Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu Pada Praktik Klinik Keperawatan Gadar Kritis
Dosen Pembimbing: Gathut Pringgotomo, S.Kep., Ns. M. Kep.
Oleh :
NANANG ENDRIONO
NIM. A3R21031
A. DEFINISI
Gagal ginjal akut atau Acute Kidney Injury merupakan suatu keadaan klinis yang
ditandai sengan penurunan fungsi ginjal secara mendadak dengan akibat terjadinya
peningkatan hasil metabolik (Ayu, 2012). Biasanya karena hiperfusi ginjal sindrom ini
biasa berakibat azotemia (uremia), yaitu akumulasi produk limbah nitrogen dalam darah
dan oliguria dimana haluaran urine kurang dari 400 ml/24 jam.
Gagal ginjal akut (acute renal failure) adalah sekumpulan gejala yang
mengakibatkan disfungsi ginjal secara mendadak. Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah suatu
sindrom akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang mendadak dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu
dengan atau tanpa oliguria sehingga mengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal untuk
mempertahankan homeotasis tubuh. (Tambayong, 2013)
B. KLASIFIKASI
Menurut Doenges (2014) Gagal ginjal akut diklasifikasikan menjadi tiga kelompok utama
patogenesisnya, yaitu sebagai berikut :
1. Gagal ginjal akut prarenal
GGA Prarenal adalah terjadinya penurunan aliran darah ginjal (renal
hypoperfusion) yang mengakibatkan penurunan tekanan filtrasi glomerulus dan
kemudian diikuti oleh penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG). Keadaan ini
umumnya ringan yang dengan cepat dapat reversibel apabila perfusi ginjal segera
diperbaiki. Pada GGA prarenal aliran darah ginjal walaupun berkurang masih dapat
memberikan oksigen dan substrat metabolik yang cukup kepada sel-sel tubulus.
Apabila hipoperfusi ginjal tidak segera diperbaiki, akan mengakibatkan NTA. GGA
prarenal merupakan kelainan fungsional, tanpa adanya kelainan histologik atau
morfologi pada nefron.
2. Gagal ginjal akut renal
GGA renal yaitu kelainan yang berasal dari dalam ginjal dan yang secara tiba-
tiba menurunkan pengeluaran urin. Katagori GGA ini selanjutnya dapat dibagi
menjadi :
a. Keadaan yang mencederai kapiler glomerulus atau pembuluh darah kecil ginjal
lainnya
b. Keadaan yang merusak epitel tubulus ginjal,
c. Keadaan yang menyebabkan kerusakan interstisium ginjal.
Tubulus ginjal merupakan tempat utama penggunaan energi pada ginjal, yang
mudah mengalami kerusakan bila terjadi iskemia atau oleh obat nefrotoksik, oleh
karena itu kelainan tubulus yang disebut Nekrosis Tubular Akut (NTA) merupakan
penyebab terbanyak GGA renal.
3. Gagal ginjal akut postrenal
GGA postrenal adalah suatu keadaan di mana pembentukan urin cukup, namun
alirannya dalam saluran kemih terhambat. Penyebab tersering adalah obstruksi.
Obstruksi aliran urin ini akan mengakibatkan kegagalan filtrasi glomerulus dan
transpor tubulus sehingga dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen, tergantung
berat dan lamanya obstruksi.
C. ETIOLOGI
Terdapat tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut, yaitu: (Ayu, 2012)
sebagai berikut:
1. Kondisi Pre Renal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi pra renal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan
turunnya laju filtrasi glumerulus. Kondisi klinis yang umum yang menyebabkan
terjadinya hipoperfusi renal adalah :
a. Penipisan volume
b. Hemoragi
c. Kehilangan cairan melalui ginjal (diuretik, osmotik)
d. Kehilangan cairan melalui saluran GI (muntah, diare, selang nasogastrik)
e. Gangguan efisiensi jantung
f. Infark miokard
g. Gagal jantung kongestif
h. Disritmia
i. Syok kardiogenik
j. Vasodilatasi
k. Sepsis
l. Anafilaksis
m. Medikasi antihipertensif atau medikasi lain yang menyebabkan vasodilatasi
2. Kondisi Intra Renal (kerusakan aktual jaringan ginjal)
Penyebab intra renal gagal ginjal akut adalah kerusaka glumerulus atau
tubulus ginjal yang dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
a. Cedera akibat terbakar dan benturan
b. Reaksi transfusi yang parah
c. Agen nefrotoksik
d. Antibiotik aminoglikosida
e. Agen kontras radiopaque
f. Logam berat (timah, merkuri)
g. Obat NSAID
h. Bahan kimia dan pelarut (arsenik, etilen glikol, karbon tetraklorida)
i. Pielonefritis akut
j. Glumerulonefritis
3. Kondisi Post Renal (obstruksi aliran urin)
Kondisi pasca renal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari
obstruksi di bagian distal ginjal. Obstruksi ini dapat disebabkan oleh kondisikondisi
sebagai berikut :
a. Batu traktus urinarius
b. Tumor
c. BPH
d. Striktur
e. Bekuan darah.
D. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis gagal ginjal akut dibagi menjadi tiga stadium, yaitu sebagai berikut:
(Tambayong, 2014)
1. Stadium Oliguria
Stadium oliguria biasanya timbul dalam waktu 24 sampai 48 jam sesudah
terjadinya trauma pada ginjal. Produksi urin normal adalah 1-2 liter/24jam. Pada
fase ini pertama-tama terjadi penurunan produksi urin sampai kurang dari 400cc/24
jam. Tidak jarang produksi urin sampai kurang dari 100cc/24 jam, keadaan ini
disebut dengan anuria. Pada fase ini penderita mulai memperlihatkan keluhan-
keluhan yang diakibatkan oleh penumpukan air dan metabolit-metabolit yang
seharusnya diekskresikan oleh tubuh, seperti mual, muntah, lemah, sakit kepala,
kejang dan lain sebagainya. Perubahan pada urin menjadi semakin kompleks, yaitu
penurunan kadar urea dan kreatinin. Di dalam plasma terjadi perubahan biokimiawi
berupa peningkatan konsentrasi serum urea, kreatinin, elektrolit (terutama K dan
Na).
2. Stadium Diuresis
Stadium diuresis dimulai bila pengeluran urine meningkat sampai lebih dari
400 ml/hari, kadang-kadang dapat mencapai 4 liter/24 jam. Stadium ini berlangsung
2 sampai 3 minggu. Volume kemih yang tinggi pada stadium ini diakibatkan karena
tingginya konsentrasi serum urea, dan juga disebabkan karena masih belum
pulihnya kemampuan tubulus yang sedang dalam masa penyembuhan untuk
mempertahankan garam dan air yang difiltrasi. Selama stadium dini diuresi, kadar
urea darah dapat terus meningkat, terutama karena bersihan urea tak dapat
mengimbangi produksi urea endogen. Tetapi dengan berlanjutnya di uresis,
azotemia sedikit demi sedikit menghilang, dan pasien mengalami kemajuan klinis
yang benar.
3. Stadium Penyembuhan
Stadium penyembuhan GGA berlangsung sampai satu tahun, dan selama
masa itu, produksi urin perlahan–lahan kembali normal dan fungsi ginjal membaik
secara bertahap, anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi sedikit
membaik, tetapi pada beberapa pasien tetap menderita penurunan glomerular
filtration rate (GFR) yang permanen.
Pra renal Renal Pascarenal
Resti
GGAkeja
Penurunan
produksi urin dan azotemia
Deficit nutrisi
Kerusakan impuls Gangguan
saraf Konduksi jantung
I. PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan GGA adalah sebagai berikut : (Egran, 2015)
1. Pengobatan Penyakit Dasar
Sekalipun GGA sudah terjadi (menetap), setiap faktor prarenal harus dikoreksi
dengan maksud memperbaiki sirkulasi dan mencegah keterlambatan penyembuhan
faal ginjal.
Defisit volume sirkulasi oleh sebab apapun harus segera diatasi. Sebagai
parameter dapat digunakan pengukuran tekanan vena sentralis jika fasilitas ada,
dengan demikian over hidrasi bisa dicegah.
Terhadap infeksi sebagai penyakit dasar harus diberikan pengobatan yang
spesifik sesuai dengan penyebabnya, jika obat-obatan, misal nya antibiotika diduga
menjadi penyebabnya, maka pemakaian obat-obatan ini harus segera dihentikan.
Terhadap GGA akibat nefrotoksin harus segera diberikan antidotumnya, sedangkan
zat-zat yang dapat dialisis harus dilakukan dialisis secepatnya.
2. Pengelolaan Terhadap GGA
a. Pengaturan Diet
Selama 48-72 jam pertama fase oligurik terjadi peningkatan urea darah
akibat pemecahan jaringan yang hebat. Selama periode ini pemberian protein
dari luar harus dihindarkan. Umumnya untuk mengurangi katabolisme, diet
paling sedikit harus mengandung 100 gram karbohidrat per hari. Seratus gram
glukosa dapat menekan katabolisme protein endogen sebanyak kira-kira 50%.
Setelah 3-4 hari oligurik, kecepatan katabolisme jaringan berkurang dan
pemberian protein dalam diet dapat segera dimulai. Dianjurkan pemberian 20-40
gram protein per hari yang mempunyai nilai biologis yang tinggi (mengandung
asam amino esensial) seperti telur, susu dan daging. Pada saat ini pemberian
kalori harus dinaikkan menjadi 2000-2500 kalori per hari, disertai dengan
multivitamin.
Batasi makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jeruk dan
kopi). Pemberian garam dibatasi yaitu, 0,5 gram per hari.
b. Pengaturan kebutuhan cairan dan keseimbangan elektrolit
1) Air (H2O)
Pada GGA kehilangan air disebabkan oleh diuresis, komplikasi
komplikasi (diare, muntah). Produksi air endogen berasa l dari pembakaran
karbohidrat, lemak, dan protein yang banyak kira-kira 300400 ml per hari.
Kebutuhan cairan perhari adalah 400-500 ml ditambah pengeluaran selama
24 jam.
2) Natrium (Na)
Selama fase oligurik asupan natrium harus dibatasi sampai 500 mg
per 24 jam. Natrium yang banyak hilang akibat diare, atau muntah-muntah
harus segera diganti.
c. Dialisis
Tindakan pengelolaan penderita GGA disamping secara konservatif, juga
memerlukan dialisis, baik dialisis peritoneal maupun hemodialisis. Tindakan ini
dilaksanakan atas indikasi-indikasi tertentu. Pemilihan tindakan dialisis peritonial
atau hemodialisis didasarkan atas pe rtimbanganpertimbangan indivual penderita.
d. Operasi
Pengelolaan GGA postrenal adalah tindakan pembedahan untuk dapat
menhilangkan obstruksinya. Kadang-kadang untuk dapat dilakukan operasi
diperlukan persiapan tindakan dialisis terlebih dahulu.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN (Smeltzer, 2014)
1. Anamnesis
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien dan
identitas penanggung jawab, identitas klien yang meliputi nama, usia, jenis kelamin,
pekerjaan, serta diagnosa medis. Penyakit Gagal Ginjal Akut dapat menyerang pria
maupun wanita dari rentang usia manapun, khususnya bagi orang yang sedang
menderita penyakit serius, terluka serta usia dewasa dan pada umumnya lanjut usia.
Untuk pengkajian identitas penanggung jawab data yang didapatkan yakni meliputi
nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan si penderita. (Smeltzer, 2014)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah miksi terasa sesak dan sedikit-sedikit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit terutama
pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan berapa lama
keluhan penurunan jumlah urine output dan apakah penurunan jumlah urine
output tersebut ada hubungannya dengan predisposisi penyebab, seperti pasca
perdarahan setelah melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar luas, cedera luka
bakar, setelah mengalami episode serangan infark, adanya riwayat minum obat
NSAID atau pemakaian antibiotik, adanya riwayat pemasangan tranfusi darah,
serta adanya riwayat trauma langsung pada ginjal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan
yang berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab pasca renal. Penting untuk
dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit berat, dan letargi. Pada TTV
sering didapatkan adanya perubahan, yaitu pada fase oliguri sering didapatkan
suhu tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan dimana
frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi.
tekanan darah terjadi perubahan dari hipetensi rinagan sampai berat.
b. Pemeriksaan Pola Fungsi
1) B1 (Breathing)
Pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan pola napas dan jalan
napas yang merupakan respons terhadap azotemia dan sindrom akut uremia.
Klien bernapas dengan bau urine (fetor uremik) sering didapatkan pada fase ini.
Pada beberapa keadaan respons uremia akan menjadikan asidosis metabolik
sehingga didapatkan pernapasan kussmaul.
2) B2 (Blood)
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi perikardial
sekunder dari sindrom uremik. Pada sistem hematologi sering didapatkan
adanya anemia. Anemia yang menyertai gagal ginjal akut merupakan kondisi
yang tidak dapat dielakkan sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin,
lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan
darah, biasanya dari saluran G1. Adanya penurunan curah jantung sekunder
dari gangguan fungsi jantung akan memberat kondisi GGA. Pada pemeriksaan
tekanan darah sering didapatkan adanya peningkatan.
3) B3 (Brain)
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia, ketidakseimbangan elektrolit/asam/basa). Klien berisiko kejang,
efek sekunder akibat gangguan elektrolit, sakit kepala, penglihatan kabur, kram
otot/kejang biasanya akan didapatkan terutama pada fase oliguri yang berlanjut
pada sindrom uremia.
4) B4 (Bladder)
Perubahan pola kemih pad aperiode oliguri akan terjadi penurunan frekuensi
dan penurunan urine output <400 ml/hari, sedangkan pada periode diuresis
terjadi peningkatan yang menunjukkan peningkatan jumlah urine secara
bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Pada pemeriksaan
didapatkan perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
6) B6 (Bone)
Didapatkan adnaya kelemahan fisik secara umum efek sekunder dari anemia
dan penurunan perfusi perifer dari hipetensi.
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Urinalisis didapatkan warna kotor, sedimen kecoklatan menunjukkan adanya
darah, Hb, dan myoglobin. Berat jenis <1.020 menunjukkan penyakit ginjal, pH
urine >7.00 menunjukkan ISK, NTA, dan GGK. Osmolalitas kurang dari
350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal dan rasio urine : serum sering
1 : 1.
b. Pemeriksaan BUN dan kadar kreatinin
Terdapat peningkatan yang tetap dalakm BUN dan laju peningkatannya
bergantung pada tingkat katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal dan
masukan protein. Serum kratinin meningkat pada kerusakan glomerulus. Kadar
kreatinin serum bermanfaat dalam pemantauan fungsi ginjal dan perkembangan
penyakit.
c. Pemeriksaan elektrolit
Pasien yang mengalami penurunan lajut filtrasi glomerulus tidak mampu
mengeksresikan kalium. Katabolisme protein mengahasilkan pelepasan kalium
seluler ke dalam cairan tubuh, menyebabkan hiperkalemia berat. Hiperkalemia
menyebabkan disritmia dan henti jantung.
d. Pemeriksan pH
Pasien oliguri akut tidak dapat emngeliminasi muatan metabolik seperti
substansi jenis asam yang dibentuk oleh proses metabolik normal. Selain itu,
mekanisme bufer ginjal normal turun. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
penurunan kandungan karbon dioksida darah dan pH darah sehingga asidosis
metabolik progresif menyertai gagal ginjal.
5. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan dan mencegah komplikasi,
yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang
serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki
abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat
dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecenderungan perdarahan dan
membantu penyembuhan luka.
b. Koreksi hiperkalemi
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti
resin (natrium polistriren sulfonat), secara oral atau melalui retensi enema.
Natrium polistriren sulfonat bekerja dengan mengubah ion kalium menjadi
natrium di saluran intenstinal.
c. Terapi cairan
d. Diet rendah protein, tinggi karbohidrat
e. Koreksi asidosis dengan natrium bikarbonat dan dialisis.
B. DIAGNOSA KEPERWATAN
1. Hipervolemia berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemi dan nyeri sendi sekunder terhadap
gagal ginjal
3. Pola Nafas Tidak efektif berhubungan dengan takipnea dan kelelahan otot
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet,
dan perubahan membran mukosa mulut
5. Resiko Ketidakseimbangan cairan ditandai dengan asupan cairan mningkat
(SDKI, 2018)
Ayu. 2012. Acute Kidney Injury: Pendekatan Klinis Dan Tata Laksana: Jakarta:
Departement Ilmu Penyakit Dlam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Doenges E, Marilynn, dkk. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Egran, Barbara. (2015) Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I. Jakarta:
EGC.
