Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

OSTEOMYELITIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan medikal Bedah


(Sistem Muskuloskeletal)

Dosen Pengampu : Angga Miftakhul Nizar., S. Kep., Ners., M. Kep

Dibuat oleh :

1. Khoirunisak Asriningtyas Adinastiti (A2R20021)


2. Nessa Selviana Eka Fitriani (A2R20029)
3. Oktavia Kurniawati (A2R20030)
4. Reza Fernanda Fauzi (A2R20032)
5. Siti Masitoh (A2R20038)
6. Vicky Rohmatul Maqsudah (A2R20040)

PROGRAM STUDI : SARJANA KEPERAWATAN III A


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
2022- 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan Kasus Osteomyelitis yang disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Keperawatan Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal oleh dosen pembimbing
Angga Miftakhul Nizar., S. Kep., Ners., M. Kep.

Dalam pembuatan Laporan Pendahuluan ini kami banyak mendapatkan bimbingan


arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu kami ucapkan terimakasih pada dosen
pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dan memberi dorongan
pada kami dalam pembuatan laporan pendahuluan ini.

Kami menyadari bahwa penulisan laporan pendahuluan ini masih belum sempurna
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan Laporan Pendahuluan ini.

Kami mengharapkan semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Tulungagung, 28 September 2022

Penyusun Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB 1 : pendahuluan

1.1. Latar belakang ............................................................................1

1.2. Rumusan Masalah........................................................................1

1.3. Tujuan penulisan .........................................................................2

BAB 2 : Pembahasan

A. Definisi Osteomyelitis...................................................................3
B. Etiologi Osteomyelitis...................................................................3
C. Manifestasi Klinis Osteomyelitis..................................................4
D. Klasifikasi Osteomyelitis...............................................................4
E. Patofisiologi Osteomyelitis...........................................................5
F. Pathway Osteomyelitis..................................................................7
G. Komplikasi Osteomyelitis.............................................................8
H. Pemeriksaan diagnostik Osteomyelitis..........................................8
I. Penatalaksanaan Osteomyelitis.....................................................9

BAB 3 : Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian keperawatan ...............................................................10


B. Diagnosa keperawatan...................................................................12
C. Asuhan Keperawatan Osteomilitis................................................14

BAB 4 : Penutup

4.1 Kesimpulan.................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................34

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1...................................................................................................................... Latar belakang


Osteomielitis adalah suatu penyakit peradangan tulang dan sumsum yang disebabkan
oleh organisme piogenik. Sifat infeksi dari osteomielitis terdiri dari akut, subakut dan
kronis hingga dapat mengenai struktur sekunder dari tulang dengan presentasi masing-
masing jenis karakteristiknya berdasarkan waktu dan serangan dari penyakit osteomielitis,
pada pasien dengan infeksi akut proses perkembangan penyakit dimulai dalam kurun
waktu dua minggu setelah serangan penyakit pada pasien osteomielitis, sedangkan pada
pasien dengan sifat infeksi yang subakut proses penyakitnya dimulai dalam hitungan
minggu sampai dengan satu atau beberapa bulan dan pada pasien dengan infeksi
osteomielitis yang kronis penyakitnya sudah berlangsung lama dalam hitungan waktu ≥3
bulan.1–3 Penyebab infeksi osteomielitis yang paling sering adalah Staphylococcus
aureus. Secara hematogen inokulasi langsung pada penderita. Penyebab infeksi akibat S.
aureus pada anak-anak mencapai 90%, sedangkan pada pasien osteomielitis kronis,
bakteri yang paling sering menyebabkan adalah Staphylococcus epidermidis, S. aureus,
Pseudomonas aeruginosa, Serratia marcescens dan Escherichia coli.
Adapun faktor risiko osteomielitis seperti lemahnya sistem imun, trauma, hingga
pasien yang melakukan opeasi bebrapa hal ini dapat menjadi faktor risiko seseorang bisa
mengalami penyakit radang pada tulang yang bisa disebabkan dari bakteri yang berasal
dari flora normal pada kulit yang menginvasi kedalam hingga dapat menyebabkan infeksi
pada tulang. Adapun salah satu faktor penyebab yang dapat menyebabkan terjadinya
osteomielitis adalah diabetes mellitus. Berdasarkan Riskesdas tahun 2018 bahwa penderita
diabetes mellitus di Jakarta mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2013
yaitu 3.4% pada tahun 2018. Berdasarkan diagnosis oleh dokter pada semua usia DKI
berada pada peringkat pertama dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia.4
Berdasarkan data yang terdapat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi. Prof. Dr. Sulianti Saroso
Sunter pada tahun 2019. Bahwa pasien yang didagnosis dari bulan Januari sampai dengan
bulan September 2019 di IGD Rumah Sakit Penyakit Infeksi. Prof. Dr. Sulianti Saroso
terdapat 1.972 pasien dengan kasis trauma yang merupakan salah satu fator utama yang
menyebabkan terjadinya osteomielitis.

1.2...................................................................................................................... Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah definisi dari osteomyelitis?
2. Apasaja etilogi yang menjadi penyebab osteomyelitis?

1
3. Apa saja manifestasi klinis osteomyelitis?

2
4. Apa saja klasifikasi dari osteomyelitis?
5. Bagaimana patofisiologi osteomyelitis?
6. Bagaimana pathway osteomyelitis?
7. Apa saja komplikasi osteomyelitis?
8. Apa saja pemriksaan yang menunjang penegakan diagnose osteomyelitis?
9. Apa saja pentalaksanaan yag dilakukan pada pasien osteomyelitis?
10. Apa saja pengkajian keperawatan pada pasien osteomyelitis?
11. Apa saja diagnose keperawatan yang muncul pada pasien osteomyelitis?

1.3...................................................................................................................... Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas system
musculoskeletal dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/I tentang
osteomyelitis dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien osteomyelitis.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi osteomyelitis
b. Untuk mengetahui etiologi osteomyelitis
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomyelitis
d. Untuk mengetahui klasifikasi osteomyelitis
e. Untuk mengetahui patofisiologi osteomyelitis
f. Untuk mengetahui pathway osteomyelitis
g. Untuk mengetahui komplikasi osteomyelitis
h. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang osteomyelitis
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan osteomyelitis
j. Untuk mengetahui asuhan keperawatan (pengkajian dan diagnose keperawatan)

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari
pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas (Brunner, suddarth (2019) Beberapa ahli memberikan defenisi
terhadap osteomyelitis sebagai berikut :
1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 2019).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 2008).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan
oleh staphylococcus (Henderson, 2015).

B. Etiologi

Adapun penyebab - penyebab osteomielitis ini adalah :

1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2009), penyebab osteomyelitis adalah
Staphylococcus aureus (70 %-80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh
Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2010).
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi
melalui 3 cara :
1. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke
tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-
anak) dan di tulang belakang (pada dewasa). Orang yang menjalani dialisa ginjal
dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang
(osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah
ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah
tulang lainnya.

4
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang
terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan
dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah
beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang
mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di
kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis).
Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak

C. Manifestasi klinis

Menurut Smeltzer (2010)


1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi
cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala
lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang
terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan
nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan
dengan tekanan pus yang terkumpul.
2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar
dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan
pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat
kurangnya asupan darah.

D. Klasifikasi

Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:

1. Osteomielitis Primer,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana


mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.

2. Osteomielitis Sekunder yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat
dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

5
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu

1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-
anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi
di dalam darah. (osteomielitis hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2,
yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis
hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah
yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering
terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis
menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang
itu sendiri Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan
onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma
atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat
inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus
infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari
osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.

2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul
3. Osteomyelitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya
terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma
(osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang
fraktur.

E. Patofisiologi

(Brunner, suddarth (2019) Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70%


sampai 80% infeksi tulang Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai
pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3

6
bulan pertama (akut fulminan stadium 1) dan sering berhubngan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2)
terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan.
Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen
dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi
adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2
atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan
tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis
dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di
sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan
namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.
Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati
(sequestrum) tidak mudah. mencari dan mengalir keluar Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya
Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi
meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis
yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita.
Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

7
F. Pathway

Factor predisposisi : bakteri,virus,jamur,riwayat


trauma,infeksi

Infasi mikroorganisme dari tempat lain Fraktur terbuka


yang beredar melalui sirkulasi darah

Kerusakan pembuluh drah dan adanya


Masuk ke juksta epitasis tulang nort de entree
panjang
Infasi kuman ke
tulang dan sendi

