Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PNEUMONIA

Dosen Pembimbing : Ns NORA HAYANI M,Kep

DISUSUN OLEH:

SEPTY KHALISTA (P00320222073)

POLTEKES KEMENKES ACEH PRODI KEPARAWATAN KOTA LANGSA


TAHUN AJARAN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA

A. Definisi
- Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru-paru biasanya
dari suatu infeksi saluran pernafasaan bawah akut ( ISNBA). Dengan gejala batuk dan
disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungsi) dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang
disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis
( Nursalam,2015)
- Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan
dan jaringan intersitel. Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah
diberbagai Negara terutama dinegara berkembang termasuk Indonesia dan merupakan
penyebab kematian utama pada balita. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan
pneumonia antara lain virus dan bakteri. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan
risiko untuk terjadinya dan beratnya pneumonia antara lain adalah defek antomi
bawaan. Defisit imunologi, polusi, GER, dan aspirasi ( Daud dasril, 2013)
- Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya terjadi pada anak-
anak tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa kanak-kanak dan secara
klinis pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau komplikasi dari penyakit
lain ( Hockenberry dan Wilson,2009 dalam Seyawati Ari, 2018)

B. Etiologi
Penyebaran infeksi terjadi melalui druplet atau sering disebabkan oleh streptoccus
pneumonia, melalui selang infuse oleh staphylo coccus aureus sedangkan pada
pemakaian ventilator oleh p. Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi
karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis , polusi
lingkungan, penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Setalah masuk ke paru-paru organisme bermultipikasi dan jika telah berhasil
mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia. Selain diatas penyebab
terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya yaitu:
1. Bacteria: diplocus pneumonia, pneumococcus, stereptokokus hemolyticus,
stereptokokus aureus,hemophilus, influenzea, mycobacterium,tuberculosis,
bacillus friendlander.
2. Virus: respiratory syncytial virus, adeno virus,V. ssitomegalitik, V. inluenzea
3. Mycoplasma pneumonia
4. Jamur: histoplasma capsulatum, srytococcus neuroformans, blastomyces
dermattides, cocci dodies immtis, aspergilus, species, candida albicans.
5. Asprisa: makanan, kerosene ( bensin, minyak tanah) cairan amnion, benda asing.
6. Pneumonia hipostatik
7. Sindrom loeffler
(Nursalam,2015)

C. Tanda- Tanda & Gejala ( Patofisiologi)


Agent penyebab pneumonia masuk ke paru-paru melalui inhalasi ataupun aliran
darah. Diawali dari saluran pernafasaan dan akhirnya masuk kesaluran pernafasaan
dan akhirnya masuk kedalam pernafasaan bawah. Reaksi peradangan timbul pada
dinding bronkhus menyebabkan sel berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak kondisi
tersebut berlangsung lama sehingga dapat menyebabkan etelektasis. ( Suratun dan
Santa, 2013)

Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang menggagu
jalan nafas, bronkospasme dapat terjadi apabila pasien menderita penyakit jalan nafas
reaktif ( Smeltzer dan Bare, 2013)
Gejala umum yang biasanya terjadi pada pneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak
nafas (Djojodibroto,2014)
Menurut ( Suratun dan Santa,2013) gejala yang dapat muncul pada klien dengan
pneumonia adalah demam, berkeringat, batuk dengan spatum yang produktif, sesak
nafas, sakit kepala, nyeri pada leher, dan dada, dan pada saat austultasi dijumpai
adanya ronchi dan dullness pada perkusi dada.

