea.1,2,5

Gambar 2. Potongan melintang kornea (Sumber: Eva,PR.,Whitcher,JP.


Oftamologi umum,ed 12,2009)
Kornea mendapat nutrisi dari pembuluh darah limbus, humor aquos, air
mata, dan dari atmosfer. Saraf sensoris didapatkan dari cabang pertama
(opthalmicus) nervus kranialis V (trigeminus).1
2.2

Ulkus kornea

2.2.1 Definisi
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea.2
2.2.2 Etiologi dan klasifikasi
Ulkus kornea dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti yang diterangkan
dalam tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1 Etiologi ulkus kornea6
Kategori
Contoh
Kelainan kornea non- Bullous keratopathy (contoh: ruptur bula)
Cicatricial pemphigoid
traumatik
Herpes simplex keratitis dengan superinfeksi bakteri
sekunder
Dry eyes, primer
Dry eyes, sekunder
Trachoma
Corneal injury
Abrasi kornea
Trauma kornea penetrasi
Benda asing kornea (jarang)
Penggunaan kontak lensa
Kelainan kelopak mata
Blepharitis kronis
Entropion
Penutupan mata tidak sempurna (lagophthalmos, peripheral
facial nerve palsy, defek kelopak mata pasca trauma, atau
exophthalmos)
Trichiasis
3

Defisiensi

KEP
Defisiensi vitamin A

Ulkus kornea dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya yaitu karena


proses infeksi maupun non infeksi. Infeksi yang terjadi dapat karena bakteri,
jamur, virus maupun acanthamoeba.1,2
2.2.2.1 Ulkus kornea infeksi
a. Ulkus kornea bakterial
1. Ulkus kornea Streptococcus pneumonia (pneumokokal)
Ulkus kornea pneumokokal biasanya timbul 24-48 jam setelah abrasi
kornea dengan gambaran khas ulkus kelabu berbatas cukup tegas dan
cenderung menyebar dari tempat infeksi ke arah sentral kornea
(Gambar 3). Biasanya disertai hipopion. Jika dilakukan kerokan
ditemukan diplokokus gram positif berbentuk lancet.1

Gambar 3. Ulkus kornea pneumokokal dengan hipopion(Sumber:


Eva,PR.,Whitcher,JP. Oftamologi umum,ed 12,2009)
2. Ulkus kornea Pseudomonas aeruginosa
Ulkus kornea ini biasanya diawali oleh infiltrat kelabu atau kuning yang
sangat nyeri dan menyebar ke segala arah. Biasanya ditemukan pada
pemakai lensa kontak. Kerokan dari ulkus mendapatkan batang gram
negatif halus panjang (Gambar 4).1

Gambar 4 Ulkus pseudomonas yang berhubungan dengan pemakaian lensa


kontak 24 jam(Sumber: Eva,PR.,Whitcher,JP. Oftamologi umum,ed 12,2009)
3. Ulkus kornea Moraxella liquefaciens
4

Ulkus ini biasanya terjadi pada pasien dengan konsumsi alkohol,


diabetes atau pasien dengan imunosupresi lainnya, biasanya mengenai
kornea bagian inferior dan tidak disertai hipopion, atau dapat disertai
hipopion hanya sedikit. Ulkus ini memerlukan pengobatan dalam
jangka waktu yang lama. Kerokan menampilkan diplobacilli gram
negatif besar dengan ujung persegi.1
4. Ulkus kornea Streptokokus Grup A
Ulkus kornea yang disebabkan oleh Streptococcus grup A tidak
memiliki ciri yang khas. Stroma kornea disekitar ulkus biasanya
menunjukkan infiltrat dan sembab, dan biasanya hipopion berukuran
sedang. Kerokan menunjukkan kokus gram positif berbentuk rantai.1
5. Ulkus kornea Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,
Streptococcus alpha hemolyticus
Biasanya terjadi pada pasien yang korneanya telah biasa terkena
kortikosteroid topikal. Ulkus biasanya indolen, tetapi mungkin disertai
hipopion dan sedikit infiltrat pada sekitar kornea. Ulkus biasanya
superfisial dan pada saat di kerok dengan ditemukannya kokus gram
positif satu-satu, berpasangan atau dalam bentuk rantai.1
6. Ulkus kornea mycobacterium fortuitum chelonei & Nocardi
Ulkus ini jarang dijumpai dan biasanya timbul setelah trauma dan
berkontak dengan tanah. Ulkus indolen dengan dasar ulkus sering
menampakkan garis-garis memancar sehingga tampak sebagai kaca
yang retak, kerokan menunjukkan batang-batang tahan asam langsing
b.

