Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Pneumonia

Di buat oleh :

1. Erni S. Maria NPM. 22201316


2. Maria Jenau NPM. 22201317
3. Wihelmina S. Madur NPM. 22201332
4. Emanuela R. Human NPM. 22201324
5. Corbiana S. Umen NPM. 22201328
6. Maria H. Aninditya NPM. 22201331
Pendahuluan

 Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai


mikroorganisme, termasuk bacteria, mikrobakteria, jamur, dan virus . Mereka beresiko
mengalami pneumonia sering kali menderita penyakit kronis utama, penyakit akut berat,
system imun yang tertekan karena penyakit atau medikasi, imobilitas, dan factor lain yang
mengganggu mekanisme perlindungan paru normal. Lansia juga beresiko tinggi (Suddarth,
2013)
 Pneumonia merupakan proses inflamasi pada parenkim paru yang biasanya berhubungan
dengan peningkatan cairan alveolar dan interstisial (Black & Hawks, 2014)
Tujuan
 Tujuan Umum
Mengetahui dan mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
Pneumonia .
 Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami defenisi penyakit pneumonia.
b. Mengetahui klasifikasi penyakit pneumonia.
c. Mengetahui dan memahami patofisiologi penyakit pneumonia.
d. Mengetahui dan memahami etiologi dan factor risiko penyakit pneumonia.
e. Mengetahui dan memahami manisfestasi Klinik penyakit pneumonia.
f. Mengetahui dan memahami pengkajian, pemeriksaan diagnostic penyakit
pneumonia.
g. Mampu mengetahui dan memahami proses keperawatan pada penyakit pneumonia.
Definisi

 Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai


mikroorganisme, termasuk bacteria, mikrobakteria , jamur, dan virus. (Suddarth, 2013)
 Pneumonia merupakan proses inflamasi pada parenkim paru yang biasanya berhubungan
dengan peningkatan cairan alveolar dan infestisial. (Black & Hawks, 2014)
Klasifikasi

 Pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia didapat di komunitas, pneumonia didapat


di rumah sakit (Nosokomial), pneumonia pada penjamu yang mengalami luluh imun, dan
pneumonia aspirasi. (Suddarth, 2013)
Klasifikasi Pada Anak
Sumber : (Depkes RI, 2012)

Kelompok Umur Kriteria Pneumonia Gejala Klinis

2 bulan ≥ 5 tahun Batuk bukan pneumonia Tidak ada nafas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah.
   
Pneumonia Adanya nafas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah
  kedalam.
   
Pneumonia Berat Adanya nafas cepat dan adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam.
 

>2 bulan Bukan Pneumonia Tidak ada nafas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah
  kedalam yang kuat
 
Pneumonia Berat Adanya nafas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
yang kuat
Etiologi & Faktor Resiko

 Terdapat banyak penyebab Pneumonia, termasuk bakteri, virus, microplasma, agen jamur
dan protozoa. Pneumonia dapat juga berasal dari aspirasi makanan, cairan/ muntahan/ dari
asap beracun/ bahan kimia berbahaya, asap, debu/ gas.
 Pneumonia dapat menyebabkan komplikasi pada orang dengan imobilitas/ penyakit kronis.
Pneumonia sering kali mengikuti influenza dan menjadi penyebab kematian nomor 7 di
Amerika Serikat dan merupakan penyebab kematian ke-5 pada orang tua diatas 65 tahun.
Faktor resiko utama untuk pneumonia adalah sebagai berikut :
a. Usia lanjut.
b. Riwayat merokok.
c. Infeksi saluran napas bagian atas.
d. Intubasi trachea.
e. Imobilitas jangka panjang.
f. Terapi imunosupresif.
g. Penurunan system imun.
h. Malnutrisi.
i. Dehidrasi.
J. Tunawisma.
k. Penyakit kronis (Diabetes, Penyakit Jantung, Penyakit Paru Kronis, Penyakit Ginjal,
dan Kanker).

Faktor resiko lain adalah : disfagia, paparan polusi udara, gangguan kesadaran (dari
alkoholisme, over dosis obat, anesthesia umum, dan gangguan kejang ), inhalasi zat
beracun, aspirasi makanan, cairan/ benda asing/ asam lambung, merupakan sumber
penularan yang paling sering.(Black & Hawks, 2014)
Manifestasi Klinis Pada Peny. Pneumonia
Gambaran klinis beragam, bergantung pada organisme penyebab dan penyakit pasien :
1. Mengigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5 °C – 40,5 °C).
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat( 25 – 45 pernapasan/menit ) dan dipsnea, ortopnea ketika tidak disangga.
4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/ menit per 1° peningkatan suhu tubuh.
5. Bradichardi relative untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi mikoplasma atau infeksi organisme Legionella.
6. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri pleulitik, myalgia, ruam, dan faringitis, setelah
beberapa hari, sputum mukoid atau mukopurulen dikeluarkan.
7. Pneumonia berat :pipi memerah, bibir dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral.
8. Sputum purulen, berwarna seperti karat bercampur darah, kental, atau hijau, tergantung pada agen penyebab.
9. Napsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.
10.Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama pada pasien (mis.,tanda berbeda dijumpai pada pasien dengan
kondisi seperti kanker,dan pada mereka yang mengalami terapi imunosupresan, yang menurunkan resistensi terhadap infeksi.(Black &
Hawks, 2014)
Patofisiologi
Aspirasi Makanan Cairan Bahan Kimia Asap Debu/ Gas

Strepkocus Pneumonia

Berdiam Diri Pada Nasofaring

Pneumococus menginfeksi selaleveolustipell

Berkembangbiak dalam alveolus dan menginfasi epitel alveolus

Pnemococus menyebar dari alveolus ke alveolus lainya melalui pori-pori kohn

Inflamasi dan konsdidasi lobus

Eksudasi alveolus cenderung kental

Gangguan ventilasi perfusi yang signifikan


Komplikasi
 Pada paru – paru penderita pneumonia di penuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya
merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman, tetapi karena adanya dahak yang kental
maka akibatnya fungsi paru terganggu sehingga penderita mengalami kesulitan bernafas
karena tidak adanya ruang untuk tempat oksigen. Kekurangan oksigen membuat sel – sel
tubuh tidak bias bekerja karena inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh,
penderita pneumonia juga bias meninggal (Muttaqin, 2008).
 Komplikasi dari pneumonia jarang terjadi saat ini ,kecuali pada klien lansia, klien yang
lemah, atau klien yang mengalami penurunan imun. Jika menyebar, infeksi dapat
menyebabkan inflamasi pada pleura, telinga tengah (otitis media), sinusitis atau bronchitis.
(Rosdahl & T.Kowalski, 2015)
 Sedangkan menurut Mansjoer (2000) komplikasi pneumonia yaitu :
a) Abses kulit
b) Abses jaringan lunak
c) Otitis media
d) Sinusitis
e) Meningitis purualenta
f) Perikarditis
Penatalaksanaan Medis
1. Antibiotik diresepkan berdasarkan hasil pewarnaan gram dan pedoman antibiotic (pola
resistensi factor resiko, etiologi harus dipertimbangkan).Terapi kombinasi dapat juga di gunakan .
2 .Terapi suportif mencakup hidrasi, antipiretik, medikasi antitusif, antihistamin,atau dekongestan
nasal.
3. Tirah baring direkomendasikan sampai infeksi menunjukan tanda tanda bersih.
4. Terapi oksigen diberikan untuk hipoksemia.
5. Bantuan pernapasan mencakup konsentrasi oksigen inspirasi yang tinggi, intubasi
endotrakea, dan ventilasi mekanis.
6 .Terapi atelektasis ,efusi pleura, shok, gagal napas, atau superinfeksidilakukan ,jika perlu.
7. Untuk kelompok yang beresiko tinggi mengalami CAP, disarankan untuk melakukan vaksinasi
Pneumokokus.(Suddarth, 2013).
Konsep Teori Keperawatan
 Pengkajian
a. Kaji adanya demam, mengigil, berkeringat malam; nyeri jenis pleuritik,
keletihan, takipnea, penggunaan otot aksesoris pernapasan, bradikardia atau bradikardia
relative, batuk dan sputum purulen.
b. Pantau pasien untuk melihat : perubahan suhu dan nadi; jumlah, bau dan warna
sekresi; frekuensi dan keparahan batuk; derajat takipnea atau sesak napas; perubahan dalam
temuan pengkajian fisik (terutama dikaji dengan menginspeksi dan mengauskultasi dada);
dan perubahan pada hasil fotorongent dada.
c. Kaji pasien lansia untuk melihat perilaku yang tidak biasa, perubahan status mental,
dehidrasi, keletihan yang berlebihan, dengan gagal jantung yang menyertai.(Suddarth,
2013)
 Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan sekresi yang menumpuk.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi trakeobronchial
yang banyak.
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan takipnea.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan kadar oksigen untuk kebutuhan
metabolik.
5. Nyeri berhubungan dengan batuk yang sering.
6. Kecemasan berhubungan dengan dipsnea.(Black & Hawks, 2014)
7. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam dan frekuensi
pernapasan yang cepat.
8. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dipsnea.(Suddarth, 2013)
Kesimpulan
 Pneumonia adalah inflamasi parenkimparu yang disebabkan oleh berbagai mikro
organisme, termasuk bacteria, mikrobakteria, jamur, dan virus (Suddarth, 2013 ) Pneumoni
merupakan proses inflamasi pada parenkim paru yang biasanya berhubungan dengan
peningkatan cairan alveolar dan interstisial (Black & Hawks, 2014).
 Asuhan Keperawatan yang diberikan pada pasien penyakit pneumonia secara langsung dan
komprehensip dilakukan menggunakan pendekatan proses keperawatan.melalui tersebut
penerapan konsep teoritis.kesimpulan dari asuhan keperawatan pada pasien pneumonia.
Saran
 Untuk tenaga kesehatan untuk memahami faktor resiko yang berhubungan Penyakit
Pneumonia,dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang benar berdasarkan
pendekatan konsep teoritis.
 Untuk keluarga penderita untuk memperhatikan asupan gizi untuk meningkatkan
imunitas tubuh,Kebersihan lingkungan,dan menerapkan PHBS

Anda mungkin juga menyukai