SKRIPS
I
Oleh:
Ardi Prasetyo
NIM :
078114097
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2011
SKRIPS
I
Oleh: Ardi
Prasetyo
NIM :
078114097
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2011
i
i
ii
i
iv
SAAT KITA BERUSAHA MERAIH SESUATU
KEMUDIAN KITA TIDAK BISA MERAIHNYA ADALAH
SEBUAH KEGAGALAN, BUKAN BERARTI
KEBERHASILAN YANG TERTUNDA, TETAPI DIBALIK
KEGAGALAN TERSEBUT ADA KEBERHASILAN
LAIN, YAITU KITA MENGETAHUI CARA MERAIH
SESUATU YANG SALAH, SEHINGGA KITA TIDAK
AKAN MENGULANG CARA TERSEBUT......
v
vi
PRAKAT
A
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya,
Hidroksida” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
Sanata Dharma.
skripsi ini.
3. Dra. M.M. Yetty Tjandrawati, M.Si., selaku dosen penguji atas pengarahan,
4. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt., selaku dosen penguji atas pengarahan, saran,
dan kritiknya.
5. Christine Patramurti, M.Si., Apt., atas nasihat dan bantuan yang diberikan
kepada penulis untuk penyusunan proposal.
6. Rini Dwiastuti, M.Si., Apt., atas izin yang diberikan kepada penulis dalam
vii
penelitian.
8. Mas Parlan, Mas Kunto, Mas Bimo, Mas Wagiran, dan segenap laboran
laboratorium.
Yogyakarta.
10. Mama, Papa, Cik Wiwied, dan segenap keluarga besar penulis atas doa,
11. Anin, Fandri, dan Wiwit, terimakasih atas kerjasama, suka, dan duka selama
perjuangan di laboratorium.
12. Andy dan Edhi, terimakasih atas usaha dan bantuan dalam mengurusi ujian
13. Teman-teman FST angkatan 2007 yang tidak dapat disebut satu per satu.
14. Teman-teman KKN Kraton angkatan XL dan seluruh warga dusun Kraton.
15. Ibu dan Bapak Suhardiyanto, serta teman-teman kos Tasura 52, terimakasih
16. Segenap pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan yang tidak
vii
i
Akhir kata, penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih jauh dari
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat dibutuhkan oleh penulis
demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi sumbangsih
Penulis
ix
x
DAFTAR
ISI
Halama
n
PRAKATA ..................................................................................................
vii
INTISARI ....................................................................................................
xix
ABSTRACT ..................................................................................................
xx
1. Permasalahan ......................................................................................
3
A. Kurkumin ................................................................................................
5
xi
C. Rekristalisasi ..........................................................................................
9
G. Hipotesis .................................................................................................
16
xii
xii
i
B. Saran........ ...............................................................................................
44
LAMPIRAN ...........................................................................................
48
DAFTAR
TABEL
Halama
n
DAFTAR GAMBAR
Halaman
sikloheksanadion ..................................................................... 15
sikloheksana-1,3-dion .............................................................. 24
Gambar 5. Mekanisme reaksi sintesis 2-(4'-klorobenzilidena)
sikloheksanadion ........................................................................ 25
xvi
Halama
n
xviii
INTISAR
I
xix
ABSTRAC
T
xx
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
kondisi normal. Proses ini diketahui merupakan hal yang sangat penting untuk
pertumbuhan dan metastasis tumor. Tumor tidak dapat membesar lebih dari 1-2
mm kecuali tumor ini memiliki vaskularisasi yang baik. Zona 1-2 mm merupakan
jarak maksimal nutrisi dan oksigen yang berasal dari pembuluh darah dapat
berdifusi ke jaringan sekitarnya. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai ukuran
mendukung nutrisi jaringan tumor baru. Jadi pada dasarnya pertumbuhan tumor
tumor adalah vascular endothelial growth factor (VEGF) dan basic fibroblast
tumor. Senyawa ini juga telah diteliti dan berpotensi sebagai inhibitor
akan menarik elektron pada rantai karbon tetangganya yang mempunyai ikatan
ini diharapkan memiliki aktifitas sebagai inhibitor angiogenesis y ang lebih poten
dibandingkan 2-benzilidena-sikloheksana-1,3-dion.
3
sikloheksanadion adalah reaksi kondensasi aldol silang, yaitu suatu reaksi antara
sebuah aldehid yang tidak mempunyai hidrogen alpha (α) dengan suatu senyawa
aldehid maupun keton yang mempunyai hidrogen alpha (α). Prinsip reaksi
kondensasi aldol silang adalah suatu senyawa dengan sedikitnya satu hidrogen
alpha ( α) dapat mengalami reaksi kondensasi dengan senyawa karbonil lain yang
tidak memiliki hidrogen alpha ( α) dalam suasana basa. Produk reaksi kondensasi
Fessenden,
1994).