Osteimielitis

Fagositosis

Proses inflamasi : hyperemia,pembengkakan,gangguan


fungsi,pembentukan pus dan kerusakan integritas jaringan

Proses inflamasi Keterbatasan gerak Peningkatan Pembentukan


secara umum tekanan jaringan pus,nekrosis jaringan
tulang dan medula
Penurunana
Demam,nalaise,penuru Penyebar Komplik
kemampuan
nan nafsu Iskemia dan an infeksi asi
pergerakan
makan,penurunan nekrosis tulang ke organ infeksi
kemampuan tonus otot penting
Hambatan Resiko Pembentukan
mobilitas tinggi abses tulang
fisik trauma
Deficit nutrisi septikemia
Nyeri
Deficit
akut Kurang
perawatan Kerusakan
Kelemahan fisik diri lempeng terpajan
epifisis pengetahuan
Pertumbuhan dan informasi
tulang baru Gangguan
Tirah baring
dan pertumbuhan
lama ,penekanan Risiko
pengeluaran
lokal osteomielit
pus dari luka
Deficit is kronis
Kerusakan pengetahuan
integritas kulit Deformitas,bau dari adanya luka
Prognosis penyakit
ansietas Ketidakefektifan koping
Gangguan citra diri 8 individu
G. Komplikasi

Komplikasi tersering adalah terus berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi


akut.Infeksi yang terus-menerus akan menyebabkan anemia, penurunan berat
badan, kelemahan danamiloidosis. Osteomielitis kronik dapat menyebar ke organ-
organ lain. Eksaserbasi akut dapatdipersulit oleh efusi hebat ke dalam sendi di
dekatnya atau oleh arhtritis purulenta. Erosi terus-menerus dan kerusakan tulang
yang progresif menyebabkan struktur tulang yang kadang-kadang menyebabkan
fraktur patologis. Sebelum penutupan epifiseal, osteomielitis dapat menimbulkan
pertumbuhan berlebihan dari tulang panjang akibat hiperemia kronis padalempeng
pertumbuhan. Destruksi fokal dari suatu lempeng epifiseal dapat menimbulkan
pertumbuhan yang asimetrik. Jarang-jarang setelah terjadi drainase selama
bertahun-tahun pada jaringan yang terus-menerus terinfeksi timbul karsinoma sel
skuamosa atau fibrosarkoma. (Laga, 2012)

H. Pemeriksaan penunjang
(Brunner, suddarth. (2019)
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah.
2. Pemeriksaan titer antibody- anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas.
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri salmonella.
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk
serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus
dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan: dapat dilakukan pada minggu pertama
b. MRI jika terdapat fokus gelap pada TI dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.

9
F. Penatalaksanaan
(Brunner, suddarth. (2019)
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan
penderita dan reaksi alergi penderita
2. Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik
tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik,
mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kosong yang
ditinggalkan dengan menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat. cara mengisinya
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran
pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat
mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K membantu
mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c. Vitamin D Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk
kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian
diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang
ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang pelepasan
kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam darah.

10
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian keperawatan
1. Identitas
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya,
keluhan utama pada kasus osteomelitis adalah nyeri hebat.

Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan metode PQRST:
a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses
supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu factor predis posisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifak
menusuk.
c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat,
nyeri tidak menjalar atau menyebar
d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif anatara 2-
3 pada rentang skala pengukuran 0-4
e. Time berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut
(misalnya nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
b. Riwayat kesehata yang lalu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan
sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma
tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya
tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan

11
3. Psikososisl
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh,
takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat
perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan
keluarga, pekerjaan atau sekolah.
4. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik
menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah
bengkak, nyeri, maupun eritema.
5. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon
a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti bahwa
penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat perlu
mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang dideritanya, apakah
klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
b. Nutrisi Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu
makan karena demam yang ia diderita.
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena
pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam
d. Aktivitas Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan
aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena
rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan
kognitif dan persepsinya.
g. Persepsi Diri Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri,
mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh
mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak
janji.
h. Peran = Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan
penyakit yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari
lingkungannya. Dan klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan
baik.
i. Seksual - Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam
masalah seksual.
j. Koping - Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat
karena kondisinya saat itu.

12
k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien
agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien
di RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien.
Klien biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia
rasakan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (D.0077) b.d inflamasi dan pembengkakan
Gejala dan Tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri

Objektif

1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

Gejala dan Tanda minor

Subjektif

(tidak tersedia)

Objektif

1. Tekanan darah meningkat


2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

Kondisi klinis terkait

1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut

13
5. Glaukoma

2. Gangguan mobilisasi fisik (D.0054) b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan
menahan beban berat badan.
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif

1. Kekuatan otot menurun


2. Rentang gerak (ROM) menurun

Gejala dan tanda minor


Subjektif

1. Nyeri saat bergerak


2. Enggan melakukan pergerakan
3. Merasa cemas saat bergerak

Objektif

1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah

Kondisi kllinis terkait

1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthirtis
6. Ostemalasia
7. Keganasan

14
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009

Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-322738


Tulungagung 66224
Alamat E-mail : stikeshahta@yahoo.co.id

PENGKAJIAN DATA DASAR DAN FOKUS

Pengkajian diambil tgl : 25 September 2022 Jam : 10.00

Tanggal Masuk : 24 September 2022 No. reg : 12932101

Ruangan / Kelas : Cempaka / I

No. Kamar :5

Diagnosa Masuk : Osteomielitis

Diagnosa Medis : Osteomielitis

C. IDENTITAS
1. Nama : Tn. M

2. Umur : 56 tahun

3. Jenis Kelamin : laki – laki

4. Agama : Islam

5. Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

6. Bahasa : Indonesia

7. Pendidikan : SMA

8. Pekerjaan : wirawasta

9. Alamat : Bandung, Tulungagung

10. Alamat yg mudah dihubungi : Bandung, Tulungagung

11. Ditanggung oleh : Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri

D. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN


1. Keluhan utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :

15
a. Alasan Masuk Rumah Sakit :
Pasien dibawa ke RS dengan keluhan lemah dan nyeri
b. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri di area kaki bagian bawah

2. Riwayat Penyakit Sekarang ( PQRST ) :


Saat di lakukan pengkajian pada tanggal 25 September 2022 klien mengatakan
bahwa nyeri pada kaki, klien mengatakan sakit hebat. Pasien mengatakan nyeri
berkurang pada saat istirahat di tempat tidur. Klien tampak meringis dan
gelisah menahan nyeri tersebut. Selain itu klien juga mengatakan bahwa ia
mengalami kesulitan untuk beraktivitas dan bergerak , klien mengeluh
kesakitan tiap kali bergerak, klien juga mengatakan bahwa ia membutuhkan
bantuan orang lain untuk bergerak. Klien tampak lemas, dan klien tampak
terbaring di tempat tidur. Adapun hasil pemeriksaan TTV klien yaitu : TD :
110/70mmHg, S : 36.5°C, N : 76x/menit , RR : 20x/menit
Sedangkan hasil dari pengkajian nyeri yaitu :
- P : saat bergerak
- Q : Tumpul
- R : Kaki
-S:7
- T : Hilang timbul
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Klien mengatakan bahwa seiring bertambahnya usia klien sering mengalami
nyeri pada kakinya. Saat nyeri klien hanya beli obat di apotek,minum
jamu/herbal. Namun seiring berjalannya waktu, rasa nyeri yang dialaminya
semakin parah itulah mengapa pada 25 September 2022 klien datang keRS
untuk berobat.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien dan keluarganya mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mempunyai
penyakit yang sama.
E. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI

SEBELUM MASUK RS DI RUMAH SAKIT

A. Pola
Tidur 20.00 WIB Sewaktu - waktu
/
Istira

16
hat 04.00 WIB Sewaktu – waktu
1. W
a
Nyeri Nyeri
k
t
u Suasana tenang dan nyaman Suasana tenang dan nyaman

T
i
d Suara berisik

u Suasana berisik
r

2. Waktu Bangun

3. Masalah
Tidur

4. Hal-hal yang
mempermudah tidur

5. Hal-hal yang
mempermudah pasien
terbangun

a. Pola Eliminasi
1. B

Khas feses Khas feses


A
Khas feses Khas feses

B Padat Padat
- Warna Tidak terkaji Tidak terkaji
- Bau 2 kali sehari 1 kali sehari
- Konsistensi Tidak ada Tidak ada
- Jumlah Tidak ada Tidak ada
- Frekwensi

17
- Kesulitan BAB
- Upaya mengatasi

Kuning jernih Kuning jernih


2. B
Khas urine Khas urine

A Cair Cair

Tidak terkaji Tidak terkaji


K 4-8 kali sehari 4-8 kali sehari
- Warna
Tidak ada Tidak ada
- Bau
Tidak ada Tidak ada
- Konsistensi

- Jumlah
- Frekwensi
- Kesulitan BAK
- Upaya mengatasi

b. Pola Makan dan Minum


1. Makan 3 kali sehari

- Frekwensi Nasi
Nasi sayur 3 kali sehari / makan sedikit
Tidak ada
- Jenis Nasi
Buah – buahan
- Diit Tidak ada Tidak ada
Seafood
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Yang Disukai Tidak ada
Buah – buahan
- Yang Tdk disukai
- Alergi Sewaktu – waktu Tidak ada
Air
- Masalah makan Tidak ada Seafood
- Upaya mengatasi Tidak ada
Jus Nafsu makan menurun
Tidak ada
2. Minum Tidak ada Makan sedikit tapi sering
- Frekwensi Tidak ada
- Jenis Tidak ada

- Diit Sewaktu – waktu

- Pantangan Air
- Yang Disukai Tidak ada
- Yang Tdk disukai
Tidak ada
- Alergi

18
- Masalah minum Jus
- Upaya mengatasi Tidak ada

Tidak ada

TIdak ada

Tidak ada

Bersih
c. Kebersihan diri / personal Kursng terawat
hygiene : 2 kali sehari / waslap
1x seminggu
1. Mandi Menggosok gigi 2 kali sehari
Memotong kuku 5 hari sekali 1 kali sehari / waslap
2. Keramas
2-3 kali sehari
3. Pemeliharaan gigi dan Belum keramas

mulut Menggosok gigi 1 kali


4. Pemeliharaan kuku sehari

Belum potong kuku

5. Ganti pakaian

2 kali sehari

Pasien bekerja sebagai


E. Pola Kegiatan / Aktifitas pedagang kaki lima Pasien bedrest dan merasa
Lain lemas dan nyeri

F. Kebiasaan Tidak ada


- Merokok Tidak ada
ya Tidak ada
- Alkohol
Tidak ada
- Jamu, dll
Tidak ada

F. DATA PSIKO SOSIAL


A. Pola Komunikasi : Pasien kooperatif
B. Orang yang paling dekat dengan klien : Istri pasien
C. Rekreasi
Hobby : Membaca

19
Penggunaan Waktu Senggang : Bercengkrama dengan keluarga

D. Dampak dirawat di Rumah Sakit : Tidak dapat beraktivitas seperti


biasa
E. Hubungan dengan orang lain / interaksi sosial: Pasien dapat berinteraksi
dengan baik
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : Anak pasien

KONSEP DIRI

A. Gambaran Diri : Pasien menerima sakitnya dengan pasrah


B. Harga Diri : Pasien tidak pernah merasa rendah diri
C. Ideal Diri : Hasrat ingin sembuh dari sakitnya agar bisa bekerja
seperti sebelumnya
D. Identitas Diri : Pasien seorang suami
E. Peran : Seorang kepala keluarga dan seorang
tulang punggung

G. DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah : Pasien taat beribadah 5 waktu

B. Keyakinan terhadap sehat / sakit : Pasien sadar datangnya sehat dan sakit
dari Allah SWT

C. Keyakinan terhadap penyembuhan : Pasien yakin akan sembuh dan segera


bisa beraktivitas seperti biasanya

H. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum

KU pasien lemah, lesu karena kurangnya nafsu makan dan nyeri punggung

B. Tanda – tanda vital

Suhu Tubuh : 37,°C Nadi : 76 x/ menit

Tekanan darah : 140 / 70 mMHg Respirasi : 24 x/ menit

Tinggi Badan : 160 cm Berat Badan : 55 kg

C. Pemeriksaan Kepala dan Leher


1. Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : Simetris

Ubun-ubun : Normal, datar

20
Kulit kepala : Bersih, tidak ada luka

b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut rata, rambut
bersih tidak ada ketombe, tidak lepek

Bau : Harum

Warna : Hitam ber- uban

c. Wajah
Warna Kulit : Sawo matang

Struktur Wajah : Anggota tubuh bagian wajah


lengkap, simetis

2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata lengkap,
simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) : Tidak ada odema,
luka ataupun lesi pada palpebra
c. Konjuctiva dan sklera : Konjungtiva
anemis, sclera tidak ikterik
d. Pupil : Isokor, respon cahaya +
e. Kornea dan iris : Gerakan normal. tidak ada peradangan

f. Ketajaman penglihatan / visus : Normal, visus 6/6

g. Tekanan bola mata : Tidak terkaji

3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Tulang hidung normal simetris,
septum nasi simetris

b. Lubang Hidung : Tida terdapat secret

c. Cuping hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung

4. Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris kanan kiri

Ukuran telinga : Sedang

Ketenggangan telinga : Normal, tidak datinitus

b. Lubang telinga : Normal, bersih tidak ada benda asing /


serumen/ perdarahan

c. Ketajaman pendengaran : Normal, pasien dapat mendengar detik


jarum jam

5. Mulut dan faring

21
a. Keadaan bibir : Bibir tampak pucat

b. Keadaan gusi dan gigi : Gigi bersih, tidak ada caries gigi

c. Keadaan lidah : Normal, bersih tidak ada luka

d. Orofarings :Tidak ada pemebesaran tonsil

6. Leher
a. Posisi trakhea : Simetris

b. Tiroid : Tidak pembengkakan

c. Suara : Normal, suara arteri carotis normal

d. Kelenjar Lymphe : Tidak ada pembesaran

e. Vena jugularis : Tidak ada bendungan vena juguralis

f. Denyut nadi coratis : Teraba

D. Pemeriksaan Integumen ( Kulit )


a. Kebersihan : Bersih, tidak ada luka

b. Kehangatan : Kulit teraba hangat

c. Warna : Sawo matang

d. Turgor : Normal <3 detik

e. Tekstur : Normal

f. Kelembaban : Lembab

g. Kelainan pada kulit : Normal, tidak ada luka

E. Pemeriksaan payudara dan ketiak


a. Ukuran dan bentuk payudara : Normal, simetris, tidak ada benjolan

b. Warna payudara dan areola : Kemerahan, aerola kecoklatan, tidak ada


lesi

c. Kelainan-kelainan payudara dan puting : Normal, tidak ada lesi

d. Axila dan clavicula : Normal, tidak ada nyeri tekan, clavikula


tidak ada repitasi

F. Pemeriksaan Thorak / dada


1. Inspeksi Thorak

22
a. Bentuk Thorak : Normal chest

b. Pernafasan

Frekwensi : 30 x/ menit

Irama : Ireguler

c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : Tampak retraksi interkoste

2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vocal fremitus ) : Getar sama disemua
lapang paru

b. Perkusi : Normal, sonor

c. Auskultasi

Suara Nafas : Tidak terdengar suara wheezing

Suara Ucapan : Egopony

Suara Tambahan : Tidak ada

3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulsasi : Normal, teraba

- Ictus cordis : Tidak tampak, palpsi di ICS V linea sternalis


midclavikula

b. Perkusi
Batas-batas jantung :

Kanan atas ICS II linea sternalis dekstra

Kanan bawah ICS IV linea sternalis sinistra

Kiri atas ICS II linea sternalis sinistra

Kiri bawah ICS V linea midclavikula sinistra

c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : lup tunggal katup orta (ICS II
Parasternal dextra), Katup pulmonal (ICS II linea sternalis sinistra)

- Bunyi jantung II : dup tunggal katup mitral (ICS V linea


midclavikularis), Katup tricuspid (ICS IV line sternalis sinistra)

- Bunyi jantung Tambahan : Tidak ada


- Bising / Murmur : Tidak ada
- Frekwensi denyut jantung : 90 x/ menit

23
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Normal, datar

- Benjolan / Massa : Tidak terdapat benjolan atau massa

- Bayangan pembuluh darah pada abdomen : Tidak terlihat

b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : Normal (5-35 x/ menit)

c. Palpasi

- Tanda nyeri tekan : Tidak terdapat nyeri tekan

- Benjolan / massa : Tidak terdapat benjolan

- Tanda-tanda ascites : Tidak ada ascites

- Hepar : Tidak ada pembesaran

- Lien : Tidak ada pembesaran

- Titik Mc. Burne : Tidak ada nyeri tekan

d. Perkusi

- Suara Abdomen : Normal thympani

- Pemeriksaan Ascites : Tidak ada ascites

H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya


1. Genetalia
a. Kelainan – kelainan pada genetalia eksterna dan daerah inguinal :
Normal tidak ada lesi

2. Anus dan Perineum


a. Lubang anus : Normal, tidak ada lesi

b. Kelainan – kelainan pada anus dan perineum : Normal

I. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimitas )


a. Kesimetrisan Otot : Normal, simetris kanan kiri

b. Pemeriksaan Oedem : Tidak ada oedem pada ekstermitas

c. Kekuatan Otot : Pasien mudah lelah dan lemas

24
d. Kelainan – kelainan pada ekstrimitas dan kuku : Tidak ada kelainan

J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS : Komposmetis 4-5-6

2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) : Tidak ada kaku


kuduk

3. Syaraf otak ( Nervus cranialis ) : Normal

4. Fungsi Motorik : Pasien dapaat melakukan


perintah

5. Fungsi Sensorik : Pasien dapat


membedakan panas dan dingin

6. Refleks :

a. Refleks Fisiologis : (+)


b. Refleks Patologis : (-)

K. Pemeriksaan Status Mental


a. Kondisi Emosi / Perasaan : Pasien sedikit gelisah
b. Orientasi : Pasien sadar sedang
dirawat di RS
c. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan ) : Daya ingat
pasien normal
d. Motivasi ( Kemauan ) : Pasien ingin segera
sembuh
e. Persepsi : Pasien merasa pasrah dengan
tindakan medis dan berharap
semoga dirinya cepat sembuh
f. Bahasa : Pasien berbicara dengan jelas

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Osteomielitis

B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :

1. Laboratorium :
 Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan lajuendap darah

 Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus

25
 Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan
uji sensitivitas

2. Rontgen :
 Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama
 Bone scan dilakukan pada minggu pertama
 MRI dilakukan jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada
T2,maka kemungkinan besar adalah osteomielitis

3. E C G :-
4. U S G :-
5. Lain – lain :-

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

1. PENATALAKSANAAN
 Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuaikepekaan
penderita dan reaksi alergi penderita
 Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
 Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
 Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
 Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
 Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
 Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan
nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kosong
yang ditinggalkan dengan menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat. cara
mengisinya
 Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan
aliran pembuluh balik.
 Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K
dapat mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K
membantu mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c. Vitamin D Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk
kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian diendapkan

26
pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini adalah pada
tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari permukaan
tulang masuk ke dalam darah.

Mahasiswa

___________________________

ANALISA DATA

Nama pasien : Tn.M

Umur : 56 tahun

No. Register : 12932101

MASALAH
NO KELOMPOK DATA PENYEBAB
KEPERAWATAN

1. DS :
. Px mengatakan nyeri Infasi kuman ke tulang Nyeri Akut
kaki bawah saat dan sendi
bergerak (D.0077)

osteomielitis
DO :

Mayor :
fagositosis
S : mengeluh nyeri
( sekala nyeri 7 )

O: Proses inflamasi :
hyperemia,pembengkakan
- tampak meringis ,gangguan
- bersikap protektif fungsi,pembentukan pus
dan kerusakan integritas
- nadi meningkat
jaringan
- sulit tidur

27
Minor : Peningkatan tekanan
jaringan tulang dan
S:- medula
O:

- teknan darah Iskemia dan nekrosis


meningkat tulang
- nafsu makan
berubah
Pembentukan abses tulang
- pola nafas berubah

Nyeri akut

Ds :

Px mengatakan sulit untuk Proses inflamasi :


beraktivitas hyperemia,pembengkakan
,gangguan
fungsi,pembentukan pus
2. Gangguan mobilitas
dan kerusakan integritas
fisik
jaringan
DO : (D.0054)

Mayor :
Keterbatasan gerak
S : - Mengeluh sulit
menggerakan kai
Penurunana kemampuan
O:
pergerakan
- kekuatan otot
menurun
Hambatan mobilitas
- rentang gerak
fisik
menurun

Minor :

S:

- nyeri saat bergerak


- enggan melakukan

28
pergerakan
O:

- gerakan terbatas
- fisik lemah

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn.M

Umur : 56 tahun

No. Register : 12932101

TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL

1. 25 Nyeri akut b.d inflamasi d/d pembengkaka


September
2022
Gangguan mobilisasi fisik b.d nyeri, d/d alat imobilisasi
25 dan keterbatasan menahan beban berat badan
September
2022

29
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn.M

Umur : 56 tahun

No. Register : 12932101

N DIAGNOSA
LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
O KEPERAWATAN

1. Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan Observasi


pengkajian
diharapkan - Identifikasi
lokasi,
tingkat nyeri
karakteristik,
(L.08066)pasien durasi,
menurun dengan frekuensi,
kritria hasil: kualitas,
intensitas nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi
menurun skala nyeri
- Identifikasi
- Meringis menurun respon nyeri non
- Gelisah menurun verbal
- Identifikasi
- Kesulitan tidur faktor yang

30
menurun memperberat
dan
memperingan
nyeri
- Identifikasi
pengetahuan
dan keyakinan
tentang nyeri
- Identifikasi
pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
- Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
- Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik

Terapeutik

- Berikan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi rasa
nyeri
- Control
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi
istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan
jenis dan
sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi
meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri

31
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi rasa
nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

2. Setelah dilakukan
pengkajian diharapkan Observasi
Gangguan mobilisasi fisik mobilitas fisik (L.05042)
(D.0054) Meningkat dengan - Identifikasi
criteria hasil: adanya nyeri
atau keluhan
- Pergerakan fisik lainnya
ekstermitas - Identifikasi
toleransi fisik
menigkat melakukan
- Kekuatan otot ambulasi
- Monitor
meningkat frekuensi
- Rentang gerak jantung dan
tekanan darah
(ROM) sebelum
Meningkat memulai
ambulasi
- Monitor kondisi
umum selama
melakukan
ambulasi

Terapeutik

- Fasilitasi
aktivitas
ambulasi
dengan alat
bantu (mis.
tongkat, kruk)
- Fasilitasi
32
melakukan
mobilisasi fisik,
jika perlu
- Libatkan
keluarga untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi

Edukasi

- Jelaskan tujuan
dan prosedur
ambulasi
- Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
- Ajarkan
ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. berjalan
dari tempat tidur
ke kursi roda,
berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)

33
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Tn.M Umur : 56tahun No. Register : 12932101 Kasus : Osteomielitis

TANGGAL/ TANDA TANGGAL/ TANDA


NO NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM TANGAN JAM TANGAN
1. (D.0077) 25 September Observasi 25 September
2022 2022
- Mengidentifikasi lokasi, karakteristik,
15.00 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas 20.00
nyeri
- Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi respon nyeri non
verbal
- Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
- Mengidentifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri

Terapeutik

- Memberikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri
- Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
- Memfasilitasi istirahat dan tidur

34
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang


disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae.
Adapun penyebab osteomielitis ini adalah bakteri,virus,jamur,mikroorganisme lain.
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi
melalui 3 cara Aliran darah,penyebaran lansung dan infeksi dari jaringan terdekat.
Manifestasi klinis yang umum terjadi ketika ada infeksi adalah demam,nyeri,bengkak
dan adanya pengeluaran pus. Klasifikasi berdasarkan lamanya infeksi pada
osteomieitis dibagi menjadi osteomyelitis akut,osteomyelitis sub akut dan
osteomyelitis kronis.

Komplikasi tersering adalah terus berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi


akut.Infeksi yang terus-menerus akan menyebabkan anemia, penurunan berat badan,
kelemahan danamiloidosis. Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan berupa penriksaan
darah, Pemeriksaan titer antibody- anti staphylococcus,pemeriksaan feses,pemriksaan
biopsy tulang,pemeriksaan ultrasound,pemeriksaan radiologis,dan pemeriksaan
tambahan berupa MRI dan bone scan. Penatalaksanaan yang dilakukan berupa
pemebrian analgesic untuk mengurangi nyeri,pemberian antibiotic,anjuran istirahat
yang cukup dan pemberian nutrisi tinggi protein,vit K,A,B,C,D.

35
DAFTAR PUSTAKA

Anjarwati,Wangi,(2010), Tulang dan Tubuhkita, Getar Hati:Yogyakarta

Brunner & Suddarth. (2019). Keperawatan Medikal Bedah,edisi 8, Jakarta : ECG

Doenges E Marilynn, 2010,. Rencana Asuhan Keperawatan,ECG, Jakarta

Harriso. 2017. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakrta: ECG

Laga, Y. (2012, September). Komplikasi Osteomielitis kronis. Fakultas Kedokteran


Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
https://www.scribd.com/doc/110740938/Komplikasi-Osteomielitis-Kronis

Mansjoer,Arif,2018.,Kapita Selekta Kedokteran,Media Aesculaapius,FKUI, Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperatawan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Cetakan 3.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.

36

Anda mungkin juga menyukai