BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
paru yang terdapat fusi dan dapat terjadi pengisian di rongga alveoli yang
disebabkan olehvirus, bakteri, jamur, dan benda asing. Pneumonia juga bisa
disebabkan oleh bahan kimia, dan aspirasi. Khusus Pneumonia radiasi dapat
dapat terjadi setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas (Mutttaqin, 2012).
saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) disertai dengan sesak nafas yang
disebabkan oleh virus, mycoplasma (fungi), agen infeksius seperti bakteri, dan
aspirasi substansi asing yang berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi
peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi
(Price, 2012).
2.1.2 Etiologi
7
8
Dan masa ini terjadi perubahan di keadaan pasien seperti polusi linkungan,
penyakit kronis, kekebalan tubuh dan penggunaan antibiotic yang tidak tepat.
Influinza.
d. Mycoplasma Pneumonia
e. Pneumonia Hipostatik
g. Sindrom Loeffler.
2.1.3 Klasifikasi
satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal
interlobular.
Suddarth, 2011) :
a. Pneumonia Komunitas
lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya
b. Pneumonia Nosokomial
pneumonia.
c. Pneumonia Aspirasi
atau lambung, edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan
padat.
10
infeksi ringan.
11
masa sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap
pemulihan.
pernafasan.
dan sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe
12. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, terdapat nafas cepat pada
dilakukan adalah :
1. Sinar X
3. Leukositosis
7. Bilirubin meningkat
13
2.1.6 Penatalaksanaan
antibiotik per oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita
yang lebih besar dengan keluhan sesak nafas atau penyakit jantung dan
cairan
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
community base :
b. Amika
2.1.7 Komplikasi
tentang pemberian obat Dosis, rute dan waktu yang cocok dan
cukup, tutup mulut pada saat batuk atau bersin karena penularan
2.1.9 Patofisiologi
yang timbul berupa bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua paru-
15
paru, lebih banyak pada bagian basal. Pneumonia dapat terjadi sebagai
cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstitial.
edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit leukosit
udara lagi, kenyal dan berwarna merah. Pada tingkat lebih lanjut,
aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit
abu-abu kekuningan. Secara perlahan sel darah merah yang mati dan
2.2.1 Definisi
mempertahankan jalan napas tetap paten (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016).
1. Fisiologis :
c. Disfungsi neuromuskuler
h. Proses infeksi
i. Respon alergi
2. Situasional :
a. Merokok aktif
b. Merokok pasif
c. Terpajan polutan
Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang
2.3.1 Pengkajian
anamnesa dan data objektif (data hasil pengukuran atau observasi) (Nurarif,
22015).
18
1. Pengkajian meliputi :
Identitas pasien/biodata
2. Keluhan utama
berkurang setelah minum obat batuk yang biasanya ada di pasaran. Pada
2012).
bisa diturunkan lewat janin dan biasanya pada postnatal ada gangguan
lengkap.
imunisasi.
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
Perlu dinilai secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas
penilaian.
c. Tanda-tanda vital
- TD : biasanya normal
- Nadi : takikardi
- Suhu : hipertermi
7. Thorak :
1) Paru
1. Jantung
8. Abdomen
x/menit.
9. Integument
b. Palpasi : CRT < 3 detik, tidak ada nyeri tekan, tekstur kulit
lunak.
10. Ekstermitas
11. Genetalia
kelainan.
2.4 Pathway
Organisme bakteri, virus, jamur
Penurunan jaringan
Terjadi konsolidasi dan pengisian
efektif paru dan
rongga alveoli dan eksudat
kerusakan membrane
alveolar-kapiler
Peningkatan
produksi sekret
Sesak napas,
Penurunan ratio Reaksi sistematik:
ventilasi-perfusi penggunaan otot
bakterimia/vitemia,
bantu napas, pola
anoreksia, mual,
Batuk produktif napas tidak efektif
demam, penurunan
Kapasitas difusi berat badan
menurun
Gangguan pertukaran
gas
Ketidakefektifan Hipoksemia
bersihan jalan
Gambar 2.1 Pathway Pneumonia (Sujono & Sukarmin dalam Andika, 2009).
24
2.6 Intervensi Tabel 2.1 ( Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016 )
yang ke 3
Tidak tersedia Kolaborasi :
1. Kolaborasi
Objektif : pemberian
mukolitik atau
Batuk tidak efektif ekspektoran, jika
Tidak mampu perlu
batuk b. Manajemen jalan
Sputum berlebihan napas
Mengi, wheezing, Observasi :
dan/atau ronkhi 1. Monitor pola napas
kering (frekuensi,
Mekonium di jalan kedalaman, usaha
napas (pada napas)
neonatus) 2. Monitor bunyi
napas tambahan
Tanda dan Gejala (mis. Gurgling,
Minor mengi, wheezing,
ronkhi kering)
Subjektif : 3. Monitor sputum
(jumlah, warna,
aroma)
Dispnea
Terapeutik :
Sulit bicara
1. Pertahankan
Ortopnea kepatenan jalan
napas dengan head-
Objektif : tilt dan chin-lift
(jaw-thrust jika
Gelisah curiga trauma
Sianosis servikal)
Bunyi nafas 2. Posisikan semi
menurun fowler atau fowler
Frekuensi napas 3. Berikan minum
berubah hangat
Pola napas 4. Lakukan fisioterapi
berubah dada, jika perlu
5. Lakukan
Kondisi klinis terkait : penghisapan lender
kurang dari 15 detik
Gullian barre 6. Lakukan
syndrome hiperoksigenasi
Sklerosis multiple sebelum
Myasthenia gravis penghisapan
Prosedur endoktrakeal
diagnostic (mis. 7. Keluarkan
Bronskopi, sumbatan benda
transesophageal padat dengan forsep
echochardiograph McGill
27
ray toraks
Terapeutik :
1. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
Intervensi Pendukung
a. Fisioterapi dada
Observasi :
1. Identifikasi
indikasi dilakukan
fisioterapi dada
(mis. Hipersekresi
sputum, sputum
kental, dan
tertahan, tirah
baring lama)
2. Identifikasi
kontraindikasi
fisioterapi dada
(mis. Eksaserbasi
PPOK akut,
pneumonia tanpa
produksi sputum
berlebih, kanker
paru-paru)
3. Monitor status
pernafasan (mis.
Kecepatan, irama,
suara nafas, dan
kedalaman nafas)
4. Periksa segmen
paru yang
mengandung
sekresi berlebihan
5. Monitor jumlah
dan karakter
sputum
29
6. Monitor
intoleransi selama
dan setelah
prosedur
Terapeutik :
1. Posisikan pasien
sesuai dengan area
paru yang
mengalami
penumpukan
sputum
2. Gunakan bantal
untuk membantu
pengaturan posisi
3. Lakukan perkusi
dengan posisi
telapak tangan
ditangkupkan
selama 3-5 menit
4. Lakukan vibrasi
dengan posisi
telapak tangan rata
bersamaan
ekspirasi melalui
mulut
5. Lakukan
fisioterapi dada
setidaknya dua
jam setelah makan
6. Hindari perkusi
pada tulang
belakang, ginjal,
payudara wanita,
insisi, dan tulang
rusuk yang patah
7. Lakukan
penghisapan
lender untuk
mengeluarkan
sekret, jika perlu
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
fisioterapi dada
2. Anjurkan batuk
segera setelah
prosedur selesai
30
3. Ajarkan inspirasi
perlahan dan
dalam melalui
hidung selama
proses fisioterapi
2.7 Implementasi
(Wahyuni, 2016).
2.8 Evaluasi
S : Data Subjektif
O : Data Objektif
Perkembangan yang bias di amati dan di ukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain.
A : Analisis
Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif) apakah
P : Perencanaan
belum teratasi.
32
Implementasi dilakukan
berdasarkan intervensi Keterangan:
: Berpengaruh
: Saling berhubungan
Gambar 2.2 Hubungan Antar Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Penderita
Pneumonia Dengan Masalah Keperawatan Ketiakefektifan Bersihan
Jalan Nafas.