Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

DENGAN PNEUMONIA DI KAMAR NOMOR A10 BANGSAL AROFAH

RS NUR HIDAYAH

Disusun Oleh :

Riska Nur Rahmawati (20201316)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTUL


A. PENGERTIAN
Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan bawah akut
(ISNBA) dengan gejala batuk dengan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan
agen infeksius seperti Virus, Bakteri, Mycoplasma (fungi), Dan aspirasi subtansi
asing, berupa radang paru- paru yang sertai eksudasi dan konsolidasi. (Nanda 2015).
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh
agens infeksius (Brunner & suddarth 2013).
Pneumonia adalah suatu infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun parasit, dimana pulmonary alveolus
(alveoli), organ yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer, mengalami
peradangan dan terisi oleh cairan (Shaleh, 2013). Pneumonia adalah suatu radang paru
yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan
benda asing (Ngastiyah, 2015).

B. ETIOLOGI
Radang paru mungkin berkaitan dengan berbagai mikroorganisme dan dapat
menular dari komunitas atau dari rumah sakit (nosokomial). Pasien dapat menghisap
bakteri, virus, parasite, dan agen iritan (Mary & Donna, 2014).
Menurut (Padila, 2013) penyebab dari pneumonia yaitu:
1. Bakteri
Bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif
seperti: streptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus
pyogenesis. b. Virus . Virus influenza yang menyebar melalui
transmisi droplet citomegalo, virus ini dikenal sebagai penyebab utama
kejadian pneumonia virus.
2. Jamur
Jamur disebabkan oleh infeksi yng menyebar melalui penghirupan
udara mengandung spora biasanya ditemukan pada kotoran burung.
3. Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis carini pneumoni (PCP)
biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk
(baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau
bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah
pasien lebih suka berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat
pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai
pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan ronki(Nursalam,
2016).
Sedangkan menurut (Nursalam, 2016) pneumonia menunjukan gejala klinis
sebagai berikut:
1. Batuk
2. Sputum produktif
3. Sesak nafas
4. Ronki
5. Demam tidak setabil
6. Leukositosi
7. Infiltrat

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi pneumonia dapat dibedakan menjadi: anatominya, etiologinya,
gejala kliniknya ataupun menurut lingkungannya. Berdasarkan lokasi anatominya,
pneumonia dapat pada segmen, lobus, atau menyebar (diffuse). Jika hanya melibatkan
lobulus, pneumonia sering mengenai bronkus dan bronkiolus jadi sering disebut
sebagai bronkopneumonia. Kuman komensal saluran pernapasan bagian atas kadang
dapat menyebabkan pneumonia jadi sifatnya sudah berubah menjadi patogen
(Djojodibroto, 2014).
Pada pasien yang penyakitnya sangat parah, sering ditemukan penyebabnya
adalah bakteri bersama dengan virus. Berdasarkan gejala kliniknya, pneumonia
dibedakan menjadi pneumonia klasik dan pneumonia atipik. Adanya batuk yang
produktif adalah ciri pneumonia klasik, sedangkan pneumonia atipik mempunyai ciri
berupa batuk nonproduktif. Peradangan paru pneumonia atipik terjadi pada jaringan
interstisial sehingga tidak menimbulkan eksudat. Pneumonia dapat digolongkan
(Djojodibroto, 2014) menjadi:
1. Pneumonia Bacterial
Mikroorganisme masuk ke dalam paru melalui inhalasi udara dari
atmosfer, juga dapat memalui aspirasi dari nosofering atau orofering.
Pneumonia bakterial terdiri dari tiga jenis yaitu:
a. Community – Acquired Pneumonia (CAP)
Penyakit ini sering diderita oleh anggota masyarakat umumnya

disebabkan oleh streptococcus pneumonia dan biasanya

menimbulkan pneumonia lobar. Pneumonia yang disebabkan

oleh pneumokokus yang menyebabkan penderita mengalami

gejala menggigil dan diiukuti demam yang tinggi.

b. Hospital – Acquired Pneumonia (HAP)


Pneumonia nosocomial yaitu pneumonia yang kejadiannya

bermula dirumah sakit. Penyakit ini adalah penyebab kematian

yang terbanyak pada pasien dirumah sakit. Mikroorganisme

penyebabnya biasanya bakteri gram negatif dan stafilokokus.

c. Pneumonia aspirasi (aspiration pneumonia)


Pneumonia aspirasi dapat menyebabkan: obstruksi atau

tersumbatnya saluran pernapasan, pneumonitis oleh bahan

kimiawi (asam lambung, enzim, dan pencernaan) dan,

pneumonitis oleh infeksi.


d. Pneumonia pneumositis
Pneumonia pneumositis merupakan penyakit akut yang

opertunistik yang disebabkan oleh suatu protozoa bernama

pneumocystis jirovecii sebleumnya dinamai pneumovystis

carinii.

