Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT PNEUMONIA

A. Definisi

Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan

radangdengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli

danrongga interstisium. pneumonia adalah proses inflamasi, yang melibatkan

parenkim paru (Stuart, 2018). Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut

pada parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit. Pneumonia

disebabkanoleh virus pathogen yang masuk ke dalam tubuh melalui aspirasi,

inhalasi/penyebab sirkulasi: pneumonia paling banyak disebabkan oleh bakteri

(Janneth, 2017).

B. Etiologi

Penyebab pneumonia adalah:

a. Bakteri:

1) Bakteri garam positif (streptococcus pneumoniae/

pneumococcal pneumonia, staphylococcus aureus)

2) Bakteri gram negatif (haemophilus influenzae, pseudomonas aeruginosa,

kleibsiella pneumoniae, dan anaerobik bakteria)

3) Atypikal bacteria (legionella pneumophia dan mycoplasma pneumonia)

b. Virus:

1) Virus influenza

2) Parainfluenza

3) Adenovirus

4) Virus Synsitical respiratorik

5) Rhinovirus

c. Jamur:
1) Kandidiasis

2) Histoplasmosis

3) Kriptokokkisd.

d. Protozoa: Pneumokistis karini pneumonia

C. Faktor Risiko

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia:

a. Umur di bawah 2 bulan

b. Tingkat sosioekonomi rendah

c. Gizi kurang

d. Berat badan lahir rendah

e. Tingkat pelayanan (jangkauan) kesehatan rendah

f. Kepadatan tempat tinggal

g. Imunisasi yang tidak memadai

h. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)

i. Tidak berfungsinya sistem imun (AIDS)

D. Klasifikasi

Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan penatalaksanaan

diIndonesia yang dikeluarkan (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2017)

menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia.

a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis

1) Pneumonia komuniti

2) Pneumonia nasokomial

3) Pneumonia aspirasi

4) Pneumonia pada penderita immunocompromised

b. Berdasarkan penyebab
1) Pneumonia bakteri/tipikal

Pneumonia jenis ini bisa menyerang siapa saja terutama orang

yangmempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan

terhadap penyakit.

2) Pneumonia akibat virus

Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal dari

pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk

kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan.

3) Pneumonia Jamur

Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada

penderitadengan daya tahan lema

c. Bedasarkan predileksi infeksi

1) Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan

besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.

2) Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi

pada berbagai tempat di paru.

3) Pneumonia intertisial: Proses inflamasi dengan batas-batas yang lebih atau

kurang dalam dinding alveolus (intertisium) dan jaringan peribronkial

daninterlobaris.

4) Pneumonitis adalah inflamasi akut lokal paru tanpa toksemia yang

berkaitan dengan pneumonia lobaris.

E. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pneumonia berupa:

a. Batuk nonproduktif

b. Terdapat ingus (nasal discharge)


c. Suara napas lemah

d. Retraksi intercosta

e. Penggunaan otot bantu napas

f. Demam

g. Terdengar suara ronchi

h. Cyanosisis

i. Thorak photo menunjukkan infiltrasi melebar

j. Sakit kepala

k. Sesak nafas

l. Menggigil

m. Berkeringat

n. Lelah

F. Patofisiologi

Sistem pertahanan tubuh terganggu menyebabkan virus masuk ke dalam tubuh

setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Mekanisme

pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai

leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang

diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di

atasterganggu, atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk

kesaluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal

darisaluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat

meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah

dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun.

Ketika mikroorganisme penyebab pneumonia berkembang biak,

mikroorganisme tersebut mengeluarkan toksin yang mengakibatkan peradangan


pada parenkim paru yang dapat menyebabkan kerusakan pada membran mukus

alveolus. Haltersebut dapat memicu perkembangan edema paru dan eksudat yang

mengisialveoli sehingga mengurangi luas permukaan alveoli untuk pertukaran

karbondioksida dan oksigen sehingga sulit bernafas.

Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan

ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia b

akteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudai

cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal

dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan

compliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yang melewati paru

yang terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion

missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia. Pada

kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat

dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan

melalui batuk (Bennete, 2016).


G. Pathway

Sumber : (Bennete, 2016).


