Dosen Pengampu:
Ns. Lia Mulyati, S.Kep., M.Kep
Ns. Rastipiati Salahudin, S.Kep., M.Kep
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
RSU KMC LURAGUNG
Puji dan syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan kasih-Nya, Penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Asuhan Keperawatan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun berdasarkan hasil
pengamatan dan pengkajian langsung mengenai kasus ulkus diabetikum.
Tujuan dari praktik ini adalah diharapkan agar mahasiswa dapat
mengaplikasikan konsep dan teori yang telah didapatkannya di akademik untuk
mencapai kompetensi pada aspek keterampilan dan psikomotor stase Keperawatan
Medikal Bedah II (KMB II)..
Penyusun menyadari bahwa laporan ini dapat disusun dan diselesaikan
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penyusun
ingin menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Yoga Karsenda, M.H., Kes selaku Direktur RSU KMC Luragung.
2. Santy W, S.Kep.Ners selaku Komite Keperawatan RSU KMC Luragung.
3. Nuryati, Amd.Kep selaku Kepala Bidang Keperawatan RSU KMC Luragung.
4. Iis Sulastri, Amd. Kep selaku Kepala Ruangan Ruang Melati RSU KMC
Luragung.
5. Seluruh Pembimbing Klinik di RSU KMC Luragung.
6. Prof. Dr. Hj. Dewi Lailatul Badriah, M.Kes., AIFO selaku Ketua Yayasan
Pendidikan Bhakti Husada Kuningan
7. H. Abdal Rohim., S. KP., MH selaku Ketua STIKes Kuningan
8. Ns. Lia Mulyati, S. Kep., M. Kep selaku Dosen Pembimbing Stase
Keperawatan Medikal Bedah II STIKes Kuningan
9. Ns. Rastipiati Salahuddin, S. Kep., M. Kep selaku Dosen Pembimbing Stase
Keperawatan Medikal Bedah II STIKes Kuningan
10. Seluruh Pembimbing Akademik STIKes Kuningan
11. Rekan-rekan yang telah berjuang bersama selama melaksanakan Praktek
Stase Keperawatan Medikal Bedah II di RSU KMC Luragung.
Semoga kegiatan Praktek ini dapat menjadi pengalaman yang paling
berharga bagi mahasiswa dan dapat dijadikan bahan evaluasi apabila terdapat
kekurangan dalam pelaksanaannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat
tinggi lemak, tinggi kalori serta minimnya aktivitas fisik (Smeltzer & Bare,
2008).
Diabetes melitus (DM) dan komplikasinya masih menjadi
kematian di dunia (Mu’in, 2011). Pada tahun 2000, diseluruh dunia terdapat
171 juta penyandang diabetes, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 300
juta jiwa pada tahun 2025, serta menjadi 366 juta pada tahun 2030
(PERKENI, 2011). Fenomena ini terjadi di hampir semua Negara baik maju
terbanyak di seluruh dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat (Mu’in,
penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi
sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030, yang menunjukkan adanya
peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030
tahun keatas di daerah urban Indonesia adalah 5,98% dari total penduduk
diabetes cenderung lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lebih lama.
infeksi. Dari hasil penelitian tersebut, juga didapatkan data bahwa risiko
hospitalisasi dan amputasi eksremitas bawah adalah 56-155 kali lebih besar
amputasi baik dalam skala minor maupun mayor, sedangkan adanya infeksi
Demikian juga tanda-tanda inflamasi seperti dolor, rubor, kalor, dan tumor
sebagai respon terhadap adanya infeksi mungkin saja tidak muncul (Pozzili &
sepsis di dunia (Finfer et al, 2009; Stegenga et al, 2010 dalam Koh, Peacock,
Poll, & Wandersenga, 2012). Hal yang patut diwaspadai dengan adanya
tubuh secara berlebihan dan bersifat sistemik terhadap infeksi, baik yang
bersumber dari bakteri, virus, jamur, maupun parasit. Masalah tersebut jika
Syndrome (MODS), dan kematian. Sepsis dan syok sepsis merupakan bagian
petugas kesehatan yang tidak mampu mengenali tanda dan gejalanya. Hal
mengalami sepsis serta kematian akibat syok sepsis (Nursing Times, 2014).
lebih lanjut.
membuat karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny. R
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Ulkus Diabetikum diruang rawat inap Melati RSU KMC Luragung tahun
2021.
