Oleh
NIM.202214901029
(RIZKI SARI UTAMI MUCHTAR,Ners .M.Kep) (Ns. MEITA WITRI ARTATY, S.Kep)
NIDN. 1007088703 NIP. 19840506 200803 2 002
A. PENGERTIAN
Demam dangue atau DF dan demam berdarah atau dengue atau DBD
( dengue hemorraghic fever atau di singkat DHF) adalah penyakit infeksi yang di
sebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,nyeri otot dan/ nyeri
sendi,yang di sertai dengan leukopenia,ruam,limfadenopati,trombositopenia,dan
ditesis hemoragic.pada DHF terjadi perembesan plasma yang di tandai dengan
hemokosentrasi (peningkatan hemotokrit) atau penumpukan cairan di rongga
tubuh.sindrom renjatan dengue yang di tandai oleh renjatan atau syok (nurarif dan
kusuma 2015).
angka kematian yang cukup tinggi, khususnya pada mereka yang berusia
dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).
B. ETIOLOGI
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridaeTerdapat
4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4Keempatnya
1. Nyeri Kepala
2. Nyeri retro-orbital
3. Myalgia atau arthralgia
4. Ruam kulit
5. Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
6. Leukopenia
D. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan
perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa
virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang
sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik
bintik merah pada kulit hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua
(Murwani 2018)
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan
dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga
E. KLASIFIKASI
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015) :
1. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya
himokonsentrasi
2. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada
kulit atau perdarahan di tempat lain.
3. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi
cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau
F.KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue
yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok
dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun.
Syok ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan nadi
menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol, tekanan darah menurun dibawah 80
mmHg atau sampai nol, terjadi penurunan kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan
kulit ujung jari,hidung, telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan
G. PENATALAKSANAAN
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang
DHF yaitu :
tanpa syok sedangkan pada derajat III dan derajat IV maka anak
plasma
1. Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga
2. Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemokonsentrasi
3. Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia,
primer, sekunder, dan tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal
yang dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder atau tersier. Yang mana
tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya
lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara
reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi
(PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas
yang jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena injeksi.
e. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination
Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari
metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam
serum penderita.
f. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian
I. PATHWAYS
J. KONSEP KEPERAWATAN
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan C
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
c. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan atau tindakan mandiri yaitu yang harus dilakukan oleh
perawat dan tindakan kolaboratif yaitu yang dilakukan oleh pemberi perawatan
lainnya. Intervensi dilakukan untuk membantu pasien mencapai hasil yang
diharapkan.
A. Rencana keperawatan
Kolaborasi
Edukasi
□ Anjurkan posisi duduk jika
mampu
□ Ajarkan diet yang
diprogramkan
kolaborasi
Edukasi
a. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
kolaborasi
E. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Dengue.= 15(5).
Fever.
LAPORAN KASUS
NIM.202214901029
(RIZKI SARI UTAMI MUCHTAR,Ners .M.Kep) (Ns. MEITA WITRI ARTATY, S.Kep)
NIDN. 1007088703 NIP. 19840506 200803 2 002
FORMAT PENGKAJIAN
I. PENGKAJIAN
Pekerjaan :IRT
Agama :Islam
2. PolaNutrisidanMetabolik
a. Sebelum Sakit :Sebelum sakit klien makan 3 kali sehari,
dengan sayur dan lauk.
b. SejakSakit :Saat sakit atau dirawat di rumah sakit klien
hanya menghabiskan 2-3 sendok makan.
3. Pola Eliminasi
a. Sebelum sakit :
Sekali per dua atau tiga hari.
b. Sejak Sakit :
Saat sakit di rumah sakit klien sekali per dua atau tiga hari,
dengan konsistensi padat, warna hitam.
4. Pola Aktifitas dan Latihan
a. Sebelum sakit :
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan / Minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di
TempatTidur
Berpindah
Ambulasi / ROM
b. Sejak Sakit :
KemampuanPerawatanDiri 0 1 2 3 4
Makan / Minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di TempatTidur
Berpindah
Ambulasi / ROM
a. Sebelum sakit :
Klien tidur selama 7-8 jam setiap hari.
b. Sejak Sakit :
b. SejakSakit :
Pupil isokor, Klien mengatakan bahwa tidak ada perubahan pada
penglihatan,penciuman dan klien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
b. Sejak Sakit :
Klien mengatakan pasrah dengan penyakit yang
dideritanya.Setiap ada permasalan klien selalu membicarakan
dengan keluarga dan selalu mengikut sertakan keluarga dalam
menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi.
b. Sejak Sakit :
Terjadi perubahan peran yang seharusnya klien bekerja tetapi
selama sakit klien tidak bisa menjalankan perannya.
9. Pola Reproduksi
a. Sebelum sakit :
Klien sudah menikah.
b. SejakSakit :
Terjadi masalah pola seksualitas karena selama klien sakit klien
tidak pernah menggunakan alat reproduksinya untuk
berhubungan dengan istrinya.
C. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
Composmenthis, GCS E4 V5 M6, keadaan umum sedang
b. Tanda-tandaVital :
Suhu : 37,5 C
Nadi : 85 X/menit
Pernafasan : 24 X/menit
TB = 156 cm
BB= 56kg
d. Pemeriksaandada/thorax :
Inspeks i: Simetris kanan dan kiri
Jantung: Regular
e. Pemeriksaan payudara :
Inspeksi :Simetris kiri dan kanan pergerakan dinding dada
Palpasi: Hepar tidak teraba, terdapat nyeri tekan dan lepas pada
kuadran kanan atas
Perkusi :normal
g. Genetalia :
Klien tidak terpasang kateter.
h. Ekstremitas :
Bagian Atas :Tangan sebelah kanan terpasang infus RL 20
tts,tidak ada edema, keadaan selang infus bersih.
Bagian Bawah:Simetris kiri dan kanan
4. PemeriksaanPenunjang
L:34,7
M:32,4
E:0,1
B:16,2
5. Terapi
NamaObat Dosis
IVFD RL 28 tpm
Omeprazol 3x 1 tablet
PCT Tab 2x 500 mg
DO :
- Kesadaran compos
mentis (GCS:E4M6V5)
TD :110/80 mmHg
N : 85 x/menit
RR : 18 x/menit
T :38,2oC
Akral teraba hangat
hiperaktif
c. Otot
pengunyah
lemah
d. Otot
menelan
lemah
e. Membran
mukosa
pucat
DS : Hipovolemia peningkatan
• Klien mengatakan
permeabilitas kapiler
minum kurang hanya
mengabiskan kurang lebih
600 ml
DO :
- Kesadaran compos
mentis
- Hematocrit : 37.4 %
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit elastis