atau organisme gram positif berfilamen yang sering bercabang.1


Ulkus kornea jamur
Ulkus jamur dulunya hanya ditemukan pada pekerja pertanian, namun
karena banyaknya penggunaan kortikosteroid topikal dalam pengobatan
mata, penderita ulkus jamur sudah mulai terjadi pada penduduk perkotaan.
Ulkus biasanya indolen, dengan infiltrat kelabu, sering disertai hipopion
(Gambar 5), peradangannya nyata pada bola mata, ulserasi superfisial, dan
lesi-lesi satelit (umumnya menginfiltrasi tempat-tempat yang jauh dari
daerah ulserasi utama).1

Gambar 5 Ulkus kornea akibat Candida albicans1


c.

Ulkus kornea virus


Keratitis herpes simpleks merupakan panyebab paling umum yang
menyebabkan kebuataan di Amerika. Biasanya ulkus kornea karena virus
herpes akan sembuh sendiri pada pasien yang imunokompeten, namun
akan berlangsung kronik dan merusak pada pasien dengan pasien yang
lemah atau yang menggunakan kortikosteroid topikal. Herpes simpleks
tipe 1 lebih banyak ditemukan sebagai penyebab ulkus kornea

dibandingkan tipe 2.1


d. Ulkus kornea Acanthamoeba
Ulkus kornea karena Acanthamoeba biasanya dihubungkan dengan
penggunaan lensa kontak lunak, termasuk lensa hidrogel silikon, atau
lensa kontak rigid yang dipakai semalaman, untuk memperbaiki kelainan
refraksi. Gejala yang timbul biasanya rasa nyeri yang tidak sebanding
dengan temuan klinisnya, kemerahan, dan fotofobia. Tanda yang khas dari
ulkus ini adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat
perineural.1
2.2.2.2 Ulkus kornea non infeksi
Ulkus kornea non infeksi dapat berupa ulkus Mooren, ulkus marginal,
keratokonjungtivitis fliktenular, penyakit autoimun, akibat defisiensi
vitamin A, keratitis neurotropik dan ketatitis exposure.1
2.2.3 Patofisiologi
Normalnya, kornea tidak dapat dilalui oleh mikroorganisme, namun pada
keadaan dimana terjadi kerusakan sel epitel, seperti trauma fisik atau kimia,
pemakaian kontak lensa, dan lain-lain dapat menyebabkan terjadinya perlekatan
bakteri. Setelah melekat pada epitel kornea, bakteri akan mengeluarkan enzim
proteinase yang akan melisiskan stroma, enzim protease dan elastase yang akan
menghancurkan membran basement, kolagen, laminin, proteoglikan dan matriks
6

ekstraseluler. Enzim matriks metalloproteinase yang dikeluarkan oleh sel keratosit


stroma juga akan teraktivasi karena infeksi bakteri tersebut.7
Migrasi sel-sel inflamasi seperti leukosit polimorfonuklear intralemalar
terjadi dalam 8-12 jam, selanjutnya 12-16 jam kemudian makrofag yang berasal
dari limbus dan makrofag jaringan yang berasal dari stroma berusaha
memfagositosis mikroorganisme dan produk inflamasi. Protein bakteri spesifik
lalu akan dipresentasikan di permukaan sel untuk memulai respon peradangan.
Awalnya akan terjadi hiperemia pembuluh darah perilimbal, penyaluran sel
leukosit dan makrofag ke tempat asal stimulus sehingga menyebabkan edema
lokal atau difus non spesifik, menyebabkan terbentuknya infiltrat dan kornea
menjadi keruh. Hal ini akan merangsang pembuluh darah konjungtiva memasuki
kornea sehingga terbentuk neovaskularisasi kornea yang luas dan kedalamannya
bervariasi sesuai dengan berat, luas, kedalaman dan durasi inflamasi di kornea.7,8
2.2.4 Diagnosis
Diagnosis ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan ulkus kornea biasanya datang
dengan keluhan mata merah disertai nyeri yang dapat ringan hingga berat,
fotofobia, penglihatan menurun dan kadang kotor. Sebelumnya dapat ditemukan
riwayat trauma, pemakaian lensa kontak, infeksi virus dan lain-lain. Dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik perlu dibedakan apakah ulkus kornea ini
disebabkan oleh penyebab infeksi atai non infeksi. Jika disebabkan oleh infeksi,
apakah disebabkan oleh virus, bakteri, jamur atau parasit. Tabel 2 menunjukkan
perbedaan ulkus kornea yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit.1,2
Pemeriksaan oftalmologi menunjukkan gambaran tergantung dari penyebab
ulkus tersebut. Pada ulkus tersebut perlu diperhatikan warna, ukuran, batas tegas
atau tidak, fenomena satelit, hipopion, infiltrat, dan lain-lain. 2 Selain anamnesis
dan pemeriksaan fisik, dibutuhkan pemeriksaan penunjang untuk ulkus kornea
bakterial seperti pengecatan Gram atau Giemsa, kultur berupa agar darah, agar
cokelat atau Sabouraud, dan lakukan uji sensitivitas. Pasien biasanya hanya
diberikan terapi obat empiris tanpa dilakukan kultur dan uji sensitivitas, namun
pada kasus ulkus kornea yang luas, dan dalam hingga menembus bagian dalam
stroma, atau pada pasien yang tidak berespon dengan terapi antibiotik spektrum
luas maka diindikasikan untuk dilakukan kultur dan uji sensitivitas. 9 Jika ulkus
kornea disebabkan karena trauma oleh tumbuhan dan dicurigai adanya ulkus
7

kornea jamur, maka perlu dilakukan pemeriksaan KOH.10 Pemeriksaan dengan


fluoresens digunakan untuk memeriksa adanya defek kornea atau hilangnya epitel
pada kornea, ukuran, kedalaman dan lokasi infiltrat kornea, menilai reaksi pada
COA dan mengukur tekanan intraokuler.4
Tabel 2 Diagnosis banding ulkus kornea1,2
Kondisi
Sakit

Bakteri
Tidak ada -hebat

Jamur
Tidak ada -hebat

Fotofobia

Bervariasi

Bervariasi

Visus

Biasanya
menurun
Difus

Biasanya
menurun
Difus

Bisa ditemukan
diplokokus gram
positif berbentuk
lancet,
batang
gram
negatif
halus
panjang,
diplobacili gram
negatif, dll.
Kokus
gram
positif: gambaran
tukak
terbatas,
bulat
atau
lonjong,
putih
abu-abu.
Pseudomonas:
tukak
melebar
dengan
cepat,
purulen berwarna
kuning hijau

Ditemukan hifa, Ditemukan sel


kecuali
pada raksasa
Candida
multinuklear
ditemukan
pseudohifa

Infeksi
okular
Kerokan

Lain-lain

2.2.5

Virus
Parasit
Rasa
benda Rasa
nyeri
asing
hebat
Sedang
Terdapat
fotofobia
Menurun
Menurun
ringan
Ringan-sedang

Biasanya
pada
pekerja
pertanian.
Infiltrat abuabu
disertai infiltrat
halus
disekelilingnya
(fenomena
satelit)

Biasanya pada
penggunaan
lensa kontak

Tatalaksana
Penatalaksanaan ulkus kornea dibagi menjadi tatalaksana medikamentosa,

non medikamentosa dan pembedahan.


A. Tatalaksana non medikamentosa
Tatalaksana non medikamentosa terdiri dari beberapa hal, seperti:2,11
1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya melepaskan lensa kontak
tersebut
2. Jangan menggosok atau memegang mata yang meradang
3. Mencegah penyebaran dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkan dengan handuk yang bersih.
4. Tidak boleh dibebat karena akan menaikkan suhu.
8

5. Sekret dibersihkan 4 kali sehari


B. Tatalaksana Medikamentosa
Tatalaksana medikamentosa terdiri dari pemberian antibiotik, antiviral, anti
jamur dan anti acanthamoeba.
1. Antibiotik
Ulkus kornea bakterial merupakan indikasi diberikannya antibiotik.
Antibiotik yang diberikan harus sesuai dengan kausa. Penggunaan obat lokal dan
sistemik secara sembarangan dapat menyebabkan peningkatan insiden ulkus
kornea oleh bakteri oportunitis, jamur dan virus.1,2 Tabel 3 menunjukkan antibiotik
yang dianjurkan berdasarkan penyebabnya.
Tabel 3 Pengobatan ulkus kornea bakterial1
Organisme
Terapi awal
Terapi Alternatif
Tidak ada organisme; Moxifloxacin, gatifloxacin, Ciprofloxacin,
ulkus mengesankan atau
tobramycin
dan levofloxacin, ofloxacin,
infeksi bakteri.
cefazolin
gentamicin,
ceftadizime,
atau
Kokus gram positif: Moxifloxacin, gatifloxacin, vancomycin
bentuk-lancet dengan atau cefazolin
Levofloxacin,
kapsul= S pneumonia.
ofloxacin, penicillin G,
vancomycin,
atau
Kokus gram positif:
ceftaxidime
methacillin-resistant S Vancomycin
aureus (MRSA).
Amikacine, moxifloxacin,
Batang gram positif:
atau gatifloxin
langsing dan panjang
Fluoroquinolone lain
bervariasiMycobacterium
fortuitum,
spesies
Nocardia,
spesies
Cefazoline, moxifloxacin,
Actinomyces.
Organisme
gram- atau gatifloxacin
Fluoroquinolone lain,
positif lain: kokus
penicillin
G,
atau batang.
vancomycin,ceftazidime
Ceftriaxone
Kokus gram negatif.

Moxifloxacin,gantifloxacin,
Batang gram negatif: ciprofloxacin, tobramycin,
kurus= pseudomonas. atau gentamicin
Moxifloxacin,gantifloxacin
Batang gram negatif: atau ciprofloxacin
diplobacilli
besar,
berujung
persegi= Moxifloxacin,gantifloxacin
atau tobramycin
Moraxella.
Batang gram negatif
9

Penicillin G, cefazoline
atau vancomycin
Fluoroquinolone lain,
polymixin
B,
atau
carbenicillin
Tobramycin
atau
gentamycin
dan
cefazolin,
atau
penicillin G

lain.

Ceftazidime,
gentamycin,
carbenicillin

atau

2. Anti jamur
Ulkus kornea jamur diobati dengan tetes mata anti jamur konsentransi
tertentu. Tabel 4 menunjukkan obat obat yang dapat diberikan pada pasien dengan
ulkus kornea jamur.
Tabel 4 Terapi Ulkus Jamur7
Organisme
Terapi awal
Terapi alternatif
Tidak
ditemukan Natamisin, vorikonazol
Amfoterisin B, nistatin,
organisme, curiga ulkus
mikonazol,
atau
kornea jamur
flusitosin
Natamisin,
vorikonazol
Hifa
Amfoterisin B, nistatin
Vorikonazol, amfotericin Amfotericin B, nistatin,
Yeast/Candida sp
B
mikonazol,
atau
flusitosin
3. Anti viral
Ulkus kornea virus biasanya disebabkan oleh virus herpes simpleks. Tujuan
pengobatan pada ulkus kornea virus adalah untuk menghambat replikasi virus di
kornea dan membatasi kerusakan akibat inflamasi. Antiviral yang dapat diberikan
yaitu acyclovir 3% salap mata yang dioleskan lima kali sehari. jika terdapat gejala
yang berat dapat diberikan juga antiviral oral, yaitu acyclovir 5x400mg untuk
pasien yang imunokompeten dan 5x800mg untuk pasien dengan penurunan daya
tahan tubuh.1,7
4. Anti acanthamoeba
Sebelum pemberian terapi topikal antijamur, diperlukan debridemant
terlebih dahulu agar memudahkan penetrasi obat. Obat topikal hanya efektif
digunakan untuk trofozoit karena kista resisten terhadap antimikroba dan
memerlukan waktu yang lama. Terapi keratitis jamur adalah poliheksametilen
biguanid 0,02% dan klorheksidin 0,02% atau pilihan lainnya adalah propamidin,
mikonazol, dan neomisin.1,7
5. Obat-obatan lain11
Sulfas atropin diberikan pada pasien ulkus kornea sebagai sedatif,
dekongestif dan menyebabkan paralisis M.siliaris dan M.konstriktor

pupil sehingga mata dapat beristirahat


Siklopamin sebagai medriatika
Analgetik yang biasa digunakan yaitu pantocain.

10

C.

Terapi pembedahan
Terapi pembedahan dilakukan jika tidak terdapat perbaikan dengan

pemberian obat-obatan dan ditemukan adanya komplikasi-komplikasi lain.


Tindakan operasi yang dapat dilakukan seperti flap konjungtiva, transplantasi
membran amnion, keratoplasti dan keratoprosthesis.11

11

RAHASIA
STATUS BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. Z

Pendidikan

: SD

Umur

: 46 tahun

Agama

: Islam

Jenis kelamin : Laki-laki

Status

: Menikah

Alamat

: Kuala Mantalo, Rohul

MRS

: 29-09-2016

Pekerjaan

: Petani

MR

: 93 57 XX

Keluhan utama

Mata kiri merah dan kabur karena terkena ranting kayu sejak 2 minggu yang
lalu.
Riwayat penyakit sekarang :
Sejak 2 minggu lalu, mata kiri pasien terkena ranting kayu saat sedang
bekerja. Setelah itu, mata kiri merah dan padangannya kabur. Pandangan kabur
disertai nyeri hebat pada mata. Nyeri dirasakan terus menerus dan pasien kesulitan
membuka mata. Keluar air mata terus menerus juga dirasakan dan silau ketika
membuka mata.
Seminggu yang lalu pasien berobat ke dokter umum, diberikan salap mata
dan tablet namun tidak mengalami perbaikan. 5 hari SMRS timbul bercak putih di
mata pasien, awalnya ukuran kecil namun semakin membesar dan pasien sudah
tidak bisa melihat, nyeri (+), merah (+).
Riwayat penyakit dahulu :
-

Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-)


Riwayat penggunaan lensa kontak sebelumnya (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat pandangan kabur dan penggunaan kaca mata sebelumnya (-)
Riwayat operasi mata (-)

Riwayat penyakit keluarga :


12

Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang relevan dengan keluhan sekarang.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Komposmentis Kooperatif

Vital sign

: TD

: 120/80 mmHg

HR

: 84 x/i

RR

: 22 x/i

: 36,80C

STATUS OPTHALMOLOGI
OD
20/20
Tidak dikoreksi

Baik ke segala arah


Normal palpasi
Tenang
Tenang

Visus tanpa koreksi


Visus dengan koreksi
Posisi bola mata
Orthoforia
Gerakan bola mata
Tekanan bola mata
Palpebra
Konjungtiva

Jernih

Kornea

Tenang
Dalam, jernih
Bulat, sentral, 2mm,
refleks cahaya langsung
dan tidak langsung(+)
Jernih

Sklera
COA
Iris/pupil
Lensa
Fundus

OS
1/, proyeksi sinar baik
Tidak dapat dikoreksi

Baik ke segala arah


Normal palpasi
Tenang
Injeksi konjungtiva (+),
injeksi siliar (+)
Ulkus (+) berwarna putih
berukuran 6x4x1,5mm,
kornea keruh, edema (+)
Tenang
Dalam, hipopion (-)
Bulat, sentral, 2mm,
refleks cahaya langsung dan
tidak langsung(+)
Sulit dinilai
Sulit dinilai

Papil
Bulat, batas tegas, CDR
0,3, AVR 2:3
Dalam batas normal
Reflex (+)

Retina
Makula

13

Gambar

Dalam batas
normal

Injeksi
konjungtiva (+),
injeksi siliar (+)

14

Ulkus berwarna putih


berukuran 6x4x1,5mm,
kornea keruh, udem

KESIMPULAN/RESUME :
Tn.Z, 43 tahun dengan keluhan mata kiri tertusuk ranting kayu, mata
merah, pandangan kabur, nyeri pada mata, fotofobia, bercak putih pada mata.
Dari pemeriksaan didapatkan penurunan visus, korna udem dan keruh, ulkus
berwarna putih berukuran 6x4x1,5mm pada kornea disertai injeksi
konjungtiva dan injeksi siliar.
DIAGNOSIS KERJA :
Ulkus kornea OS ec suspek bacterial
DIAGNOSIS BANDING:
Ulkus kornea OS ec infeksi jamur
PEMERIKSAAN ANJURAN:
Pewarnaan gram dan KOH
Fluoresence test
Swab dan kultur sensitivitas
USG OS
TERAPI :
Levofloxacin ed 1tetes/2jam OS
Artificial tear ed 1tetes/3jam OS
Natamisin ed 1tetes/4jam OS
SA 1% ed 2x1tetes OS
Asam mefenamat tab 2x500mg
Kontrol 5 hari lagi
PROGNOSIS :
Quo ad vitam
Quo ad functionam

: Bonam
: Dubia ad malam
15

Quo ad kosmetikum

: Dubia ad malam

16

DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, D.G., Asbury, T., Riordan, P. Oftalmologi Umum. 17 th Ed. Alih
bahasa: Tambajong J, Pendit BU. Jakarta: EGC. 2012:125-38.
2. Ilyas, Sidharta. Ilmu penyakit mata. 3rd Ed. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2008:4-6, 159-67.
3. Whitcher, J.P., Srinivasan, M., Upadhyay, M.P. Corneal blindness: a global
perspective. Bulletin of the World Health Organization. 2001;79(3):214-21.
4. Putri,E.U., Gambaran penderita ulkus kornea di instalasi rawat inap mata
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru periode Januari 2001-Desember 2005.
[skripsi] Pekanbaru. 2007.
5. Holland, E.J., Mannis, M.J. Ocular surface disease: Medical and surgical
management. 2001: 7.
6. Roat,M.I. Corneal ulcer [webpage on the Internet]. Merc Manual Professional
Version.

http://www.merckmanuals.com/professional/eye-disorders/corneal-

disorders/corneal-ulcer. Accessed: October 6, 2016.


7. Sitompul,Ratna. Panduan pemberian antibiotik untuk terapi infeksi mata.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.2016:21-23.
8. Janumala,H., Sehgal,P.K., Mandal,A.B [webpage on the Internet]. Bacterial
keratitis: causes, symptoms and treatment. http://cdn.intechopen.com/pdfswm/35748.pdf. Accessed: October 11, 2016.
9. American Academy of Opthalmology [webpage on the Internet]. Bacterial
keratitis PPP-2013. http://www.aao.org/preferred-practice-pattern/bacterialkeratitis-ppp--2013. Accessed: October 17, 2016.
10. Suhardjo, Hartono. Ilmu kesehatan mata. 2th ed. Yogyakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas kedokteran Universitas Gajah Mada. 2012: 28-36.
11. Farida, Y. Corneal ulcer treatment. Journal MAJORITY. 2015;4(1):119-27.

17

Anda mungkin juga menyukai