2. Tujuan Khusus
tahun 2021.
2021.
C. Manfaat
1. Bagi Penyusun
Ulkus Diabetikum.
2. Bagi Institusi Pendidikan
segera masalah ulkus diabetikum. Hasil penulisan karya ilmiah ini juga
pada pasien dengan ulkus diabetikum. Selain itu, karya ilmiah ini juga
diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi rumah sakit dalam upaya
pelayanan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
hidup yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah yang
Anatomi Pankreas
hilus limpa diarah kronio – dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas
bagian pankreas yang lehernya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri
dan vena mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah
beta dan delta. Sel beta yang mencakup kira-kira 60 % dari semua
dinding sel oleh suatu proses yang tampaknya sel ini yang
endotel fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah. Sel alfa yang
mencakup kira-kira 25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon.
Fisiologi Pankreas
metabolisme karbohidrat.
Pankreas menghasilkan :
lemak.
Hormon Insulin
amino yang satu sama lainnya dihubungkan oleh ikatan disulfida. Bila
Insulin dalam darah berdasar dalam bentuk yang tidak terikat dan
dengan reseptor yang ada pada sel target, sisa insulin didegradasi oleh
enzim insulinase dalam hati, ginjal, otot dan dalam jaringan yang lain.
diabetes mellitus, suatu penyakit kompleks yang bila tidak diobati dapat
a. Sintesis insulin
diketahui.
b. Sekresi Insulin
mg/dL.
3. Klasifikasi
(Corwin, 2009)
insulin. Pengobatan pertama adalah diit dan olah raga, jika kenaikan
yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
c. DM tipe lain
4. Etiologi
Beta pancreas.
d. DM Tipe lain
1) Penyakit hormonal
diabetes).
normal.
5. Manifestasi Klinis
6. Patofisiologi
Langerhans. Di dalam pulau- pulau tersebut berisi sel alfa (sel yang
memasukkan glukosa ke dalam sel), dan sel delta (sel yang memproduksi
kunci yang dapat membuka pintu masuk agar glukosa dapat masuk ke
dalam sel dan dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada,
maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan tetap berada di
pembuluh darah. Pada Diabetes Melitus type II, mekanisme yang tepat
risiko yang mempengaruhi hal tersebut yaitu faktor usia (> 60 th),
obesitas, riwayat kelarga dan kelompok etnik tertentu.Proses terjadinya
Diabetes Melitus type II yaitu bila jumlah insulin normal tetapi reseptor
Diuresis Osmotik.
(polidipsia). Karena glukosa hilang bersama urine, maka sel dalam tubuh
rasa lapar (polifagia). Akibat kehilangan zat nutrisi yang akan diubah
Dari kekurangan zat nutrisi dalam sel dan hiperglikemia juga dapat
diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Pemeriksaan fisik
b) Nilon monofilament 10 G
b. Pemeriksaan vaskuler
lengan.
c. Pemeriksaan Radiologis :
d. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2) Urine
3) Kultur pus’/;.l,kmijnuhbyvcewwwertyu
8. Penatalaksanaan
pengelolaan komplikasi.
a. Penatalaksanaan Medis
4) Insulin, jenisnya :
a) Short acting 1/2-1 jam, puncak 2-3 jam, duarsi kerja 4-6
c) Long acting 6-8 jam, puncak 12-16 jam, durasi kerjanya 20-
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Hyperglikemia
berikut :
darah.
d) Glikolisis (pemecahan glukosa) mrningkat, sehingga
dan lemak.
hyperglikemia yaitu :
1. Pengertian
selaput lender dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai
ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik
2010).
kuatnya elastisitas kulit yang disebabkan oleh gangren pada kulit dari
2. Etiologi
a. Faktor endogen
1) Genetik, metabolik
2) Angiopati diabetik
3) Neuropati diabetik
b. Faktor ekstrogen
1) Trauma
2) Infeksi
3) Obat
Faktor utama yang berperan pada timbulnya Ulkus Diabetikum
terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga meribah titik tumpu yang
pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit
3. Patofisiologi
berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah
keratin keras pada daera kaki yang mengalami beban terberat neuropati
sekitarnya.
4. Manifestasi Klinis
panas walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa
hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri pada bagian
a. Pain (nyeri)
b. Palanes (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
e. Paralilysis (lumpuh)
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut
1) Stadium I
2) Stadium II
3) Stadium III
4) Stadium IV
12 gr/dl dan pertahanan albumin diatas 3,5 gr/dl. Diet pada penderita
melawan infeksi turun sehingga kontrol gula darah yang baik harus
diupayakan sebagai perawatan pasien secara total.
b. Stres Mekanik
kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien
yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi
serta kedua tungkai harus diinspeksi setiap hari. Hal ini diperlukan
karena kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri,
c. Obat-obatan
(reologi- vasoaktif-neurotropik-antiagregasi-antioksidan-antibiotika)
ANTI REVANE-PUT).
d. Tindakan Bedah
berikut :
a. Derajat I (Pertama)
dan gejala pada tubuh dan kulit seperti : lesi sudah tampak tapi
terlihat hanya lesi dalam dan tidak ada lesi terbuka adanya ulkus
b. Derajat II (Kedua)
dan gejala pada tubuh dan kulit seperti : lesi sudah tampak tapi
terlihat hanya lesi dalam dan tidak ada lesi terbuka adanya ulkus
superfisial pada kulit, luka sudah tampak pada kulit terlihat ulkus
dan gejala pada tubuh dan kulit sperti : lesi sudah tampak tapi
terlihat lesi lebu dalam dari derajat 2 sedikit ada lesi terbuka, adanya
ulkus superfisial pada kulit, luka sudah tampak pada kulit terlihat
Pada derajat 3 ini pus sudah lebih tampak pada pinggiran luka, dan
yang terlihat dapat diamati mulai dari lapisan kulit utama (dermis)
Ulkus Diabetikum
1. Pengkajian
a. Identitas penderita
b. Keluhan Utama
Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit. Pada
/ tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak
menusuk.
3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
c. Riwayat Kesehatan
gestasional
d. Pemeriksaan Fisik
1) Aktifitas/istirahat
dengan aktifitas
2) Sirkulasi
penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma
atau tidak)
Tanda : Batuk, dengan dan tanpa sputum purulen
cukup tajam)
10) Seksualitas
wanita
e. Pemeriksaan diagnostic
metabolik)
5) Alkalosis respiratorik
9) Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe I),
insufisiensi insulin.
meningkat.
a. Analisa Data
o Akral dingin
o Tampak edema
o Nyeri
o Perdarahan
o Kemerahan
o Hematoma
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, dibuktikan
dengan:
o Tampak meringis
o Tampak gelisah
o Sulit tidur
o TTV berubah
o Bersikap protektif
o ROM menurun
o Gerakan terbatas
o Fisik lemah
5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri yang
o TTV abnormal
3.
4. Intervensi Keperawatan
Terapeutik
1. Hindari pemakaian benda-benda yang suhunya berlebihan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik
Kolaborasi pemberian kostikosteroid
2 Gangguan Integritas Kulit Setelah dilakukan tindakan Perawatan Intergritas Kulit (I.11353)
keperawatan selama 3 x 24 Observasi
Definisi : jam, diharapkan: 1. Identifikasi penyebab integritas kulit (mis.
