Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

At DENGAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI YAYASAN
PEMENANGAN JIWA SUMATERA

Oleh :

RADINOVA KHRISTIAN HULU


NPM : 200202044

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan jiwa pasien dengan
Risiko Perilaku Kekerasan Yayasan Pemenangan Jiwa Sumatera untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah keperawatan jiwa dalam menyelesaikan Profesi
Ners.. Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini banyak pihak yang membantu
penulis, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Rinco Siregar, S.Kep, MNS selaku Ketua Prodi Keperawatan Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
2. Bapak Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep.J Selaku Koordinator Profesi
Ners dan dosen pembimbing Stase Keperawatan Jiwa
3. Ibu Ns. Jenny Marlindawani Purba MNS selaku Tim pembimbing di stase
keperawatan jiwa.
4. Bapak Ns. Erwin Silitonga M.Kep selaku Tim pembimbing di stase
keperawatan jiwa.
5. Ibu Lena sebagai Staf Pegawai Yayasan Pemenangan Jiwa Medan.
6. Serta terima kasih kepada teman-teman Mahasiswa/i Universitas Sari Mutiara
Indonesia yang telah bersama-sama menyelesaikan tugas makalah ini.

Penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka
dari itu kami dari penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna
memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Februari 2021

Radinova Khristian Hulu


NPM : 200202044
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat berat dan kronis yang
menyerang 20 juta orang di seluruh dunia (WHO, 2019). Skizofrenia
merupakan penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan, gangguan otak yang
di tandai dengan pikiran kacau, waham, delusi, halusinasi, dan perilaku aneh
atau katatonik (Pardede & Laia, 2020). Privalensi ganguan jiwa di Indonesia
berdasarkan KEMENKES 2019 di urutan pertama Provinsi Bali 11,1% dan
nomor dua disusul oleh Provinsi DI Yogyakarta 10,4%, NTB 9,6%,
Provinsi Sumatera Barat 9,1%, Provinsi Sulawesi Selatan 8,8%, Provinsi
Aceh 8,7%, Provinsi Jawa Tengah 8,7%, Provinsi Sulawesi Tengah 8,2%,
Provinsi Sumatera Selatan 8%, Provinsi Kalimantan Barat 7,9%. Sedangkan
Provinsi Sumatera Utara berada pada posisi ke 21 dengan privalensi 6,3%
(KEMENKES, 2019).

Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang dapat berakhir dengan hilanngya


dengan nyawa seseorang. Dalam penanganan penyakit ini karena jiwa yang
tergangangu maka di butuhkan adalah terapi, rehabilitasi serta dengan
konseling. Upaya terbesar untuk penangan penyakit gangguan jiwa terletak
pada keluarga dan masyarakat, dalam hal ini terapi terbaik adalah bentuk
dukungan keluarga dalam mencegah kambuhnya penyakit skizofrenia
(Pitayanti, & Hartono, 2020). Tanda dan gejala yang timbul akibat
skizofrenia berupa gejala positif dan negatif seperti perilaku kekerasan.
Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang
diespresikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun
orang lain. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan
pernapasan meningkat, marah, mudah tersinggung, mengamuk dan bisa
mencederai diri sendiri. Perubahan pada fungsi kognitif, fisiologis, afektif,
hingga perilaku dan sosial hingga menyebabkan resiko perilaku kekerasan.
Berdasarkan data tahun 2017 dengan resiko perilaku kekerasan sekitar 0,8%
atau dari 10.000 orang menunjukkan resiko perilaku kekerasan sanggatlah
tinggi (Pardede, Siregar & Hulu, 2020).).

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap streesor yang


dihadapi oleh seseorang, respon ini dapat menimbulkan kerugian baik
kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Seseorang yang
mengalami perilaku kekerasan sering menunjukan perubahan perilaku
seperti mengancam, gaduh, tidak bisa diam, mondar-mandir, gelisah,
intonasi suara keras, ekspresi tegang, bicara dengan semangat, agresif, nada
suara tinggi dan bergembira secara berlebihan. Pada seseorang yang
mengalami resiko perilaku kekerasan mengalami perubahan adanya
penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah, orientasi terhadap
waktu, tempat dan orang serta gelisah (Pardede, Siregar & Halawa, 2020).

Risiko perilaku kekerasan timbul akibat rasa tidak nyaman dan panik yang
terjadi akibat stressor dari dalam dan luar lingkungan. Perilaku kekerasan
yang timbul pada klien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan tidak
berharga, takut dan ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan
menyingkir dari hubungan interpersonal dengan orang lain (Azis, Sukamto
& Hidayat, 2018).

Risiko mencederai merupakan suatu tindakan yang memungkinkan dapat


melukai atau membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
sehingga masalah yang terjadi pada pasien parilaku kekerasan akan
melibatkan keluarga (Suryeti 2017). Survei awal pada pembuatan askep
pada skizofrenia ini dilakukan di Yayasan Pemenag Jiwa Sumatera dengan
jumlah pasien 70 orang tetapi yang menjadi subjek di dalam pembuatan
askep ini berjumlah 1 orang dengan pasien resiko perilaku kekerasan atas
nama inisial Tn. At. Penyebabnya Tn. At di jadikan sebagai subjek
dikarenakan pasien belum bisa mengatasi emosinya selain meminum obat.
Maka tujuan asuhan keperawatan yang akan di lakukan ialah untuk
mengajarkan standar pelaksaan resiko perilaku kekerasan/perilaku
kekerasan pada saat Tn. At mengalami ke amukan.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah di paparkan pada latar belakang maka


rumusan masalah dalam askep ini yaitu Asuhan Keperawatan Resiko
Perilaku Kekerasan Tn. At di Yasasan Kemenangan Jiwa Sumatera.

1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara holistik
dan komprehensif kepada Tn. At dengan gangguan resiko perilaku
kekerasan di Yayasan Kemenangan Jiwa Sumatera.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Mahasiswa mampu memahami pengertian, tanda dan gejala,
etiologi, penatalaksanaan medis dan keperawatan resiko perilaku
kekerasan.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. At dengan
gangguan resiko perilaku kekerasan.
c. Mahasiswa mampu melakukan menegakkan diagnosa pada Tn. At
dengan gangguan resiko perilaku kekerasan.
d. Mahasiswa mampu melakukan menetapkan perencanaan pada Tn.
At dengan gangguan resiko perilaku kekerasan.
e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada Tn. At dengan
gangguan resiko perilaku kekerasan.
f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Tn. At dengan
gangguan resiko perilaku kekerasan.
g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang diberikan pada
Tn. At dengan gangguan resiko perilaku kekerasan.
1.4. Manfaat

1. Responden

Diharapkan tindakan yang telah di ajakarkan dapat di terapkan secara


mandiri untuk mengontrol emosi dan untuk mendukung kelangsungan
kesehatan pasien.

2. Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan diharapkan untuk menjadi acuan dalam dalam


melakukan kegiatan kemahasiswaan dalam bidang keperawatan jiwa.

3. Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera.

Diharapkan dapat menjadi acuan dalam menanganin atau dalam


memberikan pelayanan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan
perilaku kekerasan di Yayasan Pemenang Jiwa Sumatera.
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Resiko Perilaku Kekerasan

2.1.1 Pengertian

Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif dari kemarahan,


hasil dari kemarahan yang ekstrim ataupun panik. Perilaku kekerasan
yang timbul pada klien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan
tidak berharga, takut,dan ditolak oleh lingkungan sehingga individu
akan menyingkir dari hubungan interpersonal dengan oran lain
(Pardede, Keliat & Yulia, 2015).

Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang


dihadapi oleh seseorang yang dihadapi oleh seeorang yang di
tunjukan dengan perilaku kekerasan baik pada diri sediri maupun
orang lain dan lingkungan baik secara verbal maupun non-verbal.
Bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan bisa amuk, bermusuhan
yang berpotensi melukai, merusak baik fisik maupun kata-kata (Kio,
Wardana & Arimbawa, 2020).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan


melukai seseorang secara fisik maupun psikologis dapat terjai dalam
dua bentuk yaitu saat berlangsung kekerasan atau riwayat perilaku
kekerasan. Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif dari
marah akibat tidak mampu klien untuk mengatasi strssor lingkungan
yang dialaminya (Estika, 2021).

2.1.2 Tanda dan Gejala

Tanda dan gerjala perilaku kekerasan adalah muka merah, tegang,


mata melotot/pandangan tajam, bicara kasar, nada suara tinggi,
membentak, kata-kata kotor, ketus, memukul benda/orang lain,
menyerang orang lain, merusk lingkungan, amuk/agresif, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, cerewet,
kasar, berdebat, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli,
kasar, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran (Estika, 2021).

Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan standar asuhan


keperawatan jiwa dengan masalah resiko perilaku kekerasan,
(Pardede, 2020) :
Subjektif
a. Mengungkapkan perasaan kesal atau marah.
b. Keinginan untuk melukai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
c. Klien suka membentak dan menyerang orang lain.
Objektif
a. Mata melotot/pandangn tajam.
b. Tangan mengepal dan Rahang mengatup.
c. Wajah memerah.
d. Postur tubuh kaku.
e. Mengancam dan Mengumpat dengan kata-kata kotor.
f. Suara keras.
g. Bicara kasar, ketus.
h. Menyerang orang lain dan Melukai diri sendiri/orang
lain.
i. Merusak lingkungan.
j. Amuk/agresif.

2.1.3 Etiologi

Penyebab dari perilaku kekerasan bukan terdiri cuman satu faktor


tetapi termasuk juga faktor keluarga, media, teman, lingkungan,
biologis. Perilaku kekerasan dapat menimbulkan dampak seperti
gangguan psikologis, merasa tidak aman, tertutup, kurng percaya
diri, resiko bunuh diri, depresi, harga diri rendah, ketidak berdayaan,
isolasi sosial (Putri, Arif & Renidayati 2020).
Faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya skizofrenia
meliputi biologis, psikologis, dan sosialkultural, dimana faktor
biologis yang mendukung terjadinya skizofrenia adalah genenitk,
neuroanotomi, neurokimia, dan imunovirologi. Faktor presipitasi
merupakan faktor stressor yang menjadikan klien mengalami
sikizofrenia yang terdiri dari faktor biologi, psikologi, dan
sosiokultural yang mampu menyebabkan risiko perilaku kekerasan,
halusinasi, dan harga diri rendah (Pardede, 2014).

Penyebab pasien beresiko untuk melakukan perilaku kekerasan


disebabkan oleh cemas secara terus menerus, untuk itu dibutuhkan
strategi preventif untuk mencegah perilaku kekerasan yang salah
satunya adalah dengan melakukan teknik relaksasi. Terknik relaksasi
merupakan salah satu yang sering digunakan untuk menghilangkan
stress ialah Muscle Relaxation Therapy (PMRT). Terapi ini mudah di
pelajari dan tidak terbatas, dampaknya bisa menggurangi kecemasan
dan depresi, peningkatan perasaan kontrol diri dan peningkatan
kemampuan koping dalam situasi stress (Pardede, Simanjuntak, &
Laia, 2020). Faktor psikologis yang menyebabkan pasien mengalami
perilaku kekerasan antara lain yaitu : Keperibadian yang tertutup,
kehilangan, aniaya seksual, kekerasan dalam keluarga (Pardede &
Laia, 2020).

2.1.3.1 Faktor Predisposisi


1. Faktor Psikologis

Psyschoanalytical Theory : Teori ini mendukung


bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari
instinctual drives. Pandangan psikologi mengenai
perilaku agresif mendukung pentingnya peran dari
perkembana predisposisi atau pengalaman hidup.
Beberapa contoh dari pengalaman hidup tersebut :
a. Kerusakan otak organik dan retardasi mental
sehingga tidak mampu menyelesaikan secara
efektif.

b. Rejeksi yang berlibihan saat anak-anak.

c. Terpapar kekerasan selama masa


perkembangan.

2. Faktor Sosial Budaya


Sosial Learning Theory, ini merupakan bahwa agresif
tidak berbeda dengan respon-respon yang lain,
kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan.

3. Faktor biologis
Neurotransmeiter yang sering dikaaitkan perilaku
agresif dimana faktor pendukunya adalah masa kadan-
kanak yang tidak menyengkan, sering mengalami
kegagalan, kehidupan yang penuh tindakan agresif
dan lingkungan yang tidak kondusif.

4. Perilaku
Reinfocemnt yang terima pada saat melakukan
kekerasan dan sering mengobservasi kekerasan di
rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan.

2.2.3.2 Faktor Presitipasi

Ketika seseorang merasa terancam terkadang tidak


menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber
kemarahannya. Tetapi secara umum, seseorang akan
mengerluarkan respon marah apabila merasa dirinya
terancam. Faktor presipitasi bersumber dari klien,
lingkungan, atau interaksi dengan orang lain. Faktor yang
mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua,
yaitu (Parwati, Dewi & Saputra 2018) :

a. Klien : Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak


berdayaan, kurang percaya diri.
b. Lingkungan : Ribut, kehilangan orang atau objek yang
berharga, konflik interaksi sosial.

2.1.4 Penatalaksanaan

Penatalaksaan perilaku kekerasan bisa juga dengan melakukan terapi


restrain. Restrain adalah aplikasi langsung kekuatan fisik pada
individu, tanpa injin individu tersebut, untuk mengatasi kebebasan
gerak, terapi ini melibatkan penggunaan alat mekanis atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik pasien. Terapi restrain dapat
diindikasikan untuk melindungi pasien atau orang lain dari cidera
pada saat pasien lagi marah ataupun amuk (Hastuti, Agustina, &
Widiyatmoko 2019).

Penanganan yang dilakukan untuk mengontrol perilaku kekerasan


yaitu dengan cara medis dan non medis. Terapi medis yang dapat di
berikan seperti obat antipsikotik adalah Chlorpoazine (CPZ),
Risperidon (RSP) Haloperidol (HLP), Clozapin dan Trifluoerazine
(TFP). Untuk terapi non medis seperti terapi generalis,untuk
mengenal masalah perilaku kekerasan serta mengajarkan
pengendalian amarah kekerasan secara fisik : nafas dalam dan pukul
bantal, minum obat secara teratur, berkomunikasi verbal dengan
baik-baik, spritual : beribadah sesuai keyakinan pasien dan terapi
aktivitas kelompk (Estika, 2021).

2.1.4.1 Terapi Medis

Fsikomarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan


tujuan untuk mengurangi atau menghilanggan gejala
gannguan jiwa. Dengan demiakian kepatutan mium obat
adalah mengonsumsi obat yang direspkan oleh dokter
pada waktu dan dosis yang tepat karena pengobatan hanya
akan efektif apabila penderita memenuhi aturan dalam
penggunaan obat (Pardede, Keliat & Yulia, 2015).

2.1.4.2 Tindakan Keperawatan

Mengajarkan stimulasi persepsi perilaku kekerasan


berdasarkan standar pelaksanaan untuk mengenal
penyebab perilaku kekerasan dengan latihan fisik seperti :
Tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal, meminum obat
dengan teratur, berbicara secara baik-baik seperti meminta
sesuatu dan mengajarkan spritual sesuai kepercayaan
pasien (Pardede & Laia, 2020).
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Identitas Klien

Inisial : Tn. At
Alamat : Jln. Anggrek Simpang selanyan no 76
Tanggal Pengkajian : 25 Februari 2021
Umur : 56 Tahun
Agama : Kristen Protestan
Status : Tidak Menikah
Infoment : Status pasien dan komunikasi dengan pasien

3.2 Keluhan Utama


Pasien mengatakan mengeluh karna tidak suka meminum obat di karenakan
tidak sembuh-sembuh dari semenjak masuk ke yayasan hingga saat ini.
Pasien mengatakan suka marah jika diberikan obat disebabkan karena tidak
kunjung pulang kerumah. Klien juga mengatakan jika tidak di awasi untuk
minum obat maka obatnya dibuangnya, karane klien tidak percaya jika
minum obat akan menyembuhkannya di sebabkan pasien mengatakan
bahwa pasien percaya hanya Tuhanlah yang dapat menyembuhkan
penyakitnya.

3.3 Faktor Predisposisi


1. Pernah mengalami ganguan jiwa di masa lalu?
Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya.
Berhasil Kurang Berhasil
Tidak berhasil
3. Trauma
Pelaku /Usia Korban/usia Sakit/Usia
Aniaya fisik

Aniaya Seksual

Penolakan
Kekerasan
dalam keluarga

Tindakan kriminal

Jelaskan No 1,2.3 : Pasien mengatakan sebelumnya pernah di rawat di


Yayasan Kolam Bethesda (YKB) selama 2 tahun tetapi
tidak pernah pulang hingga di pindahkan ke Yayasan
Penang Jiwa oleh keluarganya. Pasein mengatakan
bahwa awalnya dia dijemput oleh pihak (YKB) karena
di rumahnya dia marah-marah dan memukuli ibu dan
adiknya dengan alasan kelakuan adinya tidak sesuai
denganya saat itu dan ibunya membela adiknya
makanya terjadi pemukulan yang dilakukannya. Pasien
mengatakan sudah ada 5 bulan tidak di kunjungi oleh
keluarganya di Yayasan Pemenang Jiwa.
Masalah Keperatan : Risiko Perilaku Kekerasan.
Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Ya Tidak

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:

Pasien mengatakan pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan


adalah saat ayahnya mengatarnya ke Yayasan Kolam Bethesda dan
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Maslah Keperawatan
3.4 Fisik
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien, pasien tidak memiliki
pemeriksaan fisik, didapat hasil
TD : 120/80 mmHg
N : 83x/Menit
S : 36,50C
RR : 20x/Menit
TB : 171 cm
BB : 68 Kg

3.5 Psikososial
3.5.1 Genogram

Pasein merupakan anak keempat dari 6 bersaudara, pasien memiliki 2 orang


abang, 1 orang kakak, dan 2 orang adik perempuan dimana semua sudah
berkeluarga, ayahnya telah meninggal dunia dan ibunya masih hidup.

Ket :

Laki-Laki Pasien Pasien


Perempuan Meninggal Dunia
Meninggal Dunia
Tinggal Bersama Keluarga
Pasien Tinggal di Yayasan Kemenagan Jiwa
Jelaskan : Pasien tinggal di Yayasan Pemenang Jiwa sudah
3 tahun dengan alasan keluarga mengantar karena
melakukan perilaku kekerasan di rumah.

Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan


3.5.2 Konsep Diri
a. Gambaran diri : Pasien mengatakan menyukai seluruh
tubuhnya dan tidak ada yang cacat.

b. Identitas : Pasien mengatakan hanya lulusan SMA


tetapi sempat kuliah di salah satu universitas
yang berada di medan, tetapi tidak
menyelesaikannya.

c. Peran : Pasien mengatakan anak keempat dari enam


bersaudara.

d. Ideal diri : Pasien mengatakan menyadari sakitnya dan


ingin cepat sembuh.

e. Harga diri : Pasien mengatakan merasa dirinya di buang


oleh keluarga dan ibunya pilih kasih terhadap

anak-anaknya.

Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah.

3.5.3 Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti :

Pasien mengatakan bahwa keluarganya adalah orang yang


sangat berarti baginya terutama ibunya, pasien juga
mengatakan menyesal telah memukul ibunya.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :


Pasien mengatakan tidak mengikuti kegiatan di masyarakat
tetapi mengikuti kegiatan kelompok seperti beribadah bersama
di dalam Yayasan.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Pasien mengatakan susah berinteraksi di luar lingkungan


yayasan karena diawasi sangat ketat. Tetapi untuk berinteraksi
di dalam yayasan pasien mengatakan tidak memiliki hambatan.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

3.5.4 Spritual

a. Nilai dan Keyakinan : Pasien beragama kristen protestan dan


yakin dengan agamanya.

b. Kegiatan Ibadah : Selama dirawat di yayasan pemenang


jiwa pasien selalu ikut beribadah
terjadwal setiap harinya.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

3.5.5 Status Mental

a. Penampilan

Tidak Rapi Penggunaan pakai tidak sesuai

Cara berpakaian seperti biasa

Jelaskan : Penampilan pasien rapi seperti berpakaian biasa


pada umumnya.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

b. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Apatis

Inkoheren Lambat Membisu


Tidak Mampu Memulai Pembicaraan
Jelaskan : Pasien berbicara lambat dan pandangan kebawah.

Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan

c. Aktivitas motorik
Lesu Tegang Gelisah

Grimasen

Agitas Tik
Tremor Kompulsif

Jelaskan : Pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas


sehari-hari.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

d. Alam perasaan

Sedih Ketakutan Putus Asa

Kwatir Gembira Berlebihan

Jelaskan : Pasien tidak mampu megespresikan perasaan sesuai


kondisi pada saat emosi.
Masalah keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasa
e. Afek
Data Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan : Pasien merespon saat di panggil tetapi pandangan
kebawah.
Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan.
f. Interaksi selama wawancara
Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghirup Curiga


Jelaskan : Selama diwawancara pasien bersifat koperatif.

Keperawatan :
g. Persepsi :

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidup
Jelaskan : Pasien megatakan sekali-kali mendengarka suara
yang memicu amarahnya dan ingin memukul
orang di sekitarnya.
Masalah Keperawatan : Gangguan Presepsi Sensori :
Halusinasi
h. Proses Pikir
Sirkumtansial Tangensial

Perabaan Flight of Idea

Blocking

Pengulangan pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : Pasien mampu berbicara sesuai topik pembicaraan


dan dapat merespon umpan balik dan dapat
mengulang hal penting yang disampaikan perawat.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
i. Isi Pikir
Obsesi Fobia
Hipokondria Depersonalisasi
Ide Yang Terkait Pikiran Magis
Waham
Agama Somatik Kebesaran
Curiga Nahilistic Sisip pikir
Siap pikir Control pikir
Jelaskan : Pasien mengatakan ingin ke Israel karean didalam
Alkitab bangsa yang di berkati Tuhan adalah
Israel.
Masalah Keperawatan : Waham Agama
Tingkat Kesadaran
Bingung Sedasi

Disorientasi
Waktu Tempat Orang
Jelaskan : Pasien tidak mengalami gangguan orientasi, pasien
mengenali, waktu, orang dan tempat.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.
j. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang

Gangguan daya ingat saat ini

Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi

Jelaskan : Klien mampu mengingat kejadian-kejadian saat


melakukan pemukulan kepada ibu dan adiknya.
Masalah Keperawata : Risiko Perilaku Kekerasan.

h. Tingkat Konsentrasi dan berhitung


Mudah beralih Tidak mampu konsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana


Jelaskan : Pasien mampu menjawab pertanyaan hitungan
sederhana.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
i. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan Bermakna

Jelaskan : Pasien dapa membedana tempat yang bersih dan


kotor.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
j. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : Pasien mengatakan sadar dirinya mengalami
gangguan jiwa, namun pasien menggikarinya.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

3.6 Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan, Minum, BAB/BAK
Jelaskan : Pasien dapat mengambil makan dan minum dan dapat
kekamar mandi untuk BAB/BAK.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
2. Mandi, Berpakaian /berhias
Jelaskan : Pasien megatakan dapat mandk dan berpakaian secara
mandiri.
3. Istrahat dan tidur
4. Tidur Siang lama 13.00 wib s/d 16.30 wib

Tidur malam lama 22.00 wib s/d 05.00 wib

Kegiatansebelum/sesudah : Berubadah

5. Penggunaan obat
Bantuan Minimal Bantuan Total

6. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjutan Ya Tidak

Perawatan Lanjutan Ya Tidak

7. Kegiatan di dalam rumah/yayasan


Mempersiapkan Ya Tidak

Menjaga Kerapian rumah Ya Tidak

Mencuci pakaian Ya Tidak

Pengaturan keuangan Ya Tidak

8. Kegiatan diluar rumah


Belanja Ya Tidak
Menjaga Kerapian rumah Tidak Ya
Lain-lain Ya Tidak

3.7 Mekanisme Koping


ADAPTIF MALADAPTIF
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Tekhnik relaksasi
Reaksi lambat/ berlebih Mencederai diri
Bekerja Berlebihan Olahraga
Aktivitas konstruksi Menghindar
Lainnya...........

Jelasakan : Pasien mengaktakan jika pada saat pasien emosi selalu


menumbuk beton kamarnya.
Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekeran

3.8 Masalah Psikososial Dan Lingkungan


Masalah dengan dukungan kelompok, sesifik : Masien megatakan dukungan
psikososial dan lingkungan di yayasan sangat baik
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan.

3.9 Pengetahuan Kurang Tentang


Penyakit Jiwa Sistem Pendukung

Faktor predisposisi Penyakit fisik

Koping Obat-obatan

Linnya…
Pejelasan : Pasien mengatakan jika sedang emosi akan melampiaskannya
pada dinding kamar.
Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan.
3.10 Aspek Medis
Diagnosa Medik :
a. Risiko Perilaku Kekerasan
b. Perilaku kekerasan
Terapi Medik : 1. Pemberian/minum obat kepada pasien secara teratur.
a. Risperidon (RSP) tablet 2 mg 2x1.
3.11 Analisa Data
N Masalah
Identifikasi Data
o Keperawatan
1. Ds : Risiko Perilaku
Kekerasan
Pasien mengatakan bahwa alasan ayahnya dulu mengantarnya
ke Yayasan Kolam Bethesda karena sudah memukul ibu dan
adiknya. Setelah 2 tahun di YKB di pindahkan oleh ayahnya
lagi ke Yayasan Pemenang Jiwa, higga saat ini belum di jemput
untuk pulang oleh keluarganya. Pasien Juga mengatakan
mungkin keluarganya masih takut kepadanya.
Do :
Pandangan pasien kebawah dan respon lambat.
2. Ds : Halusinasi
Pendengaran
Pasein mengatakan sekali-kali mendengarkan suara-suara yang
membuatnya dapat emosi untuk memukul orang yang tidak dia
senangi.
Do :
Pasien menggengamkan tangganya.
3. Ds : Gangguan Pola
Pikir : Waham
Pasien mengatakan bahwa dia akan ke Israel, karena bangsa Agama
Israel adalah bangsa Tuhan Yesus dan pasien inggin menjadi
orang yang pertama menjabat tangan Yesus.
Do :
Pasien memandang keatas dan menghunjuk arah depannya
bahwa Israel itu seakan-akan berada di sebelah pagar yayasan.
4. Ds : Harga Diri
Rendah
Pasien megatakan sadar dirinya mengalami gangguan jiwa,
namun pasien menggikarinya.
Do :
Pasien tampak tidak berdaya.
5. Ds : Perilaku
Kekerasan
Pasien mengatakan melampiaskan emosinya pada dindig kamar
jika kambuh amarahnya.
Ds :
Pandangan pasien tajam.
3.12 Daftar Masalah Keperawatan
1. Risiko Perilaku Kekerasan.
2. Halusinasi Pendengaran.
3. Gangguan Pola Pikir : Waham Agama.
4. Harga Diri Rendah.
5. Perilaku Kekerasan.

3.13 Intervensi Keperawatan


Diagnosa
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Risiko Pasien dapat Ketika di evaluasi 1. Membina hubungan
Perilaku membina pasien mampu saling percaya dengan
Kekerasan. hubungan membalas salam, cara menjelaskan
saling percaya. tersenyum, ada maksud dan tujuan
kontak mata serta interaksi, jelaskan
menyediakan waktu tentang kontrak yang
untuk kunjungan akan di buat, beri rasa
berikutnya. aman dan sikap empati.
2. Diskusi bersama pasien
tentang perilaku
kekerasan, penyebab,
tanda dan gejala
perilaku yang muncul
dan akibat dari perilaku
tersebut.
Pasien dapat Pasien mampu Sp1 :
mengendalikan menyebutan dan Latihan Melakukan cara
mengendalikan menrekomendasikan mengontrol amarah :
perilaku cara mengontrol a. Anjurkan teknik
kekerasan perilaku kekerasan relaksasi nafas dalam.
dengan cara dengan cara b. Pukul bantal.
relaksi nafas relaksasi nafas
dalam dan dalam dan pukul
pukul bantal.
bantal/kasur.
Pasien dapat Pasien mampu Sp2 :
mengendalikan mengendalikan a. Bantu pasien
perilaku perilaku kekerasan mengotrol perilaku
kekerasan dengan minum obat kekerasan dengan
dengan minum Risperidon (RSP) minum obar secara
obat secara dengan teratur. teratu 2x1 hari.
teratur.
Pasien paham Pasien paham dan Sp3 :
dan mampu mampu Bantu pasien mengontrol
mengendalikan menyampaikan risiko perilaku kekerasan
risiko perilaku amarah dengan cara dengan menganjurkan
kekerasan berbicara dengan pasien berbicara yang baik
dengan cara baik. bila sedang marah, dengan
berbicara tiga cara :
dengan baik. b. Meminta sesuatu
dengan baik tanpa
marah.
c. Menolak sesuatu
dengan baik.
Mengungkapkan perasaan
kesal.
Pasien paham Pasien paham dan Sp4 :
dan mampu mamu Pasien risiko perilaku
mengendalikan mengendalikan kekerasan : Diskusikan
risiko perilaku risiko perilaku bersama pasien cara
kekerasan kekerasan dengna mengendalikan perilaku
dengan cara cara beribadah kekerasan dengan cara
mempraktikan sesuai agama yang beribadah.
cara spritual. di anut pasien.
3.14 Implementasi dan Evaluasi
Hari/
Implementasi Evaluasi
Tgl
Kamis, 1. Data : S : Antusias dan Bersemangat.
26 feb Tanda dan gejala : mudah marah-
2021. marah, mudah tersinggung, O :
10.30 tatapan sinis, suka menyendiri - Pasien mampu melakukan
Wib. merasa tidak di hargai. latihan tarik nafas dalam
dengan mendiri.
2. Diagnosa Keperawatan - Pasien mampu pukul bantal
a. Risiko perilaku kekerasan. dengan mandiri.
b. Perilaku kekerasan.
A : Risiko perilaku kekerasan (+).
3. Tindakan Perilaku Kekerasan
Sp1 : Risiko perilaku kekerasan. P : Latihan fisik :
- Mengidentifikasi penyebab - Tarik nafas dalam 1x/hari.
reisko perilaku kekerasan yaitu - Pukul kasur bantal 1x/hari.
jika memauan klien tidak
diturutin.
- Mengidentifikasi tanda dan
gejala risiko perilaku kekerasan
yaitu pasien marah, mengamuk
tanpa alasan yang jelas, merusak
barang-barang dan cenderung
melukai orang lain.
- Menyebutkan cara mengontrol
risiko perilaku kekerasan
dengan latihan fisik : Tarik
nafas dalam dan pukul bantal
kasur.
- Membantu pasien latihan tarik
nafas dalam dan pukul bantal.

4. RTL :
Sp2 : Risiko perilaku kekerasan.
- Mengontrol risiko perilaku
kekerasan dengan minum obat
secara teratur.
Sp3 : Risiko Perilaku Kekerasan.
- Komunikasi secara verbal :
Asertif/Bicara baik-baik
Jumat, 1. Data : S : Senang dan Antusias.
27 feb Tanda dan gejala : mudah marah-
2021. marah, mudah tersinggung, O :
11.30 tatapan sinis, merasa tidak - Pasien mampu melakukan tarik
Wib. dihargai. nafas dalam dengan mandiri.
Kemampuan bermain alat musik - Pasien mampu pukul bantas
gitar. secara mandiri.
- Pasien mampu mengontrol
2. Diagnosa keperawatan amarah dengan minum obat
- Risiko perilaku kekerasan secara teratur dengan bantuan
- Perilaku kekerasan pengawas yayasan.
- Pasien mampu melakukan
3. Tindakan keperawatan komunikasi secara verbal :
Sp2 : Risiko Perilaku Kekerasan. asertif/bicara baik-baik dengan
a. Mengevaluasi kemampuan motivasi.
pasien tarik nafas dalam dan
pukul kasur A : Risiko Perilaku Kekerasan (+).
b. Memberikan informasi
tentang pengguanaan obat. P :
Sp3 : Risiko Perilaku Kekerasan. - Latihan tarik nafas dalam
a. Mengevaluasi kemampuan 1x/hari.
pasien untuk tarik nafas - Latihan pukul bantal 1x/hari.
dalam dan pukul bantal - Berobat
kasur. - Pasien melakukan komunikasi
b. Minum obat secara verbal : asertif/bicara
c. Komunikasi secara verbal : baik-baik.
asertif/bicara baik-baik.
4. RTL :
Sp4 : Risiko Perilaku Kekerasan.
- Spritual : Beribadah.
Sabtu, 1. Data : S : Senang.
28 feb Tanda dan gejala : mudah marah-
2021. marah, mudah tersinggung, O :
10.00 tatapan sinis, merasa tidak - Pasien mampu melaksanakan
Wib. dihargai. Kemampuan yang kegiatan ibadah dengan baik,
dimiliki bermain alat musik gitar. misalnya berdoa dan mengikuti
kegiatan ibadah di dalam
2. Diagnosa Keperawatan yayasan.
- Risiko perilaku kekerasan.
- Perilaku kekerasan. A : Perilaku Kekerasan (+).

3. Tindakan Keperawatan. P:
Sp4 : Risiko Perilaku Kekerasan. - Latihan tarik nafas dalam dan
- Mengevaluasi kemampuan pukul kasur bantal 2x/hari.
pasien dalam tarik nafas - Berobat.
dalam dan pukul bantal kasur, - Latihan melakukan
minum obat secara teratur dan komunikasi secara verbal :
berbicara baik-baik. asertif/bicara baik-baik.
- Melatih pasien untuk - Latihan pasien untuk
melakukan kegiatan spritual melaksakan kegiatan
yang sudah diatur. beribada seperti berdoa.
RTL :
Risiko perilaku kekerasan : Follow
up dan evaluasi Sp 1-4 Risiko
Perilaku Kekerasan.

BAB 4

PEMBAHASAN

Setelah mahasiwa melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn. At dengan


Risiko Perilaku Kekerasan/Perilaku Kekerasan di Yayasan Pemenang Jiwa
Sumatera, maka mahasiswa pada BAB ini akan membahas kesenjangan antara
teoritis dan tinjauan kasus. Pembahasan dimulai melalui tahapan prosess
keperatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evalusi.

1.1 Tahap Pengkajian

Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber yaitu


dari pasien dan pengawas yayasan. Mahasiswa mendapat sedikit kesulitan
dalam mmenyimpulkan data kerena keluarga pasien jarang mengkunjungi
pasien di yayasan pemenang jiwa. Maka mahasiwa melakukan pendekatan
pada pasien melalui komunikasi terapautik yang lebih terbuka membantu
pasien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi
kepada pasien. Adapau upaya tersebut yaiut :

a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada


pasien agar pasien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan
perasaan.

b. Mengadakan pengkajian pasien dengan wawancara dan tidak


menemukan kesenjangan karena di temukan hal sama seperti diteori
bahwasanya Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif dari
kemarahan, hasil dari kemarahan yang ekstrim ataupun panik. Perilaku
kekerasan yang timbul pada klien skizofrenia diawali dengan adanya
perasaan tidak berharga, takut,dan ditolak oleh lingkungan sehingga
individu akan menyingkir dari hubungan interpersonal dengan oran lain
(Pardede, Keliat & Yulia, 2015).
1.2 Tahap Perencanaan

Perencanaan dalam proses keperawatan lebih di kenal dengan asuhan


keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setlah pengkajian dan
penentuan diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan mahasiswa hanya
menyusun rencan tindakan keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan dan
Perilaku Kekerasan. Pada tahap ini antara tinjauan teroritis dan tinjauan kass
tidak ada kesenjangan sehingga mahasiswa dapat melaksanakan tindakan
seobtimal mungkin di dukung dengan seringnya bimbingan dengan
pembimbing. Secara teoritis digunakan secara strategi pertemua sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang muncul saat pengkajian. Adapun upaya
yang digunakan mahasiswa ialah :

1. Risiko Perilaku Kekerasan


a. Mengidentifikasikan isi Risiko Perilaku Kekerasan.
b. Mengidentifikasikan waktu terjadi Risiko Perilaku Kekerasan.
c. Mengidentifikasikan situasi pencetus Risiko Perilaku Kekerasan.
d. Mengidentifikasikan respon terhadap Risiko Perilaku Kekerasan.
e. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol Risiko
Perilaku Kekerasan dengan tarik nafas dalam dan pukul bantal.
f. Menjelaskan cara mengontrol Perilaku Kekerasan dengan minum
obat secara teratur.
g. Melatih pasien mengotrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan
berbicara baik-baik dengan orang lain dan spritual.
h. Mengevalusi jadwal kegiatan harian pasien.

1.3 Tahap Implementasi

Pada tahap implementasi mahasiswa hanya mengatasi masalah keperawatan


dengan diagnosa keperawatan Risiko perilaku Kekerasan/Perilaku
Kekerasank karena masalah utama yang dialami pasien. Pada diagnosa
keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan/Perilaku Kekerasan strategi
pertemuan ialah mengidentifikasi perilaku kekerasan, mengotrol perilaku
kekerasan, dan cara tarik nafas dalam dan pukul bantal kasur. Strategi
pertemuan yang kedua ialah anjurkan minum obat secara teratur, strategi
pertemua ketiga ialah latihan cara komunikasi secara verbal atau bicara
baik-baik dan strategi terakhir pertemua keempat yaitu spritual.

1.4 Tahap Evaluasi

Pada tinjauan kasus evaluasi yang dihasilkan adalah :

1. Klien sudah dapat mengontrol dan mengidentifikasi Risiko Perilaku


Kekerasan.
2. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan melalui latihan
fisik.
3. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan cara pergi
ke poli jiwa untuk mendapatkan minum obat.
4. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan berbicara
baik-baik dengan orang lain.
5. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan
melakukan spritual terjadwal.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Tn. At dan


disimpulkan bahwa pasien dapat mengontrol risiko perilaku kekerasan
dengan terapi yang di ajarkan oleh mahasiwa. Dimana pasien dapat
melakukan tarik nafas dalam, memukul bantal secara mandiri untuk
mengontrol amarahnya. Pasien juga minum obat secara teratur dan berbicara
secara baik-baik jika ingin meminta sesuatu atau melakukan penolakan,
hingga pasien dapat melakukan spritual sesuai ajaran agama yang dianut.

5.2 Saran

1. Diharapkan pada keluarga sering mengunjungi pasien selama waktu


perawatan karena dengan seringnya keluarga berkunjung, maka pasien
merasa berarti dan dibutuhkan dan juga setelah pulang keluarga harus
memperhatikan obat dikonsumsi seta membawa pasien kontrol secara
teratur kepelayana kesehatan jiwa ataupun rumah sakit jiwa.

2. Bagi mahasiswa /mahasiwi agar lebih memperdalam ilmu pengetahuan


khusus tentang keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Azis, N. R., Sukamto, E., & Hidayat, A. (2018). Pengerun Terapi De-Ekslasi
Terhadap Perubahan Perilaku Pasien dengan Resiko Perilaku
Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam
Samarinda. http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/id/eprint/797
Estika Mei Wulansari, E. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan
Risiko Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Daerah dr Arif
Zainuddin Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Kusuma
Husada Surakarta). http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/1020
Hastuti, R. Y., Agustina, N., & Widiyatmoko, W. (2019). Pengaruh restrain
terhadap penurunan skore panss EC pada pasien skizofrenia dengan
perilaku kekerasan. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(2), 135-144.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/4907/pdf
Kio, A. L., Wardana, G. H., & Arimbawa, A. G. R. (2020). Hubungan Dukungan
Keluarga terhadap Tingkat Kekambuhan Klien dengan Resiko
Perilaku Kekerasan. Caring: Jurnal Keperawatan, 9(1), 69-72.
http://ejournal.poltekkesjogja.ac.id/index.php/caring/article/view/5
92
Kemenkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS.Jakarta: Kemenkes
RI.https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/08/persebar
an-prevalensi-skizofreniapsikosis-di-indonesia#
Pardede, J. A., & Laia, B. (2020). Decreasing Symptoms of Risk of Violent
Behavior in Schizophrenia Patients Through Group Activity
Therapy. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(3), 291-300.
http://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/view/621/338
Pardede, J. A. (2014). Pengaruh Acceptance And Commitment Therapy Dan
Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Gejala,
Kemampuan Berkomitmen Pada Pengobatan Dasar Kepatuhan
Pasien Skizofrenia. https://www.researchgate.net/profile/Jek-
Amidos/347011273.pdf
Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Halawa, M. (2020). Beban dengan Koping
Keluarga Saat Merawat Pasien Skizofrenia yang Mengalami
Perilaku Kekerasan. Jurnal Kesehatan, 11(2), 189-196.
http://dx.doi.org/10.26630/jk.v11i2.1980
Pardede, J. A. (2020, November 12). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan
Masalah Risiko Perilaku. Kekerasan.
https://doi.org/10.31219/osf.io/we7zm
Pardede, J. A., Simanjuntak, G. V., & Laia, R. (2020). The Symptoms of Risk of
Violence Behavior Decline after Given Prgressive Muscle
Relaxation Therapy on Schizophrenia Patients. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 3(2), 91-100.
http://dx.doi.org/10.32584/jikj.v3i2.534
Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour
Therapy Terhadap Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien
Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem
Provsu Medan. Jurnal Mutiara Ners, 3(1), 8-14.
http://114.7.97.221/index.php/NERS/article/view/1005
Pardede, J. A., Keliat, B.A., & Yulia, I. (2015). Kebutuhan Dan Komitmen Klien
Skizofrenia Meningkat Setelah Diberkan Acceptance And
Commitment Therapy Dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan
Minum Obat. Jurnal Keperawatan Indonesia, 3(18), 157-166.
http://dx.doi.org/10.7454/jki.v18i3.419
Pardede, J. A. (2020, November 12). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan
Masalah Risiko Perilaku. Kekerasan.
https://doi.org/10.31219/osf.io/we7zm
Parwati, I. G., Dewi, P. D., & Saputra, I. M. (2018). Asuhan Keperawatan
PerilakuKesehatan.https://www.academia.edu/37678637/ASUHAN
_KEPERAWATAN_PERILAKU_KEKERASAN
Pitayanti, A., & Hartono, A. (2020). Sosialisasi Penyakit Skizofrenia Dalam
Rangka Mengurangi Stigma Negatif Warga di Desa Tambakmas
Kebonsari-Madiun. Journal of Community Engagement in
Health, 3(2), 300-303.
https://jceh.org/index.php/JCEH/article/view/83/78
Putri, M., Arif, Y., & Renidayati, R. (2020). Pengaruh Metode Student Team
Achivement Division Terhadap Pencegahan Perilaku Kekerasan.
Media Bina Ilmia,14(10), 3317-3326.
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI/article/view/554/pdf
Suryenti, V. (2017). Dukungan Dan Beban Keluarga Dengan Kemampuan
Keluarga Merawat Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di Klinik
Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi Tahun 2017. Jurnal
Psikologi Jambi, 2(2), 39-46. https://www.online-
journal.unja.ac.id/jpj/article/view/4795
WHO, (2019). Schizophrenia. Retrieved from. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/%20detail/schizophrenia

Anda mungkin juga menyukai