Anda di halaman 1dari 35

Internal Use Only

SEROQUEL FAST TRACK


MODULE

PENGANTAR
PSIKIATRI
NeuroScience Team

SER/012/Aug08-Aug09/WW
SER/012/Aug08-Aug09/WW
Latar belakang
2

1. Menurut UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, Sehat


adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial
serta produktif secara ekonomis. Jadi kesehatan jiwa
(mental) merupakan bagian yang tak dapat
terpisahkan dari kesehatan secara keseluruhan
2. Gangguan kesehatan jiwa walaupun tidak langsung
menyebabkan kematian, namun akan menimbulkan
penderitaan yang mendalam bagi individu dan
keluarganya, baik mental maupun materi

Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Pengertian Kesehatan
3

1. Kesehatan terdiri dari 3 aspek penting yang saling


tergantung satu sama lain, yaitu fisik, mental dan sosial
2. Sebagaimana definisi sehat menurut WHO: Keadaan
sehat/sejahtera, terbebas dari penyakit & kecacatan
secara jasmani, rohani, spiritual dan sosial yang
memungkinkan seseorang bekerja secara produktif
3. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang
memungkinkan berkembangnya fisik, intelektual, dan
emosional dari seseorang secara optimal
Source:
1) Bahan Kuliah Pengantar Blok Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran UII, Tahun Ajaran 2006/2007
2) Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan Jiwa
Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Memahami fakta kesehatan jiwa di Indonesia
4

1. Insidensi dan prevalensi gangguan jiwa semakin


meningkat baik di Indonesia maupun dunia
2. Menurut seorang psikiater ahli di RS Sardjito
menyatakan hanya sekitar 20% penduduk Indonesia
yang sehat jiwanya, 20% di antaranya memerlukan
pertolongan psikiater, 60% sisanya mengalami depresi
3. Gangguan jiwa menjadikan beban biaya kesehatan
meningkat/beban bagi masyarakat
4. Gangguan jiwa menurunkan produktivitas
5. Masih banyak stigma yang buruk bagi penderita
gangguan jiwa
Source: Bahan Kuliah Pengantar Blok Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran UII, Tahun Ajaran 2006/2007

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Jiwa yang sehat
5

1. Perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi


tantangan hidup, dapat menerima orang lain, sebagaimana
adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri
dan orang lain
2. Orang yang sehat jiwa dapat mempercayai orang lain dan
senang menjadi bagian dari suatu kelompok. Bagi mereka
kehidupan ini penuh arti.
3. Jadi kesehatan jiwa meliputi:
1. Bagaimana perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri
2. Bagaimana perasaan seseorang terhadap orang lain
3. Bagaimana caranya ia mengatasi stres yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari
Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Gangguan jiwa
6

1. Berbagai kondisi kejiwaan yang menyebabkan kendala dalam


berbagai taraf menjalankan fungsi sosial (Wibisono, 1998)1
2. Sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang
secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau
hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih
fungsi yang penting dari manusia.2
3. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi merupakan
disfungsi dalam segi perilaku, psikologik, atau biologik, dan
gangguan itu tidak semata-mata terletak di dalam hubungan
antara orang itu dengan masyarakat.2
Source:
1) Bahan Kuliah Pengantar Blok Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran UII, Tahun Ajaran 2006/2007;
2) Buku Saku Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ III, editor Dr. Rusdi Maslim, SpKJ

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Tahukah Anda Bahwa:
7

1. Kesehatan jiwa mempengaruhi semua orang; individu,


keluarga dan masyarakat, dan dapat mencegah adanya
kenakalan remaja, perceraian rumah tangga, tindak
kriminal, penyalahgunaan NARKOBA dan lainnya.
2. Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan
masyarakat
3. Gangguan jiwa membutuhkan dana yang sangat besar

4. Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan derajat


kesehatan jiwa masyarakat dan mencegah gangguan
jiwa
Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Derajat Kesehatan Jiwa
8