H. Komplikasi

a. Sianosis merupakan warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat

karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah.

b. Hipoksemia merupakan penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah,

kadang-kadang khusus sebagai kurang dari yang, tanpa spesifikasi lebih lanjut,

akan mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang terikat pada

hemoglobin

c. Bronkaltasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran

bronkusyang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis

danmuskular dinding bronkus.

d. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru

yangdiserang tidak mengandung udara dan kolaps). Terjadi akibat penumpukan

sekret.

e. Meningitis terjadi karena adanya infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan

sumsum tulang belakang

I. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Fotothorax

Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga menyatakan

absesluas/infiltrate, empiema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau

penyebaran/perluasan infiltrate nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar X

dada mungkin bersih.

b. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah

Untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada. Dapat

diambildengan biopsi jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau

biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.


c. Pemeriksaan fungsi paru

Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan

membantudiagnosis keadaan. Volume mungkin menurun, tekanan jalan

napas mungkin meningkat dan komplain menurun, mungkin terjadi

perembesan paru-paru.

J. Penatalaksanaan

Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-

tanda penyembuhan. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap peng

obatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan untuk

pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan

sputum mencakup:

a. Pemberian oksigen

b. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan sesuai

berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi.

c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap

melaluiselang nasogastirk dengan feeding drip.

d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal

dan beta agois untuk memperbaiki transport mukosiler.

e. Koreksi gangguan keseimbangan asam dan basa elektrolit.


ASUHAN KEPERAWATAN TEORI KLIEN PNEUMONIA

I. Identitas

Identitas klien meliputi nama, usia, pendidikan, alamat, agama, nama orang

tua, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama orang tua, suku/bangsa.

II. Keluhan Utama

Keluhan yang dapat muncul antara lain: Biasanya klien datang ke rumah sakit

dalam kondisi sesak nafas dan batuk.

III. Riwayat Keluhan Utama

Biasanya upaya yang telah dilakukan klien untuk mengatasi keluhan yang

dialami saat ini yakni minum obat dari apotek.

IV. Riwayat Keperawatan

1. Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan

tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta biasanya: sesak

napas, batuk disertai demam dan sakit tenggorokan.

2. Riwayat penyakit dahulu

Berisikan riwayat prenatal, intranatal, postnatal. Kaji apakah klien pernah

dirawat sebelumnya, adakah riwayat penyakit terdahulu, adakah alergi dengan

obat tertentu dan kaji mengenai riwayat imunisasi.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit metabolik,

penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan penyakit

menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.

4. Riwayat sosial
Kaji siapa pengasuh klien, bagaimana pembawaan klien secara umum dan

keadaan lingkungan rumah.

V. Keadaan Kesehatan Saat Ini

Kaji diagnosa medis, tindakan operasi, obat-obatan, tindakan keperawatan,

hasil laboratorium, hasil rontgen dan data tambahan.

VI. Pola-Pola Kesehatan

1. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan

Biasanya klien dengan pneumonia terpapar virus sehingga menyebabkan klien

sesak napas dan batuk.

2. Nutrisi - pola metabolik

Klien biasanya mengalami mual, muntah, anoreksia, dan penurunan berat

badan.

3. Pola eliminasi

Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan

intake cairan. Pada penderita pneumonia, perlu memonitor adanya oliguria

karena hal tersebut merupakan tanda awal dari syok

4. Aktivitas – Pola latihan

Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan

ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas

sehari-hari

5. Pola istirahat – tidur

Biasanya klien mengalami kelemahan dan sering menangis sehingga sulit

tidur.

6. Pola kognitif – persepsi

Kaji pola hubungan dan peran klien dengan keluarga, dan lingkungan sekitar.
7. Persepsi diri – pola konsep diri

Kaji body image, pandangan pasien terhadap dirinya sendiri.

8. Pola peran – hubungan

Kaji stuktur keluarga, masalah / stressor anggota keluarga dengan anak,

interaksi antara anggota keluarga dengan anak.

9. Pola seksualitas

Kaji bagaimana perasaan klien sebagai laki – laki / perempuan, pertayaan

seputar sexuality, dan bagaimana respon orang tua.

10. Pola penanggulangan stres

Kaji apa yang menyebabkan stress pada anak, level stress, toleransi, pola

penangan masalah support system.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan

Kaji perkembangan moral anak, pemeliharaan perilaku, komitmen, keyakinan

akan kesembuhan, dampak penyakit dan tujuan.

VII. Pengkajian Fisik

1. Penampilan : Kaji kesadaran, postur tubuh (kurus/gemuk), fatigue klien.

2. TTV : Kaji tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, dan spo2 klien.

3. TB / BB : Kaji tinggi badan dan berat badan klien.

4. Lingkar kepala : Kaji lingkar kepala klien apakah ada pembesaran.

5. Mata : Kaji mata klien apakah simetris, conjungtiva anemis/ an anemis.

6. Hidung : Kaji apakah ada sinus atau polip.

7. Mulut : Kaji mukosa bibir, pertumbuhan gigi klien.

8. Telinga : Kaji apakah ada sekret dan masalah lain.

9. Tengkuk : Kaji apakah ada masalah pada tengkuk klien.

10. Dada : Kaji apakah ada kelainan.


11. Jantung : Kaji apakah ada kelainan.

12. Paru-paru : Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan

frekuensi nafas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan intercosta

space (ICS).

13. Perut : Kaji apakah ada kelainan.

14. Punggung : Kaji apakah ada kelainan.

15. Genetalia : Kaji apakah ada kelainan.

16. Extremitas : Kaji apakah ada kelainan.

17. Kulit : Kaji apakah ada kelainan.

VIII. Pemeriksaan Perkembangan (untuk usia 0-6 tahun gunakan

KPSP/DDST)

KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) merupakan suatu instrumen

deteksi dini dalam perkembangan anak usia 0 sampai 6 tahun. KPSP ini berguna

untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Kaji sosial

dan kemandirian, motorik halus, motorik kasar dan serta penggunaan bahasa klien.

IX. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas b.d hipersekresi jalan napas d.d batuk tidak efektif

(D.0001)

2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d dispnea (D.0005)

3. Hipertermia b.d proses penyakit d.d suhu tubuh diatas normal (D.0130)

X. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas (1.01011)


napas b.d keperawatan selama 3 x 24 1) Monitor bunyi napas tambahan
hipersekresi jalan jam diharapkan bersihan napas 2) Monitor sputum
napas d.d batuk meningkat dengan kriteria 3) Posisikan semi fowler atau fowler
tidak efektif
hasil : 4) Lakukan penghisapan lendir kurang
(D.0001)
Bersihan Jalan Napas dari 15 detik
(L.01001) 5) Kolaborasi pemberian bronkodilator,
1) Batuk efektif meningkat ekspektoran, mukolitik, jika perlu
2) Produksi sputum menurun
2. Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi (I.0.1014)
efektif b.d keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor frekuensi, irama,
hambatan upaya jam diharapkan pola napas kedalaman, dan upaya napas
napas d.d membaik dengan kriteria 2. Monitor pola napas
dispnea hasil : 3. Monitor adanya sumbatan jalan
(D.0005) Pola Napas (L.01001) nafas
1. Dispnea menurun 4. Monitor kesimetrisan ekspansi paru
2. Penggunaan otot bantu 5. Auskultasi bunyi napas
napas menurun 6. Monitor saturasi oksigen
3. Pernapasan cuping 7. Dokumentasi hasil pemantauan
hidung menurun 8. Jelaskan tujuan dan prosedur
4. Frekuensi napas pemantauan Informasikan hasil
membaik pemantauan, jika perlu
5. Pola napas membaik
3. Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia (1.5506)
proses penyakit keperawatan selama 3 x 24 Observasi
d.d suhu tubuh jam diharapkan suhu tubuh 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
diatas normal membaik dengan kriteria dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
(D.0130) hasil : penggunaan inkubator)
Termoregulasi (L.14134):
2. Monitor suhu tubuh
1) Suhu tubuh membaik
3. Lakukan kompres hangat
2) Pucat menurun
4. Anjurkan tirah baring
5. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jikaperlu

XI. Pelaksanaan Keperawatan

Merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk membantu

klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi menuju status kesehatan yang

baik/optimal.

XII. Evaluasi Keperawatan

Merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menentukan apakah rencana

keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi

rencana atau menghentikan rencana keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

Bennete M.J. (2016). Pediatric Pneumonia.

Janneth K. (2017). Ethiology of Pneumoni. Brothers Co. India.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2017). Diagnosis dan penatalaksanaan. PDPI.

Jakarta.

Stuart Barkhie. (2018). Essentials Of Clinical Periodontology And Periodontics, 3rd

edition. Brothers Co. India. Hal: 435-436.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016b). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1 (1st ed.). Jakarta Selatan: DPP
PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai