OSTEOMYELITIS
Dibuat oleh :
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan Kasus Osteomyelitis yang disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Keperawatan Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal oleh dosen pembimbing
Angga Miftakhul Nizar., S. Kep., Ners., M. Kep.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan pendahuluan ini masih belum sempurna
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan Laporan Pendahuluan ini.
Kami mengharapkan semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Penyusun Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 : pendahuluan
BAB 2 : Pembahasan
A. Definisi Osteomyelitis...................................................................3
B. Etiologi Osteomyelitis...................................................................3
C. Manifestasi Klinis Osteomyelitis..................................................4
D. Klasifikasi Osteomyelitis...............................................................4
E. Patofisiologi Osteomyelitis...........................................................5
F. Pathway Osteomyelitis..................................................................7
G. Komplikasi Osteomyelitis.............................................................8
H. Pemeriksaan diagnostik Osteomyelitis..........................................8
I. Penatalaksanaan Osteomyelitis.....................................................9
BAB 4 : Penutup
4.1 Kesimpulan.................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................34
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2...................................................................................................................... Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah definisi dari osteomyelitis?
2. Apasaja etilogi yang menjadi penyebab osteomyelitis?
1
3. Apa saja manifestasi klinis osteomyelitis?
2
4. Apa saja klasifikasi dari osteomyelitis?
5. Bagaimana patofisiologi osteomyelitis?
6. Bagaimana pathway osteomyelitis?
7. Apa saja komplikasi osteomyelitis?
8. Apa saja pemriksaan yang menunjang penegakan diagnose osteomyelitis?
9. Apa saja pentalaksanaan yag dilakukan pada pasien osteomyelitis?
10. Apa saja pengkajian keperawatan pada pasien osteomyelitis?
11. Apa saja diagnose keperawatan yang muncul pada pasien osteomyelitis?
1.3...................................................................................................................... Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas system
musculoskeletal dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/I tentang
osteomyelitis dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien osteomyelitis.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi osteomyelitis
b. Untuk mengetahui etiologi osteomyelitis
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomyelitis
d. Untuk mengetahui klasifikasi osteomyelitis
e. Untuk mengetahui patofisiologi osteomyelitis
f. Untuk mengetahui pathway osteomyelitis
g. Untuk mengetahui komplikasi osteomyelitis
h. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang osteomyelitis
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan osteomyelitis
j. Untuk mengetahui asuhan keperawatan (pengkajian dan diagnose keperawatan)
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan dari
pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas (Brunner, suddarth (2019) Beberapa ahli memberikan defenisi
terhadap osteomyelitis sebagai berikut :
1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 2019).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 2008).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan
oleh staphylococcus (Henderson, 2015).
B. Etiologi
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2009), penyebab osteomyelitis adalah
Staphylococcus aureus (70 %-80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh
Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2010).
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi
melalui 3 cara :
1. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke
tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-
anak) dan di tulang belakang (pada dewasa). Orang yang menjalani dialisa ginjal
dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang
(osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah
ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah
tulang lainnya.
4
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang
terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan
dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah
beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang
mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di
kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis).
Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak
C. Manifestasi klinis
D. Klasifikasi
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
2. Osteomielitis Sekunder yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat
dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
5
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-
anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi
di dalam darah. (osteomielitis hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2,
yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis
hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah
yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering
terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis
menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang
itu sendiri Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan
onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma
atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat
inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus
infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari
osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul
3. Osteomyelitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya
terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma
(osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang
fraktur.
E. Patofisiologi
6
bulan pertama (akut fulminan stadium 1) dan sering berhubngan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2)
terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan.
Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen
dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi
adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2
atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan
tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis
dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di
sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan
namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.
Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati
(sequestrum) tidak mudah. mencari dan mengalir keluar Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya
Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi
meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis
yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita.
Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
7
F. Pathway
Osteimielitis
Fagositosis
H. Pemeriksaan penunjang
(Brunner, suddarth. (2019)
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah.
2. Pemeriksaan titer antibody- anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas.
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri salmonella.
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk
serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus
dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan: dapat dilakukan pada minggu pertama
b. MRI jika terdapat fokus gelap pada TI dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.
9
F. Penatalaksanaan
(Brunner, suddarth. (2019)
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan
penderita dan reaksi alergi penderita
2. Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik
tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik,
mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kosong yang
ditinggalkan dengan menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat. cara mengisinya
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran
pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat
mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K membantu
mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c. Vitamin D Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk
kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian
diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang
ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang pelepasan
kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam darah.
10
BAB III
A. Pengkajian keperawatan
1. Identitas
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya,
keluhan utama pada kasus osteomelitis adalah nyeri hebat.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan metode PQRST:
a. Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses
supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu factor predis posisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
b. Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifak
menusuk.
c. Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat,
nyeri tidak menjalar atau menyebar
d. Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif anatara 2-
3 pada rentang skala pengukuran 0-4
e. Time berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut
(misalnya nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
b. Riwayat kesehata yang lalu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan
sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma
tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya
tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan
11
3. Psikososisl
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh,
takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat
perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya dengan
keluarga, pekerjaan atau sekolah.
4. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik
menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah
bengkak, nyeri, maupun eritema.
5. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon
a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti bahwa
penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat perlu
mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang dideritanya, apakah
klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
b. Nutrisi Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu
makan karena demam yang ia diderita.
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena
pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam
d. Aktivitas Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan
aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena
rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan
kognitif dan persepsinya.
g. Persepsi Diri Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri,
mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh
mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak
janji.
h. Peran = Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan
penyakit yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari
lingkungannya. Dan klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan
baik.
i. Seksual - Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam
masalah seksual.
j. Koping - Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat
karena kondisinya saat itu.
12
k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien
agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien
di RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien.
Klien biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia
rasakan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (D.0077) b.d inflamasi dan pembengkakan
Gejala dan Tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
Objektif
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
13
5. Glaukoma
2. Gangguan mobilisasi fisik (D.0054) b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan
menahan beban berat badan.
Gejala dan tanda mayor
Subjektif
1. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif
Objektif
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthirtis
6. Ostemalasia
7. Keganasan
14
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
No. Kamar :5
C. IDENTITAS
1. Nama : Tn. M
2. Umur : 56 tahun
4. Agama : Islam
6. Bahasa : Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : wirawasta
15
a. Alasan Masuk Rumah Sakit :
Pasien dibawa ke RS dengan keluhan lemah dan nyeri
b. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh nyeri di area kaki bagian bawah
A. Pola
Tidur 20.00 WIB Sewaktu - waktu
/
Istira
16
hat 04.00 WIB Sewaktu – waktu
1. W
a
Nyeri Nyeri
k
t
u Suasana tenang dan nyaman Suasana tenang dan nyaman
T
i
d Suara berisik
u Suasana berisik
r
2. Waktu Bangun
3. Masalah
Tidur
4. Hal-hal yang
mempermudah tidur
5. Hal-hal yang
mempermudah pasien
terbangun
a. Pola Eliminasi
1. B
B Padat Padat
- Warna Tidak terkaji Tidak terkaji
- Bau 2 kali sehari 1 kali sehari
- Konsistensi Tidak ada Tidak ada
- Jumlah Tidak ada Tidak ada
- Frekwensi
17
- Kesulitan BAB
- Upaya mengatasi
A Cair Cair
- Jumlah
- Frekwensi
- Kesulitan BAK
- Upaya mengatasi
- Frekwensi Nasi
Nasi sayur 3 kali sehari / makan sedikit
Tidak ada
- Jenis Nasi
Buah – buahan
- Diit Tidak ada Tidak ada
Seafood
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Yang Disukai Tidak ada
Buah – buahan
- Yang Tdk disukai
- Alergi Sewaktu – waktu Tidak ada
Air
- Masalah makan Tidak ada Seafood
- Upaya mengatasi Tidak ada
Jus Nafsu makan menurun
Tidak ada
2. Minum Tidak ada Makan sedikit tapi sering
- Frekwensi Tidak ada
- Jenis Tidak ada
- Pantangan Air
- Yang Disukai Tidak ada
- Yang Tdk disukai
Tidak ada
- Alergi
18
- Masalah minum Jus
- Upaya mengatasi Tidak ada
Tidak ada
TIdak ada
Tidak ada
Bersih
c. Kebersihan diri / personal Kursng terawat
hygiene : 2 kali sehari / waslap
1x seminggu
1. Mandi Menggosok gigi 2 kali sehari
Memotong kuku 5 hari sekali 1 kali sehari / waslap
2. Keramas
2-3 kali sehari
3. Pemeliharaan gigi dan Belum keramas
5. Ganti pakaian
2 kali sehari
19
Penggunaan Waktu Senggang : Bercengkrama dengan keluarga
KONSEP DIRI
G. DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah : Pasien taat beribadah 5 waktu
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit : Pasien sadar datangnya sehat dan sakit
dari Allah SWT
H. PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum
KU pasien lemah, lesu karena kurangnya nafsu makan dan nyeri punggung
20
Kulit kepala : Bersih, tidak ada luka
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut rata, rambut
bersih tidak ada ketombe, tidak lepek
Bau : Harum
c. Wajah
Warna Kulit : Sawo matang
2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata lengkap,
simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) : Tidak ada odema,
luka ataupun lesi pada palpebra
c. Konjuctiva dan sklera : Konjungtiva
anemis, sclera tidak ikterik
d. Pupil : Isokor, respon cahaya +
e. Kornea dan iris : Gerakan normal. tidak ada peradangan
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi : Tulang hidung normal simetris,
septum nasi simetris
4. Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris kanan kiri
21
a. Keadaan bibir : Bibir tampak pucat
b. Keadaan gusi dan gigi : Gigi bersih, tidak ada caries gigi
6. Leher
a. Posisi trakhea : Simetris
e. Tekstur : Normal
f. Kelembaban : Lembab
22
a. Bentuk Thorak : Normal chest
b. Pernafasan
Frekwensi : 30 x/ menit
Irama : Ireguler
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vocal fremitus ) : Getar sama disemua
lapang paru
c. Auskultasi
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulsasi : Normal, teraba
b. Perkusi
Batas-batas jantung :
c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : lup tunggal katup orta (ICS II
Parasternal dextra), Katup pulmonal (ICS II linea sternalis sinistra)
23
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Normal, datar
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : Normal (5-35 x/ menit)
c. Palpasi
d. Perkusi
24
d. Kelainan – kelainan pada ekstrimitas dan kuku : Tidak ada kelainan
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS : Komposmetis 4-5-6
6. Refleks :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Osteomielitis
1. Laboratorium :
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan lajuendap darah
25
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan
uji sensitivitas
2. Rontgen :
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama
Bone scan dilakukan pada minggu pertama
MRI dilakukan jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada
T2,maka kemungkinan besar adalah osteomielitis
3. E C G :-
4. U S G :-
5. Lain – lain :-
1. PENATALAKSANAAN
Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuaikepekaan
penderita dan reaksi alergi penderita
Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan
nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kosong
yang ditinggalkan dengan menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat. cara
mengisinya
Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan
aliran pembuluh balik.
Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K
dapat mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K
membantu mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c. Vitamin D Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk
kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian diendapkan
26
pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini adalah pada
tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari permukaan
tulang masuk ke dalam darah.
Mahasiswa
___________________________
ANALISA DATA
Umur : 56 tahun
MASALAH
NO KELOMPOK DATA PENYEBAB
KEPERAWATAN
1. DS :
. Px mengatakan nyeri Infasi kuman ke tulang Nyeri Akut
kaki bawah saat dan sendi
bergerak (D.0077)
osteomielitis
DO :
Mayor :
fagositosis
S : mengeluh nyeri
( sekala nyeri 7 )
O: Proses inflamasi :
hyperemia,pembengkakan
- tampak meringis ,gangguan
- bersikap protektif fungsi,pembentukan pus
dan kerusakan integritas
- nadi meningkat
jaringan
- sulit tidur
27
Minor : Peningkatan tekanan
jaringan tulang dan
S:- medula
O:
Nyeri akut
Ds :
Mayor :
Keterbatasan gerak
S : - Mengeluh sulit
menggerakan kai
Penurunana kemampuan
O:
pergerakan
- kekuatan otot
menurun
Hambatan mobilitas
- rentang gerak
fisik
menurun
Minor :
S:
28
pergerakan
O:
- gerakan terbatas
- fisik lemah
Umur : 56 tahun
TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL
29
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Umur : 56 tahun
N DIAGNOSA
LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
O KEPERAWATAN
30
menurun memperberat
dan
memperingan
nyeri
- Identifikasi
pengetahuan
dan keyakinan
tentang nyeri
- Identifikasi
pengaruh
budaya terhadap
respon nyeri
- Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
- Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
- Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi rasa
nyeri
- Control
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi
istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan
jenis dan
sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
31
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyri
secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2. Setelah dilakukan
pengkajian diharapkan Observasi
Gangguan mobilisasi fisik mobilitas fisik (L.05042)
(D.0054) Meningkat dengan - Identifikasi
criteria hasil: adanya nyeri
atau keluhan
- Pergerakan fisik lainnya
ekstermitas - Identifikasi
toleransi fisik
menigkat melakukan
- Kekuatan otot ambulasi
- Monitor
meningkat frekuensi
- Rentang gerak jantung dan
tekanan darah
(ROM) sebelum
Meningkat memulai
ambulasi
- Monitor kondisi
umum selama
melakukan
ambulasi
Terapeutik
- Fasilitasi
aktivitas
ambulasi
dengan alat
bantu (mis.
tongkat, kruk)
- Fasilitasi
32
melakukan
mobilisasi fisik,
jika perlu
- Libatkan
keluarga untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi
- Jelaskan tujuan
dan prosedur
ambulasi
- Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
- Ajarkan
ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. berjalan
dari tempat tidur
ke kursi roda,
berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)
33
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn.M Umur : 56tahun No. Register : 12932101 Kasus : Osteomielitis
Terapeutik
34
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
35
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperatawan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Cetakan 3.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
36