Kerusakan kulit (dermis 1. Integritas kulit dan perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan
dan/atau epidermis) atau jaringan membaik kelembaban, suhu lingkungan ektrem, penurunan mobilitas)
jaringan (membrane mukosa, (L.14125), dengan kriteria
kornea, fasia, otot, lendon, hasil: Terapeutik
tulang, kartilago, kapsul, sendi, a. Pemulihan pasca 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
dan/atau ligament) bedah 2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu.
b. Penyembuhan luka 3. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit
c. Perfusi perifer kering
d. Repon alergi local 4. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalgerik pada
Penyebab : e. Status nutrisi kulit sensitive
1. Perubahan sirkulasi membaik 5. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
2. Perubahan status nutrisi f. Status sirkulasi
(kelebihan atau meningkat Edukasi
kekkurangan) g. Termoregulasi baik
3. Kekurangan/kelebihan 1. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotion, serum)
volume cairan 2. Anjurkan minum air yang cukup
4. Penurunan mobilitas 3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
5. Bahan kimia iritatif 6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat
6. Suhu/lingkungan yang berada di luar rumah
ekstrim Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
7. Faktor mekanis (mis.
penekanan pada tonjolan
tulang, gesekan) atau faktor
elektris
8. Efek samping terapi radiasi
9. Kelembaban
10. Proses penuaan
11. Neuropati perifer
12. Perubahan pigmentasi
13. Perubahan hormonal
14. Kurang terpapar informasi
tentang upaya
mempertahankan/melindun
gi integritas jaringan
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4 Gangguan mobilitas fisik Seteah Dilakukan Tindakan Dukungan Ambulasi (1.06171)
Keperawatan Selama 3 X 24 Observasi
Defisnisi: jam diharapkan: 1. Identifikasi Adanya Nyeri Atau Keluhan Fisik
Keterbatasan dalam gerakan 1. Mobilitas fisik meningkat, Lainnya
fisik dari satua atau lebih dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi Toleransi Fisik Melakukan Ambulasi
ekstremitas secara mandiri a. Pergerakan 3. Monitor Frekuensi Jantung Dan Tekanan Darah
ekstremitas Sebelum Memulai Ambulasi
Penyebab: meningkat 4. Monitor Kondisi Umum Selama Melakukan
1. Kerusakan integritas b. Kekuatan otot Ambulasi
struktur tulang meningkat Terapeutik
2. Perubahan metabolisme c. RoM meningkat 1. Fasilitasi Aktivitas Ambulasi Dengan Alat Bantu
3. Ketidakbugaran fisik d. Nyeri menurun’kaku (Mis. Tongkat, Kruk)
4. Penurunan kendali otot sendir menurun 2. Fasilitasi Melakukan Mobilisasi Fisik, Jika Perlu
5. Penurunan massa otot e. Gerakan terbatas 3. Libatkan Keluarga Untuk Membantu Pasien Dalam
6. Penurunan kekuatan otot menurun Meningkatkan Ambulasi
7. Keterlambatan f. Kelemahan fisik
perkembangan menurun Edukasi
8. Kekakuan sendi 1. Jelaskan Tujuan Dan Prosedur Ambulasi
9. Kontraktur 2. Anjurkan Melakukan Ambulasi Dini
10. Malnutrisi 3. Ajarkan Ambulasi Sederhana Yang Harus Dilakukan (Mis.
11. Gangguan Berjalan Dari Tempat Tidur Ke Kursi Roda, Berjalan Dari
muskuloskeletal Tempat Tidur Ke Kamar Mandi, Berjalan Sesuai Toleransi)
12. Gangguan neurmuskular
13. Indeks massa tubuh diatas
persentil ke-75 sesuai usia
14. Efek agen farmakologis
15. Program pembatasan
gerak
16. Nyeri
17. Kurang terpapar informasi
tentang aktivitas fisik
18. Kecemasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan melakukan
pergerakan
21. Gangguan sensori persepsi
5 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (I.09265)
keperawatan selama 3 x 24
Definisi: jam diharapkan: Observasi
Gangguan kualitas dan 1. Pola tidur membaik 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
kuantitas waktu tidur akibat (L.05045) dengan kriteria 2. Identifikasi faktor pengganggu tidr
faktor eksternal hasil: 3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur
g. Keluhan tidak puas 4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
Penyebab: tidur meningkat
1. Hambatan lingkungan h. Keluhan istirahat yang Terapeutik
2. Kurang kontrol tudyr cukup meingkat. 1. Modifikasi lingkungan
3. Kurang privasi 2. Batasi waktu tidur siang
4. Restraint fisik 3. Fasilitasi hilangkan stress sebelum tidur
5. Ketiadaan teman tidur 4. Tetapkan jadwal tidur
6. Ttidak familiar dengan 5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
peralatan tidur 6. Sesuaikan jadwal pemberian obat
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari makanan/ minuma yang mengganggu
tidur
Ajarkan terapi non-farmakologi
6 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Reduksi Anxietas (I.09314)
keperawatan selama 3 x 24 Observasi
Definisi: jam, diharapkan: 1. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis.
Kondisi emosi dan pengalaman 1. Tingkat Ansietas menurun, Kondisi, waktu, stressor)
subyektif individu terhadap dengan kriteria hasil 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
objek yang tidak jelas dan a. Tingkat ansietas 3. Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
spesifik akibat antisipasi menurun
bahaya yang memungkinkan b. Harga diri terpenuhi Terapeutik
individu melakukan tindakan c. Proses informasi
untuk menghadapi ancaman. d. Tingkat pengetahuan 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika
Penyebab memungkinkan
1. Krisis situasional 3. Pahami situasi yang membuat anxietas
2. Kebutuhan tidak terpenuhi 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
3. Krisis maturasional 5. Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
4. Ancaman terhadap konsep 6. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
diri 7. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
5. Ancaman terhadap datang.
kematian
6. Kekhawatiran mengalami
Edukasi
kegagalan
7. Disfungsi sistem keluarga 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
8. Hubungan orang tua-anak 2. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan,
tidak memuaskan dan prognosis
9. Faktor keturunan 3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
(temperamen mudah 4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
teragitasi sejak lahir) kebutuhan
10. Penyalahgunaan zat 5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
11. Terpapar bahaya 6. Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
lingkungan (mis. toksin, 7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
polutan, dan lain-lain) 8. Latih teknik relaksasi
12. Kurang terpapar
informasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu
Terapi Relaksasi
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang menganggu kemampuan
kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan
suhu sebelum dan sesudah latihan
5. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat
dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang
tersedia (mis. music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil psosisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’
Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi
5. Implementasi Keperawatan
a. Fase Orientasi
b. Fase Kerja
kesehatanya.
c. Fase Terminasi
yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari semua tindakan keperawatan
yang telah diberikan dengan menggunakan SOAP (subyektif, obyektif,
dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Askandar. 2006. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes mellitus. Jakarta
: Gramedia Pustaka Utama.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Murr, A.C.2010. Nursing care plan:
Guidelines for individualizing elient care across the life span.
(8thedition). Philadelphia: F. A Davis Company.
Guyton, A.C and Hall, J.E. 2005. Text Book of Medical Physiology tenth
Edition. Singapore : W.B. sauders Company. Hal : 894-897.
Irawan, D. 2010. Prevalensi dan faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus tipe
2 di daerah urban Indonesia. FKMUI.
Smeltzer, SC. Bare BG. 2008. Medical Surgical Nursing Brunner & Suddarth.
Philadelphia : Lippincott
Williams, D.T. Hilton, J.R and Harding, K.G. 20014. Diagnosing Foot
Infection in diabetes. Clinical Infection Disease (CID). 39, 83-86.