1. Tidak ada batasan yang tegas antara orang yang sehat jiwa
dengan orang yang terganggu jiwanya. Terdapat suatu
kesinambungan yang disebut derajat kesehatan jiwa (sangat
sehat, sehat, cukup sehat, kurang sehat, sakit)
2. Tak semua orang selalu mempunyai ciri jiwa yang sehat
sepanjang hidupnya
3. Setiap orang dapat mengalami berbagai ragam derajat
kesehatan jiwa
4. Derajat kesehatan jiwa (sebagaimana juga kesehatan fisik)
dapat ditingkatkan dengan cara membina kebiasaan, membina
lingkungan dan hubungan baik
Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Stress
9

1. Stres adalah reaksi seseorang baik secara jasmani maupun secara


kejiwaan atau perilaku apabila ada tuntutan terhadap dirinya. Tuntutan
tersebut dapat berasal dari:
1. Dirinya sendiri, misalnya rasa iri hati, cemas, takut, dan lainnya
2. Lingkungan, misalnya perubahan dari lingkungan yang menuntut
seseorang harus menyesuaikan diri, antara lain: lingkungan rumah,
sekolah, tempat kerja dan lingkungan sosial lainnya
2. Reaksi seseorang terhadap stres tidak selalu negatif, tergantung dari
bagaimana anda memandang stres tersebut:
1. Reaksi positif dari stres dapat merupakan energi penggerak dan
memotivasi orang untuk berusaha. Jadi stres dapat mendorong anda
untuk berusaha lebih baik lagi.
2. Reaksi negatif akan merugika, bahkan dapat menimbulkan
gangguan dalam kehidupan sehari-hari
Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Faktor penyebab stres (stresor)
10

Ada beberapa macam stresor, yaitu:


 Stresor fisik/jasmani, antara lain: suhu dingin/panas,
suara bising, rasa nyeri/sakit, kelelahan fisik,
lingkungan yang tak memadai, pencemaran (polusi)
udara, pencemaran zat kimia, dll.
 Stresor kejiwaan, antara lain: adanya konflik, tekanan,
krisis, kegagalan
 Stresor sosial budaya, antara lain: kesulitan hubungan
sosial, masalah pekerjaan, pengangguran, pensiun,
PHK, perpisahan, perceraian, konflik rumah tangga
Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Dampak Stres
11

Stres berpengaruh terhadap keadaan jasmani dan kejiwaan. Reaksi


seseorang terhadap stres berbeda-beda.
 Reaksi yang bersifat jasmani: jantung berdebar-debar, otot-otot
tegang, sakit kepala, migren, sakit perut (kembung, perih, mencret),
letih, kelelahan, gangguan makan (tak nafsu makan atau makan
berlebihan) dan keluhan fisik lainnya
 Reaksi yang bersifat kejiwaan: cemas, kuatir berlebihan, takut,
mudah tersinggung, sulit memusatkan pikiran atau perhatian,
bersifat ragu-ragu atau merasa rendah diri, merasa kecewa,
pemarah dan agresif (menyerang)
 Pada tahap yang lebih berat dan berlangsung lama, stres dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi, asma, serangan jantung, stroke
dan gangguan jiwa berat
Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Mengenali gangguan jiwa
12

Apa yang disebut dengan gangguan jiwa?


 Seperti gangguan fisik, maka gangguan jiwa juga terdiri
dari berbagai macam dengan penyebab, gejala dan
pengobatan yang berbeda pula
 Gangguan jiwa adalah gangguan pikiran, gangguan
perasaan atau gangguan tingkah laku sehingga
menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi
sehari-hari (fungsi pekerjaan dan fungsi sosial) dari
orang tersebut

Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Gangguan pikiran
13

1. Pikiran yang berulang-ulang


2. Pikiran tentang sakit dan penyakit yang berlebihan

3. Pikiran tentang ketakutan yang tidak masuk akal


(irrational)
4. Keyakinan yang tidak sesuai dengan realitas/kenyataan
(curiga, merasa dikejar-kejar, merasa mau dibunuh, dan
sebagainya)
5. Gangguan persepsi, misalnya mendengar suara bisikan
atau melihat bayang-bayang yang tidak ada obyeknya
(tidak ada stimulan)
Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Gangguan perasaan
14

