1. Pengkajian primer : (pengkajian airway, breathing,
circulation, disintergrity) o Airway : Jalan nafas paten, tidak ada sumbatan pada jalan nafas o Breathing : Pasien mengeluh sesak, Pola nafas ireguler RR : 28x/m lemah dan pucat, dada pasien terasa sakit, kesadaran apatis, pasien gelisah, tidak dapat berbicara dengan jelas karena sesak, tampak pernafasan cuping hidung, pasien menggunakan otot bantu nafas. o Circulation : Denyut nadi 128 x/menit, suhu tubuh 39.1 C, o Disintegrity : Apatis 2. Tindakan keperawatan yang dilakukan : ( dilakukan untuk mengatasi kondisi yang Didapat ) Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah utama pola nafas tidak efektif b.d hambatan jalan nafas, yaitu dengan melakukan intervensi manajemen jalan nafas (1.01.001) dengan memonitor pola nafas membaik dari 28x/m menjadi 24x/m, memposisikan fowler/semi fowler, memberikan oksigen nrm 10 lpm, mengajarkan batuk efektif. 3. Evaluasi hasil tindakan ( didapat setelah tindakan untuk mengatasi masalah primer ) Dilakukan Evaluasi tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah utama pola nafas tidak efektif yaitu dengaan pemberian oksigen 10 lpm dan memonitor oksigenasi pasien. 4. Diagnosa keperawatan ( diagnosa kep. Untuk tindakan diatas PES dan rasional diagnosa) Masalah utama pasien yaitu dengan diagnosa keperawatan pola nafas tdak efektif b.d hambatan upaya nafas, yang ditandai dengan Data Subjektif : Pasien mengeluh sesak, dan merasa tidak nyaman saat bernafas dengan berbaring tidur. Data Objektif : pasien tampak sesak dan menggunakann otot banyu pernafasam, pola nafas takipnea 28x/m (normal 16- 20x/m), tampak pernafasan cuping hidung. 5. Pengkajian sekunder : ( meliputi pengkajian riwayat kep. Dan head to toe ) Pengkajian sekunder didapatkan pasien tampan sesak, lemah dan pucat, dada pasien terasa sakit, kesadaran apatis, pasien gelisah, tidak bisa bicara dengan jelas karena sesak, tidak ada tanda tanda luka fisik, tampak pernafasan cuping hidung, mukosa bibir kering dan pucat, pergerakan dada simetris, pasien bernafas menggunakan otot bantu pernafasan, suara nafas normal, terdengar punya sonor, tidak ada benjolan abdomen, perkusi abdomen terdengar redup, suhu tubuh 39,1, CRT 3 dtk, riwayat kesehatan terakhir CKD. Gejala lain yang muncul selain keluhan utama adalah pusing dan lemas. Pasien berusia 63th, 45 kg TB 155 cm. 6. Pemeriksaan penunjang ( meliputi : laboratorium, RO, CT. Scan ) Hemoglobin : 11.8 Hematokrit : 33.3 Leukosit : H 26.92 Eritrosit : 4.3 Trombosit : 273 Eosinofil : L 0.0 Basofil : 0.4 Neutrofil : H 78.9 Limfosit : L 4.8 Monosit : H 14.0 7. Diagnosa kep.( 2 diagnosa kep.utama untuk data yang didapat dari pengkajian sekunder) Diagnosa keperawatan yang muncul setelah pengakajian sekunder yaitu D.0008 penurunan curah jantung b.d penurunan afterload yang ditandai dengan munculnya data subjektif pasien mengeluh sesak dan data objektif TD 180/110 x/m (normal 120/80x/m), HR 123x.m (normal 70- 100x/m), CRT 3 dtk (normal <3 dtk), pasien tampak pucat. 8. Prinsip-prinsip tindakan :( tindakan mandiri, dan kolaborasi ) A. Tahap prainteraksi 1) Cek program terapi 2) Mencuci tangan 3) Mengidentifikasi pasien dengan benar 4) Menyiapkan dan mendekatkan alat kepasien B. Tahap orientasi 1) Salam, sapa, memperkenalkan diri 2) Melakukan kontrak 3) Menjelaskan tujuan dan prosedur 4) Menanyakan kesiapan dan kerja sama pasien C. Tahap kerja 1) Menjaga privasi pasien 2) Membaca basmallah bersama-sama 3) Mengatur posisi pasien 4) Menempatkan diri di sebelah kanan pasien, bila mungkin 5) Pemantauan respirasi Memonitot pola nafas Memposisikan fowler/semi fowler Memberikan oksigen Mengajarkan batuk efektif Monitor saturasi oksigen 6) Perawatan jantung Monitor tekanan darah Monitor intake output cairan Monitor aritmia 7) Pencegahan syok Monitor status oksigenasi Monitor status cairan Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil Pasang jalur IV D. Tahap terminasi 1. Evaluasi respon dan perasaan pasien 2. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya 3. Cuci tangan 9. Monitor pasien : ( monitor / pengkajian berkelanjutan yang dilakukan dan hasil yang didapat ) Pasien tampak masih sesak tetapi pasien memaksa ingin pulang. 10. Evaluasi diri: Evaluasi diri saat melakukan tindakan yaitu pemasangan manset monitor ttv yang kurang tepat antara dilengan dan dikaki menghasilkan hasil ukur yang berbeda.