Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik


Stase Keperawatan Gadar Kritis

Disusun oleh
ARLINA WIDIYANINGRUM
SN191019

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme termasuk bacteria, mikobakteria, jamur, dan
virus.Pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia didapat di komunitas,
pneumonia didapat dirumah sakit, pneumonia pada pejamu yang mengalami
luluh imun, dan pneumonia aspirasi.(Brunner & Suddarth, 2014).
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim
paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah
akut.Pneumonia adalah penyakit saluran nafas bawah (lower respiratory
tract (LRT)) akut, biasanya disebabkan oleh infeksi (Nurarif & Kusuma,
2015).

2. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), penyebaran infeksi terjadi
melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptococcus pneumonia,
melalui selang infus oleh staphylococcus aureus, sedangkan pada pemakaian
ventilator oleh P. aeruginosa dan enterobacter.Selain itu penyebab
terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya, yaitu :
a. Bacteria
Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptokokus hemolyticus,
Streptococcus aureus, Hemophilus Influenzae, Mycobacterium
tuberculosis, Bacillus Friedlander.
b. Virus
Respiratory Syncytial Virus, Adenovirus, V.Sitomegalitik, V.Influenza
c. Mycoplasma Pneumonia.
d. Jamur
Histoplasma Capsulatum, Cryptococcus Neuroformans, Blastomyces
Dermatitides, Coccidodies Immitis, Aspergilus Species, Candida
Albicans.
e. Aspirasi
Makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing.
f. Pneumonia Hipostatik
g. Sindrom Loeffler
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinis utama pneumonia menurut (Betz & Sowden, 2009)
meliputi hal-hal berikut :
a. Batuk paroksismal mirip pertusis
b. Dispnea
c. Takipea
d. Pucatatau sianosis (biasanya tanda lanjut)
e. Melemah atau kehilangan suara nafas
f. Retaksi dinding toraks
interkostal, substernal, diafragma, atau supraklavikula
g. Napas cuping hidung
h. Nyeri abdomen (disebabkan oleh iritasi diafragma oleh paru
terinfeksi didekatnya)
i. Demam
j. Suara nafas ronchi
k. Diaphoresis

4. Komplikasi
Menurut Wong (2009), komplikasi dari pneumonia adalah :
a. Atelektasis
Pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps paru yang
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
b. Empyema
Suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga pleura yang
terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus pada jaringan paru yang meradang.
d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

5. Patofisiologi dan Pathway


Patofisiologi
Pneumonia adalah hasil dari proliferasi patogen mikrobial di alveolar
dan respons tubuh terhadap pathogen tersebut. Banyak cara
mikroorganisme memasuki saluran pernapasan bawah. Melalui droplet yang
teraspirasi banyak patogen masuk.Pneumonia bakterial menyerang baik
ventilasi maupun difusi.Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh
pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang
mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida.Sel-sel darah
putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi
ruang yang biasanya mengandung udara.Area paru tidak mendapat ventilasi
yang cukup karena sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme,
menyebabkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan
penurunan tahanan oksigen alveolar.Darah vena yang memasuki paru-paru
lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung
tanpa mengalami oksigenasi.Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan
ke sisi kiri jantung.Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak
teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial(Marni, 2014).

Pathway

(Suriadi & Yuliani, 2011)


6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
Penderita pneumonia untuk prinsip pengobatan adalah dengan
antibiotik karena untuk mengobati infeksi yang terjadi, untuk pengobatan
penujang lainnya menyesuaikan keadaan masing-masing pasien.Penderita
dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya,
harus dirawat dan antibiotik.Berikan oksigen tambahan, cairan intravena dan
alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon
terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan pneumonia menurut Wijayaningsih (2013) terdiri dari :
a. Farmakoterapi
Ekspektoran, antipiretik, analgetik dan antibiotic dapat diberikan
melalui intravena. Pengobatan antibiotik:
1) Penisillin dan derivatnya. Biasanya penisilin S IV 50.000
unit/kg/hari atau penisilil prokain i.m 600.000 V/kali/hari atau
amphisilin 1000 mg/kgBB/hari . Lama terapi 7 – 10 hari untuk
kasus yang tidak terjadi komplikasi.
2) Amoksisillin atau amoksisillin plus ampisillin. Untuk yang resisten
terhadap ampisillin.
3) Kombinasi flukosasillin dan gentamisin atau sefalospirin generasi
ketiga, misal sefatoksim.
4) Kloramfenikol atau sefalosporin. H. Influensa, Klebsiella, P.
Aeruginosa umumnya resisten terhadap ampisillin dan derivatnya.
Dapat diberi kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari atau sefalosporin.
5) Golongan makrolit seperti eritromisin atau roksittromisin. Untuk
pneumonia karena M. Pneumoniae. Roksitromisin mempenetrasi
jaringan lebih baik dengan rasio konsentrasi antibiotik di jaringan
dibanding plasma lebih tinggi. Dosis 2 kali sehari meningkatkan
compliance dan efficacy.
6) Klaritromisin. Punya aktivitas 10 kali erirtomisin terhadap C.
pneumonie in vitro dan mempenetrasi jaringan lebih baik.
b. Terapi oksigen dan nebulisasi aerosol
c. Fisioterapi dada dengan drainage postural.
Dalam melakukan terapi pada penderita pneumonia, yang perlu
diperhatikan antara lain :
a. Perhatikan hidrasi.
b. Berikan cairan i.v sekaligus antibiotika bila oral tidak memungkinkan.
c. Perhatikan volume cairan agar tidak ada kelebihan cairan karena seleksi
ADH juga akan berlebihan.
d. Setelah hidrasi cukup, turunkan ccairan i.v 50-60% sesuai kebutuhan.
e. Disstres respirasi diatasi dengan oksidasi, konsentrasi tergantung dengan
keadaan klinis pengukuran pulse oksimetri.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
1) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang dirasakan sekarang, usaha yang dilakukan untuk
mengatasi keluhan.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah menderita penyakit saluran pernapasan,
riwayat terjadi aspirasi, apakah sistem imun anak yang mengalami
penurunan, sakit apa saja yang pernah dialami anak.
3) Riwayat penyakit keluarga
Adakah anggota keluarga yang sakit adakah anggota kluarga yang
menderita penyakit keturunan.
b. Pengkajian fokus
1. B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan
pemeriksaan focus, berurutan. Pemeriksaan ini terdiri atas, inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
a) Inspeksi
Gerakan pernafasan simetris. Pada klien dengan pneumonia
sering ditemukan peningkatan frekuensi nafas cepat dan dangkal.
b) Palpasi
Pada palpasi klien dengan pneumonia, gerakan dada saat
bernafas biasanya normal dan seimbang antara bagian kiri dan
kanan.
c) Perkusi
Klien dengan pneumonia tanpa komplikasi, biasanya di dapatkan
bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup
perkusi pada klien dengan pneumonia didapatkan apabila
bronchopneumonia menjadi suatu sarang (kunfluens).
d) Auskultasi
Pada klien dengan pneumonia, didapatkan bunyi nafas melemah
dan bunyi nafas tambahan ronki basah pada sisi yang sakit.
2. (B2) Blood
Pada klien dengan Pneumonia pengkajian yang didapatkan meliputi:
a) Inspeksi: Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
b) Palpasi : denyut nadi perifer melemah
c) Perkusi: batas jantung tidak mengalami pergeseran
d) Auskultasi: Tekanan darah biasanya normal. Tidak didapatkan bunyi
jantung tambahan
3. B3 (Brain)
Sering terjadi penurunan kesadaran. Didapatkan sianosis perifer apabila
gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengajian objektif, wajah klien
tampak meringis, menangis, merintih.
4. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh
karena itu, perawat perlu monitor adanya oliguria karena hal tersebut
merupakan tanda awal dari syok.
5. (B5) Bowel
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan
6. B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan
ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

