Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY.S. DENGAN DIAGNOSA MEDIS


ANEMIA
DI RUANG ALAMANDA RSUD KABUPATEN BINTAN
PADA TANGGAL 5-10 DESEMBER 2022

Oleh

YANI LISANDARI, S.Kep


2022149001021

PRESEPTOR AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK

(RIZKI SARI UTAMI MUCHTAR, Ners., M.Kep ) (Ns. MEITA WITRI ARTATY, S.Kep)
NIDN. 011078402 NIP. 19840506 200803 2 002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AWAL BROS
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENNGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb)
atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah
merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2015)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar
hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria
tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu
dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.  Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.  Anemia adalah gejala dari
kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat
atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe
anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, 2015)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2015)

B. PENYEBAB DAN FAKTOR PREDISPOSISI


1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensinutrient (nutrisionalanemia), meliputi  defisiensibesi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2015), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena
anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat
besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah
dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah
pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat
menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah
merah.
Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah

C. MANIFESTASI KLINIK

Karena system organ dapat terkena,maka pada anemia dapat menimbulkan


manifestasi klinis yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya
anemia,usia,mekanisme kompensasi,tingkat aktivitasnya,keadaan penyakit yang
mendasarinya dan beratnya anemia. Secara umumgejala anemia adalah:
a. Hb menurun(<10g/dL),thrombosis/trombositopenia,pansitopenia
b. PenurunanBB, kelemahan
c. Takikardi,TDmenurun,penurunan kapiler lambat,ekstremitas
dingin,palpitasi,kulitpucat.
d. Mudah lelah,sering istirahat,nafas pendek,proses menghisap yang buruk(bayi).
e. Sakit kepala,pusing,kunang–kunang,peka rangsang.

D. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel
darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah yang menyababkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah
merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi
normal, ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1.5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel
darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin
bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan menganai apakah suatu anemia pada pasien
disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar hitung retikulosit dalam sirkulasi
darah, derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy, dan ada tidaknya hiperbilirubinemia.
Anemiadefisiensizatbesiadalahanemia yang paling sering menyerang anak – anak. Bayi
cukupbulan yang lahir dan ibunonanemik dan bergizibaik, memiliki cukup persediaan zat
besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat umumnya saat berusia 4 – 6
bulan. Sesudah itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan
anak. Jika asupan zat besi beri makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi zat
besi. Hal ini paling sering terjadi pengenalan makanan padat yang terlalu dini
(sebelumusia 4 – 6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang mengandung zat besi
atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi berlebihan tanpa tambahan makanan
padat kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi dengan perdarahan perinatal
berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat besi juga tidak memiliki
cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi menderita anemia
defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan. Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi
karena kehilangan banyak darah yang kronik. Pada bayi hal ini terjadi karena perdarahan
usus kronik yang disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada
anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1 – 7 ml dari saluran cerna setiap hari
dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada remaja puteri anemia defisiensi zat
besi juga dapat terjadi karena menstruasi.
Anemia aplastik diakibatkan oleh karena rusaknya sumsum tulang. Gangguan berupa
berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya pembentukan sel
hemotopoetik dalam sumsum tulang. Aplasia dapat terjadi hanya pada satu, dua atau
ketiga system hemotopoetik (eritropoetik, granulopoetik, dan trombopoetik). Aplasia
yang hanya mengenai system eritropoetik disebut eritroblastopenia (anemia hipoplastik)
yang mengenai system trombopoetik disebut agranulositosis (penyakit Schultz), dan yang
mengenai system trombopoetik disebut amegakariositiktrombositopenik purpura (ATP).
Bila mengenai ketiga system disebut panmieloptisisataulazimnya disebut anemia aplastik.

Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik. Asam folat


merupakan bahan esencial untuk sintesis DNA dan RNA, yang paling penting sekali
untuk metabolisme inti sel dan pematangan sel.

E. PATHWAY KEPERAWATAN
F. PENATALAKSANAAN

1. Anemia KarenaPerdarahan
Pengobatan terbaikadalah transfuse darah.Pada perdarahan kronik diberikan
transfusepackedcell.Mengatasi rejatan dan penyebab perdarahan. Dalam keadaan
darurat pemberian cairan intravena dengan cairan infuse apa sajayang tersedia
(Keperawatan MedikalBedah2).
2. AnemiaDefesiensi
Anemia defisiensi besi (DB). Respon regular DB terhadap sejumlah besi cukup
mempunyai arti diagnostic,pemberian oral garam ferrosederhana (sulfat, glukanat,
fumarat). Merupakan terapi yang murah dan memuaskan. Preparat besi parenteral
(dektram besi) adalah bentuk yang efektif dan aman digunakan bila
diperhitungkan dosis tepat,sementara itu keluarga harus diberi edukasi tentang diet
penerita, dan konsumsi susu harus dibatasi lebih baik500ml/24jam.Jumlah
makanan ini mempunyai pengaruh ganda yakni jumlah makanan yang kaya akan
zat besi bertambah dan kehilangan darah karena intolerasni protein susu sapi
tercegah.Anemia defesiensi asamfolat,meliputi pengobatan terhadap penyebabnya
dan dapa dilakukan pula dengan pemberian/suplementasi asam folat oral 1
mg/hari.

3. AnemiaHemolitik
Anemia hemolitikautoimun.Terapi inisial dengan menggunakan prednisone1-
2mg/kg/BB/hari.Jika anemia mengancam hidup,transfuse harus diberikan dengan
hati – hati. Apabila prednisone tidak efektif dalam menanggulangi kelainan itu,
atau penyakit mengalami kekambuhan dalam periodetappering off dari prednisone
maka dianjurkan untuk dilakukan splektomi.Apabila keduanya tidak menolong,
maka dilakukan terapi dengan menggunakan berbagai jenis obat
imunosupresif.Immunoglobulin dosis tinggi intravena(500mg/kg/BB/hari selama 1
– 4 hari ) mungkin mempunyai efektifitastinggi daam mengontrol hemolisis.
Namun efek pengobatan ini hanyasebentar (1 – 3 minggu) dan sangat mahal
harganya. Dengan demikian pengobatan ini hanya digunakan dalam situasi gawat
darurat dan bilapengobatan ini hanya digunakan prednisone merupakan kontra
indikasi(Manjoer Arif, kapita Selekta Kedokteran). Anemia hemolitik karena
kekurangan enzim.Pencegahan hemolisis adalah cara terapi yang paling
penting.Transfuse tukar mungkin terindikasi untuk hiperbillirubenemia pada
neonates.Transfuse eritrosit terpapar diperlukan untuk anemia berat atau kritis
aplastik. Jika anemia terusmenerus berat atau jika diperlukan transfuse yang
sering, splektomiharus dikerjakan setelah umur 5 – 6 tahun. Sferositosis herediter.
Anemia dan hiperbilirubenemia yang cukup berat memerlukan fototerapi atau
transfuse tukar, karena sferositpada SH dihancurkan hampirseluruhnya oleh
limfa,maka splektomi melenyapkan hampir seluruh hemolisis pada kelainan
ini.Setelah splenektomisferosis mungkin lebih banyak,meningkatkan fragilitas
osmotic, tetapi anemia retikalositosis dan hiperbilirubinemia membaik

Thalasemia.Hingga sekarang tidak ada obat yang dapa


tmenyembuhkannya.Transfuse darah diberikan bila kadar Hb telah rendah (kurang
dari 6%) atau bila anak mengeluh tidak mau makan atau lemah.Untuk
mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan ion chelating agent,yaitu Desferal
secara intramuscularatauintravena.Splenektomi dilakukan pada anak lebih dari 2
tahun sebelum didapatkan tanda hiperplenome atau hemosiderosis. Bila kedua
tanda itu telah tampak,maka splenektomi tidak banyak gunanya lagi. Sesudah
splenektomi biasanya frekuensi transfuse darah menjadi jarang.Diberikanpula
bermacam – macam vitamin, tetapi preparat yang mengandung besi merupakan
indikasikontra(KeperawatanMedikalBedah
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. PemeriksaanDiagnostic:
a. Jumlah darah lengkap Hb dan Ht menurun.
1) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (Aplastik),
MCVdan MCH menurun danmikrositik dengan eritrosit
hipokromik(DB),peningkatan(AP),pansitopenia (aplastik).
2) Jumlah retikulosit bervariasi:menurun(AP),meningkat(hemolisis).
3) Penurunan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengidentifikasikan tipe khusus anemia).
4) LED:peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi.
5) Massa hidup SDM:untuk membedakan diagnose anemia.
6) Tes kerapuhan eritrosit:menurun(DB).
7) SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin
meningkat(hemolitik) atau menurun(aplastik).
b. Jumlahtrombosit:menurun(aplastik),meningkat(DB),normal/
tinggi(hemolitik).
c. Hbelektroforesis:mengidentifikasitipestrukturHb.
d. Bilirubin serum(tidakterkonjugasi):meningkat(AP,hemolitik)
e. Folat serum danvit.B12:membantu mendiagnosa anemia.
f. Besiserum: tidak ada(DB),tinggi(hemolitik).
g. TIBC serum:menurun(DB).
h. Masa perdarahan:memejang(aplastik).
i. LDH serum:mungkinmeningkat(AP).
j. TesSchilling: penurunaneksresivitB12 urin(AP)
k. Guaiac :mungkinpositif untuk darah pada urin,feses, danisi
gaster,menunjukanperdarahanakut/kronis (DB)

l. Analisa gaster:penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak


adanya asam hidroklorotikbebas (AP).
m. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaanbiopsy:sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah,ukuran,bentuk,membedakan tipe anemia
n. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik:memeriksa sisi perdarahan
H. PENGKAJIAN FOKUS

a. Identitas
Nama, Usia, Jenis kelamin, Tempat/Tanggal lahir, Alamat
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
2. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
e. Aktivitas/istirahat
Gejala :kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunantoleransiterhadapaktivitas.
f. Sirkulasi
Gejala :riwayatadanya
Tanda : takikardia, penampilankemerahan, ataupucat
g. Makanan/cairan
Gejala :kehilangannafsumakan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulitkeringdenganturgorburuk,
penampilankakeksia
(malnutrisi)
h. Neurosensori
Gejala :sakitkepaladaerah frontal (influenza)
Tanda : perusakan mental (bingung)
i. Nyeri/kenyamanan
Gejala :sakitkepala, nyeri dada (meningkatolehbatuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungiarea yang sakit (tidur pada sisi yang
sakituntukmembatasigerakan)
j. Pernafasan
Gejala :adanyariwayat ISK kronis, takipnea (sesaknafas), dispnea.
Tanda :
sputum:merah muda, berkarat
perpusi: pekak datar area yang konsolidasi
premikus: taksil dan vocal bertahapmeningkatdengankonsolidasi
Bunyi nafas menurun
Warna: pucat/sianosisbibir dan kuku
k. Keamanan
Gejala :riwayatgangguansistemimun misal: AIDS, penggunaansteroid,
demam.
Tanda : berkeringat, menggigilberulang, gemetar
l. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alcohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan
rumah
m. PemeriksaanFisik
1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik
napas.Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah
40 kali / menit atau lebih.Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding
dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan
dinding dada kedalam akan tampak jelas.
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin
mengalami peningkatan atau tachycardia.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke
hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor.
Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi
halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan
bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi


hemoglobin
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

J. Rencana keperawatan
No. Diagnosis (SDKI) Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)
Hasil (SLKI)
1 Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakuka tindakan 1. Perwatan Sirkuliasi
berhubungn dengan keperawatan 2x24 jam Observasi
penurunan konsentrasi perfusi perifer meningkat
hemoglobin ditandai dengan kriteria hasil : a. Periksa sirkulasi perifer
dengan - Denyut nadi perifer b. Identifikasi faktor risiko gangguan
meningkat
a. Nadi perifer menurun - Warna kulit pucat sirkulasi
b. Akral teraba dingin menurun c. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
c. Warna kulit pucat - Akral membaik
bengkak
d. Turgor kulit menurun - Turgor kulit membaik
Terapeutik
a. Hindari pemasangan infus atau
penngambilan darah
b. Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstremitas dengan keerbatasan
perfusi
c. Lakukan pencegahan infeksi
d. Lakukan hidrasi
Edukasi
a. Anjurkan beroalah raga rutin
b. Anjurkan menghindari penggunaan
obat penyekat beta
c. Anjurkan menggunakan obat
antikoagulan jika perlu
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakuka tindakan MANAJEMEN JALAN NAFAS
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam Observasi
hambatan upaya nafas
ditandai dengan pola nafas membaik - Monitor pola nafas
dengan Kriteria hasil: - Monitor bunyi nafas tambahan
a. Penggunaan otot bantu
pernafasan - Dispnea membaik - Monitor sputum
b. Dispnea - Penggunaan otot Terapeutik
c. Pola nafas abnormal
bantu nafas menurun - Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Frkuensi nafas - Posisikan semifowler
membaik - Berikan minum hangat
- Kedalaman nafas - Lakukan fisoterapi dada
membaik Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml
- Ajarkan Teknik batukefektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator
3 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
tindakan keperawatan Observasi
berhubungan dengan
selama 3x24 jam a. Monitor asupan nutrisi pasien
ketidakmampuan menelan diharapkan status nutrisi
b. Timbang berat badan pasien
oasien kembali terpenuhi
makanan ditandai dengan
dengan dengan rutin
a. Berat badan
Terapeutik
menurun KH
a. Dampingi ke kamar mandi
1. Porsi makanan yang
b. Bising usus untuk pengamatan perilak
dihabiskan 1
hiperaktif pasien jika ingin memuntahkan
(menurun) menjadi 4
c. Membran mukosa makanan
(cukup meningkat)
pucat
b. Rencanakan program
2. Verbalisasi
d. Sariawan
pengobatan untuk perawatan di
keinginan untuk
rumah
meningkatkan nutrisi
1 ( menurun) Kolaborasi
menjadi 4 (cukup a. Kolaborasikan dengan ahli gizi

meningkat) tentang target berat badan

3. Berat badan 1
Promosi Berat Badan
(memburuk) Observasi
a. Identifikasi kemungkinan
menjadi 3 (sedang)
penyebab BB kurang
4. Indeks massa
b. Monitor adanya mual muntah
tubuh/IMT 1
c. Monitor jumlah kalori yang
(memburuk) menjadi
dikonsumsi sehari-hari
3 (sedang)
d. Monitor BB
5. Nafsu makan 1 1
Terapeutik
(memburuk) menjadi
a. Berikan perawatan mulut
3 (sedang)
sebelum pemberian makan,

Bising usus 2 (cukut jika perlu

memburuk) menjadi 4 b. Sediakan makanan yang

(cukup membaik) tepat sesuai kondisi pasien


c. Hidangkan makanan secara
menarik
d. Beri suplemen, jika perlu

Edukasi
a. Jelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi
b. Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan

Kolaborasi
Rujuk ke ahli gizi dan sertakan
keluarga, jika perlu.

D. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah Pelaksanaan tindakan keperawatan yang


mana sudah direncanakan atau di intervensikan sebelumnya sehingga pemberian
asuhan keperawatan dapat secara komprenhensif.Tindakan keperawatan harus
sesuai dengan perencanaan sebelumnya yang sudah diindikasikan dengan keadaan
klien dan keluarganya sehingga dapat terlaksana semua rencana tindakan
keperawatan tersebut. Perlu di perhatikan dalam tindakan keperawatan, bila klien
dalam keadaan atau kondisi yang berubah sehingga tidak dapat dilaksanakan
tindakan keperawatan,maka perawat perlu mengkaji ulang keadaan klien sehingga
dapat merubah perencanaan sebelumnya.

E. Evaluasi

Evalusi keperawatan menunjukkan pencapaian tindakan keperawatan berhasil


atau tidak dengan didapat dengan evaluasi hasil yang sebelumnya diharapkan dalam
perencanaan tindakan keperawatan. Maka evaluasi keperawatan merupakan akhir dari
proses keperawatan, yang mana seorang perawat mengevaluasi keadaan klien dari
hasil evaluasi somatic dan evalusi formatik. Untuk evalusi somatic, seorang perawat
mengevaluasi dari respon klien pada saat melakukan tindakan keperawatan.Sedangkan
evaluasi formatik yang mana seorang perawat dapat mendokumentasikan dalam
format yang telah disediakan yang berisi tentang evaluasi; subjektif, objektif,asertifdan
pleaning yang akan dating apa teratasi atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo. 2015.Keperawatan Medikal Bedahvol. 3. Jakarta :


EGC
Hall and Guyton. 2015. Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGC
Noer Sjaifullah H. M. 2018.Ilmu Penyakit Dalam jilid II. FKUI : Jakarta
Bakta, I Made. 2016. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Cowrin, J.E.2015. Buku Saku Patofisiologi
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai