PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tumbuh kembang fisik dan mental (WHO dalam Menkes RI, 2010). Menurut
disfungsi atau gangguan yang terjadi pada susunan saraf pusat yang
Anak tunagrahita atau disebut juga retardasi mental (RM) mempunyai fungsi
menyesuaikan diri (berprilaku adaptif). Biasanya hal ini terjadi pada anak
1
komunikasi maupun sosial, mengurus diri sendiri dan karenanya memerlukan
sebesar 11 persen dari total populasi. Menurut hasil Survey Sosial Ekonomi
2014).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu upaya
yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah
2
mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif
Bersih dan Sehat (PHBS), salah satunya adalah kebiasaan mencuci tangan
dimana mencuci tangan merupakan salah satu indikator perilaku hidup bersih
Cuci tangan merupakan kegiatan yang sering dilakukan setiap hari dan
juga merupakan dasar menjaga kesehatan diri dari berbagai macam penyakit
yang ditimbulkan dari tangan yang kotor. Waktu yang tepat untuk mencuci
tangan yaitu saat setelah dari jamban, setelah bermain, setelah membersihkan
anak yang buang air besar (BAB), sebelum menyiapkan makanan, sebelum
dan bersin (Kemenkes RI, 2010). Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan
cara mudah dan tidak perlu biaya mahal sebab CTPS sama dengan
mengajarkan anak-anak dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini. Dengan
demikian pola hidup bersih dan sehat (PHBS) tertanam kuat pada diri pribadi
anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Cuci tangan pakai sabun dapat
air dan sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran dan telur cacing yang
menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari-jari pada kedua tangan
3
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan presentase indikator cuci
tangan dengan benar masih dibawah 50 % yaitu sebesar 47,0 %, dan lima
provinsi dengan perilaku cuci tangan dengan benarnya rendah adalah Sumatera
Barat (29,0 %), Papua (29,5 %), Kalimantan selatan (32,3 %), Sumatera Utara
(32,9 %), dan Aceh (33,6 %) (Menkes RI, 2014). Cuci tangan sering dianggap
dimana dari 46 anak terdapat anak tunagrahita ringan sebanyak 33 anak dan
anak tunagrahita sedang sebanyak 13 anak dan juga diperoleh informasi bahwa
yang benar. Hambatan yang dimiliki siswa tunagrahita yaitu belum memiliki
kategori sedang masih merasa kesulitan dalam mencuci tangan dengan benar,
dan terkadang hanya mencuci dengan air mengalir saja tanpa menggunakan
sabun, itupun masih jarang dilakukan. Hal ini dikarenakan belum adanya
yang membuat anak merasa cepat bosan dan tahapan yang diajarkan tidak
menggunakan media lain sebagai pelengkap. Maka dari itu, anak tunagrahita
4
kategori sedang membutuhkan media dan metode pembelajaran bina diri
pakai sabun yang benar. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
pemberian alat atau media. Penggunaan media pada pembelajaran ini dapat
dan sempurna (Sutandi dan Sutjipto, 2013, p.8). Sehingga dapat disarankan
penggunaan metode ceramah belum secara maksimal dan hasil yang diperoleh
mengetahui cara cuci tangan pakai sabun. Media pembelajaran yang dapat
menggunakan video animasi. Melalui media video animasi anak tidak merasa
bosan dengan pembelajaran yang diajarkan mengenai cuci tangan pakai sabun.
bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Video dapat
5
menyajikan informasi, memaparkan proses, mengajarkan keterampilan, dan
media video ini adalah dapat diulangi bila perlu untuk menambah
dan respon yang diharapkan anak. Selain itu, video dapat digunakan untuk
menjelaskan alur suatu kegiatan dan proses yang berkaitan (Munadi, 2013,
p.127).
tunagrahita kategori sedang terhadap pembelajaran bina diri cuci tangan pakai
sabun, oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap
efektivitas video animasi cuci tangan pakai sabun sebagai salah satu alternatif
perilaku hidup bersih dan sehat untuk anak tunagrahita di SLB Al-Azhar
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah apakah penggunaan metode video animasi cuci tangan pakai sabun
efektif sebagai salah satu alternatif perilaku hidup bersih dan sehat untuk anak
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
6
Mengetahui efektivitas video animasi cuci tangan pakai sabun sebagai
salah satu alternatif perilaku hidup bersih dan sehat untuk anak tunagrahita
2. Tujuan khusus
salah satu alternatif perilaku hidup bersih dan sehat untuk anak
tunagrahita.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melatih serta kemandirian anak
dalam salah satu aktivitas perawatan diri, yaitu mencuci tangan pakai
sabun.
7
Menambah pengetahuan mengenai efektivitas video animasi cuci tangan
pakai sabun sebagai salah satu alternatif perilaku hidup bersih dan sehat
bagi peserta didik tentang efektivitas video animasi cuci tangan pakai
sabun sebagai salah satu alternatif perilaku hidup bersih dan sehat untuk
berbeda
E. Ruang Lingkup
pakai sabun sebagai salah satu alternatif perilaku hidup bersih dan sehat untuk
dari 50% siswanya, adalah anak tunagrahita, dan siswa tunagrahita di SLB Al-
pakai sabun yang benar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tunagrahita
1. Defenisi
anak tunagrahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan
bawah 70). Selain itu juga diikuti dengan berkurangnya kemampuan untuk
menyesuaikan diri (berprilaku adaptif). Biasanya hal ini terjadi pada anak
9
masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi akademis
a. Tunagrahita Ringan
bergaul, dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial tidak saja pada
lingkungan yang terbatas tetapi juga pada lingkungan yang lebih luas,
kerja dikemudian hari. Jadi anak dengan retardasi mental yang mampu
didik berarti anak yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-
yang semi skill dan pekerjaan sosial sederhana, bahkan sebagian besar
10
orang dewasa. Anak gangguan intelektual ringan seringkali tidak dapat
b. Tunagrahita Sedang
dengan bantuan.
dua angka atau lebih), dan bekerja dalam tempat kerja terlindung atau
adalah anak yang hanya dapat dilatih untuk mengurus dirinya sendiri
11
anak gangguan intelektual sedang dapat diketahui sewaktu bayi atau
memiliki IQ kurang dari 30. Anak yang tergolong dalam kelompok ini
orang lain.
mampu latih, dan mampu rawat (Smart, 2012, p.49), dijelaskan sebgai
berikut :
Tabel 2.1
lingkungan sosial.
12
Tunagrahita < 30 Perlu rawat Perlu pengawasan, perlu
lain.
a. Kecerdasan
Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo (rote learning) bukan
muda.
b. Sosial
13
sebagainya; disingkirkan dari bahaya, diawasi waktu bermain dengan
e. Organisme
normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih
tua dari normal. Sikap dan gerak lagaknya kurang indah. Diantaranya
adalah :
14
b. Dapat mengadakan adaptasi sosial di rumah dan di lingkungan
perkembangannya.
Penyebab retardassi mental secara umum dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu :
a. Penyebab pre-natal
Setidaknya ada empat kelainan yang dapat terjadi pada masa pre-
1) Kelainan Kromosom
keturunan dari dua gen terpendaam dari orang tua yang membawa
2) Kelainan Metabolik
mental :
15
Pertama, phenylketonuria, merupakan kelainan metabolik, yang mana
3) Infeksi
ada dua infeksi yang dapat menyebabkan retardasi mental pada anak
cytomegalovirus.
4) Intoksikasi
16
janin karena ibu hamil minum-minuman yang mengandung alcohol,
b. Penyebab perinatal
c. Penyebab post-natal
17
Dapat disadari bahwa dengan keterbatasan kemampuan berfikir
mereka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mereka sudah tentu mengalami
yang tepat, kemampuan berfikir abstrak yang terbatas, daya ingat yang
orang lain terutama kepada keluarga (orang tua) dan masih sedikit sekali
yang sudah dapat hidup mandiri, ini pun masih terbatas pada anak
18
dan untuk itu perlu difikirkan matang-tang secara ideal sehingga dapat
kadang stabil dan kadang-kadang kacau. Kondisi yang demikian itu dapat
lakunya sering menampilkan tingkah laku nakal. Dengan kata lain bahwa
menjauhkan diri dari keramaian seingga hal ini dapat berakibat fatal bagi
19
mengimbangi kondisi ini sangat perlu adanya imbangan kegiatan dalam
20
Media Video Animasi :
Sumber :AnakdenganKecerdasandibawah rata-rata (Subini, 2012), Anak Cacat BukanKiamat (Sandra, 2010), PedomanPembinaan
PHBS (Kemenkes, 2011), Multimedia (Munir, 2012)
21
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Variabel Variabel
Independen Dependen
22
B. Defenisi Operasional
Dependen
Kemampuan Sebuah Observasi Lembar Kurang = 1-5 Interval
cuci tangan keterampilan Observasi
pakai sabun anak (Checklist) Baik = 6-10
anak tunagrahita
tunagrahita dalam
kategori melakukan
sedang kegiatan
cuci tangan
pakai sabun
sesuai
dengan SOP
Independen
Pelatihan Memberikan Pelatihan Lembar Diberikan
cuci tangan sebuah cuci Observasi perlakuanses
pakai sabun perlakuan tangan (Checklist) uai SOP
dengan dengan dengan
media video media video media
animasi animasi video
tentang animasi
langkah
mencuci
tangan pakai
sabun
selama lebih
kurang 10
menit
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain Penelitian
O1 I O2
Keterangan :
(pre-test)
24
I : Intervensi/ Pemberian perlakuan cuci tangan pakai sabun dengan
perlakuan (post-test)
1. Populasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
2. Sampel
25
a. Kriteria Inklusi
Adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
1. Data primer
Data primer yaitu data yang langsung dari responden berupa observasi
kemampuan melakukan cuci tangan pakai sabun yang dimiliki oleh anak
2. Data sekunder
berupa data siswa penyandang tunagrahita sedang yang ada di SLB Al-
Azhar Bukittinggi serta data yang mendukung penelitian ini seperti nama,
lembar observasi.
26
b. Sebelum tindakan dilakukan, peneliti menjelaskan tentang pelaksanaan
tangan pakai sabun yang setiap langkahnya memiliki skor tertentu untuk
sabun adalah berupa media video animasi. Video animasi adalah media
melakukan penelitian :
27
E. Pengolahan Data
berikut :
adalah data umum yang meliputi karakteristik responden dan nilai dari
sebelum dan sesudah intervensi melalui metode video animasi. Data khusus
yang dianalisa berupa data hasil observasi pre test dan post test.
28
4. Cleaning (Membersihkan data)
dibutuhkan oleh peneliti. Data-data yang didapatkan oleh peneliti tidak ada
yang dibuang atau dihapus. Semua data yang didapatkan oleh peneliti
F. Analisa Data
1. Analisa Univariat
2. Analisa Bivariat
variabel. Variabel pada penelitian ini adalah kemampuan cuci tangan pre-
test dan post-test. Penelitian ini menggunakan uji T-test dengan uji beda dua
G. Etika Penelitian
empat prinsip untama yang perlu dipahami oleh pembaca, antara lain
29
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek untuk mendapatkan
oleh responden.
and confidentiality)
mengenai identitas baik nama maupun alamat asal subjek dalm kuesioner
dan alat ukur apa pun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas
30
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi
and benefits)
sss
31
DAFTAR PUSTAKA
Greydanus, D.E & Pratt, H.D. 2005. Syndromes And Disorders Associated With
Mental Retardation. Indian Journal of Pediatrics
32
Setiawan, I. 2014. Peran Orang Tua Dalam Memotivasi Anak Mencuci Tangan
Dengan Benar Memakai Sabun. Skripsi. Surakarta : Stikes Kusuma Husada
Subini, Nini. 2012. Panduan Mendidik Anak Dengan Kecerdasan di Bawah Rata-
Rata. Yogyakarta : Javalitera
33