Katalis dibutuhkan dalam sintesis organik untuk menurunkan energi
hidroksida. Adanya katalis basa akan dihasilkan intermediet enolat yang lebih
reaktif daripada intermediet enol yang dihasilkan dari katalis asam (Fessenden and
Fessenden, 1986). Digunakan natrium hidroksida yang bersifat basa kuat, untuk
oleh dua gugus karbonil (C=O), sehingga dapat membentuk ion enolat pada
1. Permasalahan
hidroksida
?
4
2. Keaslian penelitian
3. Manfaat penelitian
hidroksida.
B. Tujuan
Penelitian
memiliki rumus molekul C21H20O6 dengan berat molekul 368,126 g/mol. Kristal
kurkumin berwarna kuning atau oranye. Warna larutan kurkumin tidak konstan,
tergantung pada pH. Pada pH asam, warna kurkumin menjadi kuning, namun
warna berubah menjadi merah tua jika pada pH basa (Tonnesen et al. , 1986).
Kestabilan kurkumin tergantung pada pH. Pada suasana basa, kurkumin
mengalami degradasi menjadi trans-6-(4-hidroksi-3-metoksi fenil)-2,3-diokso-5-
heksanal, asam ferulat, feruloilmetana dan vanillin. Kestabilan kurkumin juga
dipengaruhi cahaya atau sinar. Cahaya dapat menyebabkan terjadinya degradasi
secara fotokimiawi. Hal ini disebabkan kurkumin memiliki gugus metilen aktif (-
CH2-) di antara dua gugus keton (Tonnesen dan Karlsen, 1985).
B
CH
3
A
OO
OO
C CH3 HO OHGambar 2. Struktur kurkumin dibagi menjadi tiga farmakofor yaitu A, B, dan C
(Robinson et al., 2003)
5
6
Robinson et al. , (2003) membagi molekul kurkumin menjadi tiga bagian
sedangkan bagian C adalah ikatan diena-dion. Dua gugus aromatis tersebut baik
simetris atau tidak simetris menentukan potensi ikatan antara senyawa obat
dengan reseptor, oleh karena itu modifikasi dilakukan pada ketiga bagian
dengan substitusi pada cincin aromatis tersebut dengan gugus yang lain. Beberapa
1. Modifikasi gugus pada bagian terminal atau sayap dari inti aromatik/inti
benzaldehidnya dengan memasukkan substituen-substituen tertentu.
aktifnya.
3. Modifikasi gugus baik pada bagian terminal inti aromatik ataupun pada bagian
dihidroresorsinol. Senyawa ini berupa kristal, dengan rumus molekul C6H8O2 dan
berat molekul 112,12 g/mol. Titik lebur senyawa ini adalah 105°C. Sikloheksana-
1,3-dion larut dalam air, kloroform, aseton dan benzena panas. Tidak larut dalam
senyawa ini berupa kristal berwarna putih dengan titik lebur 45oC-47oC dan titik
Hal ini disebabkan karena adanya donor elektron dari resonansi cincin benzena
Katalis adalah suatu zat atau senyawa yang mengakibatkan suatu reaksi
lebih cepat mencapai keseimbangan (Cotton and Wilkinson, 1989). Katalis akan
mempercepat kecepatan reaksi maju dan reaksi balik dengan kekuatan yang sama
mempunyai rumus molekul NaOH dan bersifat basa kuat. Berat molekul natrium
8
hidroksida adalah 40 g/mol, mempunyai titik lebur 318oC, titik didih 1390oC
(Anonim, 1995). Di dalam reaksi organik ada beberapa mekanisme yang dapat
oleh nukleofil dan meningkatkan reaktifitas dari suatu nukleofil. Katalis dapat
sikloheksanadion adalah reaksi kondensasi aldol silang, yaitu suatu reaksi antara
sebuah aldehid yang tidak mempunyai sebuah hidrogen alpha ( α) dan suatu
senyawa aldehid maupun keton yang mempunyai hidrogen alpha ( α) (Fessenden
Kemudian dari reaksi tersebut akan terbentuk produk senyawa aldol yang mudah
C. Rekristalisasi
dengan cara melarutkan zat tersebut dengan pelarut panas kemudian didinginkan.
Dengan pemanasan maka kelarutan akan meningkat dan ketika dingin kelarutan
akan berkurang secara cepat dan senyawa mulai mengendap (Bresnick, 1996).
(Reksohadiprojo, 1996).
Agar rekristalisasi dapat berjalan dengan baik, pengotor harus dapat larut
dengan pelarut untuk rekristalisasi atau mempunyai kelarutan lebih besar dari
senyawa yang diinginkan agar pengotor tidak ikut mengkristal (Bresnick, 1996).
