Anda di halaman 1dari 3

ARRUM CHYNTIA YULIYANTI

NIM : H1A 010 024


INFILTRAT KORNEA

Kornea adalah struktur uniform, avaskular, dan deturgesens yang berfungsi sebagai
membran pelindung dan jalur masuk berkas cahaya ke mata. Deturgesens atau keadaan
dehidrasi relatif jaringan kornea disebabkan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan
oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Kerusakan pada endotel jauh lebih serius daripada
epitel dan dapat menyebabkan sifat transparan kornea hilang.
gambar 1. potongan melintang lapisan kornea

Epitel adalah sawar yang efisien terhadap
masuknya mikroorganisme ke dalam kornea.
Jika sawar ini cedera, stroma yang avaskular
dan lapisan Bowman mudah terinfeksi oleh
bakteri, amuba, dan jamur. Streptococcus
pneumonia adalah patogen kornea sejati
sedangkan patogen lain perlu inokulum yang
berat atau hospes yang lemah untuk dapat
menimbulkan infeksi.
Karena kornea memiliki banyak serat
nyeri, kebanyakan lesi kornea baik superfisial
maupun dalam akan menimbulkan nyeri yang
diperberat oleh gerakan palpebra.
Kornea berfungsi sebagai jendela yang
membiaskan cahaya masuk, sehingga lesi di
kornea umumnya akan mengaburkan
penglihatan, terutama bila letaknya di pusat.
Kornea sentral berdiameter sekitar 6 mm dan dikelilingi oleh kornea perifer yang sekitar 2-3
mm. Dari kedua region ini, densitas serat saraf, kadar musin, kecepatan mitotik dan keadaan
epitel dapat berimplikasi pada infiltrasi sel.
Infiltrat kornea adalah daerah kecil berwarna putih keabu-abuan (lokal atau diffus) yang
tersusun atas sel-sel inflamasi, protein, dan lain-lain yang dikelilingi oleh edema dan terletak
pada kornea. Infiltrat ini biasanya berlokasi di limbus dan dapat tunggal ataupun multipel.
Infiltrat muncul akibat proses inflamasi kornea, seperti marginal keratitis, microbial
keratitis. Infiltrat subepitel mengandung sel-sel imun yaitu limfosit, histiosit, dan fibroblast.
Reaksi imun terhadap larutan preservatif dan beberapa lensa kontak juga dapat
menyebabkan infiltrat akibat hipoksia yang lama. Infiltrat muncul sebagai kumpulan sel-sel
inflamasi benigna pada pasien yang memakai lensa kontak karena respon terhadap paparan
antigen lingkungan.
Infiltrat steril biasanya menunjukkan respon imun low-grade terhadap eksotoksin
bakteri. Mikroorganisme harus mampu menempel pada permukaan kornea. Staphylococcus
aureus, Streptococcus pneumoniae dan Pseudomonas aeruginosa sangat menempel
sehingga resisten terhadap fagositosis oleh sel-sel proinflamasi host. Staphylococcus aureus
adalah patogen oportunistik okular yang sering. Sel-sel inflamasi bermigrasi ke sekitar
kornea. Migrasi ini mungkin berasal dari vaskulatur limbus ataupun dari air mata yang
bereaksi terhadap kerusakan lokal jaringan dan faktor kemotaktik sekunder, dari antigen
dan toksin, atau mikroorganisme sendiri. Eksotoksin kuat yang dilepaskan bakteri
berkumpul di tepi kelopak mata menginduksi destruksi perifer kornea melalui reaksi
antigen-antibodi. Neutrofil dan fibroblast yang bermigrasi ke daerah tersebut untuk
membantu memusnahkan eksotoksin, akan memproduksi enzim kolagenase dan
proteoglikan yang sering menimbulkan kerusakan tambahan.
Pada infiltrat yang diakibatkan oleh pemakaian lensa kontak biasanya steril (non
infeksi), tetapi juga bisa dengan infeksi. Cukup sulit untuk membedakan antara penyebab
infeksi dan non infeksi. Pendekatan yang dapat dipakai dapat dilihat pada tabel berikut ini.


Bentuk infiltrat kornea dapat bermacam-macam antara lain: Punctate epithelial dengan
erosi yang sedikit kecil, Punctate epithelial tanpa erosi, Filamentosa, garis lurus (Line),
Disciform, Dendritik, Crystalline. Infiltrat yang padat terakumulasi di stroma. Infiltrat timbul
akibat sensitisasi terhadap produk bakteri, virus, protozoa; antibodi dari pembuluh darah
limbus bereaksi dengan antigen yang berdifusi melalui epitel kornea. Infiltrat superfisial
sering terjadi pada keratokonjungtivitis adenovirus. Proses ini umumnya sembuh sendiri
dalam 7-10 hari, dan dapat kambuh pada infiltrat yang menyertai blefarokonjungtivitis
stafilokok. Sering terbentuk parut kornea ketika infiltrat hilang.


Gambar 2. Corneal subepithelial infiltrates


Referensi
Silbert. 2005. Corneal Infiltrative Complications Associated With Contact Lens Wear
Vaughan, D.G., Asbury, T., Riordan-Eva,P. 2007. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta:
EGC
Torsten Schlote, et al. 2008. Pocket atlas of ophthalmology. Stuttgart: Thieme

Anda mungkin juga menyukai