Nursalam, Nurs M. 2013. Asuhan Keperawatan pada Pasien dnegan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
RESUME KASUS
Uraian Kasus: Pada tanggal 3 januari 2022, Ny. D datang ke IGD RSUD Tulungagung dengan
keluhan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu. Selain itu saat dilakukan pengkajian Ny. D juga mengeluh
kakinya terasa bengkak. Setelah diobservasi didapati keadaan Umum Ny. D tampak cukup, Kesadaran
Composmetis, GCS 4,5,6. Saat dilakukan pemeriksaan oleh perawat terdapat edema di ekstemitas
bawah +/+, Urine output 100cc/24 jam, TD: 150/90 mmHg, frekuensi Nadi: 88 x/menit, frekuensi
nafas: 28 x/menit, dan suhu: 37 0C, Suara nafas: Cracles. Dengan hasil laboratorium sebagai berikut:
BUN: 29 mg/dl, kreatinin: 2,0 mg / dl. Asam Urat: 5,4 mg/dl, Hematokrit 23,2 %. Setelah itu Ny. D di
diagnose oleh dokter yaitu Acute Kidney Injury
Data Fokus
S : (Data Subjektif Pasien)
- Pasien mengeluh sesak nafas sejak 2 hari yg lalu
- Pasien mengatakan bengkak pada bagian kaki
O : (Data Objektif Pasien)
- Pasien tampak kesulitan bernafas (RR: 28x/ menit)
- Pasien tampak bernafas menggunakan cuping hidung
- Terdapat edema pada ekstremitas bawah (+/+)
- Suara nafas: Cracles
- Hb menurun ( 10 g/dL )
- Hematokrit menurun ( 23,2 % )
- Oliguria ( urine 100 cc / 24 jam )
A. Hasil Pemeriksaan Penunjang Medis :
1. Laboratorium :
Ada, terlampir
- BUN: 29 mg/dl ( H )
FORMAT PENGKAJIAN
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
NO. MR : 1694559
DATA IDENTITAS PASIEN
Kendaraan : ..........................................
Ambulan 118 Mobil pribadi Lainya .......
TRIAGE: Kuning
S.Ax : 37 °C N : 88 x/mnt
Dilakukan jam : 10.21 WIB S.Rec : - °C TD : 150 / 90 mmHg
Oleh perawat : Nanang Endriono P : 28 x/mnt
BB (Pediatri): : 65 Kg
Keluhan Utama : Pasien mengeluh sesak
nafas sejak 2 hari yang lalu Riwayat Penyakit:
DM
PJK
Asma
Tidak ada
dll: .................................
Keadaan Umum:
Baik
Sedang
Buruk
PRIMARY SURVEY
AIRWAY (A) BREATHING (B) CIRCULATION (C)
Jalan Nafas : Pola Nafas: Nadi:
Paten Apneu Teraba
Tidak Paten Dispneu Tidak teraba
Obstruksi : Bradipneu Sianosis:
Lidah Tachipneu Ada
Cairan Lain ................ Tidak
Benda Asing Bunyi nafas: CRT:
Lain: Tidak ada Vesukuler < 2 detik
Suara Nafas : Bronchovesikuler > 2 detik
Snoring Bronkhial Akral:
Gurgling Suara nafas tambahan: Hangat
Stridor Whezing Dingin
Lain Tidak ada Ronchi Pendarahan:
Rales Ada
Keluhan Lain: Cracles Tidak
.............................................. Gerakan dada : Jika ada ........cc
.. Simetris Lokasinya .................
Asimetris
Irama Nafas: Keluhan Lain:
Reguler ............................................
Ireguler
Penggunaan otot bantu nafas:
Retraksi otot dada:
Cuping hidung
Sesak Nafas :
Ya
Tidak
RR : 28 x/mnt
Keluhan Lain:
.........................................................
....
THERAPI: ……………………………………………….
Jam Terapi / Tindakan / Konsul Jawaban / catatan
TINDAK LANJUT
KRS
MRS
PP
Operasi
Pindah ke bagian Ruang Melati
Lain – lain ……….
1 3 Januari 2022 Pola nafas tidak efektif b.d takipnea dan kelelahan otot d.d pasien tampak
kesulitan bernafas, RR: 28x/menit, pernafasan cuping hidung, suara nafas
cracles
2 3 Januari 2022 Hipervolemia b.d kerusakan fungsi ginjal d.d k/u pasien lemah, terdapat
edema pada ekstremitas bawah (+/+), oliguria
Mahasiswa,
Senin, 3 Januari 2022
NANANG ENDRIONO
NIM. A3R21031
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. D Umur : 45 tahun No.Register : 1694559 Kasus : Acute Kidney Injury