1. Dapat melarutkan senyawa pada suhu tinggi namun sedikit pada suhu rendah.
3. Dapat menghasilkan bentuk kristal yang baik dari senyawa yang dimurnikan
D. Uji Pendahuluan
1. Pemeriksaan organoleptis
Uji ini merupakan uji yang paling sederhana dan memuat paparan
mengenai suatu zat secara umum meliputi bentuk, warna, dan bau. Pernyataan
dalam pemeriksaan organoleptis tidak cukup kuat dijadikan syarat baku. Namun
secara tidak langsung dapat membantu dalam penilaian pendahuluan terhadap zat
1995).
2. Pemeriksaan kelarutan
sifat fisik suatu zat. Pemeriksaan kelarutan zat padat dalam cairan dilakukan
dengan melarutkan suatu zat hingga larutan tepat jenuh pada suhu yang terkontrol,
pemeriksaan kelarutan, kemurnian zat dan pelarut harus terjamin karena adanya
Kelarutan suatu zat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut
yaitu oleh momen dipolnya. Pelarut polar dapat melarutkan zat terlarut ionik dan
zat polar lain. Pelarut semipolar seperti alkohol dapat dapat menginduksi suatu
11
derajat polaritas tertentu dalam molekul pelarut non polar, sehingga menjadi dapat
larut dalam alkohol. Maka pelarut semipolar ini dapat bertindak sebagai pelarut
Pelarut nonpolar dapat melarutkan zat terlarut non polar melalui interaksi dipol
induksi. Selain momen dipol, faktor lain yang berpengaruh terhadap kelarutan zat
antara lain tetapan dielektrik, asosiasi, solvasi, tekanan dalam, dan reaksi asam-
Istilah kelarutan tidak saja merupakan standar atau uji kemurnian dari
pengolahan, dan peracikan suatu bahan, kecuali disebutkan secara khusus dalam
judul tersendiri dan disertai cara ujinya secara kuantitatif (Direktorat Jenderal
mengakibatkan padatan mulai berubah menjadi cair pada tekanan atmosfer. Jika
suhu dinaikkan, terjadi penyerapan energi oleh molekul senyawa sehingga bila
12
energi yang diserap cukup besar maka akan terjadi vibrasi dan rotasi dari molekul
tersebut. Bila suhu tetap dinaikkan terus maka molekul akan rusak dan berubah
memberikan informasi mengenai kemurnian dari suatu produk hasil sintesis. Pada
umumnya suatu senyawa mempunyai kemurnian yang baik bila jarak leburnya
tidak lebih dari 2°C. Rentangan lebih besar dari harga ini dapat dikatakan
komponen tertentu. Teknik ini sering dilakukan dengan lempeng kaca atau plastik
yang dilapisi dengan fase diam. Senyawa yang akan dianalisis ditotolkan pada
dasar lempengan yang dilapisi fase diam dan dielusi dengan fase gerak yang akan
melekat lebih kuat pada lempeng daripada senyawa non polar akibat interaksi
tarik-menarik dipol-dipol. Senyawa non polar kurang melekat pada fase diam
polar sehingga terelusi lebih cepat. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa jarak rambat senyawa pada lempengan dapat digunakan sebagai cerminan
Sampel akan mengalami proses pemisahan dalam kolom, kemudian dideteksi dan
deteksi yang rendah, dan memberi informasi penting tentang spektra massa dari
1. Spektrofotometri inframerah
Semua ikatan kimia memiliki frekuensi khas yang dapat membuat ikatan
inframerah yang dilewatkan pada suatu molekul sama dengan frekuensi mengulur
atau menekuknya ikatan maka energi tersebut akan diserap. Serapan inilah yang
2. Spektrometri massa
sebuah molekul organik dengan salah satu elektron berenergi tinggi yang
menyebabkan lepasnya sebuah elektron dari molekul tersebut dan membentuk ion
positif organik. Ion positif organik yang dihasilkan dari penembakan elektron
berenergi tinggi ini tidak stabil dan pecah menjadi fragmen kecil, baik berbentuk
radikal bebas maupun ion-ion lain. Dalam sebuah spektrometer massa, hanya
partikel yang terdeteksi dalam spektra massa adalah +1. Nilai m/z ion semacam
ini sama dengan massanya. Dari segi praktis, spektra massa adalah rekaman dari
pada kerangka karbon dan gugus fungsional yang ada. Oleh karena itu, struktur
Selain itu, spektra massa digunakan juga untuk menentukan bobot molekul suatu
O
H
CH NaOH H +OCl
16
G. Hipotesis
BAB
III
METODE
PENELITIAN
analitik karena tidak ada perlakuan pada subjek uji dan hanya dipaparkan
B. Definisi Operasional
1. Starting material
2. Katalis
meningkatkan laju reaksi kimia. Dalam penelitian ini, katalis yang digunakan
starting material. Senyawa hasil sintesis dalam penelitian ini adalah 2-(4'-
klorobenzilidena)
sikloheksanadion.
17
18
yang terbentuk dan dapat dihitung dari jumlah starting material yang digunakan.
Rendemen senyawa hasil sintesis dalam penelitian ini adalah rendemen 2-(4'-
klorobenzilidena)
sikloheksanadion.
C. Bahan Penelitian
Nacalay), etanol (p.a. , Merck), asam asetat glasial (p.a., Merck), natrium
asetat (p.a., Merck), aseton (p.a. , Merck), piridin (p.a., Merck), es batu.
D. Alat Penelitian
termometer, labu alas bulat 1000 mL, pendingin alihn, corong Buchner,
b/v dan diaduk selama 15 menit pada suhu kamar menggunakan pengaduk
klorobenzaldehid dengan etanol dimasukkan dalam labu alas bulat 1000 mL dan
larutan natrium hidroksida ditambahkan tetes demi tetes ke dalam labu alas bulat
dilakukan refluks selama tiga jam. Senyawa yang diperoleh diisolasi dengan cara
2. Uji pendahuluan
a. Uji organoleptis
Uji organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau senyawa hasil sintesis.
kelarutannya. Pelarut lain yaitu etanol, metanol, kloroform, aseton, dan piridin
klorobenzaldehid
.
Amati peleburan kristalnya dan catat suhu waktu pertama kali melebur hingga
asing-masing dilarutkan
Senyawa hasil sintesis dan starting material m
menggunakan mikropipet pada lempeng silika gel GF254 yang sudah diaktifkan
pada suhu 1000C selama 30 menit dan fase gerak yang digunakan yaitu
kromatografi gas dengan kondisi alat: suhu injector 300°C, jenis kolom Rtx-5MS,
helium, tekanan 22 kPa, kecepatan alir fase gerak 0,5 ml/menit, dan detektor
ionisasi nyala. Cuplikan senyawa hasil sintesis dilarutkan dalam aseton, kemudian
diinjeksikan kedalam injektor pada alat kromatografi gas. Aliran gas dari gas
21
pengangkut helium akan membawa cuplikan yang sudah diuapkan masuk kedalam
a. Spektrofotometri inframerah
homogen dengan kurang lebih 10 mg KBr, kemudian dikempa dan dibuat tablet.
relatif dari frekuensi individu diukur oleh detektor hingga didapat spektra
inframerah dari senyawa yang bersangkutan. Bilangan gelombang yang digunakan
400-4000
nm.
b. Spektrometri massa
Uap cuplikan senyawa hasil sintesis yang keluar dari kolom kromatografi
gas dialirkan ke dalam kamar pengion pada spektromoter massa untuk ditembak
akan dibelokkan dalam medan magnet dan menimbulkan arus pada kolektor yang
22
F. Analisis Hasil
1. Penghitungan rendemen
2. Analisis pendahuluan
organoleptis, data kelarutan, data kromatografi lapis tipis, data titik lebur, dan
data kromatografi gas.
3. Elusidasi struktur
BAB IV
yang memiliki hidrogen alpha yang diapit oleh dua gugus karbonil keton
bersifat basa dan tergolong dalam basa hidroksida. Reaksi kondensasi aldol silang
berlangsung dalam suasana basa. Oleh karena itu, penggunaan natrium hidroksida
klorobenzilidena)
sikloheksanadion.
natrium hidroksida tetes demi tetes. Selama proses sintesis, digunakan refluks
berjalan sempurna. Pada penelitian ini, proses refluks dilakukan selama tiga jam.
23
24
starting material t ersebut. Adanya pengadukan disertai pemanasan dapat
meningkatkan mobilitas molekul starting material, sehingga frekuensi terjadinya
tumbukan antar starting material m enjadi tinggi.
Penambahan natrium hidroksida sebagai katalis, menyebabkan ion
hidroksida dari natrium hidroksida bereaksi dengan sikloheksana-1,3-dion
membentuk ion enolat. Hal ini dapat terjadi karena terdapat atom hidrogen alpha
(α) pada sikloheksana-1,3-dion yang bersifat asam. Satu hidrogen alpha ( α)
diambil oleh ion hidroksida, menyebabkan atom karbon bermuatan negatif yang
disebut ion enolat. Hal ini menyebabkan sikloheksana-1,3-dion bertindak sebagai
nukleofil.
O
H +
Na OH
H OO
H
OO
H
-H2O
OGambar 4. Mekanisme reaksi pembentukan ion enolat pada sikloheksana- 1,3-dion
Ion enolat yang sudah terbentuk, akan bereaksi dengan 4-klorobenzaldehid
yang bertindak sebagai elektrofil. Pada 4-klorobenzaldehid, adanya atom oksigen
yang lebih elektronegatif dari atom karbon menyebabkan atom karbon pada gugus
karbonil bermuatan parsial positif. Penyerangan ion enolat terhadap 4-
klorobenzaldehid menghasilkan senyawa antara yaitu beta hidroksi karbonil yang
dapat mengalami dehidrasi jika dipanaskan menjadi senyawa 2-(4'-
klorobenzilidena) sikloheksanadion.
25
O
H +
Na OH
H OO
H
OO
H
-H2O
O
O
O
H
C
H
Cl
OHO H
OO
H
Cl
O
OH O
O
H
+
-OH-
OH
OH O
O
H
H
-H2O
H
-OH- Cl
Cl
sikloheksanadion
Selanjutnya, senyawa hasil sintesis dilakukan isolasi dengan cara maserasi
menggunakan campuran asam asetat glasial-aquades (1:1 v/v). Isolasi bertujuan
untuk mendesak serbuk yang ada dalam produk. Asam asetat glasial-aquades
diketahui memiliki nilai kepolaran yang besar, sehingga mampu mendesak serbuk
atau kristal yang terperangkap dalam produk. Setelah terbentuk serbuk, maka
dilakukan filtrasi dengan bantuan kertas saring untuk mendapatkan serbuk.
Berikutnya, dicuci dengan aquades untuk menghilangkan sisa asam asetat glasial
dan menetralkan serbuk dari senyawa-senyawa yang larut dalam aquades, seperti
sikloheksana-1,3-dion.
Crude product h asil sintesis diperoleh sebesar 0,174 gram. Disebut crude
product s ebab senyawa hasil sintesis belum dapat dikatakan murni. Diperoleh
crude product s ebesar 0,174 gram karena jumlah milimol (mmol) starting
material y ang kecil yaitu 3 mmol. Atom karbon pada gugus karbonil 4-
26
klorobenzaldehid kurang elektrofil karena adanya donor elektron dari resonansi
cincin benzena pada gugus karbonil.
O
CH
Cl
O
CH
Cl
O
CH
CH
Cl
Berdasarkan data hasil uji kelarutan, senyawa hasil sintesis sukar larut
pada aquades, yang bersifat polar, tetapi larut pada pelarut yang bersifat semipolar
seperti metanol, etanol, dan kloroform, serta pelarut yang bersifat nonpolar seperti
aseton dan piridin.Hal ini disebabkan senyawa hasil sintesis cenderung bersifat
nonpolar serta bersifat asam. Pelarut yang bersifat semipolar bertindak sebagai
nonpolar
.
kemurnian senyawa hasil sintesis dan memastikan bahwa senyawa hasil sintesis
berbeda dengan starting material. Suatu senyawa dikatakan murni jika jarak
leburnya tidak lebih dari 2oC. Dari hasil uji titik lebur diketahui bahwa senyawa
hasil sintesis mempunyai jarak lebur sebesar 217-221oC. Hasil ini menunjukkan
adanya perbedaan dengan starting material y ang titik leburnya telah diketahui,
yaitu untuk senyawa sikloheksana-1,3-dion titik leburnya adalah 105oC (Budavari,
untuk mengetahui kemurnian dan sebagai identifikasi awal senyawa hasil sintesis.
Parameter yang digunakan dalam pengujian KLT adalah nilai Rf dari masing-
masing bercak yang muncul pada lempeng KLT. Nilai Rf masing-masing senyawa
2
9
pada pelarut yang sama adalah spesifik sesuai dengan tingkat kepolarannya.
Pemeriksaan senyawa hasil sintesis dengan KLT diamati dibawah sinar ultraviolet
fase gerak yang relatif bersifat nonpolar daripada fase diam. Pada penelitian ini,
normal dimana fase diam yang digunakan adalah bersifat lebih polar dibanding
fase geraknya. Fase diam silika gel merupakan senyawa yang bersifat polar karena
mengandung gugus hidroksil (-OH) pada strukturnya serta adanya atom oksigen
yang letaknya berselang-seling dengan atom silika (Si). Kepolaran silika gel akan
BC
A
Keterangan : A = 4-klorobenzaldehid
B = Sikloheksana-1,3-dion C = Senyawa
hasil sintesis Fase diam silika gel GF254
Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran antara
kloroform dan etil asetat dengan perbandingan 9:1 v/v. Berdasarkan penghitungan
indeks polaritas campuran, didapatkan sebesar 41,3. Secara visual, semua bercak
tidak terlihat, oleh karena itu diamati dibawah sinar UV pada panjang gelombang
254 nm. Berdasarkan hasil uji dengan KLT yang menggunakan fase gerak
kloroform etil asetat 9:1 v/v diperoleh nilai Rf 4-klorobenzaldehid adalah 0,68 ;
3
0
nilai Rf sikloheksana-1,3-dion adalah 0,03 ; nilai Rf senyawa hasil sintesis adalah
strukturnya terdapat dua gugus yang bersifat polar yaitu C=O karbonil, dimana
terhadap fase diam daripada fase gerak. Pada senyawa hasil sintesis terdapat
gugus yang bersifat polar dan nonpolar. Gugus yang bersifat polar akan
berinteraksi dengan fase diam, sedangkan gugus yang bersifat nonpolar akan
5. Kromatografi gas
satu puncak dengan waktu retensi 26,542 menit. Kromatogram kromatografi gas
ini mendukung data uji titik lebur yang telah dilakukan sebelumnya.
