Oleh:
RUSNI GAY TABONA
I4B017086
PROGRAM PROFESI NERS
A. Latar belakang
Hepatitis karena obat terjadi pada 8 dalam setiap 10.000 orang. Perempuan
cenderung terpengaruh hampir dua kali dibandingkan laki-laki. Orang dewasa lebih rentan
terhadap jenis hepatitis ini karena tubuh mereka tidak mampu memperbaiki dengan cepat
sel-sel hepatosit yang rusak seperti pada orang muda. Salah satu fungsi hati yang penting
ialah melindungi tubuh terhadap terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari
luar, misalnya obat. Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak
mudah diekskresikan oleh ginjal. Untuk itu maka sistem enzim pada mikrosom hati akan
melakukan biotransformasi sedemikian rupa sehingga terbentuk metabolit yang lebih
mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan melalui urin atau empedu. Dengan faal
sedemikian ini, tidak mengherankan bila hati mempunyai kemungkinan yang cukup besar
pula untuk dirusak oleh obat. Hepatitis karena obat pada umumnya tidak menimbulkan
kerusakan permanen, tetapi kadang-kadang dapat berlangsung lama dan fatal.
Metabolisme obat terjadi dalam 2 tahap. Pada tahap 1 reaksi, obat dijadikan polar
oleh proses oksidasi atau hydroxilasi. Tidak semua obat-obatan melalui tahap ini, beberapa
dapat langsung menjalani reaksi tahap 2. Enzim cytochrome P-450 enzim mengkatalisis
reaksi tahap 1. Sebagian besar produk intermediatnya bersifat transient dan sangat reaktif.
Ini dapat menyebabkan reaksi pembentukan metabolit yang jauh lebih beracun dari
substrat obatnya dan dapat menyebabkan kerusakan hati. Enzim Cytochrome P-450 adalah
hemoprotein yang terdapat pada reticulum endoplasmic hati. Setiap enzim P-450 dapat
metabolisme banyak obat-obatan. Tahap 2 reaksi mungkin terjadi di dalam maupun di luar
hati. Obat-obatan dikonjugasi dengan asetat, asam amino, sulfate, glutathione, asam
glucuronic, yang selanjutnya akan meningkatkan daya larut.
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya laporan pendahuluan kali ini yaitu agar mahasiswa dapat
mengetahui;
1. Pengertian drug induced hepatitis
2. Etiologi drug induced hepatitis
3. Patofisiologi drug induced hepatitis
4. Manifestasi klinis drug induced hepatitis
5. Pemeriksaan penunjang
6. Penatalaksanaan drug induced hepatitis
7. Pathway drug induced hepatitis
8. Diagnosa keperawatan
9. Fokus intervensi
BAB II
TINJAUAN TEORI
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium: dapat ditemukan adanya peningkatan bilirubin terutama bilirubin direct
(bilirubin 2) peningkatan transminasi serum (SGOT, SGPT).
b. Radiology
1. USG abdomen: merupakan pemeriksaan yang sangat berguna dalam mendiagnosis
pasien ikterus.
2. CT Scan
c. Biopsi hati
Metode ini sangat berguna untuk menegakkan diagnosis penyakit hepatoseluler kronik
atau sirosis hati.
6. Penatalaksanaan
Pengobatan hepatitis karena obat pada prinsipnya sama dengan pengobatan penyakit
hati yang ditimbulkan oleh penyebab lain. Obat yang dicurigai sebagai penyebab harus
dihentikan. Penderita diberi diet 2500-3000 kalori, 70-100 g protein dan 400-500 g
karbohidrat sehari. Bila ada tanda akan terjadi koma hepatikum, protein tidak diberikan
dan juga diberikan neomisin per oral. Bila penderita jatuh ke dalam koma, diberikan infus
glukosa. Keseimbangan asam-basa dan kebutuhan cairan harus diperhatikan dengan baik.
Untuk ikterus yang disebabkan kolestasis hepatokanalikuler, diberikan terapi suportif.
Jenis ini umumnya tidak terlalu berbahaya. Bila ikterus menghebat dan timbul rasa gatal,
dapat diberikan kortikosteroid atau kolestiramin. Perlu dicatat bahwa kortikosteroid tidak
mempercepat sembuhnya penyakit.
9. Diagnosa keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan interna ; perubahan kondisi metabolik,
perubahan sirkulasi.
d. Cemas berhubungan dengan perubahan peran dalam lingkungan sosial
Amin, Zulkifli dan Asril Bahar. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FK-
UI.
Johnson Marion, dkk, 2000, Nursing Out Come Classification (NOC), Mosby.
Mansjoer A., dkk, 2005, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media Aesculapius.
Mc. Closkey, Joanne Mc., Nursing Intervention Classification (NIC), Mosby.
Price, Sylvia Anderson, 2006, Patofisiologi: Konsep Klinis Proes-proses Penyakit.; alih
bahasa, Brahm U. Pendi (et. al.) edisi 6, Jakarta : EGC
Priharjo Robert, 2006, Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta, EGC.
Ralph Sheila Sparh S., dkk, Nursing Diagnosis : Definition & Classification 2005-2006,
NANDA International.
Suddarth & Brunner, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2,
Jakarta, EGC.