D. Klasifikasi
Klasifikasi pneumonia menurut Nanda NIC-NOC,2015
Adalah sebagai berikut:
a. Klasifikasi berdasarkan antomi
1. Pneumonia lobari, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua terkena, maka dikenal sebagai pneumonia
bilateral atau “ganda”.
2. Pneumonia lobaris (bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus,
yang tersumbat oleh eksudat mukoporulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia
loburaris
3. Pneumonia intersitral (bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi didalam
alveolar (intertisium) dan jaringan peribronkial serta interiobular.
b. Klasifikasi pneumonia berdasarkan lingkungan
1. Pneumonia komunitas
Dijumpai pada H. influenza pada pasien perokok
2. Pneumonia Nosocomial
Tergantung 3 faktor yaitu: tingkat berat sakit, adanya risiko untuk jenis
pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
3. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitas kimia akibat aspirasi bahan
toksik.
4. Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi

E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi anatara lain:
1. Pleuritis: peradangan pada selaput pembungkus paru-paru atau pleura
2. Atelektasis: keadaan dimana paru-paru tidak dapat mengembang dengan
sempurna akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
3. Emplema: adanya pus pada ronggga pleura
4. Abses paru: penyakit yang menyerang organ paru-paru menjadi infeksi bakteri
yang menyebabkan jaringan paru-paru menjadi benanah 5.
Edama pulmonary: suatu keadaan dimana cairan merembes keluar dari pembuluh
darah kecil paru kedalam kantong udara dan daerah sekitarnya.
5. Infeksi super pericarditis peradangan yang terjadi pada selaput pembungkus
jantung (pericardium)
6. Meningitis :infeksi yang menyerang selaput otak
7. Arthritis: suatu penyakit dimana persendian mengalami peradangan ( biasanya
terjadi pada kaki dan tangan).

F. Penatalaksanaan

Penatalakasanaan pneumonia antara lain:


1. Manajemen umum.
a. Humidifikasi: humidifler atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan
b. Oksigenasi: jika pasien mengalami Pa02
c. Fisotrapi: berperan dalam mempercepat resolusi pneumonia, pasien harus
didorong setidaknya untuk batuk dan bernafas dalam untuk memaksimalkan
kemampuan ventilator.
d. Hidrasi pemantauan asupan dan keluaran, cairan tambahan untuk
mempertahankan hidrasi dan mencairan sekresi.
2. Operasi thoracentesis dengan tabung penyisipan dada, mungkin diperlukan jika
masalah sekunder seperti emflsema terjadi.
3. Terapi obat
Pengeobatan diberikan berdsarkan etiologi uji peristensi tapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien pneumonia perlu diberikan terapi secepatnya maka biasanya
diberikan antibiotik, golongan penicillin G untuk infeksi pneumonia virus,
eritromicin tetrasikilin, derivat tetrasikin untuk infeksi pneumonia.

G. Pencegahan
Menurut kemenkkes (2010) pencegahan pneumonia selain dengan menghindari atau
mengurangi faktor risiko dapat dilakukan dengan bebberapa pendekatan, yaitu dengan
pendidik kesehatan dikomuntas, perbaikan gizi, pelatihan petugas kesehatan dalam
hal memanfaatkan pedoman diagnosis dan pengobatan pneumonia, penggunaan
antibiotika yang benar dan efektif dan waktu untuk merujuk yang tepat dan segera
bagi kasus yang pneumonia berat. Peningkatkan gizi termasuk pemberian ASI
ekskulsif dan asupan Zinc, peningkatan cakupan imunitasi, dan pengaruh polusi udara
didalam ruangan dapat pula mengurangi faktor risiko penelitian terkini juga
menyimpulkan bahwa mencuci tangan dapat mengurangi kejadian pneumonia
( kementrian kesehatan RI, 2010)
Usaha untuk mencegah pneumonia ada 2 menurut kementerian kesehatan RI ,
2010 yaitu :
A. Pencegahan non spesifik, yaitu:
1. Meningkatkan derajat social ekonomi
2. Lingkungan yang bersih, bebas polusi
B. Pencegahan spesifik
1. Cegah BBLR
2. Pemberian makanan yang baik/ gizi seimbang
3. Berikan imunisasi/ vaksin
ASUHAN KEPERAWATAN
PNEUMONIA

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa,
status perkawaninan.
2. Identitas penangung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat , agama, pendidikan, perkerjaan, suku/bangsa,
status perkawaninan.
3. Riwayat keperawatan
A. Riwayat penyakit sekarang
- Keluhan yang dirasakan klien
- Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi keluhan
B. Riwayat penyakit dahulu
- Pernah menderita ISPA
- Riwayat terjadi aspirasi
- Sistem imun anak yang mengalami penurunan
C. Riwayat penyakit keluarga
- Ada anggota keluarga yang sakit ISPA
- Ada anggota keluarga yang sakit pneumonia

4. Pola fungsi kesehatan


A. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihaan lingkungan, riwayat perokok.
B. Pola nutrisi
- Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah karena peningkatan
rangsangan gester sebagai dampak peningkatan toksik mikroorganisme.
C. Pola eliminasi
- Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan
cairan evaporasi karena demam.
D. Pola istrirahat/tidur
- Penderita sering mengalami gangguan istrirahat/tidur karena adaya sesak
nafas
E. Pola aktivitas dan latihan
- Aktivitas dan latihan klien akan menurun karena adanya kelemahan fisik.
5. Pemeriksaan fisik keperawatan
- Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul,
yaitu:
A. Keadaan umum: tampak lemah dan sesak nafas
B. Kesadaraan: tergantung tingkat keparahan bisa sommolent
C. Tanda- tanda vital
1. TD: hipertensi
2. Nadi: takikardi
3. RR: takipnea, dipnea, nafas dangkal
4. Suhu: hipertemi
D. Kepala : tidak ada kelaian
E. Mata : konjungtiva bisa anemis
F. Hidung : jika sesak akan terdengar nafas cuping hidung.
G. Paru
- Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak simentris kiri dan kanan, ada
penggunaan otot bantu nafas.
- Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkataan vocal fremitus pada daerah yang
terkena.
- Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani.
- Auskultasi: bila terdengar ronki
H. Jantung: jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan jantung tidak ada
kelemahan
I. Ekstrenmitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi.

ANALISA DATA
N Data Etiologi Masalah keperawatan
O
1. DS: Aspirasi virus/bakteri/jamur Gangguan bersihan
Pasien mengatakan batuk berulang masuk ke alveoli. jalan nafas tidak efektif
berdahak dan sesak, dahak sulit Terjadinya proses peradangan. dan pola nafas tidak
untuk dikeluarkan. Terjadinya infeksi dan kerja sel efektif
DO: goblet meningkat.
Klien sulit bernafas Produksi sputum meningkat
RR: 25x/menit dijalan nafas.
TD: 180/120 mmhg Ketidakefektifan bersih jalan
nafas .
2. DS: Aspirasi virus/bakteri/jamur Intoleransi aktivitas
Pasien mengatakan sering ngos- berulang masuk ke alveoli.
ngosan saat beraktivitas, sering Terjadinya proses peradangan.
sesak. Eksudat+ serous masuk alveoli
DO: sehingga terjadi akumulasi
Klien Nampak lelah, dan sekret.
mengeluarkan banyak keringat Konsolidasi di alveoli dan suplai
N: 120x/menit 02 turun.
RR: 25x/menit Intoleransi aktivitas.
3. DS: Aspirasi virus/bakteri/jamur Perubahan nutrisi
Pasien mengatakan nafsu makan berulang masuk ke alveoli. kurang dari kebutuhan
turun, rasanya tidak enak untuk Terjadinya proses peradangan. tubuh.
makan, berat badan turun 2kg Terjadinya infeksi dan kerja sel
selama sakit. goblet meningkat.
DO: Produksi sputum meningkat
Klien Nampak lemah. dijalan nafas.
A. Sputum tertelan dilambung dan
BB:50Kg meningkatkan asam lambung.
TB:160 Mual,muntah dan BB turun
Lingkar lengan atas: normal Perubahan nutrisi: kurang dari
B: belum dilakukan pemeriksaan kebutuhan tubuh.
lab
C: klien tampak lebih kurus.
D: yang harus dihindari penderita
adalah minuman beralkohol, dan
asap rokok
B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Kekurangan volume cairan
4. Intoleransi aktivitas

C. Intervensi keperawatan

N DIAGNOSA NIC NOC


O KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan Respiratory status: ventilation 1. monitor pada nafas
jalan nafas Respiratory status: airway (frekuensi,kedalaman,
patency usaha nafas)
Kriteria hasil: 2. monitor bunyi
1).suara nafas yang bersih, nafas tambahan.
mengeluarkan sputum, 3. monitor sputum
mampu bernafas dengan 4.posisikan semi
mudah. fowler atau fowler
2).menunjukan jalan nafas 5. berikan minum
yang paten (irama nafas dam hangat.
frekuensi nafas dalam rentang 6. berikan oksigen,
normal), tidak ada suara nafas jika perlu
abnormal 7. anjurkan asupan
cairan (2000 ml/hari)
8. ajarkan teknik
batuk efektif
2. Ketidakefektifan pola nafas Respiratory status: ventilation 1. identifikasi efek
Vital sigh status kriteria hasil: perubahan posisi
1)menunjukan jalan nafas terhadap status
yang paten, irama nafas dan pernafasaan.
frekuensi pernafasaan dalam 2. monitor statsu
rentang normal, tidak ada oksigenasi dan
suara nafas abnormal. respirasi.
2) Tanda-tanda vital dalam 3.berikan posisi semi
rentang normal. fowler atau fowler.
4. fasilitasi mengubah
posisi senyaman
mungkin.
5. berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan.
6.ajarkan melakukan
teknik relaksasi nafas
dalam.
7.ajarkan mengubah
posisi secara mandiri.
8.ajarkan teknik
batuk efektif.
3. Kekurangan volume cairan Fluid balance hydration 1. Monitor status
nutritional status: dehidrasi
Food and fluid 2. Monitor hasil
Kriteria hasil: pemeriksaan
1).mempertahankan urine laboraturium
output sesuai dengan usia dan (HT,Na,K,CI)
BB. 3. catat intakeoutput
2).TTV dalam batas normal dan hitung balans
3).tidak ada tanda-tanda cairan 24 jam.
dehidrasi. 4. berikan asupan
cairan, sesuai
kebutahan.
5. berikan cairan
intravena, jika perlu.
6. kalaborasi
pemberian diuretic,
jika perlu.
4. Intoleransi aktivitas Activity tolerance 1. identifikasi
Self care: ADLs kebiasaan aktifikas
Kriteria hasil: perawatan diri sesuai
1).berpartisipasi dalam usia.
aktivitas fisik tanpa disertai 2. identifikasi
peningkatan tekanan darah, kebutuhan alat bantu
nadi, dan RR. kebersihan
2).mampu melakukan diri,berpakaian,
aktivitas sehari-hari ( ADLs) berhias dan makan
secara mandiri. 3.damping dalam
perawatan diri sampai
mandiri.
4.fasilitasi
kemandiriaan, bantu
jika tidak mampu
melakukan perawatan
diri.
5. anjurkan
melalukan perawatan
diri secara konsisten
sesuai kemampuan.
D. Implementasi
- Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang
dilakukan secara mandiri maupun dengan kalaborasi dengan multidisplin yang
lain. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus
pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan, sebagaiman
digambarkan dalam rencana yang sudah dibuat (patrisia et al, 2020)

E. Evaluasi
- Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
membandingkan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang
diharapkan. Evaluasi juga dilakukan untuk mengidetifikasi sejauh mana tujuan
dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi,
perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami
respon terhadap intervensi keperawatan,kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan dalam kriteria hasil (patrisia et al,
2020)

Daftar pustaka
Daud,D.2013.standar pelayanan medis kesehatan anak .Dept.ilmu kesehatan anak
FK-UNHAS: Makasar.
Nursalam,A.H.2015.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis &
NANDA NIC-NOC jilid 1. Media action: Jakarta
Setyawati,A.2018.Tata laksana kasus batuk dan atau kesulitan bernafas:lirerature
review: jurnal ilmiah kesehatan.
Patrisia, l., juhdeliena, j., kartika, L., pakpahan,m., siregar, D.,Biantoro,
B.,Hutapea,A,D., Khusniyah,Z.,&sihombing.R.M.(2020). Asuhan keperawatan dasar
pada kebutuhan manusia (edisi 1). Yayasan kita menulis. (diakes tanggal 15 juni
2021, jam 15.00)

Anda mungkin juga menyukai