Kornea adalah struktur uniform, avaskular, dan deturgesens yang berfungsi sebagai membran pelindung dan jalur masuk berkas cahaya ke mata. Deturgesens atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea disebabkan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Kerusakan pada endotel jauh lebih serius daripada epitel dan dapat menyebabkan sifat transparan kornea hilang. gambar 1. potongan melintang lapisan kornea
Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke dalam kornea. Jika sawar ini cedera, stroma yang avaskular dan lapisan Bowman mudah terinfeksi oleh bakteri, amuba, dan jamur. Streptococcus pneumonia adalah patogen kornea sejati sedangkan patogen lain perlu inokulum yang berat atau hospes yang lemah untuk dapat menimbulkan infeksi. Karena kornea memiliki banyak serat nyeri, kebanyakan lesi kornea baik superfisial maupun dalam akan menimbulkan nyeri yang diperberat oleh gerakan palpebra. Kornea berfungsi sebagai jendela yang membiaskan cahaya masuk, sehingga lesi di kornea umumnya akan mengaburkan penglihatan, terutama bila letaknya di pusat. Kornea sentral berdiameter sekitar 6 mm dan dikelilingi oleh kornea perifer yang sekitar 2-3 mm. Dari kedua region ini, densitas serat saraf, kadar musin, kecepatan mitotik dan keadaan epitel dapat berimplikasi pada infiltrasi sel. Infiltrat kornea adalah daerah kecil berwarna putih keabu-abuan (lokal atau diffus) yang tersusun atas sel-sel inflamasi, protein, dan lain-lain yang dikelilingi oleh edema dan terletak pada kornea. Infiltrat ini biasanya berlokasi di limbus dan dapat tunggal ataupun multipel. Infiltrat muncul akibat proses inflamasi kornea, seperti marginal keratitis, microbial keratitis. Infiltrat subepitel mengandung sel-sel imun yaitu limfosit, histiosit, dan fibroblast. Reaksi imun terhadap larutan preservatif dan beberapa lensa kontak juga dapat menyebabkan infiltrat akibat hipoksia yang lama. Infiltrat muncul sebagai kumpulan sel-sel inflamasi benigna pada pasien yang memakai lensa kontak karena respon terhadap paparan antigen lingkungan. Infiltrat steril biasanya menunjukkan respon imun low-grade terhadap eksotoksin bakteri. Mikroorganisme harus mampu menempel pada permukaan kornea. Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae dan Pseudomonas aeruginosa sangat menempel sehingga resisten terhadap fagositosis oleh sel-sel proinflamasi host. Staphylococcus aureus adalah patogen oportunistik okular yang sering. Sel-sel inflamasi bermigrasi ke sekitar kornea. Migrasi ini mungkin berasal dari vaskulatur limbus ataupun dari air mata yang bereaksi terhadap kerusakan lokal jaringan dan faktor kemotaktik sekunder, dari antigen dan toksin, atau mikroorganisme sendiri. Eksotoksin kuat yang dilepaskan bakteri berkumpul di tepi kelopak mata menginduksi destruksi perifer kornea melalui reaksi antigen-antibodi. Neutrofil dan fibroblast yang bermigrasi ke daerah tersebut untuk membantu memusnahkan eksotoksin, akan memproduksi enzim kolagenase dan proteoglikan yang sering menimbulkan kerusakan tambahan. Pada infiltrat yang diakibatkan oleh pemakaian lensa kontak biasanya steril (non infeksi), tetapi juga bisa dengan infeksi. Cukup sulit untuk membedakan antara penyebab infeksi dan non infeksi. Pendekatan yang dapat dipakai dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Bentuk infiltrat kornea dapat bermacam-macam antara lain: Punctate epithelial dengan erosi yang sedikit kecil, Punctate epithelial tanpa erosi, Filamentosa, garis lurus (Line), Disciform, Dendritik, Crystalline. Infiltrat yang padat terakumulasi di stroma. Infiltrat timbul akibat sensitisasi terhadap produk bakteri, virus, protozoa; antibodi dari pembuluh darah limbus bereaksi dengan antigen yang berdifusi melalui epitel kornea. Infiltrat superfisial sering terjadi pada keratokonjungtivitis adenovirus. Proses ini umumnya sembuh sendiri dalam 7-10 hari, dan dapat kambuh pada infiltrat yang menyertai blefarokonjungtivitis stafilokok. Sering terbentuk parut kornea ketika infiltrat hilang.