1. Perasaan cemas berlebihan dan tidak masuk akal


2. Sedih yang berlarut-larut

3. Gembira yang berlebihan

4. Marah yang tidak beralasan

Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Gangguan tingkah laku
15

1. Gaduh gelisah, mengamuk


2. Perilaku yang terus diulang

3. Perilaku yang kacau (tanpa busana, menarik diri dll.)

4. Gangguan perkembangan pada anak (kesulitan belajar,


gangguan berbahasa, tidak bisa diam, tidak dapat
bergaul dan lain-lain)

Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Penderitaan atau keluhan
16

1. Gangguan tidur: sulit tidur atau terlalu banyak tidur


2. Gangguan makan: tak nafsu makan atau makan
berlebihan
3. Sulit berkonsentrasi

4. Pusing, tegang, sakit kepala, berdebar-debar, keringat


dingin
5. Sakit ulu hati, diare, mual, muntah, dan lain-lain

6. Berkurangnya gairah kerja dan gairah seksual

Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Gangguan fungsi pekerjaan dan fungsi sosial
17

Tidak mampu bekerja seperti biasanya dan tidak


mampu bergaul sebagaimana lazimnya
 Sering melakukan kesalahan pada pekerjaan
 Sering bolos sekolah, prestasi sangat turun
 Pekerjaan tidak selesai-selesai, merasa hasil kerja harus
sempurna
 Sering ditegur atasan, sering bentrok dengan rekan sekerja
 Tidak ingin bertemu dengan orang lain, menarik diri dari
pergaulan

Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Definisi & Klasifikasi

SER/012/Aug08-Aug09/WW
SER/012/Aug08-Aug09/WW
Psikiatri/ Ilmu Kedokteran Jiwa:
19

Merupakan salah satu cabang spesialistik ilmu


kedokteran yang mempelajari penyakit yang
berhubungan dengan proses pikir, emosi, perilaku
dan interaksi dengan orang lain1-2

Source: (1) Tomb, DA. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004; (2) Maslim R (editor). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa:
rujukan singkat dari PPDGJ-III, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Klasifikasi Psikiatri1,2
20
Panduan yang digunakan oleh Psikiater dalam
mendiagnosa adalah:
1. Diagnostic & Statistical Manual of Mental Disorders, edisi IV
(DSM-IV)*
2. DSM-V (masih dalam review & penyusunan) akan diterbitkan
pada 2012
3. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia, edisi III (PPDGJ-III)**

*) DSM IV merupakan sistem klasifikasi multiaksial untuk menangkap informasi penting


pasien. Diagnosis dibuat berdasarkan kenyataan dari riwayat pasien yang khas dan
tampilan klinis yang cocok dan memenuhi sejumlah kriteria diagnostik yang ditentukan.
**) PPDGJ-III diterbitkan oleh Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan RI

Source: (1) Tomb, DA. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004; (2) Maslim R (editor). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa:
rujukan singkat dari PPDGJ-III, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Klasifikasi Multiaksial1
21

 Aksis I: Diagnosis klinis, misalnya adanya waham, halusinasi, dll.


 Aksis II: Ciri/Gangguan kepribadian atau retardasi mental (bisa
tidak ada satupun).
 Aksis III: Penyakit fisik yang berhubungan dengan gangguan
mental.
 Aksis IV: Stressor psikososial dan lingkungan, biasanya selama
setahun sebelumnya, tidak selalu, misalnya: tidak punya
pekerjaan, perceraian, problem keuangan, korban penelantaran
anak, dll.
 Aksis V: Fungsi penyesuaian; skala pengkajian fungsi global yang
merupakan pengukuran fungsi umum dan digunakan dalam
merencanakan penatalaksanaan serta meramalkan hasil.