1. Spektra inframerah
senyawa hasil sintesis. Ikatan C=C ena terkonjugasi dengan cincin aromatis
muncul pada 1604,77 cm-1 dengan intensitas sedang. Pada bilangan gelombang
1720,50 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=O karbonil untuk keton yang
terkonjugasi dengan gugus α,β-tak jenuh. Pada bilangan gelombang 1427,32 cm-1
menunjukkan adanya ikatan C=C pada cincin aromatis, hal ini dipertegas lagi
pada bilangan gelombang 1489, 05 cm-1. Pada bilangan gelombang 825,53 cm-1
menunjukkan adanya cincin aromatik yang tersubstitusi pada posisi para ( 1,4).
Adanya cincin benzena yang terkonjugasi atau tersubstitusi dengan gugus kloro
pada 1111,00 cm-1. Pada bilangan gelombang 3078,39 cm-1 menunjukkan adanya
3
2
33
ikatan C-H pada cincin aromatis, yang diperkuat dengan serapan pada 1905,67
cm-1.
Tabel IV. Interpretasi spekra inframerah senyawa hasil sintesis No Bilangan
gelombang (cm-1)
Intensitas Gugus fungsi
1 825,53 Sedang-tajam Cincin aromatis 1,4 disubstitusi
(posisi para) 2 1111,00 Sedang-tajam Cincin aromatis yang tersubstitusi
dengan gugus kloro 3 1427,32 Lemah C-H pada alkena 4 1489, 05 Sedang-tajam C=C pada cincin
aromatis 5 1604,77 Kuat C=C ena (terkonjugasi dengan cincin
aromatis dan gugus karbonil) 6 1720,50 Kuat C=O keton terkonjugasi dengan α, β
tidak jenuh 7 1905,67 Lemah C-H pada cincin aromatis 8 2947,23 Sedang C-H hibridisasi sp3 9
3078,39 Sedang-lemah C-H pada cincin aromatis
(Silverstein, Bassler, dan Morril, 1991)
Pada penelitian ini, digunakan pembanding sikloheksana-1,3-dion dan 4-
klorobenzaldehid. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa senyawa hasil
sintesis memiliki gugus fungsional yang berbeda dengan starting material.
Gambar 10. Spektra inframerah sikloheksana-1,3-dion sebagai pembanding (Kinugasa, Tanabe,
dan Tamura, 2009a)
Pada spektra inframerah sikloheksana-1,3-dion terdapat beberapa bilangan
gelombang yang menunjukkan keberadaan gugus fungsional. Serapan sikloalkana
dengan enam atom karbon pada 1460 cm-1, hal ini dipertegas lagi pada 2894 cm-1.
Bilangan gelombang 1626 cm-1 dengan intensitas kuat menunjukkan adanya C=O
keton. Ikatan C-H hibridisasi sp3 muncul pada 2949 cm-1.
Tabel V. Interpretasi spektra inframerah sikloheksana-1,3-dion No Bilangan
gelombang (cm-1)
Intensitas Gugus fungsi
1 1460 Kuat-tajam Sikloalkana dengan enam atom karbon 2 1626 Kuat-tajam C=O keton 3 2894
Lemah Sikloalkana dengan enam atom karbon 4 2949 Lemah C-H hibridisasi sp3
(Silverstrein, Bassler, dan Morril, 1991)
34
aromatis ditunjukkan pada 794 cm-1 dan 817 cm-1. Pada bilangan gelombang 841
cm-1 menunjukkan adanya cincin aromatis yang tersubstitusi pada posisi para
(1,4). Cincin benzena yang terkonjugasi atau tersubstitusi dengan gugus kloro
pada 1094 cm-1. Ikatan C=C pada cincin aromatis ditunjukkan pada 1419 cm-1 dan
1588 cm-1. Serapan C=O aldehid pada 1699 cm-1 dengan intensitas kuat serta
2. Spektra massa
digunakan untuk menentukan berat molekul senyawa hasil sintesis. Selain itu,
Pada puncak dengan waktu retensi 26,542 menit hasil kromatografi gas,
didapatkan m/z = 328, dimana m/z = 328 sesuai dengan berat molekul produk
self-condensation d ari sikloheksana-1,3-dion yang bereaksi dengan 4-
kelimpahan relatif paling banyak yang dikenal sebagai puncak dasar (base peak).
Hal ini menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis tidak seperti yang diduga
molekul 234 g/mol dan rumus molekul C13H1 1ClO2. Dengan demikian, penelitian
yang dilakukan tidak sesuai dengan hipotesis yang diusulkan yaitu terbentuknya
3
8
spektra massa.
Puncak dengan m/z = 293 merupakan fragmen dari ion molekul yang
mengalami pelepasan radikal . Cl. Pelepasan ini menghasilkan ion C19H17O3+ .
membentuk ion C17H1 4ClO3+ . Kemudian, ion C17H1 4ClO3+ mengalami fragmentasi
menjadi ion C9H8O3+ dengan m/z = 82 dan ion C8H6Cl+ dengan m/z = 137.
Pelepasan molekul C2H2 dari ion C8H6Cl+ membentuk ion C6H4Cl+ dengan m/z =
111
.
Molekul C19H1 7ClO3 dapat terfragmentasi menjadi ion C12H1 0ClO2+ dan
radikal . C3H7 sehingga membentuk ion C4H5 O+ . Pelepasan radikal . CH3 dari ion
C4H5O+ menghasilkan ion C3H3O+ yang muncul pada m/z = 55. Puncak dengan
m/z = 41 berasal dari ion molekul C7H10O dengan melepaskan ion CO+ dan
O O
EI 70 eV
O ClO Cl
-C2H4O O
EI 70 eV
O
Cl
O O
Cl O
Cl
O O
+
O
Cl Cl
EI 70 eV
O O
O
-C2H2
Cl
O O
O
O
O
EI 70 eV
Cl
Cl
CH3
+
O
Cl
40
O
CH3
CH3
CH
3
CH
3 EI 70 eVCH3
CH2
CHC
CO
H2CO
H3CC
O
C Om/z = 55
O
mempunyai berat molekul 328 g/mol dengan rumus molekul C19H1 7ClO3 dan
struktur molekul yang ditunjukkan pada gambar 14. Jika digabungkan dengan
data uji organoleptis, titik lebur, kromatografi lapis tipis, kromatografi gas, dan
spektra inframerah, maka dapat dikatakan senyawa hasil sintesis merupakan
senyawa baru, bukan merupakan starting material.
O O
O Cl Gambar 14. Struktur molekul senyawa hasil sintesis
Dari semua data di atas, reaksi kondensasi yang terjadi melalui beberapa
tahap reaksi. Tahap pertama adalah self-condensation a ntara sikloheksana-1,3-
dion dengan sikloheksana-1,3-dion yang diawali dengan pembentukkan ion enolat
dari sikloheksana-1,3-dion dengan penambahan katalis natrium hidroksida. Ion
-CH3CH2CH2
-CH3
O
CH3
CH3
EI 70 eV
CH2
CH2
O
H2C H2Cm/z = 41
41
enolat mengalami resonansi membentuk karbanion dan melakukan adisi pada
gugus karbonil sikloheksana-1,3-dion.
O
H
OH
H OO
H
OO
H
-H2O
OO
O
Na
O
O OO O
O
O
-OH-
OH
O
O
O
HOH
O
H O
-
OO
+H OH-
O
O
O
O
O OH
-H2O OH
-OH-
OOOH
HH
O
-H2O
O
O
OO
42
Cl
O
CH
O
O OO O
O
O
H OH
-
C-OH H
Cl
O O
O
OH
OH
H
OH
O O CCH
-H2O
H Cl
O
Cl
-OH-
O O
O Cl
sikloheksanadion
.
nukleofil berada pada atom karbon yang dekat dengan gugus karbonil (C=O),
sedangkan sisi elektrofil berada pada atom karbon karbonil tersebut. Atom karbon
elektron dari resonansi cincin benzena pada gugus karbonil. Pengaruh induksi dari
gugus kloro terhadap cincin benzena lebih kecil daripada resonansi cincin
benzena. Konsentrasi natrium hidroksida sebesar 4% b/v serta urutan
klorobenzilidena)-2-(3-oksosikloheksenil)
sikloheksanadion.
BAB V
A. Kesimpulan
molekul sebesar 328 g/mol dengan jumlah crude product 0 ,174 gram.
B. Saran
44
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2003, Angiogenesis, The Leukemia & Lymphoma Society, New York.
Anwar, C., Pranowo, H. D., dan Wahyuni, T. D., 1994, Pengantar Praktikum
Kimia Organik, UGM Press, Yogyakarta, 73,
189.
Bresnick, S. D., 2004, Intisari Kimia Organik, Hipokrates, Jakarta, 96-97, 101-
107. Bruice, P.Y., 1998, Organic Chemsitry, 2nd edition, Prentice Hall Inc., USA, 953.
Budavari, S., O’Neil, M.J., Smith, A., Heckelmann, P.Z., 1989, The Merck Index:
an Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Biologicals, 11th edition, Merck and
Co., Inc., USA, 501.
Da’i, M., 2003, Uji Aktifitas Antiproliferatif PGV-0 terhadap Sel Raji, Sel Hela
dan Sel Myeloma, Tesis, Program Pasca Sarjana Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Day, Jr., R. A. and Underwood, A. L., 1996, Analisis Kimia Kuantitatif, edisi IV
diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A. H., Penerbit Erlangga, Jakarta, 519.
Fessenden, R.J and Fessenden J.S., 1986, Kimia Organik, jilid 1, diterjemahkan
oleh Pudjaatmaka, A.H, Penerbit Erlangga, Surabaya, 314-351.
Fessenden, R.J and Fessenden, J.S., 1994, Kimia Organik, jilid 2, diterjemahkan
oleh Pudjaatmaka, A.H., Penerbit Erlangga, Jakarta, 179-183.
Gururaj, A. E., Belakavadi M., Venkatesh, D. A., Marm, D., and Salimatha, B. P.,
2002, Molecular Mechanisms of Anti-Angiogenic Effect of Curcumin, Biochem.
Biophys. Res. Commun., 297, 934–942.
Ireson, C. R., Orr, S., Jones, D. J. L., Verschoyle, R., Lim, C., Luo, J., Howells,
L., Plummer, S., Jukes, R., Williams, M., Farmer, P. B., Steward, W. P.,
45
4
6
Istyastono, E.P., Yuniarti, N., Jumina, 2009, Sintesis Senyawa Berpotensi Sebagai
Inhibitor Angiogenesis: 2-benzlidena-sikloheksana-1,3-dion, Majalah Farmasi
Indonesia, 20, 1-8.
Kinugasa, S., Tanabe K., Tamura, T., 2009a, Spectral Databases for Organic
Compunds, AIST, http://riodb01.ibase.aist.go.jp/sdbs/cgi-
bin/direct_frame_top.cgi, diakses tanggal 27 Desember 2010.
Kinugasa, S., Tanabe K., Tamura, T., 2009b, Spectral Databases for Organic
Compunds, AIST, http://riodb01.ibase.aist.go.jp/sdbs/cgi-
bin/cre_frame_disp.cgi?spectrum_type=ir&sdbsno=1285, diakses tanggal 27
Desember 2010. MacKenzie, 1967, Experimental Organic Chemistry, 3rd Edition,
Prentice-Hall
Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.
Martin, A., and Bustamante, P., 1993, Physical Pharmacy Chemical Principles in
the Pharmaceutical Sciences, 4th Edition, Lea and Febriger, Philadelphia. McMurry, J.,
2004, Organic Chemistry, 6th edition, Thomson Learning Inc, USA,
362-365, 822, 854-860.
Reksohadiprojo, S., 1996, Seri Kimia Fisika Organik : Kuliah dan Praktika Kimia
Farmasi Preparatif, volume 07, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta, 15,
33-38.
Robinson, T. P., Ehlers, T., Hubbard IV, R. B., Bai, Xianhe, Arbiser, J. L.,
Goldsmith, D. J, and Bowen, J.P., 2003, Design, Synthesis, and Biological
Evaluation of Angiogenesis Inhibitors: Aromatic Enone and Dienone Analogues
of Curcumin, Bioorg. Med. Chem. Lett., 13, 115-117.
LAMPIRA
N
́
Rumus penghitungan indeks polaritas campuran pada fase gerak : P AB = ФA P + ФB P
A B
= (9 x 4,1) + (1 x 4,4) =
41,3
5
2
Pada lempeng silika gel GF254 ditotolkan senyawa hasil sintesis dan
dielusi pada fase gerak kloroform : etil asetat (9:1 v/v) dengan jarak
pengembangan 10 cm, kemudian dilihat dibawah sinar UV pada panjang
Rf
=
Keterangan Jarak bercak
4,0 10 0,40
Senyawa hasil sintesis
BIOGRAFI PENULIS
Kanisius Sidowayah Klaten pada tahun 1995. Enam tahun kemudian, penulis
mahasiswa, penulis pernah mengikuti kegiatan bakti sosial pada Desember 2009
dan menjadi asisten pendamping praktikum Farmakognosi Fitokimia II. Selain itu,
58