c. Pemeriksaan Fisik Head to toe


1) Keadaan umum : tampak lemah, sesak nafas
2) Kesadaran : tergantung tingkat keparahan penyakit, bisa somnolen
3) Tanda-tanda vital : meliputi suhu, nadi, respirasi, tekanan darah
4) Kepala : tidak ada kelainan
5) Mata : konjungtiva bisa anemis
6) Hidung : jika sesak akan terlihat nafas cuping hidung
7) Paru :
Inspeksi :pengembangan paru berat, tidak simetris jika hanya satu
sisi paru, ada penggunaan otot bantu nafas
Palpasi :adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada
daerah yang terkena
Perkusi : pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya tympani
Auskultasi : bisa terdengar ronkhi
8) Jantung
Jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan jantung tidak ada
keluhan
9) Ekstremitas : sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi
d. Pemerikasaan Penunjang (Diagnostik/Laboratorium)
1) Sinar X
Mengidenfikasi distribusi struktural (misal : lobar, bronchial), dapat
juga menyatakan abses luas/infiltrate, empyema (stapilococcus);
infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada
pneumonia mikoplasma sinar X dada mungkin lebih bersih.
2) Pemeriksaan laboratorium tes darah rutin
Terdapat peningkatan sel darah putih (White Blood Cell /WBC),
biasanya didapatkan jumlah WBC 15.000 – 40.000 /mm3, jika
disebabkan oleh virus atau mikroplasme jumlah WBC dapat normal
atau menurun (Jeremy, 2007). Dalam keadaan leucopenia laju
endap darah (LED) biasanya meningkat hingga 100 /mm3, dan
protein reaktif C mengkonfirmasi infeksi bakteri.Gas darah
mengidentifikasi gagal nafas.
3) Analisa Gas Darah (AGD)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
4) Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
5) Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
6) Pemeriksaan gram/kultur, sputum darah :untuk dapat
mengidentifikasi semuaorgaisme yang ada.
7) Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan
luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
8) Spimetrik statik : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
(Ngastiyah. 2015)

7. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Intervensi
SLKI SIKI
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Pemantauan respirasi
berhubungan dengan tindakana selama 1x.. jam (I.01014)
ketidakseimbangan diharapkan gangguan Observasi
ventilasi-perfusi (D.0003) pertukaran gas teratasi 1. monitor saturasi
dengan kriteria hasil : oksigen
Pertukaran gas (L.01003) 2. monitor nilai AGD
- Nafas cuping hidung 3. monitor hasil X-ray
(1) thoraks
- PCO2 membaik (5) Terapeutik
- pH arteri membaik (5) 4. atur interval
- pusing menurun (5) pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
Edukasi
5. jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
6. informasikan hasil
pemantauan , jika
perlu
Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
efektif berhubungan tindakana selama 1x.. jam (I.01011)
dengan sekresi yang diharapkan bersihan jalan Observasi
tertahan (D.0001) nafas tidak efektif teratasi 1. Monitor pola nafas
dengan kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman,
Bersihan Jalan Nafas usaha napas)
(L.01001) 2. Monitor bunyi napas
- Frekuensi nafas tambahan (mis.
membaik (5) Gurgling, mengi,
- Gelisah menurun wheezing, ronki
(1) kering)
Terapeutik
3. Berikan oksigen
Edukasi
4. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika
perlu
Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen hipertermia
dengan proses penyakit tindakana selama 1x.. jam (I.15506)
(D.0130) diharapkan Hipertermi Observasi
teratasi dengan kriteria 1. Monitor suhu tubuh
hasil : 2. Monitor kadar
Status Cairan (L.03028) elekrolit
- Suara napas Terapeutik
tambahan menurun 3. Berikan oksigen
(5) Edukasi
- Kadar Hemoglobin 4. Anjurkan tirah baring
dalam batas normal Kolaborasi
- Kadar Hematokrit 5. Kolaborasi pemberian
dalam batas normal cairan dan elektrolit
- Suhu tubuh dalam intravena
batas normal

Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas


berhubungan dengan tindakana selama 1x.. (I.01011)
deformitas dinding dada diharapkan Hipertermi Observasi
(D.0005) teratasi dengan kriteria 1. Monitor pola nafas
hasil : (frekuensi, kedalaman,
Pola nafas (L.01004) usaha napas)
- Pernafasan cuping 2. Monitor bunyi napas
hidung tambahan (mis.
- Tekanan ekspirasi Gurgling, mengi,
- Tekanan inspirasi wheezing, ronki
kering)
Terapeutik
3. Berikan oksigen
Edukasi
4. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, jika perlu

8. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses membandingkan efek atau hasil
suatu tindakan keperawatan dengan normal atau kriteria tujuan yang sudah
dibuat merupakan tahap akhir dari proses keperawatan evaluasi yang terdiri
dari :
a. Evaluasi formatif : Hasil observasi dan analisa perawat terhadap
respon segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b. Evaluasi sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan
analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA

Betz & Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC

Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Pernafasan.


Yogyakarta:Gosyen Publishing

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indicator


Diagnostic. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI

Ngastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Nurarif, A.H & Kusuma, H. 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction

Suriadi & Yuliani, R. 2011.Asuhan Keperawatan pada Anak.Jakarta: PT. Fajar


Interpratama.

Wijayaningsih, K. S. 2013. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM

Wong, D. L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai