OLEH:
KELOMPOK 8:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Seminar Kasus
Kelompok Kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Nn. S dengan Diagnosa
Medis Ameloblastoma Post Rekonstruksi Mandibula di Ruang Lontara 3 Belakang
(Onkologi) RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR” untuk memenuhi
salah satu tugas dalam mata kuliah praktek profesi Keperawatan Medikal Bedah II.
Dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang mendorong atau
memotivasi pembuatan laporan ini agar lebih baik. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat mengarahkan, membimbing, dan
memberikan petunjuk, atau semangat maupun motivasi. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Saldy Yusuf, S.Kep., Ns., MHS., Ph.D selaku dosen institusi akademik yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan
laporan ini. Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kurangnya, oleh karena itu bagi
pihak yang membaca laporan ini dapat memberikan kritik dan saran untuk mengembangkan
penyempurnaan laporan ini. Semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Makassar, 7 September 2022
Kelompok 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rongga mulut merupakan salah satu unit fungsional dalam tubuh. Jaringan pada
rongga mulut dapat terserang berbagai penyakit, salah satunya adalah tumor. Tumor adalah
masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan, tidak terkoordinasi dengan jaringan
normal, tumbuh terus menerus meskipun rangsang yang menimbulkan telah hilang. Tumor
berdasarkan sifat terbagi menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Tumor juga dapat terjadi pada
rongga mulut, dimana dapat menyerang lapisan epidermis mukosa mulut, otot, tulang rahang,
kelenjar ludah dan kelenjar getah bening. Tumor ini yang paling sering terjadi di mandibula
dan maksila.
Menurut penelitian di amerika serikat pada tahun 2001 sekitar 7.900 kematian terjadi
yang diakibatkan oleh tumor ganas rongga mulut dengan lebih dari 90% adalah squamous sel
karsinoma. Di Indonesia kasus tumor ganas rongga mulut berkisar 3 – 4% dari seluruh kasus
keganasan yang terjadi dengan etiologi tumor yang sangat beragam. Angka kematiannya
yaitu 2-3% dari seluruh kematian akibat keganasan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018, prevalensi nasional tumor/kanker rongga mulut di Indonesia tahun
2018 adalah 1,79%. Sebanyak 5 provinsi mempunyai prevalensi penyakit tumor/kanker diatas
prevalensi nasional yaitu DKI Yogyakarta, Sumatera Barat, Gorontalo, DKI Jakarta, dan Bali.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
2. Etiologi
3. Manifestasi Klinis
- Tahap pertama merupakan insiasi yaitu kontak pertama sel normal dengan zat
karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas
- Tahap kedua yaitu promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon
melalui pembelahan (poliferasi)
- Tahap terakhir yaitu progresi, sel yang telah mengalami poliferasi
mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas
PATWAY AMELOBLASTOMA
5. Pemeriksaan Diagnostik
Foto polos tidak dapat membedakan antara tumor dan dengan jaringan lunak
normal, dimana hanya dapat membedakan antara tumor dengan tulang yang
normal. Berbeda dengan CT-scan dan MRI yang dapat memperlihatkan dengan
jelas (Rizqi, 2022).
6. Penatalaksanaan
- Diagnosa
1. Nyeri akut
2. Nyeri kronis
3. Defisit Nutrisi
4. Gangguan komunikasi verbal
5. Risiko infeksi
6. Ansietas
7. Gangguan Mobilitas Fisik
- Intervensi
- Implementasi
- Evaluasi
B. Web of Caution
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
: Perempuan
Jenis Kelamin
: 13 tahun
Umur
: Lontara 3 belakang, Bedah Onkologi (Kamar 7, bed 5)
Ruangan
Data Pengkajian
0
Tanggal : 30/08/2022 Jam : 13.45 S: C P : 18x/menit N : 88x/menit
SaO2 : -
⃝ Brankard ⃝ Lainnya :
⃝ OK ⃝ Lainnya :
⃝ Obat : ⃝ Debu
Riwayat Pasien
⃝ Kanker:
⃝ Penyakit jantung : ⃝ Asma : sejak kecil ⃝ Hepatitis :
⃝ Stroke:
⃝ TB : ⃝ Gangguan mental :
⃝ Lainnya :
⃝ Kanker:
⃝ Kanker :
⃝ Stroke:
⃝ Stroke :
⃝ TB : ⃝ Gangguan mental :
⃝ Lainnya :
Psikososial/Ekonomi
Lainnya : Pelajar
Keterangan :
Sumber informasi : Pasien Keluarga ⃝ Lainnya :
MATA,
TELINGA,
⃝ Gangguan pendengaran : Tidak ada
HIDUNG
GASTRO
INTESTI ⃝ Distensi ⃝ Hipoperistaltik :
NAL
⃝ Konstipasi ⃝ Ostomi
GENITOURI
NARI/ ⃝ Disuria ⃝ Hesitansi ⃝ Nokturia ⃝ Folley
GINEKOLO
⃝ Menopause ⃝ Lendir
GI
⃝ Urostomy ⃝ Kehamilan
Catatan : Terdapat gangguan pada sistem genitourinary/ ginekologi
⃝ Tingling ⃝ Kelemahan
Terdapat luka post operasi pada mandibular, bengkak pada pipi kanan.
Luka tidak berbau, tidak ada eksudat dan jahitan tidak terbuka.
Catatan :
Kondisi 1. 2. 3. Apatis 4.
Stupo Kon Sad
mental r fusi ar
1. 3. Jalan
Aktivitas Dite 2. deng 4.
mpa Kur an Jala
t si bant n
tidu rod uan Sen
r a diri
Mobilita 1. Tidak 2. 3. Agak 4.
s mam San terbat Beb
pu gat as as
berge terb berg
rak atas erak
Inkonti 1. 2. 3.
nen sia Inko Sel Kad 4.
nti- al ang Inko
nen u - ntine
urin in kad n
dan ko ang
alvi nti inko
ne ntin
en
urin
Ket : Skor: 18
1.
BARTEL INDEX Mengendalikan 0. Perlu Kadan 2. Mandiri
(Functional rangsang BAB pencah g
ar perlu
Status
penca
Assassment) har
0. 1.
Mengendalikan Pak Kad 2. Mandiri
rangsang BAK ai ang
kate tak
ter/ terk
tak end
terk ali
end
ali
1. Perlu
Makan 0. Tidak dibant 2. Mandiri
mamp u
u memo
tong
makan
an
2.
Berpindah/berjalan 0. Tidak 1. dengan dibantu 3.
mamp kursi 1 orang M
u roda a
n
di
ri
Total Skor = 18
Keterangan :
Terakhir
skunder > 1
=0
Orientasi Orientasi
Status mental sesuai = 0 tidak sesuai =
15
Total Skor = 40
Keterangan :
Lokasi : mandibula
onset : hilang-timbul
Medikasi : Metamizole
Efek nyeri :
aktivitas ⃝ Emosi
⃝ Lainnya :
Obat Tujuan
MEDIKASI Dosis/Rute Cara
Kerja
Obat
Ceftrianxone 1 gr/intravenaa
Ranitidine 50 mg/intravena
Metamizole 1 gr/intravena
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
KIMIA DARAH
Glukosa
Hematologi Rutin
Fungsi Ginjal
Fungsi Hati
· N: 88 x/menit
DO:
· Program
terapi sebagai
system
kolaboratif
daam
menyelesaika
n masalah
nyeri
Setelah Perawatan Luka
2. Risiko dilakukan
Infeksi Observasi
inervensi
· Monior · Adanya
selama 3 x 24
karakteristik luka kemerahan
jam, risiko
(mis. drainase, dan rasa
Faktor infeksi dapat
warna, ukuran, panas pada
risiko: teratasi
bau) luka
dengan kriteria
merupakan
· hasil: · Monitor tanda adanya
Pros tanda-tanda
Tingkat infeksi
edur infeksi
inva Infeksi
Terapeutik
sive
1. Luka post · Lepaskan
operasi balutan dan
sembuh plester secara
dan tidak perlahan
menunjukk
an · Bersihkan
tanda-tanda dengan cairan
infeksi (mis. NaCl atau
pembersih · Meningkatkan
kemerahan,
nontoksik, penyembuhan
bengkak,
sesuai dan
atau
kebutuhan menghindari
terdapat
infeksi pada
pus) · Bersihkan
luka operasi
jaringan nekrotik
· Berikan salep
yang sesuai ke
kulit/lesi, jika
perlu · Pemberian
· Pasang balutan nutrisi yang
sesuai jenis luka baik dapat
meningkatkan
· Pertahankan
daya tahan
teknik steril saat
tubuh
melakukan
perawatan luka
· Ganti balutan
sesuai jumlah · Untuk
eksudat dan diberikan
drainase secara
profilaktik atau
Edukasi menurunkan
· Jelaskan tanda jumlah,
dan gejala penyebaran
dan
infeksi
pertumbuhan
· Anjurkan mikroorganis
mengkonsumsi me penyebab
makanan tinggi infeksi
kalori dan
protein
· Ajarkan
prosedur
perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
· Kolaborasi
pemberian
antibiotik jika
perlu
Setelah Promosi
3. Gangguan dilakukan Komunikasi: Defisit
komunikasi inervensi Bicara
verbal selama 3 x 24 Observasi
jam, risiko Observasi
infeksi dapat · Monitor
teratasi kecepatan, - Untuk mengetahui
Kondisi
dengan kriteria tekanan, kecepatan, tekanan,
klinis terkait:
hasil: kuantitas, kuantitas, volume dan
· volume dan diksi bicara klien
Komunikasi diksi bicara
Tum Verbal
or Terapeutik Terapeutik
1. Respon · Gunakan kode - Untuk membantu
perilaku komunikasi dalam menyampaikan
2. alternatif (mis. isi pesan yang di
Pemahama isyarat tangan) maksud
n · Sesuaikan
- Untuk
komunikasi gaya
mempermudah
komunikasi
Dukungan komunukasi
dengan
Sosial kebutuhan
1. (mis. meminta - Menvalidasi bahasa
Kemampua bantuan klien agar dapat
n meminta keluarga untuk tersampaikan dengan
memahami baik
bantuan
pada orang ucapan pasien)
lain · Ulangi apa
yang
disampaikan
pasien
D. Impelementasi dan Evaluasi
CATATAN IMPLEMENTASI
S: 36,60C S: 36,20C
P: 20 x/menit P: 18 x/menit
4. (Jam 15.00)
Pemberian terapi
obat
Hasil:
Pemberian
metamizole untuk
mengurangi nyeri
5. (Jam 19.52)
Mengajarkan
terapi teknik
relaksasi napas
dalam
Hasil:
Pasien mampu
mendemonstrasikan
teknik relaksasi
napas dalam
CATATAN PERKEMBANGAN
S: - S: - S: -
O: O: O:
CATATAN IMPLEMENTASI
Implementasi: Implementasi: Implementasi:
1. (Jam 09.15) Monior 1. (Jam 16.15) 1. (Jam 06.15) Monior
karakteristik luka Monior karakteristik luka
(mis. drainase, karakteristik luka (mis. drainase,
warna, ukuran, bau) (mis. drainase, warna, ukuran, bau)
Hasil: warna, ukuran, Hasil:
bau)
- Tidak ada bau Hasil: - Tidak ada bau
S: - S: - S: -
O: O: O:
A: A: A:
P: P: P:
CATATAN IMPLEMENTASI
Implementasi: Implementasi: Implementasi :
CATATAN PERKEMBANGAN
S: - S: - S: -
O: O: O:
- Diksi bicara kurang jelas - Diksi bicara kurang jelas - Diksi bicara kurang jelas
- Klien kurang mampu untuk - Klien kurang mampu - Klien mampu untuk
menyampaikan pesan yang untuk menyampaikan pesan menyampaikan pesan yang
ingin disampaikan yang ingin disampaikan ingin disampaikan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul berdasarkan teori, yaitu defisit nutrisi,
nyeri akut, nyeri kronis, risiko infeksi, ansietas, dan gangguan mobilitas fisik. Sedangkan
diagnosa keperawatan yang disusun berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada pasien di
lahan praktik yaitu; nyeri akut, risiko infeksi, dan gangguan komunikasi verbal.
Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan omset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Setelah pasien
diberikan intervensi tentang manajemen nyeri nonfarmakologis dan kolaborasi farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri maka terjadi penurunan nyeri dari skala 3 NRS menjadi skala 2
NRS dan tanpa nyeri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nyeri akut pada pasien belum
teratasi, akan tetapi nyeri yang dirasakan sudah berkurang dengan memberikan intervensi
manajemen nyeri.
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Perawat
Perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan hendaknya mengikuti Langkah-
langkah proses keperawatan dalam pelaksanaan tindakannya dilakukan secara
sistematis dan tertulis, sehingga dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang
komprehensif dan meningkatkan mutu pelayanan Asuhan Keperawatan.
2. Bagi Institusi
Diharapkan laporan seminar kasus ini dapat menjadi referensi dan bahan bacaan
untuk menambah wawasan khususnya mengenai Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Ameloblastoma.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliyasari, R. W., Faidah, N., & Wulan, E. S. (2018). Perbedaan Perawatan Luka Post
Operasi Bersih Menggunakan Balutan Kasa Dengan Balutan Transparan Terhadap
Waktu Penyembuhan Luka Di RSUD Dr. Loekmono Hadi Kudus. Prosiding HEFA
(pp. 154-160). Kudus: LP2M STIKES Cendekia Utama Kudus.
Cahyawati, T. D. (2018). Ameloblastoma. Jurnal Kedokteran Unram, 7(1), 19–25.
Haryani, F., Sulistyowati, P., & Ajiningtiyas, E. S. (2021). Literature Review Pengaruh
Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada Post Operasi Sectio
Caesarea. Jurnal Kesehatan, 6(1), 15-24.
Igiany, P. D. (2018). Perbedaan Nyeri pada Pasien Pasca Bedah Fraktur Ekstremitas
Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi Napas Dalam. Jurnal Manajemen
Informasi dan Administrasi Kesehatan, 1(1), 16-21.
Lela, A., & Reza, R. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Nyeri pada Pasien Fraktur. Jurnal Kesehatan, 9(2), 262-266.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik (4th ed.). Jakarta: EGC.
Rizqi, N. (2022). Asuhan Keperawatan pada Pasien Ny. R dengan Ameloblastoma Tipe
Flexiform Post Op Mandibulektomi di Ruang Anggrek 1 RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta [Poltekkes Yogyakarta]. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/8806/
PPNI, T. Pokja SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Sinaga, S. H., & Siringoringo, M. (2017). Gambaran Penerapan Standar Operasional
Prosedur Perawatan Luka pada Post Operasi Fraktur Femur Tertutup di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2017. Elisabeth Health Journal,
2(2), 1-7.