Source: (1) Tomb, DA. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Definisi Psikosis
 Psikosis adalah terminologi umum untuk setiap penyakit
22
Gg. jiwa atas dasar kelainan organik atau gangguan emosi
yang ditandai dengan pengerusakan kepribadian dan
kehilangan kontak dengan realitas1
 Psikosis adalah istilah psikiatrik yang menggambarkan
kondisi mental terganggunya persepsi tentang kenyataan
(realitas).
 Seseorang yang menderita psikosis dapat mengalami
halusinasi, mempunyai keyakinan paranoid atau waham
lainnya, menunjukkan perubahan kepribadian dan
pikirannya kacau.
 Hal ini ditambah dengan tidak adanya kesadaran (tilikan
atau insight) bahwa perilakunya tidak lazim atau aneh,
kesulitan dalam interaksi sosial dan hambatan dalam
Source: (1) Kamus Kedokteran. Penerbit Djmabatan. 2002; (2) (1) Tomb, DA. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004

melakukan aktivitas sehari-hari.


SER/012/Aug08-Aug09/WW
Penyebab gangguan jiwa
23

1. Penyebab yang pasti masih belum diketahui, namun


ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi
timbulnya gangguan jiwa, yaitu faktor keturunan
(genetik), faktor lingkungan dan situasi kehidupan
sosial, dan faktor fisik
2. Gangguan jiwa merupakan hasil interaksi dari
berbagai faktor di atas. Misalnya orang yang
dilahirkan dengan kecenderungan gangguan jiwa,
tidak selalu mengalami gangguan jiwa apabila ia hidup
dalam lingkungan, kondisi sosial, keadaan atau
lingkungan kejiwaan (psikologis) yang baik
Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Faktor lingkungan dan situasi kehidupan sosial
24

1. Pengalaman dengan anggota keluarga, tetangga, sekolah,


tempat kerja dan lainnya dapat menciptakan situasi yang
menegangkan atau menyenangkan. Melalui pergaulan
seseorang akan belajar bagaimana cara berbagi dan
mengerti perasaan serta sikap orang lain

2. Kritik yang negatif dari orang sekitar dapat menurunkan


harga diri. Harga diri yang positif merupakan kunci untuk
mencapai derajat kesehatan jiwa, sebaiknya orang yang
mempunyai harga diri yang negatif akan menganggap
orang lain memandang diri secara negatif pula
Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Faktor fisik
25

1. Adanya gangguan fisik yang langsung mengenai otak:


1. Trauma (cedera) otak
2. Penyakit infeksi pada otak
3. Gangguan peredaran darah otak, stroke
4. Tumor otak
5. Gizi buruk
6. Pengaruh zat psikoaktif seperti narkotika, ganja, ekstasi, shabu,
alkohol dan lainnya
2. Gangguan fisik yang tidak langsung yaitu penyakit yang dapat
menyebabkan gangguan metabolisme otak misalnya sakit tifus,
malaria, penyakit hati, keracunan, dan lain-lain.
3. Semua gangguan tersebut dapat menyebabkan perubahan cara
berpikir, berperasaan, dan bertingkah laku.
Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Faktor keturunan (genetik)
26

1. Beberapa jenis gangguan jiwa cenderung berhubungan dengan


faktor keturunan, namun diperkirakan tidak sebanyak faktor
lingkungan dan fisik
2. Semakin dekat hubungan kekerabatan semakin tinggi risiko.
3. Tabel berikut risiko kaitannya dgn genetika:

Source: http://ethesis.helsinki.fi/julkaisut/laa/kansa/vk/suvisaari/incidenc.pdf

SER/012/Aug08-Aug09/WW
27

Source: Neuroprotection schizophrenia: where we stand and where we are going, Prof. Hannelore Ehrenreich, MD, DVM, http://www.neuroprotection-schizophrenia.de/
SER/012/Aug08-Aug09/WW
Penggolongan Gangguan Kesehatan Jiwa

SER/012/Aug08-Aug09/WW
SER/012/Aug08-Aug09/WW
Pembagian gangguan kesehatan jiwa secara
umum
29

1. Gangguan jiwa dikarenakan faktor


organik
2. Gangguan perasaan (mood) dan
kecemasan (anxiety)
3. Gangguan kepribadian, dan

4. Gangguan Psikotik

Source: Jayashree Pakhare: http://www.buzzle.com/articles/types-mental-illness-list-disorders.html

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Gangguan jiwa dikarenakan faktor organik
30

Gangguan jiwa organik dikelompokkan menjadi:


