KELOMPOK 5:
DIAN JUWITA (1701098)
IKHSAN MAULIDI ALPASIRI (1701107)
M. FADHLIL HADIE (1701114)
NURUL SUSIANTI (1701120)
SILVIA RUSTIANI (1701127)
WINDA RAHMA NINGSIH (1701135)
•Reaksi obat jarang terjadi pada anak-anak. Resiko • Gen unik mengkode tiap protein P-450.
kerusakan hepar meningkat pada orag dewasa oleh karena Perbedaan genetic pada enzim P-450
penurunan klirens, interaksi obat, penurunan aliran darah menyebabkan reaksi abnormal terhadap obat,
hepar, variasi ikatan obat, dan volume hepar yang lebih
rendah termasuk reaksi idiosinkratik
• Sistem detoksifikasi tahap I, melibatkan terutama enzim supergene sitokrom P-450, secara
umum merupakan enzim pertahanan pertama melawan bahan asing.
• Sebagian besar bahan kimia dimetabolisme melalui biotransformasi tahap I. pada reaksi
umum tahap I, enzim sitokrom P-450 (CYP450) menggunakan oksigen dan sebagai
kofaktor, NADH, untuk menambah kelompok reaktif, misalnya hidroksil radikal.
• Sebagai hasil dari tahap ini dalam detoksifikasi, diproduksi suatu molekul reaktif yang lebih
toksik daripada molekul awal.
• Apabila molekul reaktif ini tidak berlanjut pada metabolisme selanjutnya, yaitu tahap II
(konjugasi), dapat menyebabkan kerusakan kerusakan pada protein, RNA, dan DNA di
dalam sel
Sistem Tahap 2
Reaksi konjugasi pada tahap II umumnya mengikuti aktivias tahap I, dimana akan
mengakibatkan xenobiotic yang telah larut air dapat diekskresikan melalui urin ata
u empedu. Beberapa macam reaksi konjugasi terdapat di dalam tubuh, termasuk
glukoronidasi, sulfas, dan konjugasi glutation serta asam amino. Reaksi ini meme
rlukan kofaktor yang tercukupi melalui makanan.
60% 50% 40%
Banyak yang diketahui mengenai peran dari sistem enzim tahap I pada metabo
lisme bahan kimia seperti halnya aktivitasnya oleh racun lingkungan dan komp
onen makanan tertentu. Walau begitu, peran detoksifikasi tahap I pada praktek
klinik tidak terlalu diperhatikan.
Your Text Here
You can simply impress
your audience and add
Kontribusi adari
unique zing.
sistem tahap II lebih diperhatikan dalam penelitian dan praktek klinik.
Dan hanya sedikit yang diketahui saat ini mengenai peran sistem detoksifikasi pada
metabolism zat endogen.
E. Mekanisme Hepatotoksitas
Kerusakan hepatosit
Apoptosis hepatosit
Gangguan mitokondria
Antibiotics
Amoxicillin/clavulante (augmentin)
Flucloxacillin
Erythromycin
Ciprofloxacin
Anti-tuberculosis drugs
(Isoniazid, rifampicin, pyrazinamide)
Anti-retrovial drugs (e.g. ritonavir)
Next…
Immunosuppressants
Azathioprine
Cyclophosphamide
Anti-arrthymia drugs
Amiodarone
Anti-epileptics
Phenytoin
Carbamazepine
Valproic acid
Psychiatric drugs
Chlorpromazine
Paroxetine
Secara patofisiologi, obat yang dapat menimbulkan kerusakan
pada hati dibedakan atas dua golongan yaitu :
1 2
Unpredictable Drug
Predictable Drug Reactions/Idiosyneratic
Reactions(intrinsik) drug reactions
Next…
1. Predictable Drug Reactions(intrinsik) : merupakan
obat yang dapat dipastikan selalu akan menimbulka
n kerusakan sel hepar bila diberikan kepada setiap p
enderita dengan dosis yang cukup tinggi.
Reaksi hipersensitivitas
01 03
Tipe Hepatoseluler/ Tipe campuran
Parenkimal
• Tipe kolestasis
• Tipe Hepatoseluler/Parenkimal • Tipe kolestasis didefinisikan
– Tipe hepatoseluler didenifisikan seb sebagai peningkatan ALP > 2 kali
agai peningkatan alanine aminotran ULN atau R ≤ 2.
ferase (ALT) > 2 kali batas niai
normal (ULN=upper limit of normal)
atau R ≥ 5, dimana R adalah rasio
aktifitas serum ALT/aktivitas alkaline • Tipe campuran
phosphatase (ALP), yang keduanya – Tipe campuran didefiniskan sebagai
terjadi peningkatan terhadap batas peningaktan ALT > 2 kali ULN dan
atas nilai normal. 2<R<5. Pasien dengan tipe kolestatis
atau campuran lebih sering berkembang
menjadi penyakit kronik dari pada tipe
hepatoseluler.
Gambaran klinis hepatotoksitas karena obat
sulit dibedakan secara klinis dengan penyakit
hepatitis atau kolestatis dengan etiologi lain.
Manifestasi
Klinik
Diagnosis
Terdapat beberapa metode diagnostik yang digunakan untuk membantu di dalam
mendiagnosis DILI diantaranya adalah
• Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) merupakan salah satu Obat yang sering dir
esepkan meskipun penggunaannya tidak selalu tepat sasaran. Resiko epidemiologik
hepatotoksisitas golongan obat ini rendah (1-8 kasus per 100.000 pasien pengguna
OAINS). Hepatotoksisitas karena OAINS dapat terjadi kapan saja setelah obat dimi
num, tetapi efek samping berat sangat sering terjadi dalam 6-12 minggu dari awal p
engobatan.
Ada dua pola klinis utama hepatotoksisitas karena OAINS.
Pemeriksaan serologi :
hepatitis A, B, dan C negatif.
Con`t
Plan
(Terapi yang akan diberikan)
• Istirahat
• Menghindari makanan yang beryodium tinggi
• Diet tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral
• Menghentikan/Mengurangi rokok, alkohol dan kafein
Kriteria Obat R Estazor® Methioson® Thyrozol®
asional (As. Ursodeoksikolat) (Tiamazol)
Waspada efek sa Dilakukan monitoring terus menerus,jika terdapat tes yang parah,dilakukan te
mping obat rapi lain atau pembedahan untuk mencegah efek samping
Con`t
Monitoring Follow Up
• Pemantauan efek terapi obat
• Pemantauan efek samping obat
• Pemantauan penggunaan obat dan kepatuhan pasien
KIE
• Menjelaskan informasi tentang obat dan cara penggunaan obat
• Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang efek tera
pi dan efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan
• Memberikan informasi kepada pasien untuk menghindari konsumsi pr
otein tinggi
• Menganjurkan pasien untuk selalu membawa obat-obatan untuk men
gatasi serangan asma untuk mencegah keterlambatan penanganan
• Menganjurkan pasien untuk melakukan olahraga secara teratur,serta
hindari alkohol dan merokok
Thank you