Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

ANEMIA

DI SUSUN OLEH:

MATILDIS MUTIARA GIA

(22201321)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DAN NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIKA ST PAULUS RUTENG

2022/2023
BAB I

ANEMIA

1.Definisi Anemia

Anemia merujuk pada istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan kondisi


kapasitas darah dalam menjalankan fungsinya membawa oksigen ke jaringan
yang tidak adekuat, anemia dapat menyebabkan penurunan kapasitas fisik dan
mental, meskipun seringkali tidak terdeteksi (Fitriany and Saputri, 2018).
Anemia adalah kondisi berkurangnya sel darah merah atau yang biasa disebut
dengan eritrosit dalam sirkulasi darah atau hemoglobin sehingga tidak mampu
memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan (Astuti &
Ertiana, 2018).
Anemia didefinisikan suatu keadaan kadar hemoglobin di dalam darah lebih
rendah dari rentang normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin. (Adriani &
Wijatmadi, 2016).
Anemia merupakan istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan
kadar hematocrit di bawah nilai normal. Anemia bukan merupakan penyakit
tetapi merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin sebagai mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh (Wijaya &
Putri, 2013).
Anemia merujuk pada kondisi kelainan darah dimana terjadi insufisiensi
ketidak-adekuatan kapasitas darah dalam menjalankan fungsinya untuk transpor
membawa oksigen ke jaringan tubuh, hal ini disebabkan karena konsentrasi
hemoglobin darah (Hb) kurang dari normal dan/atau kelainan morfologi maupun
akibat jumlah sel darah merah (eritosit) dibawah nilai normal
2.Etiologi Anemia

Beberapa penyebab potensial anemia meliputi:


1. Berkurangnya sel darah merah karena perdarahan traumatis atau tindakan medis
pembedahan.
2. .Berkurangnya produksi sel darah merah karena defisiensi cofaktor (asam folat,vitamin
B12dan zat besi) yang merupakan komponen essensial dalam pembentukan sel darah
merah
3. Meningkatanya penghancuran sel darah merah akibat overaktif dari system
retikuloendoset:sick cell anemia:sum-sum tulang memproduksi sel darah merah dalam
jumlah yang abnormal sehingga system RES menghancurkan sel darah merah tersebut
4. kondisi dimana terjadi kerusakan pada sum-sum tulang belakang yang menproduksi
sel darah merah

Jenis anemia berdasarkan penyebabnya yaitu (Wijaya & Putri, 2013)


1. Anemia pasca pendarahan
Terjadi akibat pendarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan
dengan pendarahan

2. Anemia defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah
Hasil Penelitian di bagian Ilmu Kesehatan Anak penyebab anemia defisiensi besi
menurut umur adalah:
1.Bayi di bawah umur 1 tahun

 Persediaan besi kurang karena berat badan lahir rendah atau lahir kembar

2.Anak berumur 1-2 tahun

 Masukan besi yang kurang karena tidak mendapat makanan tambahan

 Kebutuhan meningkat akibat infeksi berulang


 Malabsorbsi

 Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi parasite


dan diverticulum meckeli

3.Anak berumur 2-5 tahun

 Masukan besi kurang karena jenis makanan

 Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang

 Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi parasite


dan diverticulum meckeli

4. Anak berumur 5 tahun- masa remaja

 Kehilangan berlebihan karena pendarahan antara lain akibat infestasi


parasit dan poliposis

5. Usia remaja-dewasa

 Pada wanita yaitu karena menstruasi berlebihan

3. Anemia hematolik
Terjadi karena penghancuran sel darah merah yang berlebihan
1. Faktor Intrasel
Faktor yang berasal dari dalam sel seperti, talasemia, hemoglobnopatia (talasemia
HbE, sickle cell anemia) sterositas, defisiensi enzim eritrosit (G-6PD,
piruvatkinase, glutation reductase).
2. Faktor Ekstrasel
Faktor yang berasal dari luar sel seperti intoksikasi,infeksi(malaria),iminologis
(inkompatibilitas golongan darah, reaksi hematolik pada transfusi darah).
4. Anemia Aplastik
Terjadi karena terhentinya pembuatan sel darah sumsum tulang atau kerusakan sum-
Sum tulang.
Hasil Penelitian di bagian Ilmu Kesehatan Anak penyebab anemia menurut umur
Adalah:
a.Bayi di bawah umur 1 tahun
Persediaan besi kurang karena berat badan rendah atau lahir kembar
b. Anak berumur 1-2 tahun

 Masukan besi yang kurang karena tidak mendapat makanan tambahan

 Kebutuhan meningkat akibat infeksi berulang

 Malabsorbsi

 Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi parasite


dan diverticulum meckeli

c. Anak berumur 2-5 tahun

 Masukan besi kurang karena jenis makanan

 Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang

 Kehilangan darah berlebihan akibat pendarahan karena infeksi parasite


dan diverticulum meckeli
d. Anak berumur 5 tahun- masa remaja

 Kehilangan berlebihan karena pendarahan antara lain akibat infestasi


parasit dan polyposis
e.Usia remaja-dewasa
 Pada Wanita yaitu karena menstruasi yang berlebihan.

3.Patofisilogi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui pendarahan destruksi, dapat
mengakibatkan defek sel merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah
yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Pecah atau rusaknya sel darah merah terjadi terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel merah atau hemolisis segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma (konsentrasi normal kurang lebih 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sklera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
hemoglobinemia. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (Protein pengikat hemoglobin yang terlepas dari sel darah merah yang telah
rusak) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).

Anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi
sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar
menghitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda
dalam sumsum tulang dan cara pematanganya, seperti yang terlihat dalam biopsy dan
ada tidaknya hyperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang anak-anak,
bayi cukup bulan yang lahir dari ibu nonanemik dan bergizi baik, memiliki cukup
persediaa zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat pada umumnya
saat berusia 46 bulan. Sesudah itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk
memenuhi kebutuhan anak. Jika asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi maka
terjadi anemia defisiensi zat besi. Hal ini paling sering terjadi karena pengenalan
makanan padat yang terlalu dini (sebelum usia 4-6 bulan) dihentikannya susu formula
bayi yang mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi
berlebihan tanpa tambahan makanan pada kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi
dengan perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan kurang
zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini berisiko lebih
tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan.

Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan darah yang kronik.
Pada Bayi terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh protein dalam
susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak sembarang umur kehilangan darah
sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap hari menyebabkan anemia defisiensi zat besi.
Pada remaja putri anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang
berlebihan.
Aplasia hanya mengenai sistem eritropoetik disebut eritroblastopenia (anemia
hipoplastik). Aplasia mengenai sistem granulopoetik disebut agranulosistosis (Penyakit
Schultz), dan aplasia mengenai system trombopoetik disebut amegakariositik
trombositopenik (ATP). Bila mengenai ketiga-tiga sistem disebut panmieloptisis atau
lazimnya disebut anemia aplastik.

Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik. Asam folat


merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA (Desoxyri bonucleic acid) dan RNA
(Ribonucleid acid), yang penting sekali untuk metabolisme inti sel dan pematangan sel.

(Wijaya & Putri, 2013)

4.Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala umum yang ditimbulkan anemia disebabkan karena penurunan
kapasitas darah dalam membawa oksigen ke jaringan tubuh (anoksia) sehingga kebutuhan
oksigen pada sistem tubuh semakin meningkat, selanjutnya terjadi kerusakan metabolisme dan
menimbulkan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin sedemikian rupa
dibawah titik tertentu, sehingga menjadi temuan manifestasi klinis pada anemia sebagai
berikut:
a) Sistem kardiovaskuler: keletihan, kelelahan, palpitasi, takikardia, sesak nafas
(adanya retraksi) terutama pada saat beraktivitas, angina pectoris dan gagal jantung
kongestif dapat terjadi terutama pada lansia;
b) Sistem syaraf: sakit kepala, telinga berdenging, mata berkunang-kunang,
kelemahan otot, iritabilitas, akral dingin pada ekstrimitas;
c) Sistem urogenital: gangguan menstruasi, gangguan seksualitas;
d) Sistem Integumen: kulit dan membran mukosa tampak pucat (terutama pada
konjungtiva), elastisitas kulit menurun, rambut tipis dan halus;

Selain adanya temuan gejala umum sindrom anemia (kadar Hb menurun dibawah 7-8 gr/dl
sampai berat 3-4 g/dl, tampak lemah, lesu, mudah lelah, keluhan pasien mata berkunang-
kunang, telinga mendenging), selanjutnya pada anemia jenis tertentu juga memunculkan
gejala khas, antara lain:
a) Anemia hemolitik: nyeri hebat akibat obstruksi vaskuler, demam, invasi bakteri
berulang, cardiomegaly, disritmia irama jantung, gagal jantung pada anemia
kronis, icterus, hepatosplenomegali;
b) Anemia aplastika: perdarahan dibawah kulit (ptekie, ekimosis) dan membran
mukosa (epistaksis), perdarahan sub- konjungtiva, perdarahan gusi,
hematemesis melena, menorrhagia, adanya temuan tanda-tanda infeksi (ulserasi
mulut atau tenggorokan, febris, sepsis), hepatomegaly, splenomegaly;
c) Anemia defisiensi besi: pembesaran kelenjar parotis, telapak tangan berwarna kuning,
disfagia, atrofi papil lidah dan mukosa gaster, stomatitis angularis, spoon nail
(kuku menjadi rpauh, bergaris-garis vertical cekung);
d) Anemia megaloblastik: glositis dengan lidah berwarna merah (buffy tongue),
eritropoesis yang inefektif, icterus akibat pemecahan globin, trombositopenia
purpura akibat maturasi megakariosit terganggu, pada anemia defisiensi vitamin B12
adanya temuan gejala neuropati perifer, kerusakan columna posterior (gangguan
posisi, vibrasi), serta kerusakan columna lateralis (deep reflex hyperactive dan
gangguan serebrasi).

5.Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan anemia:


a) Pemeriksaan laboratorium hematologis: Hb menurun (dibawah 7-8 gr/dl sampai
berat 3-4 g/dl), Indeks eritrosit (MCV meningkat 11—125 fl, MCH, dan MCHC),
apusan darah tepi;
b) Pemeriksaan laboratorium non-hematologis: faal ginjal, endokrin, hati, asam urat
dan biakan bakteri;
c) Pemeriksaan darah periodik: LED meningkat >100 mm/jam, leukopenia,
trombositopenia;
d) Pemeriksaan sumsum tulang: hypoplasia, aplasia;
e) Pemeriksaan atas indikasi khusus pada:
i) anemia hemolitik (tes Coombs, elektroforesis Hb, retikulosit);
ii) anemia megaloblastik (defisiensi asam folat, eritrosit dan vitamin B12,
leukopenia, trombositopenia, hyperplasia eritroid sel magloblast, giant
metamyelocyte, sel megakariosit besar, cadangan besi sumsum tulang
meningkat, kadar bilirubin indirect serum dan LDH meningkat);
iii) anemia defisiensi besi (serum iron menurun <50 mg/dl, Total Iron Binding
Capacity (TIBC) meningkat >350 mg/dl, saturasi transferrin <15%, dan
ferritin serum 60 Ug/dl pada kondisi inflamasi);
iv) anemia aplastic (sel darah: normokromik normositer disertai
retikulositopenia, leukopenia, trombositopenia, LED meningkat >100 mm/jam,
hypoplasia sampai aplasia sumsum tulang);
v) anemia pada leukemia (pemeriksaan sitokimia);
f) Pemeriksaan penjunjang: biopsy kelenjar  histopatologi, radiologi (thorax, bone
survey, USG, angiografi limpa, pemeriksaan sitogenetik, PCR bio-molekuler
a) Terapi kausal: pemberian obat cacing pada anemia defisiensi besi akibat kausal
cacing tambang;
b) Terapi ex-juvantivirus (empiris) dengan pengawasan intensif;
c) Terapi suportif: koreksi infeksi (hygiene, kolaboratif peberian antibiotik,
transfuse granulosit pada kondisi sepsis berat), koreksi anemia (transfuse PRC
pada Hb <7 gr/dl), koreksi perdarahan (transfuse konsentrat trombosit indikasi

perdarahan mayor atau trombosit <20.000/mm3;


d) Terapi definitive: terapi imunosupresif (anti-lymphocyte globuline, anti-
thymocyte globuline), terapi sumsum tulang (anabolic steroid).

6.Komplikasi Anemia
Potensial komplikasi pada pasien anemia: gagal jantung akibat anemia berat, angina pectoris,
kelebihan zat besi, perdarahan, infeksi, bahkan kematian akibat infeksi dan perdarahan dimana
sel-sel tubuh lainnya juga terinfeksi
BAB II
Patoflow Diagram atau WOC

Defisiensi zat besi Destruksi SDM


Pe Perdarahan Kegagalan produksi SDM
, asam folat dan Vit berlebih Oleh sum-sum tulang
b12

Penurunan SDM

HB berkurang

ANEMIA Hiperviskositas
Luka
dimulut,lida
h merah dll
Suplai O2 dan nutrisi Ketidakefektifan
Nafsu makan Ke jaringan menurun perfusi jaringan
menurun,mual
perifer

Defisit Gastrointestinal Hipoksia SSP

Nutrisi
Peurunana kerja Mekanisme Reaksi antara saraf
GI anaerob berkurang

ATP berkurang Nyeri/pusing


Peristaltik Kerja lambung Resiko cidera
usus
menurun
menurun
Kelelahan Energi utk Resiko
membentuk anti body infeksi
berkurang
Makanan sulit Asam lambung
dicerna meningkat
Intoleransi Defisit
aktivitas Perawatan
Konstipasi Anoreksia diri
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

1.PENGKAJIAN
1.Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan keluarga dengan kelainan darah dan sistem imun
karena beberapa kelainan darah merupakan herediter.
 Riwayat Obat-obatan:Riwayat pemakaian obat-obatan yang dapat
merangsang sistem hematologi dan sistem imun
2.Pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar Virginia Henderson
 Pernapasan /Oksigenesasi
Dispone pada saat beraktivitas,takikardi/takipnoe,ortpnoe
 Nutrisi dan cairan
Penurunan masukan diet,masukan diet hewani yang rendah/masukan
protein rendah karena nyeri mulut,kesulitan menelan(ulkus pada
faring)mual,muntah,dyspepsia,anoreksia,adanya penurunan berat
badan,peka terhadap es
 Eliminasi
Feses dengan darah segar,diare atau konstipasi,penurunan haluaran
urine,flatulen,distensi abdomen
 Mobilisasi/aktivitas
Keletihan,kelemahan,malaise umum,toleransi terhadap Latihan
rendah,kelemahan otot,penurunan kekuatan,tubuh tidak tegak,bahu
menurun,postur lunglai,berjalan lambat
 Tidur dan istirahat
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
 Berpakaian
 Mempertahankan suhu tubuh
Sering infeksi,demam,menggigil,berkeringat malam,limfadenopati
umum
 Kebersihan diri/personal hygiene
 Keamanan
Tidak toleran terhadap panas dan dingin,gangguan
penglihatan,penyembuhan luka buruk,sering infeksi
 Berkomunikasi
 Bekerja
 Bermain
Menarik diri,apatis,lesu,kurang tertarik pada sekitarnya,kelemhan
otot,penurunan kekuatan
 Beribadah
Keyakinan/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan misalanya
penolakan untuk transfuse darah
 Belajar
Kurang berkonsentrsi/tidak fokus
3.Pemeriksaan Fisik
 KeadaanUmum:Letargi,pucat,kelemahan,nyeri
kepala,demam,dispone,bb menurun
 Kesadaran: cenderung apatis
 Tanda-tanda vital
Peningkatan sistolik dengan diastolic stabil,nadi melebar,hipotensi
postural,disritmia:abnormalitas EKG,depresi segmen ST dan depresi
gelombang T,takikardi,bunyi jantung:murmur sistolik
 Kepala dan rambut
Kering,mudah putus dan menipis
 Mata
Konjungtiva Pucat,sklera Jaundice,penurunan penglihatan,hemorgik
retina
 Hidung: epitaksis atau adanya tanda perdarahan dari hidung
 Telinga:tinnitus,vertigo
 Mulut
Bibir pucat dan tampak luka disudut bibir,membrane mukosa
kering,lidah tampak merah daging,stomatitis dan glositis
 Leher
 Dada
 Gastroinstestinal
Anoreksia,feses keras,peristaltic usus menurun,pengeluaran feses
lama dan sulit
 Jantung :disritmia:abnormalitas EKG,depresi segmen STdan depresi
gelombang T.bunyi jantung murmur sistolik,palpitasi
 Kuku
Kuku mudah patah dan berbentuk seperti sendok dan pucat pada dasr
kuku

4.Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Darah Lengkap (DL): hemoglobin (hb), hamatokrit dan
eritrosit dibawah nilai normal
2) Ferritin dan kadar besi serum: rendah pada anemia defisiensi besi
3) Kadar B12 serum: rendah pada anemia pernisiosa
4) Tes comb direct: positif menandakan anemia hemolitik autoimun
5) Hemoglobin: elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin
abnormal pada penyakit sel sabit
6) Tes Schilling digunakan untuk penegakan diagnosis defisiensi vitamin
B12

5.Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1 DS:keletihan,kelemahan,malaise Ketidak Intoleransi
umum,toleransi terhadap adekuatan aktivitas
Latihan rendah,kebutuhan untuk transport
istirahat dan tidur lebih banyak oksigen
DO:lesu,kelemahan keseluruh
otot,penurunan kekuatan,postur jaringan tubuh
lunglai,berjalan karena
lambat,takikardi,dispnoe rendahnya
jumlah sel
darah merah
2 DS:-Pengeluaran feses lama dan Penurunan Konstipasi
sulit motilitas/kerja
-peristaltik usus menurun gastrointestinal
-mengejan saat defekasi
DO:-Distensi abdomen
-Kelemahan umum
3 DS: -kurang nafsu makan Ketidak Defisit
-mual,muntah mampuan Nutrisi
DO:-Nyeri dimulut menelan
-kesulitan menelan makanan
-Bb menurun
-Luka di bibir/sariawan
4 DS:-kesemutan Defisit atau Perfusi
-nyeri ekstremitas tidak perifer
DO;-Pengisian kapiler > 3 detik berfungsinya tidak
-Nadi Perifer menurun sel darah efektif
-Akral dingin merah
-Warna kulit pucat
-Turgoe kulit menurun
5 DS:-Demam Penurunan Resiko
-Luka di mulut pertahanan Infeksi
DO:-Teraba panas tubuh sekunder
-luka di mulut akibat sel
-lidah berwarna merah darah putih
-sepsis yang tidak
normal

6.Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak adekuatan transport
oksigen ke seluruh jaringan tubuh karena kurangnya sel darah merah
2. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas/kerja
gastrointestinal
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makan
4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan deficit atau tidak
berfungsinya sel darah merah
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan perurunan pertahanan tubuh
sekunder akibat sel darah putih yang tidak normal

7.Intervensi Keperawatan

Diagnosa Intervensi

Intoleransi aktifitas Managemen energi:


berhubungan dengan ketidak Observasi
adekuatan transport oksigen -Identifikasi funsi yang
ke seluruh jaringan tubuh mengakibatkan kelelahan
karena kurangnya sel darah -Monitor kelelahan fisik
merah yang di tandai -Monitor pola dan jam tidur
dengan: -Monitor lokasi dan ketidak
DS: nyamanan selam melakukan
keletihan,kelemahan,malaise aktifitas
umum,toleransi terhadap Terapeutik:
Latihan rendah,kebutuhan -sediakan lingkungan yang
untuk istirahat dan tidur nyaman
lebih banyak -lakukan Latihan rentang gerak
pasif
DO: lesu,kelemahan
-aktifitas distraksi yang
otot,penurunan
menyenangkan
kekuatan,postur
-Fasilitas duduk disisi tempat
lunglai,berjalan
tidur
lambat,takikardi,dispone
Edukasi:
-Anjurkan tirah baring
-anjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
Kalaborsi:
-Kalaborsi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Konstipasi berhubungan Managemen Konstipasi
Observasi:
dengan penurunan
-periksa tanda dan gejala
motilitas/kerja konstipasi
-periksa pergerakan usus
gastrointestinal yang
-Identifikasi fakator resiko
ditandai dengan: konstipasi
-monitor tanda-tanda rupture usus
DS:- Pengeluaran feses lama
Terupetik
-anjurkan diet tinggi serat
dan sulit -melakukan masase abdomen
-lakukan evaluasi feses secara
-peristaltik usus menurun manual
Edukasi:
-mengejan saat defekasi -Jelaskan etiologi masalah dan
alas an tindakan
DO: :-Distensi abdomen -anjurkan meningkatkan asupan
cairan
-latih buang air besar secara
-Kelemahan umum
teratur
-Ajarkan cara mengatasi
konstipasi
Kalaborsi:
-Konsultasi dengan tenaga medis
tentang penurunan atau
peningkatanfrekuensi suara usus
-Kalaborasi pengunaan obat
pencahar
Defisit nutrisi berhubungan Managemen nutrisi
dengan ketidamampuan
menelan makan yang di
tandai dengan:
DS:-kurang nafsu makan
-mual,muntah

DO: -Distensi abdomen

-Kelemahan umum

Perfusi perifer tidak efektif Perawatan sirkulasi


Managemen sensasi perifer
berhubungan dengan deficit
atau tidak berfungsinya sel
darah merah yang di tandai
dengan:
DS: kesemutan

-nyeri ekstremitas

DO;-Pengisian kapiler > 3dtk

-Nadi Perifer menurun

-Akral dingin

-Warna kulit pucat

-Turgoe kulit menurun

Resiko Infeksi berhubungan Pencegahan infeksi


dengan perurunan pertahanan
tubuh sekunder akibat sel darah
putih yang tidak normal yang
ditandai dengan:
DS:-Demam
-Luka di mulut
DO:-Teraba panas
-luka di mulut
-lidah berwarna merah
-sepsis
DAFTAR PUSTAKA

Fitriany, J. and Saputri, A. I. 2018. ‘Anemia Defisiensi Besi. Jurnal’,


Kesehatan Masyarakat, 4(1202005126), pp. 1–30.
Jutras, C. and François, T. 2020. ‘Anemia in Pediatric Critical Care’, pp.
23–33.
Organização Mundial de Saúde. 2022. World health statistics 2022 (Monitoring
health of the SDGs). Available at: http://apps.who.int/bookorders.
Safitri, R. 2019). ‘Implementasi Keperawatan Sebagai Wujud Dari Perencanaan
Keperawatan Guna Meningkatkan Status Kesehatan Klien’, Journal
Keperawatan, 3(42), pp. 23–26. Available at: https://osf.io/8ucph/download
Suprapto,dkk,September 2022,Keperawatan Medikal Bedah

Anda mungkin juga menyukai