1. Penyakit degeneratif:
 Penyakit Huntington
 Multiple Sclerosis
 Senile dementia-Alzheimer’s type
 Parkinson’s Disease-Nerve disorder: tremor & paralysis
2. Gangguan kardiovaskular: stroke, TIA, hypertension
3. Trauma: kerusakan jaringan otak, perdarahan, &
concussions
4. Efek yang ditimbulkan oleh obat dan alkohol; efek
putus zat

Source: Jayashree Pakhare: http://www.buzzle.com/articles/types-mental-illness-list-disorders.html

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Gangguan perasaan (mood) dan kecemasan
(anxiety)
31

Beberapa gangguan yang utama dikategorikan dalam:


1. Depresi (Major Depressive Disorder)
2. Rasa ketakutan yang berlebihan dan tidak rasional
terhadap suatu obyek atau situasi (Phobia)
3. OCD (Obsessive-Compulsive Disorders)

4. Gangguan Bipolar

5. PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)

6. Gangguan Panic

Source: Jayashree Pakhare: http://www.buzzle.com/articles/types-mental-illness-list-disorders.html

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Gangguan kepribadian
32

Terdapat 3 kelompok gangguan kepribadian, yaitu:


1. Perilaku aneh yang tidak biasa (Odd Unusual Behavior),
termasuk: kepribadian paranoid dan kepribadian skizoid
2. Perilaku dramatis, emosional dan erratic, termasuk:
kepribadian antisosial, kepribadian ambang, kepribadian
Histrionic (manipulator) dan kepribadian narsistik
3. Anxious Fearful, termasuk:
a) Avoidant personality disorder
b) Dependent personality disorder
c) Obsessive-compulsive personality-anxiety disorder

Source: Jayashree Pakhare: http://www.buzzle.com/articles/types-mental-illness-list-disorders.html

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Gangguan psikotik
33

1. Kelompok ini termasuk dalam gangguan mental/jiwa


yang berat, dimana mempengaruhi proses berpikir dan
fungsi otak.
2. Penderita biasanya memiliki kesulitan dalam berpikir
secara rasional dan pertimbangan mereka seringkali
kacau.
3. Gangguan ini tidak hanya mempengaruhi proses
berpikirnya saja, tetapi juga berdampak pada kondisi
fisik, mental, emosional dan sosial dari penderita.
4. Gejala umum dari gangguan psikotik ini adalah waham
dan halusinasi
Source: Jayashree Pakhare: http://www.buzzle.com/articles/types-mental-illness-list-disorders.html

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Gangguan psikotik (lanjutan)
34

Kelompok besar gangguan psikotik adalah:


1. Skizofrenia
2. Skizofreniform

3. Gangguan Skizoafektif

4. Gangguan waham

5. Gangguan psikotik yang muncul akibat penyalahgunaan


zat

Source: Jayashree Pakhare: http://www.buzzle.com/articles/types-mental-illness-list-disorders.html

SER/012/Aug08-Aug09/WW
Gangguan psikotik (lanjutan)
P 35

Penderita gangguan psikotik menunjukkan perubahan yang nyata dan


berlangsung lama dengan ciri sebagai berikut:
1. Menarik diri dari lingkungan dan hidup dalam dunianya sendiri
2. Merasa tidak mempunyai masalah dengan dirinya
3. Kesulitan untuk berpikir dan memusatkan perhatian
4. Gelisah dan bertingkah laku atau bicara yang kacau
5. Mengalami sulit tidur
6. Mudah tersinggung dan mudah marah
7. Mendengar, melihat atau merasa sesuatu yang tidak nyata
8. Berkeyakinan yang keliru (tidak terbantahkan) seakan-akan ada seseorang
yang membuntuti atau ingin membunuhnya
9. Keluhan fisik yang aneh, misalnya ada hewan atau benda yang tidak lazim
di dalam tubuhnya
10. Tidak merawat diri dan kadang berpenampilan kotor

Source: Buku Pedoman Kesehatan Jiwa (pegangan bagi kader kesehatan), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masyarakat, 2003

SER/012/Aug08-Aug09/WW

Anda mungkin juga menyukai