E. PATOFISIOLOGI
Agent penyebab pneumonia masuk ke paru – paru melalui inhalasi atau pun
aliran darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran
pernapasan bawah. Reaksi peradangan timbul pada dinding bronkhus menyebabkan
sel berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlansung lama
sehingga dapat menyebabkan etelektasis (Suratun & Santa, 2013). Reaksi inflamasi
dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang mengganggu jalan napas,
bronkospasme dapat terjadi apabila pasien menderita penyakit jalan napas reaktif
(Smeltzer & Bare, 2013). Gejala umum yang biasanya terjadi pada pneumonia yaitu
demam, batuk, dan sesak napas (Djojodibroto, 2014).
F. PATHWAYS
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pneumonia :
1. Pemeriksaan radiology (Chest X-Ray)  teridentifikasi adanya
penyebaran (misal lobus dan bronchial), menunjukkan multiple
abses/infiltrat, empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi
infiltrasi (bacterial), penyebaran/extensive nodul infiltrat (viral).
2. Pemeriksaan laboratorium (Darah Lengkap, Serologi, LED) 
leukositosis menunjukkan adanya infeksi bakteri, menentukan
diagnosis secara spesifik, LED biasanya meningkat. Elektrolit :
Sodium dan Klorida menurun. Bilirubin biasanya meningkat.
3. Analisis gas darah dan Pulse oximetry  menilai tingkat hipoksia dan
kebutuhan O2.
4. Pewarnaan Gram/Cultur Sputum dan Darah  untuk mengetahui
oganisme penyebab.
5. Pemeriksaan fungsi paru-paru  volume mungkin menurun, tekanan
saluran udara meningkat, kapasitas pemenuhan udara menurun dan
hipoksemia.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun,
yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
2. Terapi suportif umum
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau saturasi
95-96 % berdasar pemeriksaan AGD
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak
yang kental.
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran
untuk batuk dan napas dalam.
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih
sensitif terhadap pembebanan cairan terutama pada pneumonia
bilateral.
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis.
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator
dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang
disertai peningkatan respiratoy distress dan respiratory arrest
g. Drainase empiema bila ada

I. KOMPLIKASI
Menurut pendapat Ngastiyah (2005), komplikasi pneumonia meliputi :
1. Epiema
Adanya peradangan pada saluran nafas tersebut dapat menyebar ke jaringan
pleura. Pada fase awal, timbul cairan pleura yang jumlahnya sedikit berlanjut
sehingga terjadi fibrosis di pleura parietalis dan viseralis yang kemudian
berkembang menjadi kumpulan pus dalam rongga pleura atau empiema.
2. Otitis Media Akut
Adanya infeksi pada slauran nafas dapat menyebar sampai ke telinga tengah
melalui tuba eustachius sehingga dapat menyebabkan otitis media akut.
3. Atelektasis
Terjadi apabila terjadi penumpukan secret akibat berkurangnya daya kembang
paru-paru terus terjadi. Penumpukan secret ini akan menyebabkan obstruksi
bronchus intrinsik. Obstruksi ini akan menyebabkan atelektasi obstruksi,
dimana terjadi penyumbatan saluran udara yang menghambat masuknya udara
kedalam alveolus.
4. Empisema
Terjadi dimulai adanya gangguan pembersihan jalan nafas akibat penumpukan
sputum. Peradangan yang menjalar ke bronchioles akan menyebabkan dinding
bronchioles mulai melubang dan membesar. Pada waktu inspirasi lumen
bronchious melebar sehingga udara dapat.
J. PENGKAJIAN
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang akan muncul pada kasus Pneumonia dengan menggunakan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia dalam Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) yaitu:
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001)
2. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
3. Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005)
4. Nyeri Akut (D.0077)
5. Defisit Nutrisi (D.0019)
6. Intoleransi Aktivitas (D.0056)
L. PERENCANAAN
M. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menyangkut
pemgumpulan data objektif dan subjektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang
terselesaikan, apa yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai apakah
tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah
baru (Wahid & Suprapto, 2013). Format SOAP (Dinarti aryani, 2009) yang
terdiri dari:
a. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien. Pasien pneumonia
dengan bersihan jalan napas tidak efektif diharapkan mampu dan tidak mengeluh sulit
sulit bernapas (dispnea), pasien tidak mengeluh sulit bicara, pasien tidak mengeluh
ortopnea.
b. Objektive, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. Pada pasien
dengan bersihan jalan napas tidak efektif indikator evaluasi menurut.
Frekuensi pernapasan normal yaitu 12-20 kali per menit
2). Irama pernapasan normal yaitu teratur
3). Kedalaman inspirasi normal yaitu melibatkan ekspansi dan ekshalasi penuh
Paru
4). Kemampuan untuk mengeluarkan sekret tidak terganggu
c. Analisys, yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis dala
bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan telah tercapai,
perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan simpulan :
1) Tujuan tercapai; yaitu, respons klien sama dengan hasil yang diharapkan 2) Tujuan
tercapai sebagian, yaitu hasil yang diharapkan hanya sebagian yang berhasil dicapai
(2 indikator evaluasi tercapai)
3) Tujuan tidak tercapai
d. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli, Kuncara., I.made karyasa. Jakarta: EGC.
Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
(EGC). Nugroho T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam cetakan 1. Yogyakarta : Penerbit Nuha Medika Nurarif A.H & Kusuma H.
2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-
Noc ed 1. Jogjakarta : Penerbit Mediaction Nursalam, 2016, Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika PPNI. (2017). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai